OLEH :
1. FEBY SEPTANIA PUTRI (PO71241180013)
2. NURIAH HARTINA (PO71241180031)
3. WULAN NOVIANI (PO712411800
Laporan kasus ini telah disetujui,dipertahankan dan disahkan oleh pembimbing kasus prodi
sarjana terapan kebidanan
Pembimbing Kasus,
Yuli Suryanti, M. Keb
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia Sedang Di Ruang Perinatologi Rsud
Abdul Manap Jambi”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, parasahabat, keluarga serta seluruh umat-Nya.Tujuan penulisan Laporan
Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai semetser.
Selama proses pembuatan laporan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, sehingga penulis mengalami
berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan selama penyusunan laporan tugas akhir,
sehingga penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka atas
kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan laporan tugas akhir ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia adalah satu keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia ini dapat
terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi dalam menjalankan
fungsinya, seperti pengembangan paru. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Karlina,
2016).
Menurut World Health Organization (WHO) setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta)
dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada
masa neonatal (usia dibawah 1 bulan). Angka Kematian bayi (ABK) yaitu 46 jiwa per
1000 kelahiran hidup. Adapun Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia 2007 yaitu
248 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 27
per 1.000 kelahiran hidup (WHO, dalam Yuliana 2012).
Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal
sehingga neonatal sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Oleh karena itu, penting untuk diketahui oleh para tenaga kesehatan mengenai
adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir, terutama para bidan yang selalu memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak (Dewi, 2010).
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir
selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi.
Keadaan ini perlu dikenal, agar dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat
bayi lahir. Faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas faktor-faktor dari pihak janin,
seperti gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi
pernapasan karena obat- obatan anesthesia/analgetik yang diberikan kepada ibu,
perdarahan intracranial, dan kelainan bawaan (hernia diafragmatika, atresia saluran
pernapasan, hipoplasia paru-paru, dan lain-lain).
Faktor-faktor dari pihak ibu seperti gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani,
hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya pada plasenta previa,
hipertensi pada eklampsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2010).
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab
utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan
persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga profesional.
Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena askfisia, persalinan harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal
sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga profesional yang terlibat dalam penanganan
bayi baru lahir (JNPK-KR, dalam Yuliana, 2012).
Bidan sebagai tenaga pelaksana pelayanan kebidanan harus mampu dan terampil
mendeteksi dini komplikasi yang mungkin timbul melalui pemberian asuhan
kebidanan yang komprehensif pada bayi baru lahir serta dapat menurunkan angka
kematian bayi, khususnya di Kota Tasikmalaya, oleh karena itu penulis tertarik untuk
melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus pada bayi Ny. D dengan asfiksia
sedang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. D dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Abdul Manap Jambi dengan
menggunakan pendekatan 7 langkah Varney?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia Sedang
dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny. D dengan
Asfiksia Sedang
Asfiksia Sedang
Sedang
Asfiksia Sedang
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang
dapat menambah wawasan khususnya mengenai penatalaksanaan kasus bayi
baru lahir dengan asfiksia sedang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
A. Konsep Dasar
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2013).
Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram.
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal :
Lahir aterm antara 37-42 minggu
Berat badan 2500-4000 gram
Panjang badan 48-52 cm
Lingkar dada 30-38 cm
Lingkar kepala 33-35 cm
Frekuensi denyut jantung 120-160 x/ menit.
Pernafasan 40-60 x/menit
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya
tampak sempurna.
Kuku agak panjang dan lemas.
Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
Refleks sucking (menghisap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
Refleks moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan seperti memeluk.
Grabs refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda ke
telapak tangan, bayi akan menggenggam/ adanya gerakan
refleks.
Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama dan berwarna hitam kehijauan dan lengket (Sondakh,
2013).
5. Kejang
Kejang dalam satu jam pertama kehidupan jarang. Kejang
dapat disebabkan oleh meningiti, enchepalopati, atau
hipoglikemia berat. (Sondakh, 2013)
Menurut Ningsih (2012). Masalah pada bayi baru lahir bisa
menimbulkan beberapa hal diantaranya :
• Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi
pengeluaran feces yang tidak normal, baik dalam
jumlah maupun bentuk (frekuensi lebih dari normal dan
bentuknya cair). Bayi dikatakan diare bila sudah lebih
dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air
besar.
• Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang
terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
e. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar
Uterus :
1. Adaptasi Pernapasan
a) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan
kimia.
Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang
diperlukan untuk mengembangkan paru-paru
dan mengisi alveolus yang kolaps (misalnya,
perubahan dalam gradien tekanan).
Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi,
cahaya, suara, dan penurunan suhu.
Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam
darah (misalnya, penurunan kadar oksigen,
peningkatan kadar karbon dioksida, dan
penurunan pH) sebagai akibat asfiksia-
sementara selama kelahiran.
b) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali
per menit
c) Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan
muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.
d) Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi
dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir.
Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh
beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan
perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang
melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan
diagfragma, serta otot-oto pernapasan lainnya. Tekanan
rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari
cairan yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-
100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut
akan diganti dengan udara (Sondakh, 2013).
2. Adaptasi Neurologis
a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis
belum berkembang sempurna.
b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak
terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot
yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstremitas.
c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi
tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya:
kontrol kepala, tersenyum, dan meraih tangan dengan
tujuan) akan berkembang (Sondakh, 2013).
3. Adaptasi Ginjal
a) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir
disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan
kapiler glomerulus.
b) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru
lahir yang normal, tetapi menghambat kapasitas bayi
untuk berespons terhadap stresor.
c) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam
pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari
pertama; setelah itu, mereka berkemih 5-20 kali dalam
24 jam (Sondakh, 2013).
4. Adaptasi Hati
a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu
setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah.
b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang
esensial untuk pembekuan darah.
c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi
sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin; pada saat ini
bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat
besi.
d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen bersal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah
merah.
Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem
vaskular dan menembus jaringan ekstravaskular lainnya
(misalnya: kulit, sklera, dan membran mukosa oral)
mengakibatkan warna kuning yang disebut ikterus
(Sondakh, 2013).
5. Adaptasi Imun
a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme
penyerang di pintu masuk.
b) Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru
lahir:
Respons inflamasi berkurang, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif
Fagositosis lambat
Keasaman lambung dan produksi pepsin dan dan
tripsin belum berkembang sempurna sampai usia
3-4 minggu
Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas selama periode neonatus
(Sondakh, 2013).
6. Perubahan Termoregulasi dan Metabolik
Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat
karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada
lingkungan pada uterus.
Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat
badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas
pada lingkungan.
Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam
hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat
mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.
Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang
dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi. (Sondakh, 2013).
2. Asfiksia
a) Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai
dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Asfiksia Neonatorum
merupakan salah satu kegawatan bayi baru lahir, yang berupa depresi
pernapasan berkelanjutan sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Asfiksia
ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernafasan bayi dalam
menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru-paru (Karlina, 2016).
b) Tanda dan Gejala
Menurut Sondakh, (2013). Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada
asfiksia neonatorum adalah:
1) Tidak ada pernapasan (apnea) / pernapasan lambat (kurang dari 30 kali
per menit). Apnea terdiri atas dua yaitu :
Apnea primer : pernapasan cepat, denyut nadi menurun, dan
tonus otot neuromuskular menurun.
Apnea sekunder : apabila asfiksia berlanjut, bayi menunjukan
pernapasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus
menurun, terlihat lemah (pasif), dan pernapasan makin lama
makin lemah.
2) Pernapasan tidak teratur, dengkuran, atau retraksi (perlekukan dada).
3) Tangisan lemah
4) Warna kulit pucat dan biru
5) Tonus otot lemas dan terkulai
6) Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per menit).
c) Etiologi
Aliran darah dari ibu ke janin dapat dipengaruhi oleh keadaan ibu. Jika aliran
oksigen ke janin berkurang, akan mengakibatkan gawat janin. Hal ini dapat
menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Akan tetapi, bayi juga dapat
mengalami asfiksia tanpa didahului tanda gawat janin.
Gawat janin, banyak hal yang dapat menyebabkan bayi tidak bernapas saat
lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin.
Akibat gawat janin, bayi tidak menerima oksigen yang cukup. Gawat janin
adalah reaksi janin pada kondisi di mana terjadi ketidak cukupan oksigen
(Sondakh, 2013).
Gawat janin dapat diketahui dengan hal-hal berikut :
˗ Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali
per menit.
˗ Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 kali
per hari).
˗ Adanya air ketuban yang bercampur dengan mekonium atau berwarna
kehijauan.
Faktor Yang Dapat Menyebabkan Gawat Janin :
1) Keadaan Ibu :
Pre-eklamsia dan eklamsia
Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan postmatur (sesudah 42 minggun kehamilan).
2) Keadaan Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat.
3) Keadaan Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, forcep)
Kelainan bawaan
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan). (Sondakh,
2013)
d) Patofisiologi Asfiksia Sedang
Menurut (Sondakh, 2013). Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia
meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida berlebihan, dan
asidosis metabolik.
Kombinasi ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan
lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu yang membalikkan efek-efek
biokimia asfiksia, sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang
irevesibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup.
Pada awalnya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi
melakukan upaya megap-megap (gasping).
Bayi kemudian masuk ke periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi
adekuat selama apnea primer akan mulai melakukan usaha napas lagi. Stimulasi
terdiri atas stimulasi taktil (mengeringkan bayi) dan stimulasi termal (oleh suhu
persalinan yang lebih dingin).
Bayi-bayi yang mengalami proses asfiksia lebih jauh berada dalam tahap apnea
sekunder. Apnea sekunder dapat dengan cepat menyebabkan kematian jika bayi
tidak benar-benar didukung oleh pernapasan buatan, dan bila diperlukan,
dilakukan kompresi jantung.
Warna bayi, berubah dari biru ke putih karena bayi baru lahir menutup sirkulasi
perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah ke organ-organ seperti
jantung, ginjal, dan adrenal.
Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat. Pada hipoksia awal, aliran darah ke
otak meningkat, sebagai bagian mekanisme kompensasi. Kondisi tersebut hanya
dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut, maka tidak
akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak.
Dalam praktik menentukan tingkat asfiksia bayi dilakukan dengan penilaian
skor APGAR. Biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap dan 5 menit
setelah bayi lahir. Patokan klinis dimulai dengan:
Menghitung frekuensi jantung
Melihat usaha bernapas
Melihat tonus otot
Menilai refleks rangsangan
Melihat warna kulit.
e) Klasifikasi Asfiksia
Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
Asfiksia ringan atau sedikit asfiksia dengan nilai 7-9
f) Penatalaksanaan
1) Prinsip
b. Memulai Pernapasan
1) Perlengkapan penghisap
a) Suction karet
c) Kateter suction
d) Aspirator mekonium
b) Lampu penghangat
d) Jam
f) Stetoskop
h)
g) Langkah-langkah Resusitasi
Tahap 1 : Langkah Awal
Langkah awal ini perlu diselesaikan secara tepat dan cepat (dalam waktu 30
detik). Bagi sebagian besar bayi baru lahir, 6 langkah dibawah ini cukup untuk
merangsang bayi bernapas spontan dan teratur.
1. Menjaga bayi tetap hangat
Resusitasi
Tahap 2 : Ventilasi
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN
1. BIODATA
Nama Bayi : By Ny D
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
ORANG TUA
Nama Ibu : Ny. Dian Nama ayah : Tn. pil
Umur : 35 tahun Umur : 42 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta
Alamat : jln aditiawarman RT.06 Alamat : jln
aditiawarman RT.06
No. Telp/HP : No.Telp/Hp :
2. KELUHAN UTAMA :
h. Genetalia
√
Oedema : Ada tidak ada
i. Ekstremitas
4. Pemeriksaan penujang
Laboratorium :
Lain-lain :
Tidak ada
B SUMBER DATA
lain-lain :
C DIGNOSIS/MASALAH
Keringkan bayi, pembersihan jalan nafas, suction bayi, Perawatan bayi dalam inkubator,
pemberian O2, menjaga agar suhu tetap hangat, kolaborasi dengan dokter.
( ) ( )
Mengetahui
Dosen Pembimbing
( )
Langkah V : Rencana Tindakan
D PERENCANAAN
TANGGAL DIAGNOSA/ PERENCANAAN NAMA &
/ MASALAH PARAF
PUKUL
1. Lakukan pendekatan dengan
17-02- keluarga pasien
2021 2. keringkan tubuh bayi
3. berikan lampu sorot pada bayi
4. ganti kain basah dengan kain
kering yang bersih
5. posisikan kepala ayi sedikit
ekstensi
6. bersihkan jalan nafas dengan
suction
7. berikan rangsangan taktil
pada telapak dan punggung
bayi
8. observasi tanda-tanda vital
bayi setiap 1 jam sekali
9. kolaborasi dengan dokter
untuk memberikan terapi
10. lakukan perawatan bayi dalam
incubator
Langkah VI : Pelaksanaan
CATATAN PELAKSANAAN
Diagnosis/masalah:
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, V.N.L. (2010) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
JNKP-KR. Yuliana. (2015) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia.
Ningsih, Titis Arum Putri (2012) Jurnal Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.
Surakarta.
Rukiyah, A.Y., Yulianti, L (2013) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.