Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD ABDUL MANAP JAMBI

OLEH :
1. FEBY SEPTANIA PUTRI (PO71241180013)
2. NURIAH HARTINA (PO71241180031)
3. WULAN NOVIANI (PO712411800

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD ABDUL MANAP JAMBI

1. FEBY SEPTANIA PUTRI (PO71241180013)


2. NURIAH HARTINA (PO71241180031)
3. WULAN NOVIANI (PO712411800

Laporan kasus ini telah disetujui,dipertahankan dan disahkan oleh pembimbing kasus prodi
sarjana terapan kebidanan

Jambi, Februari 2021

Pembimbing Kasus,
Yuli Suryanti, M. Keb
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang Di Ruang Perinatologi Rsud
Abdul Manap Jambi”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, parasahabat, keluarga serta seluruh umat-Nya.Tujuan penulisan Laporan
Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai semetser.
Selama proses pembuatan laporan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, sehingga penulis mengalami
berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan selama penyusunan laporan tugas akhir,
sehingga penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka atas
kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan laporan tugas akhir ini.

Jambi, Februari 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia adalah satu keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat
terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam menjalankan
fungsinya, seperti pengembangan paru. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Karlina,
2016).
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada
masa neonatal (usia dibawah 1 bulan). Angka Kematian bayi (ABK) yaitu 46 jiwa per
1000 kelahiran hidup. Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007 yaitu
248 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 27
per 1.000 kelahiran hidup (WHO, dalam Yuliana 2012).
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal
sehingga neonatal sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Oleh karena itu, penting untuk diketahui oleh para tenaga kesehatan mengenai
adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir, terutama para bidan yang selalu memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak (Dewi, 2010).
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir
selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi.
Keadaan ini perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat
bayi lahir. Faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas faktor-faktor dari pihak janin,
seperti gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi
pernapasan karena obat- obatan anesthesia/analgetik yang diberikan kepada ibu,
perdarahan intracranial, dan kelainan bawaan (hernia diafragmatika, atresia saluran
pernapasan, hipoplasia paru-paru, dan lain-lain).
Faktor-faktor dari pihak ibu seperti gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani,
hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya pada plasenta previa,
hipertensi pada eklampsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2010).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga profesional.
Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena askfisia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga profesional yang terlibat dalam penanganan
bayi baru lahir (JNPK-KR, dalam Yuliana, 2012).

Bidan sebagai tenaga pelaksana pelayanan kebidanan harus mampu dan terampil
mendeteksi dini komplikasi yang mungkin timbul melalui pemberian asuhan
kebidanan yang komprehensif pada bayi baru lahir serta dapat menurunkan angka
kematian bayi, khususnya di Kota Tasikmalaya, oleh karena itu penulis tertarik untuk
melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus pada bayi Ny. D dengan asfiksia
sedang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. D dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Abdul Manap Jambi dengan
menggunakan pendekatan 7 langkah Varney?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang
dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. D dengan

Asfiksia Sedang secara lengkap dan sistematis.

2. Menginterprestasikan data berupa diagnosa kebidanan, masalah,


kebutuhan bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang
3. Menentukan diagnosa potensial pada bayi baru lahir Ny. D dengan

Asfiksia Sedang

4. Melakukan antisipasi tindakan pada bayi baru lahir Ny. D dengan

Asfiksia Sedang

5. Merencanakan tindakan pada bayi baru lahir Ny. D dengan Asfiksia

Sedang

6. Melakukan rencana tindakan pada bayi baru lahir Ny. D dengan

Asfiksia Sedang

7. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan pada bayi


baru lahir Ny. D dengan Asfiksia Sedang

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang
dapat menambah wawasan khususnya mengenai penatalaksanaan kasus bayi
baru lahir dengan asfiksia sedang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan penulis dalam


menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
Sedang.
b. Bagi Profesi

Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam


menangani kasus pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang sesuai
dengan standar asuhan kebidanan.
c. Bagi Klien

Menambah informasi kepada klien agar klien terampil dalam mengurus


dan mengasuh bayinya sesuai dengan prinsip asuhan kebidanan.
d. Bagi Lahan Praktek

Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi


permasalahan yang ada khususnya permasalahan bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang.
e. Bagi Institusi

Diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan pengalaman bagi


institusi, khususnya dalam meningkatkan wawasan mahasiswa
mengenai asuhan kebidanan pada neonatus dengan asfiksia sedang.
E. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran dalam laporan kasus ini adalah bayi dengan Asfiksia sedang
2. Tempet
Pemberian asuhan kebidanan akan dilakukan di RSUD Abdul Manap Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2013).
Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram.
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal :
 Lahir aterm antara 37-42 minggu
 Berat badan 2500-4000 gram
 Panjang badan 48-52 cm
 Lingkar dada 30-38 cm
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Frekuensi denyut jantung 120-160 x/ menit.
 Pernafasan 40-60 x/menit
 Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
 Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya
tampak sempurna.
 Kuku agak panjang dan lemas.
 Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
 Refleks sucking (menghisap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
 Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
 Grabs refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ke
telapak tangan, bayi akan menggenggam/ adanya gerakan
refleks.
 Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kehijauan dan lengket (Sondakh,
2013).

c. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal


1 Pertolongan pada Saat Bayi Lahir
 Sambil menilai pernapasan secara cepat, letakkan bayi
dengan handuk di atas perut ibu.
 Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa,
bersihkan darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan
udara tidak terhalang.
 Periksa ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan
menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30
detik setelah lahir.
2 Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit
menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama
setelah persalinan. Menurut Prawiroharjo (2010), asuhan
tambahan yang diberikan meliputi :
1. Masalah memotong tali pusat tanpa membubuhi apapun
2. Memberikan suntikan vitamin K1 1 mg intramuskuler,
di paha kiri setelah inisiasi menyusui dini.
3. Melakukan pemeriksaaan antopometri yang meliputi
berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar
dada, lingkar lengan.
4. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
d. Masalah Pada Bayi Baru Lahir
Menurut Sondakh (2013). Masalah bayi baru lahir yang perlu tindakan
segera :
1. Bayi tidak bernafas/ sulit bernafas Penanganan umum yang bisa
dilakukan adalah :
 Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus
dengan pakaian yang hangat dan kering.
 Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat
 Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat
(dibawah radiant heater) untuk resusitasi.
 Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam
melakukan tindakan kebidanan dan resusitasi.
 Jika resusitasi gagal lakukan ventilasi.
2. Sianosis dan sukar bernafas
Bayi yang mengalami sianosis (biru) atau sukar bernafas
(frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60x/ menit, tarikan
dinding dada ke dalam atau merintih). Maka tindakan yang
perlu dilakukan adalah :
 Hisap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas
bersih
 Berikan oksigen 0,5 liter/menit .
 Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayan yang dituju
menjaga bayi tetap hangat, bungkus bayi dengan kain
kering, selimuti dan pakai topi untuk mencegah
kehilangan panas.
3. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah ( BBLSR) atau premature
kecil Bayi yang sangat kecil ( kurang dari 1500 gr atau kurang
dari 32 minggu) sering terjadi yang masalah berat misalnya
sukar bernafas. Kesukaran pemberian minum, ikterus berat,
infeksi. Bayi rentan hipotermi jika tidak dalam inkubator.
4. Letargi
Bayi yang mengalami letargi atau tonus otot rendah (tidak ada
gerakan), sangat mungkin bayi sakit berat dan harus segera
dirujuk ke tempat pelayanan yang sesuai.

5. Kejang
Kejang dalam satu jam pertama kehidupan jarang. Kejang
dapat disebabkan oleh meningiti, enchepalopati, atau
hipoglikemia berat. (Sondakh, 2013)
Menurut Ningsih (2012). Masalah pada bayi baru lahir bisa
menimbulkan beberapa hal diantaranya :
• Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi
pengeluaran feces yang tidak normal, baik dalam
jumlah maupun bentuk (frekuensi lebih dari normal dan
bentuknya cair). Bayi dikatakan diare bila sudah lebih
dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air
besar.
• Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang
terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
e. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar
Uterus :
1. Adaptasi Pernapasan
a) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan
kimia.
 Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang
diperlukan untuk mengembangkan paru-paru
dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya,
perubahan dalam gradien tekanan).
 Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi,
cahaya, suara, dan penurunan suhu.
 Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam
darah (misalnya, penurunan kadar oksigen,
peningkatan kadar karbon dioksida, dan
penurunan pH) sebagai akibat asfiksia-
sementara selama kelahiran.
b) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali
per menit
c) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
d) Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi
dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir.
Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan
perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang
melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan
diagfragma, serta otot-oto pernapasan lainnya. Tekanan
rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari
cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-
100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut
akan diganti dengan udara (Sondakh, 2013).
2. Adaptasi Neurologis
a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis
belum berkembang sempurna.
b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot
yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstremitas.
c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi
tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya:
kontrol kepala, tersenyum, dan meraih tangan dengan
tujuan) akan berkembang (Sondakh, 2013).
3. Adaptasi Ginjal
a) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan
kapiler glomerulus.
b) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru
lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi
untuk berespons terhadap stresor.
c) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam
24 jam (Sondakh, 2013).
4. Adaptasi Hati
a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu
setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang
esensial untuk pembekuan darah.
c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi
sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin; pada saat ini
bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat
besi.
d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen bersal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah
merah.
Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem
vaskular dan menembus jaringan ekstravaskular lainnya
(misalnya: kulit, sklera, dan membran mukosa oral)
mengakibatkan warna kuning yang disebut ikterus
(Sondakh, 2013).
5. Adaptasi Imun
a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme
penyerang di pintu masuk.
b) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru
lahir:
 Respons inflamasi berkurang, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif
 Fagositosis lambat
 Keasaman lambung dan produksi pepsin dan dan
tripsin belum berkembang sempurna sampai usia
3-4 minggu
 Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas selama periode neonatus
(Sondakh, 2013).
6. Perubahan Termoregulasi dan Metabolik
 Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada
lingkungan pada uterus.
 Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat
badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan.
 Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam
hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
 Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang
dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi. (Sondakh, 2013).

f. Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir


menurut Wahyuni (2012) :
1. Evaporasi
Evaporasi adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas dapat terjadi karena menguapnya cairan pada
tubuh bayi. Kehilangan panas tubuh bayi melalui penguapan
dari kulit tubuh yang basah ke udara, karena bayi baru lahir
diselimuti oleh air/cairan ketuban atau amnion. Proses ini
terjadi apabila BBL tidak segera dikeringkan setelah lahir.
Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera di keringkan dan
selimuti.
2. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturenya lebih rendah. Meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan sekitar yang bertemperature
dingin. Kehilangan panas badan bayi bisa melalui aliran udara
sekitar bayi yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika terdapat hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan.
4. Radiasi
Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih
dingin di dekat tubuh bayi. Kehilangan panas badan bayi
melalui pancaran atau radiasi dari tubuh bayi ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.

2. Asfiksia
a) Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia Neonatorum
merupakan salah satu kegawatan bayi baru lahir, yang berupa depresi
pernapasan berkelanjutan sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Asfiksia
ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru-paru (Karlina, 2016).
b) Tanda dan Gejala
Menurut Sondakh, (2013). Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada
asfiksia neonatorum adalah:
1) Tidak ada pernapasan (apnea) / pernapasan lambat (kurang dari 30 kali
per menit). Apnea terdiri atas dua yaitu :
 Apnea primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun, dan
tonus otot neuromuskular menurun.
 Apnea sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bayi menunjukan
pernapasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus
menurun, terlihat lemah (pasif), dan pernapasan makin lama
makin lemah.
2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran, atau retraksi (perlekukan dada).
3) Tangisan lemah
4) Warna kulit pucat dan biru
5) Tonus otot lemas dan terkulai
6) Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit).
c) Etiologi
Aliran darah dari ibu ke janin dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika aliran
oksigen ke janin berkurang, akan mengakibatkan gawat janin. Hal ini dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Akan tetapi, bayi juga dapat
mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janin.
Gawat janin, banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak bernapas saat
lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin.
Akibat gawat janin, bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat janin
adalah reaksi janin pada kondisi di mana terjadi ketidak cukupan oksigen
(Sondakh, 2013).
Gawat janin dapat diketahui dengan hal-hal berikut :
˗ Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali
per menit.
˗ Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali
per hari).
˗ Adanya air ketuban yang bercampur dengan mekonium atau berwarna
kehijauan.
Faktor Yang Dapat Menyebabkan Gawat Janin :
1) Keadaan Ibu :
 Pre-eklamsia dan eklamsia
 Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
 Kehamilan postmatur (sesudah 42 minggun kehamilan).
2) Keadaan Tali Pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat.
3) Keadaan Bayi
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, forcep)
 Kelainan bawaan
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). (Sondakh,
2013)
d) Patofisiologi Asfiksia Sedang
Menurut (Sondakh, 2013). Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia
meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida berlebihan, dan
asidosis metabolik.
Kombinasi ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu yang membalikkan efek-efek
biokimia asfiksia, sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang
irevesibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup.
Pada awalnya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap (gasping).
Bayi kemudian masuk ke periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi
adekuat selama apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi
terdiri atas stimulasi taktil (mengeringkan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu
persalinan yang lebih dingin).
Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berada dalam tahap apnea
sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan kematian jika bayi
tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila diperlukan,
dilakukan kompresi jantung.
Warna bayi, berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi
perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti
jantung, ginjal, dan adrenal.
Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran darah ke
otak meningkat, sebagai bagian mekanisme kompensasi. Kondisi tersebut hanya
dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut, maka tidak
akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak.
Dalam praktik menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukan dengan penilaian
skor APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap dan 5 menit
setelah bayi lahir. Patokan klinis dimulai dengan:
 Menghitung frekuensi jantung
 Melihat usaha bernapas
 Melihat tonus otot
 Menilai refleks rangsangan
 Melihat warna kulit.
e) Klasifikasi Asfiksia
 Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
 Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
 Asfiksia ringan atau sedikit asfiksia dengan nilai 7-9

f) Penatalaksanaan

1) Prinsip

Menurut Sondakh, (2013). Prinsip penatalaksanaan asfiksia

adalah sebagai berikut :


a) Pengaturan Suhu

Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus


hendaknya dikeringkan seluruhnya dengan kain kering
dan hangat, kemudian bayi diletakkan telanjang dibawah
alat/lampu pemanas radiasi atau pada tubuh ibunya.

b) Bayi dan ibu sebaiknya diselimuti dengan baik, namun harus


diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan
pada tubuh bayi

c) Tindakan A-B-C-D (Airway/membersihkan jalan napas,


Breathing/mengusahakan timbulnya pernapasan atau
ventilasi, Circulation/memperbaiki sirkulasi tubuh,
Drug/memberikan obat).
a. Memastikan Saluran Napas Terbuka

1. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu


diganjal.
2. Menghisap mulut, hidung, dan trakea.

b. Memulai Pernapasan

1. Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernapasan

2. Memakai VTP (Ventilasi Tekanan Positif) bila


perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan
balon, mulut ke mulut (dengan menghindari
paparan infeksi).
c. Mempertahankan Sirkulasi Darah

Rangsangan dan mempertahankan sirkulasi darah


dengan cara kompresi dada dan pengobatan.
2) Resusitasi

Prinsip Dasar Resusitasi

1. Memberikan lingkungan yang baik dan mengusahakan


saluran pernapasan.
2. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif.
3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.

4. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

3) Perlengkapan dan Peralatan Resusitasi

1) Perlengkapan penghisap

a) Suction karet

b) Suction dan selang mekanis

c) Kateter suction

d) Aspirator mekonium

2) Peralatan kantong dan masker

a) Bag resusitasi neonatus dengan katup pelepasan-tekanan atau


manometer tekanan; bag tersebut harus mampu mengalirkan 90-
100% oksigen

b) Masker wajah, dengan ukuran bayi baru lahir.

c) Oksigen dengan pengukuran aliran (kecepatan aliran


sampai 10 L/menit).
3) Lain-lain

a) Sarung tangan dan pelindung diri yang dibutuhkan

b) Lampu penghangat

c) Permukaan resusitasi yang padat, berbantalan

d) Jam

e) Linen yang dihangatkan

f) Stetoskop

g) Plester ½ atau ¾ inci

h)
g) Langkah-langkah Resusitasi
Tahap 1 : Langkah Awal
Langkah awal ini perlu diselesaikan secara tepat dan cepat (dalam waktu 30
detik). Bagi sebagian besar bayi baru lahir, 6 langkah dibawah ini cukup untuk
merangsang bayi bernapas spontan dan teratur.
1. Menjaga bayi tetap hangat

1. Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu

2. Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut


tetap terbuka, potong tali pusat.
3. Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang
datar, rata, keras, bersih, kering, dan hangat.
2. Mengatur posisi bayi

4. Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat


penolong.
5. Posisikan kepala bayi dengan menempatkan
pengganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi.
3. Mengisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir Dee Lee dengan cara sebagai berikut :
a. Isap lendir dari mulut dulu, kemudian hisap lendir dari hidung.
b. Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, tidak pada
saat memasukkan.
c. Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm
ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena
dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau bayi
tiba-tiba berhenti bernapas.
Apabila pengisapan dilakukan dengan balon karet lakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Tekan bola di luar mulut

b. Masukkan ujung pengisap di rongga mulut dan


lepaskan (lendir akan terisap)
c. Untuk hidung, masukkan ke lubang hidung.

4. Mengeringkan dan merangsang bayi


 Keringkan bayi mulai dari wajah, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu
BBL memulai pernafasan atau bernafas lebih baik.
 Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
(1) Menepuk atau menyentil talapak kaku.

(2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai


bayi dengan telapak tangan.
5. Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
 Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang
baru.
 Selimut bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi bagian muka
dan dada agar pemantauan pernafasan bayi.
 Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.
6. Melakukan penilaian bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, megap- megap atau
tidak bernafas.
 Bila bayi bernapas normal : lakukan asuhan pasca

Resusitasi

 Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas: segera lakukan


tindakan ventilasi bayi.

Tahap 2 : Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan


sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah ventilasi adalah sebagai berikut :
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
b. Ventilasi 2 kali

a. Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30


cm air. Tiupan awal tabung-sungkup atau
pemompaan awal balon-sungkup ini sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai
bernafas dan sekaligus menguji apakah jalan nafas
terbuka.
b. Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan/pemompaan, perhatikan


apakah dada bayi mengembang dan bila tidak
mengembang :
1. Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak
ada udara yang bocor.
2. Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah
benar.
3. Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada
lendir atau cairan lakukan pengisapan ulang.

c. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air


(ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahap
berikutnya

c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik


 Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan
dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik
dengan tekanan 20 cm air, sampai bayi mulai menangis dan
bernapas spontan.
 Pastikan dada mengembang saat dilakukan peniupan atau
pemompaan setelah 30 detik, lakukan penilaian ulang napas. Jika
bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi
secara bertahap.
a. Lihat dada, apakah ada retraksi dinding dada bawah
b. b. Hitung frekuensi napas per menit, dengan cara : jika
bernapas >40 kali permenit dan tidak ada retraksi berat
(jangan ventilasi lagi, letakkan bayi dengan kontak kulit ke
kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL. Pantau
setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan, katakan
kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan
membaik, lanjutkan asuhan pasca resusitasi). Jika bayi
megap- megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi
d. Ventilasi setiap 30 detik, hentikan dan lakukan penilaian ulang napas
 Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm
air).
 Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian apakah bayi
bernapas, tidak bernapas atau megap- megap. (Jika bayi megap-
megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30
detik kemudian lakukan penilaian ulang napas setiap 30 detik).
e. Menyiapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2
menit resusitasi.
a. Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda lakukan dan
mengapa
b. Mintalah keluarga untuk menyiapkan rujukan
c. Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
d. Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medis
persalinan.
f. Melanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi. Bila
dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat
tidak teraba, lanjutkan ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi,
jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak
teraba. Jelaskan pada ibu dan berilah dukungan kepadanya, serta
lakukan pencatatan. Bayi yang mengalami asistole (tidak ada denyut
jantung) selama 10 menit, kemungkinan besar mengalami kerusakan
otak permanen. (Sondakh, 2013).
Menurut Wahyudi (2012). Penanganan pada kegawatan asfiksia
neonatorum salah satunya adalah dengan melakukan resusitasi
jantung paru. Namun sampai saat ini evaluasi dari tindakan resusitasi
jantung paru hanya sebatas observasi keadaan umum bayi diantaranya
pola nafas dan warna kulit bayi. Hal ini mempengaruhi dalam
pengukuran dan pendokumentasian kondisi bayi sehingga jauh dari
skala objektifitas, selain itu pengaruh dalam tindakan resusitasi
jantung, paru juga kurang terukur secara objektif.
B. Teori Manajemen Kebidanan Asfiksia Sedang
(1) Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan-teemuan, keterampilan suatu keputusan berfokus pada
klien (Trisnawati, 2016).
Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
 Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan.
 Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa dan
masalah.
 Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berasarkan kondisi klien.
 Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif
 Melakukan rencana asuhan asuhan kebidanan yang telah di uraikan
secara efisien dan aman
 Mengevaluasi seluruh asuhan yang telah dilakukan.
 Melihat dari penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan
merupakan suatu langkah sistematis yang menjadi pola pikir bidan
dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional sehingga
semua asuhan yang diberikan bidan pada klien akan efektif (Trisnawati,
2016).
(2) Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien,
keluarga pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang
hasil dari pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan pada
pasien serta respon terhadap semua asuhan yang telah dilakukan.
Alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah Varney dan di
dokumentasikan menggunakan SOAP, yaitu :
 S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney.
 O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil labolatorium dan uji diagnostik lain yang merumuskan
dalam fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
 A (Assesment) : Assesment atau analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
o Diagnosis atau masalah potensial
o Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
o Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai 2,3 dan 4 Varney.
 P (Penatalaksanaan) : Menyusun suatu rencana
secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan secara efisien dan aman.
(Varney, 2007)

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Asfiksia Sedang


Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan
metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif,
A adalah Analisis/Assesment, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan (Muslihatun,
2010).
1) Data Subjektif
Adalah data yang di dapat dari subjek berisi keluhan atau kekhawatiran, jika
dihubungkan dengan kasus asfiksia sedang maka data subjektif yang diperoleh
adalah bayi menangis spontan atau tidak, gerakan aktif atau lemah, warna kulit
kemerahan atau tidak.
2) Data Objektif
a. Pemeriksaan Khusus
Segera setelah lahir dilakukan dengan pemeriksaan Appearance, Pulse, Gremace,
Aktivity, Respiration pada menit pertama, dan kelima. Pada penilaian awal terdiri
dari tiga tahap, diantaranya apakah bayi menangis atau bernapas/megap- megap,
apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif, dan apakah warna kulit kemerahan atau
sianosis.
b. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh,
apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot (Muslihatun,
2010).
c. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital :
 Laju nafas 40-60 kali per menit, periksa kesulitan bernapas
 Laju jantung 120-160 kali per menit
 Suhu normal 36,5OC-37,5OC
 Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2010) adalah :
 Kepala : Adakah kelainan cephal hematoma, caput succedaneum.

d. Pemeriksaan fisik sistematis menurut Dewi (2010) adalah:

 Kepala : Adakah kelainan cephal hematoma, caput


succedaneum.
 Mata : Adakah kotoran di mata, adakah warna kuning di
sklera dan warna pucat di konjungtiva.
 Telinga : Adakah kotoran atau cairan, simetris atau
tidak.
 Hidung : Adakah nafas cuping hidung, kotoran yang
menyumbat jalan nafas pada asfiksia sedang tidak ada
cuping hidung.
 Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering. Adakah
kelainan seperti labioskizis atau labiopalatoskizis, pada
asfiksia masih normal.
 Leher: Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi
jantung, adakah kelainan. Pada kasus asfiksia sedang
frekuensi jantung lebih dari 100x/ menit.
 Dada : Periksa bunyi nafas dan detah jantung. Lihat adakah
tarikan dinding dada dan lihat puting susu (simetris atau
tidak).
 Abdomen : Bentuk, adakah pembesaran hati dan limpa.
 Ekstremitas : Adakah oedema, tanda sianosis, apakah kuku
sudah melebihi jari-jari, apakah ada kelainan poli diktil atau
sindaktil. Pada kasus asfiksia sedang bayi tampak sianosis
atau biru.
 Genetalia : Jika laki-laki, apakah testis sudah turun
kedalam scrotum. Untuk bayi perempuan, periksa labia
mayor sudah menutupi labia minor, apakah vagina
berlubang dan uretra berlubang.
 Punggung : Untuk mengetahui keadaan tulang belakang,
apakah ada pembengkakan atau cekungan.
 Anus : Periksa lubang anus, berlubang atau tidak. Apabila
bayi sudah mengeluarkan mekonium maka langkah ini tidak
usah dikerjakan.
 Kulit : Warna, apakah kulit kencang atau keriput dan
rambut lanugo, warna pada asfiksia sedang bayi tampak
sianosis atau biru.
e. Pemeriksaan reflek :
 Reflek morro : Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.
 Reflek rooting : Untuk mencari puting susu dengan rangsangan taktil
pada pipi dan daerah mulut.
 Reflek sucking : Untuk mengetahui reflek hisap dan menelan.
 Reflek tonick neck : Untuk mengetahui otot leher bayi akan mengangkat
leher dan menoleh ke kanan dan ke kiri jika diletakkan pada posisi
tengkurap (Rohani, 2011).
f. Pemeriksaan Antopometri menurut Dewi (2010), pemeriksaan antopometri
meliputi :
 Lingkar Kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 33-38 cm)
 Lingkar Dada : Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 33-
35 cm)
 Panjang badan : Normal (48-52cm)
 Berat badan : Normal ( 2500-4000 gram).
3). Analisa
 Diagnosa : Asuhan Kebidanan pada neonatus dengan asfiksia sedang
 Diagnosa Potensial : Asfiksia Berat ( Varney, 2007)
 Kebutuhan : Mempertahankan suhu tubuh, menghisap lendir bayi,
memberikan O2 setengah liter (Dewi, 2010).
4) Penatalaksanaan
a) Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara memastikan bayi tetap
hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain
basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bayi tetap hangat dengan
memeriksa telapak kaki setiap 15 menit. Apabila telapak kaki teraba dinding, periksa
suhu aksila bayi.
b) Perawatan mata: obat mata gentamicin 0,3% dianjurkan untuk mencegah penyakit
mata. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
c) Personal hygiene
Personal hygiene dapat diartikan sebagai kesehatan atau kebersihan perorangan.
Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk meemlihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene berikut
ditunjukan agar perawat dapat menangani pasien bayi dengan personal hygiene yang
baik dan benar dengan cara memandikan bayi, menggunakan waslap atau mandi
rendam pada bayi. Kebersihan badan bayi yang sedang dirawat menjadi salah satu
faktor yang sangat penting dalam menunjang kesembuhannya (Sitiatava, 2012).
d) Merawat tali pusat
Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama didalam
kandungan dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10
hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
Tetapi, saat bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi, sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit.
Setelah dipotong, tindakan berikutnya adalah perawatan tali pusat pada bayi inilah
yang harus dirawat. Sebab, jika tidak dirawat maka dapat menyebabkan infeksi
(Sitiatava, 2012).
e). Memperlihatkan bayi pada orang tuanya/keluarga
f). Mempasilitasi kontak dini bayi dengan ibu :
 Berikan bayi kepada ibu sesegera mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk : mempertahankan suhu bayi baru lahir, ikutan batin bayi
terhadap ibu dan pemberian ASI dini.
 Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (reflek rooting
positif). Jangan paksakan bayi untuk menyusui.
 Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, biarkan bayi bersama
ibu paling tidak 1 jam setelah bayi lahir.
g). Memberikan vitamin K
 Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral
1 mg/hari selama 3 hari
 Bayi risiko tinggi diberikan vitamin K1 dengan dosis 0,5 mg IM.
h) Konseling
Ajarkan pada ibu/orang tua bayi untuk :
 Menjaga kehangatan bayi
 Pemberian ASI
 Perawatan tali pusat
 Mengawasi tanda-tanda bahaya
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, adalah :
 Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat dari retraksi dinding
dada pada waktu bernafas
 Suhu, terlalu panas > 38oC (febris), atau terlalu dingin < 36oC (hipotermia)
 Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau pucat, memar atau bayi sangat
kuning (terutama pada 24 jam pertama)
 Biru Pemberian ASI sulit, hisap lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
 Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.
 Infeksi, suhu meningkat, merah bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,
pernafasan sulit.
 Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3
hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkak,
tinja hijau tua atau berdarah/berlendir.
 Tidak berkemih dalam 24 jam
 Menggigil atau suara tangis tidak bisa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang,
kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
 Mata bengkak dan mengeluarkan cairan.
 Imunisasi Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan, berikan
imunisasi BCG, atau polio oral dan hepatitis B.
 Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah menilai apa ada kemajuan atau tidak pada pasien
setelah dilakukan tindakan (Varney, 2007). Hasil yang diharapkan dari asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia sedang adalah :
a. Bayi sudah dapat menangis kuat.
b. Sudah dilakukan pembersihan jalan napas dan bayi sudah bisa bernapas
dengan spontan.
c. Sudah dilakukan pemotongan tali pusat, lakukan inisiasi menyusu dini
selama 1 jam, pemeriksaan antropometri, injeksi vitamin K sudah
diberikan pada paha kiri, salep mata sudah diberikan dan sudah
dilakukan rawat gabung antara bayi dan ibu.
d. Bayi tidak hipotermi.
e. Ibu sudah mengetahui keadaan bayi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.1 Manajemen Asuhan Kebidanan
By. A Umur 3 bulan dengan imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 adalah kasus
kebidanan fisiologi yang diambil sebagai laporan komprehensif. Asuhan kebidanan
dilakukan melalui pengkajian untuk menentukan diagnosa, masalah potensial, tindakan
segera, perencanaan, dan tindakan. Kemudian hasil dievaluasi. Pengkajian dilakukan
tanggal 07 Februari di Puskesmas Pakuan Baru oleh Feby Septania Putri dan Mitra
Oktavia

PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN

RS/PUSKESMAS/RB/BPS: RSUD Abdul Pj. Ruangan:


Manap
NOMOR RM

PENGKAJIAN Tanggal Pukul Masuk : WIB


BAYI BARU LAHIR Tanggal Pukul Pengkajian : WIB

Nama Mahasiswa : Pembimbing :


Nim :
A ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)

1. BIODATA
Nama Bayi : By Ny D
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :

ORANG TUA
Nama Ibu : Ny. Dian Nama ayah : Tn. pil
Umur : 35 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : jln aditiawarman RT.06 Alamat : jln
aditiawarman RT.06
No. Telp/HP : No.Telp/Hp :
2. KELUHAN UTAMA :

3. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


a) Keadaan umum bayi : kurang
b) Tingkat kesadaran : compos mentis
c) Vital sign
a. P : x/menit
b. N : x/menit
c. S : °C
d) Berat badan : 2830 gr panjang badan : 45 cm lingkar kepala : 34 cm
e) Kepala dan wajah
a. Rambut
Pertumbuhan : baik
Keadaan √ : bersih kotor rontok

Oedema : tidak ada


b. Mata
Conjungtiva : pucat √ tidak pucat

Sklera : ikterus √ tidak ikterus


Sekret : tidak ada
Bentuk : simetris

Tanda infeksi : Ada √ tidak ada

Kelainan √: normal tidak normal


c. Hidung
Sekret : Ada √ tidak ada

Keadaan √: normal tidak normal


d. Mulut
Mukosa √: lembab kering lain-lain

Lidah √: bersih kotor

Gigi : Ada √ tidak ada


e. Leher
Pembengkakan : Ada √ tidak ada
f. Dada

Bentuk √: simetris asimetris


g. Hidung

Kelainan : Ada √ tidak ada

Bekas operasi : Ada √ tidak ada

h. Genetalia


Oedema : Ada tidak ada

Sekret : Ada √ tidak ada

Kelainan : Ada √ tidak ada

i. Ekstremitas

Oedema : Ada √ tidak ada

kelainan Ada √ tidak ada

Turgor Kulit : √ baik kurang jelek

4. Pemeriksaan penujang
Laboratorium :

Lain-lain :

Tidak ada

B SUMBER DATA

√ ruang perinatologi ibu

lain-lain :

CATATAN ( Hal yang belum dicatat) :


Langkah II : Interpretasi Data

C DIGNOSIS/MASALAH

By.Ny Dian usia 0 hari dengan asfiksia sedang

Masalah : tidak ada

Langkah III : Diagnosa Potensial

Potensial terjadi Asfiksia berat

Langkah IV : Tindakan Segera

Keringkan bayi, pembersihan jalan nafas, suction bayi, Perawatan bayi dalam inkubator,

pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan dokter.

Jambi, februari 2021


Pembimbing lahan Mahasiswa

( ) ( )

Mengetahui
Dosen Pembimbing

( )
Langkah V : Rencana Tindakan
D PERENCANAAN
TANGGAL DIAGNOSA/ PERENCANAAN NAMA &
/ MASALAH PARAF
PUKUL
1. Lakukan pendekatan dengan
17-02- keluarga pasien
2021 2. keringkan tubuh bayi
3. berikan lampu sorot pada bayi
4. ganti kain basah dengan kain
kering yang bersih
5. posisikan kepala ayi sedikit
ekstensi
6. bersihkan jalan nafas dengan
suction
7. berikan rangsangan taktil
pada telapak dan punggung
bayi
8. observasi tanda-tanda vital
bayi setiap 1 jam sekali
9. kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan terapi
10. lakukan perawatan bayi dalam
incubator

Langkah VI : Pelaksanaan
CATATAN PELAKSANAAN

NAMA : No. RM : RUANG:

UMUR : TANGGAL : KELAS :

Diagnosis/masalah:

TANGGAL/ CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


PUKUL PARAF
1. melakukan pendekatan dengan keluarga pasien
17-02-2021 2. mengeringkan tubuh bayi
3. memberikan lampu sorot pada bayi
4. mengganti kain basah dengan kain kering yang
bersih
5. memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi
6. membersihkan jalan nafas dengan suction
7. memberikan rangsangan taktil pada telapak kaki
dan punggung bayi
8. mengobservasi tanda-tanda vital bayi, terutama
pernafasan setiap 1 jam sekali
9. melaksanakan kolaborasi dokter dengan
memberika terapi
10. melakukan perawatan bayi dengan incubator

Langkah VII : Evaluasi


N EVALUASI
O
TANGGAL DIAGNOSA/ EVALUASI NAMA &
/ MASALAH PARAF
PUKUL
07-02- 1. Telah dilakukan pendekatan
2020 dengan keluarga pasien
2. Telah dikeringkan tubuh bayi
3. Telah diberikan lampu sorot
pada bayi
4. Telah diganti kain basah
dengan kain kering yang bersih
5. Telah dibersihkan jalan nafas
dengan suction
6. Telah diberikan rangsangan
taktil pada telapak kaki dan
pungung bayi
7. Telah dilakukan observasi
tanda-tanda vital pada bayi
dengan, hasil:
S: Rr: N:
8. Telah diberikan terapi oleh
dokter
9. Telah dilakukan perawatan
bayi dalam incubator
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, V.N.L. (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
JNKP-KR. Yuliana. (2015) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia.

Surakarta: Kusuma Husada.

Karlina, Novi (2016) Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.


Bogor: In Media.

Muslihatun, W.N. (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.


Yogyakarta: Fitramaga.

Ningsih, Titis Arum Putri (2012) Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.

Surakarta.

Notoatmodjo. (2010) Metode Dan Teknik Pengumpulan Data (internet).


Tersedia dalam http.//www.salimafarma.blogspot.com (diakses
10 April 2016)

Nursalam, W.N. (2008) Proses dan Dokumentasi Keperawatan.


Jakarta: Salemba.

Prawirohardjo, S. (2010) Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rukiyah, A.Y., Yulianti, L (2013) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.

Jakarta: Trans Info Media.

Sitiatava, R.P. (2012) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Untuk


Keperawatan Dan Kebidanan. Jogjakarta: D Medika.

Sondakh. (2013) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.


Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai