Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pengantar Seni Rupa

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Seni Rupa

Fakultas DKV Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang

OLEH

ALIZA MUTIA PUTRI K


20101159110133

FAKULTAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK”

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang sudah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga saya bisa menyusun Tugas

Pengantar Seni Rupa ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu

“Pengantar seni rupa” juga termasuk mata kuliah yang penting di jurusan Desain

Komunikasi Visual.Untuk itu semuanya perlu dibahas pada makalah ini mengenai

asal usul Pengantar Seni Rupa.

Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang keberadaan

Pengantar Seni Rupa untuk memudahkan dalam mempelajarinya. Semoga makalah

yang saya buat ini bisa mempermudah dalam proses belajar dan dapat membuat

pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Saya menyadari kalau masih banyak

kekurangan dalam menyusun makalah ini .

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat saya

harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada

Dosen pengampu mata kuliah Pengantar Seni Rupa. Kepada pihak yang sudah

menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta

waktunya, saya sampaikan banyak terima kasih.

Batam , 12-11-2020
i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

1.2 TUJUAN PENULISAN ........................................................................................... 2

1.3RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

B. Teori Formalisme ...................................................................................................... 4

C. Teori Instrumental ..................................................................................................... 5

D. Teori Abad-20 ............................................................................................................ 6

E. Nilai objektif dan subjektif ........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 7

Kesimpulan ................................................................................................................... 7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG

Mimesis berasal dari bahasa Yunani, yang artinya „Imitasi‟, „copy‟ , „representasi‟,
ditemukan di mana-mana di filsafat seni dan memiliki representasi bermacam-
macam. Sesuatu di bilang karya seni yang bagus apabila semakin mendekati realita.
Realita yang seperti apa? Realita yang bisa kita indrai atau kita lihat, kita rasakan
dan kita dengar.

Yang dipermasalahkan di teori imitasi :


“Artwork harus bisa mempersembahkan Realita. Yang indah, yang bagus, yang
makin dekat dengan realita digambarkan di karya seni yang bagus.

Plato menggunakan “mimesis” sebagai bagian dari “representasi” atau “imitasi”.


Aristoteles melihat mimesis itu lebih dari sekedar imitasi terhadap realita.
Menurutnya konsep ini merujuk pada representasi dari tipe-tipe dan tindakan
manusia pada umumnya daripada imitasi dari alam.

Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan alam


atau realita itu. Menurut pandangan ini, mimesis adalah gambaran dari apa yang
memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.

Aristoteles menganggap tragedi Yunani sebagai puncak dari mimesis. Didalam


tragedi Yunani, nasib manusia sudah diatur. Berdasarkan cerita-cerita mitologi .
Intinya adalah bukan untuk meniru realitas sehari-hari, tetapi untuk
menggambarkan takdir manusia sedemikian rupa sehingga pengamat itu bisa
dikatakan tercerahkan (pemikirannya dicuci). Aristoteles menyebut „penyucian‟ ini
sebagai “catharis”. Meskipun Plato dan Aristoteles memiliki pendapat / konsep
yang berbeda terhadap mimesis dan memiliki pendapat yang berbeda atas evaluasi

1
mereka terhadap tragedi Yunani, mereka setuju bahwa tragedi Yunani adalah
permasalahan dari imitasi.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui teori seni Mimesis, Instrumental,dan Formalitas.

2. Mengetahui teori seni pada abad 20.

3.Mengetahui teori seni subjektif dan objektif

1.3RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teori seni Mimesis, Instrumental,dan Formalitas.

2. Apa saja teori seni pada abad 20.

3..Apa saja teori seni subjektif dan objektif

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori seni Mimesis

Istilah mimesis berasal dari mimesis Yunani, yang berarti meniru. Mimesis
sebagai "sebuah kiasan, di mana kata-kata atau tindakan orang lain ditiru" dan
"imitasi yang disengaja dari perilaku satu kelompok orang oleh orang lain sebagai
faktor dalam perubahan sosial" . Mimikri didefinisikan sebagai "aksi, praktik, atau
seni meniru atau meniru dengan seksama ... cara, gerakan, ucapan, atau mode
tindakan dan orang, atau karakteristik dangkal dari sesuatu". Kedua istilah
umumnya digunakan untuk menunjukkan imitasi atau representasi alam, terutama
dalam estetika (terutama media sastra dan seni).

Dalam tradisi Barat pemikiran estetika, konsep imitasi dan mimesis telah
menjadi pusat upaya untuk berteori esensi ekspresi artistik, karakteristik yang
membedakan karya seni dari fenomena lain, dan berbagai cara di mana kita
mengalami dan menanggapi karya. seni.

Dalam kebanyakan kasus, mimesis didefinisikan sebagai memiliki dua


makna utama - yaitu imitasi (lebih khusus, peniruan alam sebagai objek, fenomena,
atau proses) dan representasi artistik. Mimesis adalah istilah yang sangat luas dan
secara teoritis sulit dipahami yang mencakup berbagai kemungkinan bagaimana
dunia yang dibuat sendiri dan dibuat secara simbolis yang diciptakan oleh orang
dapat berhubungan dengan dunia "nyata", fundamental, patut diteladani, atau
signifikan apa pun, dan bolak balik).

Mimesis berasal dari bahasa Yunani, yang artinya „Imitasi‟, „copy‟ ,


„representasi‟, ditemukan di mana-mana di filsafat seni dan memiliki representasi
bermacam-macam. Sesuatu di bilang karya seni yang bagus apabila semakin
mendekati realita. Realita yang seperti apa? Realita yang bisa kita indrai atau kita
lihat, kita rasakan dan kita dengar.

3
Plato menggunakan “mimesis” sebagai bagian dari “representasi” atau
“imitasi”. Aristoteles melihat mimesis itu lebih dari sekedar imitasi terhadap realita.
Menurutnya konsep ini merujuk pada representasi dari tipe-tipe dan tindakan
manusia pada umumnya daripada imitasi dari alam.

Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan


alam atau realita itu. Menurut pandangan ini, mimesis adalah gambaran dari apa
yang memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.

Perbedaan karya seni dan karya non-seni bila dilihat berdasarkan teori
mimesis, maka akan terlihat dari pembuatan seni itu sendiri. Serupa dengan
pernyataan Plato mengenai penggunaan mimesis, hasil karya seni maupun non-seni
akan dilihat teori ini sebagai apa yang memungkinkan.

B. Teori Formalisme
Formalisme adalah doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk
yang bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain. Corak-corak elemen
formal adalah garis, bentuk, warna dan sebagainya, yang dapat dikombinasikan
untuk memproduksi keseluruhan gaya dan efek.

Formalisme tumbuh dari estetika "seni untuk kepentingan seni" (Art for
Art‟s Sake) pada abad ke-19, aktivitas arstistik sebagai akhir dalam tubuhnya
sendiri. Para pengikut dari formalisme murni memandang karya seni dengan
bebasnya berdasarkan konteks, fungsi dan isinya. Mereka merespon terhadap
elemen formal dan efek estetikanya.

Jika kembali melihat berdasarkan teori ini formalisme, maka akan


membuahkan hasil yang cukup menarik. Dipandang seni apabila konteks, fungsi
dan isinya mewakili apa yang digambarkan oleh pembuatnya. Bila dibuat masal,
tentu saja itu bukanlah sebuah seni, melainkan kerajinan.

Teori institusional seni menyatakan ada lima elemen yang dipandang


menentukan terbentuknya praktik seni, yaitu: seniman, karya seni, publik, medan
sosial seni, dan sistem dalam medan sosial seni. Secara spesifik masing-masing
elemen tersebut dijelaskan sebagai berikut:

 Seniman adalah orang yang terlibat melalui pemahaman dalam proses


pembuatan karya seni. Di sini seniman adalah individu yang memahami
4
gagasan tentang seni hingga ia mengetahui aktivitas yang akan dimasukinya,
dan juga memiliki pemahaman terhadap medium atau media artistik tertentu
yang digunakannya.
 Karya seni adalah artefak yang dibuat untuk dipresentasikan kepada publik
medan sosial seni. Pengertian karya seni sebagai artefak di sini berhubungan
dengan pemahaman terhadap posisi benda seni dalam budaya material. Artinya
menyangkut klasifikasi benda buatan manusia secara kultural. Di sini sifat
keartefakan benda seni mengandung apa yang disebut dengan kandidat
apresiasi.
 ·Publik adalah sekumpulan orang yang secara khusus telah memiliki tingkat
kesepahaman sama untuk memahami objek yang dipresentasikan kepada
mereka. Publik di sini spesifik dalam pengertian publik medan sosial seni, yang
memiliki kesepakatan dalam situasi tertentu. Artinya, seperti seniman, mereka
memahami gagasan dasar seni dan pemahaman minimal terhadap medium atau
media seni tertentu.
 ·Medan sosial seni adalah totalitas semua sistem medan sosial seni. Artinya
medan sosial seni merupakan kumpulan dari sistem-sistem yang berbeda, seperti
seni lukis, sastra, teater dstnya. Kumpulan tersebut tidaklah teratur melainkan
berubah bersama setiap waktu dalam cara yang arbitrer. Ini disebabkan medan
sosial seni terbentuk secara kultural. Ia akan terjelaskan dalam komponen
terakhir: sistem medan sosial seni.
 Sistem medan sosial seni adalah kerangka kerja dalam mempresentasikan karya
seni yang dibuat oleh seniman kepada publik medan sosial seni. Pengertian
sistem medan sosial seni ini merangkum dan menjelaskan kesalinghubungan
empat elemen sebelumnya.

C. Teori Instrumental
Teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu dan
bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya seni.
Misalnya fungsi-fungsiedukatif, fungsi-fungsi propaganda, religius dan
sebagainya. Cabang lain dari teori ini adalahseni sebagai sarana penyampaian
perasaan, emosi dan sebagainya. Seni adalah sarana kitauntuk mengadakan kontak
dengan pribadi si seniman ataupun bagi seniman untuk berkomunikasi dengan
kita.

5
D. Teori Abad-20
Teori-teori yang lebih praktis dan menitik beratkan pada kritik dan apresiasi. Seni
adalah suatu tindakan kreatif, pertama-tama ia adalah suatu realita yang diciptakan
dan kedua ia harus bisa memberikan kesempatan dan kemampuan untuk
pnghayatan estetis.

E. Nilai objektif dan subjektif


1. Nilai objektif
Nilai estetis obyektif adalah nilai estetis yang memandang keindahan karya seni
rupa berada pada wujud karya seni itu sendiri. Artinya keindahan objek seni adalah
tampak kasat mata.
Keindahan sebuah karya seni rupa terbentuk dari komposisi baik, perpaduan warna
yang cocok, penempatan objek yang membentuk kesatuan dan sebagainya.
Keselarasan dalam menata unsur-unsur visual ini mewujudkan sebuah karya seni
rupa.

2. Nilai subjektif
Nilai estetis bersifat sebjektif adalah nilai estetis yang memandang keindahan hanya
pada unsur-unsur fisik yang diserap oleh mata secara visual, namun ditentukan oleh
selera penikmatnya atau orang yang melihatnya.
Sebagai contoh saat melihat sebuah karya seni lukis atau seni patung abstrak,
seseorang itu akan dapat menemukan nilai estetis dari pernataan unsur rupa pada
karya itu. Sehingga tertarik pada apa yang ditampilkan dalam karya itu dan merasa
senang untuk terus melihatnya bahkan ingin memilikinya meskipun kalian tidak
tahu objek apa yang ditunjukkaan oleh karya itu.Namun,orang lain mungkin tidak
tertarik pada karya itu dan lebih tertarik pada karya lainnta. Perbedaan inilah yang
menunjukkan bahwa nilai estetis sebuah karya seni rupa dapat bersifat subjektif.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mimesis berasal dari bahasa Yunani, yang artinya „Imitasi‟, „copy‟ ,


„representasi‟, ditemukan di mana-mana di filsafat seni dan memiliki
representasi bermacam-macam. Sesuatu di bilang karya seni yang bagus apabila
semakin mendekati realita. Realita yang seperti apa? Realita yang bisa kita
indrai atau kita lihat, kita rasakan dan kita dengar.

Mimesis merupakan salah satu wacana yang ditinggalkan Plato dan Aristoteles
sejak masa keemasan filsafat Yunani Kuno, hingga pada akhirnya Abrams
memasukkannya menjadi salah satu pendekatan utama untuk menganalisis seni
selain pendekatan ekspresif, pragmatik dan objektif. Mimesis merupakan ibu
dari pendekatan sosiologi seni yang darinya dilahirkan puluhan metode kritik
seni yang lain.

Instrumental Teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan
tertentu dan bahwafungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu
karya seni. Misalnya fungsi-fungsiedukatif, fungsi-fungsi propaganda, religius
dan sebagainya. Cabang lain dari teori ini adalahseni sebagai sarana
penyampaian perasaan, emosi dan sebagainya. Seni adalah sarana kitauntuk
mengadakan kontak dengan pribadi si seniman ataupun bagi seniman
untuk berkomunikasi dengan kita.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/216694233/TEORI-TEORI-DALAM-KESENIAN

https://dkv.binus.ac.id/2013/05/15/theory-and-critique-platos-mimesis-theory/

https://ardra.biz/topik/pengertian-contoh-nilai-estetis-objektif-subjektif/

https://www.kompasiana.com/iiculyogya/54fff66ca33311026d50f8a0/mimesis-dan-

rasionalitas-dalam-perkembangan-seni

https://brainly.co.id/tugas/24206309

Anda mungkin juga menyukai