Oleh:
SITI KHUMAIROH, S. Kep
NPM. 19149011100074
A. Definisi
Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke non hemoragik
terbagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Stroke trombolik : proses terbentuknya trombus thrombus yang membuat
penggumpalan
2. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh
karena adanya gangguan denyut jantung.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)
- Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibandingkan wanita
- Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
2. Faktor yang dapat diubah (reversible)
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes millitus
- Stres emosional
3. Kebiasaan hidup
Merokok, minum alkohol, obat-obatan terlarang, dan aktivitas yang kurang
sehat (kurang olahraga dan makanan berkolesterol
C. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai
faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral
terhambat, dapat berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia
serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible
dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
D. Pathway
Obstruksi thrombus di
otak
Penurunan
Obstruksi thrombus di
otak
Hipoksia cerebri
Gangguan Keseimbangan
Tirah baring
menelan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik :
1. Angiografi serebri : untuk menentukan penyebab dari stroke secara spesifik
seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
perdarahan seperti aneurisma.
2. CT-Scan : Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya
infark
3. EEG : Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik
5. USG doppler : untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis)
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
Pemeriksaan laboratorium :
1. Lumbal fungsi : menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.)
4. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
G. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK, Dengan meninggikan kepala
15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya
trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan
koorinasi, spastisitas dan cedera otak
Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri atau terarah.
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
1. Ketidakstabilan postur 1. Intoleransi aktivitas
2. Keterbatasan rentang pergerakan 2. Perubahan metabolisme seluler
sendi 3. Ansietas
3. Kesulitan membolak-balikkan posisi 4. Gangguan kognitif
4. Melakukan aktivitas lain sebagai 5. Gangguan mukuloskeletal
pengganti pergerakan 6. Gangguan neromuskular
(mengendalikan perilaku) 7. Penurunan kekuatan otot
5. Perubahan cara berjalan 8. Kurang pengetahuan tentang
6. Keterbatasan melakukan motorik aktivitafisik
halus dan kasar 9. Penurunan ketahanan tubuh
7. Tremor akibat pergerakan 10. Penurunan massa otot
8. Pergerakan lambat 11. Penurunan kendali otot
9. Pergerakan tidak terkoordinasi 12. Konstraktur
10.Gerakan bergetar 13. Fisik tidak bugar
14. Keterbatasan kardiovaskuler
2. Kerusakan integritas kulit b.d hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas
Definisi : perubahan/ gangguan epidermis dan dermis
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
1. Kerusakan lapisan kulit (dermis) 1. Lembab
2. Gangguan permukaan kulit 2. Imobilitas fisik
(epidermis) 3. Perubahan turgor kulit
3. Invasi struktur tubuh 4. Gangguan metabolik
5. Penurunan sirkulasi
6. Kondisi ketidakseimbangan nutrisi
7. Perubahan status cairan
8. Perubahan pigmentasi
9. Penurunan imunoligis
10. Usia yang ekstrim
4. Gangguan menelan b.d penurunan fungi nervus vagus atau hilangnya refluks
muntah
Definisi : abnormal fungsi mekanisme menelan yang dikaitkan dengan defisit
struktur fungsi oral, faring atau esofagus
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
1. Gangguan fase esofagus 1. Abnormalitas laring
2. Nyeri ulu hati 2. Masalah perilaku makan
3. Refluks nasal 3. Penyakit jantung kongenital
4. Abnormalitas pada fase faring 4. Gangguan neuromuskular (mis
(menelan) penurunan atau hilangnya refleks
5. Tersedak sebelum menelan muntah, gangguan persepsi dll)
6. Muntah sebelum menelan 5. Penyakit refluks gastrointestinal
7. Batuk sebelum menelan 6. Gangguan pernafasan
8. Kesulitan menelan 7. Anomali saluran nafas atas
9. Hematemesis 8. Akalasia
10.Ketidakadekuatan elevasi faring 9. Gangguan saraf kranial
DAFTAR PUSTAKA