Anda di halaman 1dari 11

OPTIMISME, HARAPAN, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA, DAN

KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN EPILEPSI

Aska Primardi1
M. Noor Rochman Hadjam2
1,2
Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora No. 1, Yogyakarta
1
primardi.ask@gmail.com

Abstrak

Individu dengan penyakit parah seperti epilepsi dengan penyembuhan yang sulit dan
terapi yang lama, kualitas hidup menjadi terlihat penting sebagai keluaran perawatan
kesehatan yang diharapkan. Tujuan dari studi ini adalah untuk menguji interaksi
optimisme, harapan dan dukungan sosial keluarga sebagai prediktor kualitas hidup pada
Orang Dengan Epilepsi (ODE). Orang dengan epilepsi direkrut dari Klinik Epilepsi di
Departemen Neurology Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sebanyak 62 pasien
epilepsi berhasil direkrut menjadi subjek dalam kurun waktu Mei 2009 sampai Juli 2009.
Kualitas hidup orang dengan epilepsi, optimisme, harapan, dan dukungan sosial
keluarga diukur menggunakan kuesioner dan juga melalui wawancara terhadap 5 orang
pasien Klinik Epilepsi di Jakarta dan 4 orang di Semarang dan Yogyakarta. Optimisme,
harapan, dukungan sosial keluarga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kualitas
hidup. Menggunakan korelasi parsial tampak bahwa terdapat korelasi positif antara
kualitas hidup dengan optimisme. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa kualitas
hidup secara efektif dipengaruhi oleh kesehatan fisik (aura, fungsi kognitif dan fisik),
kesehatan psikis (kecemasan, kepercayaan diri, rasa malu, optimisme, harapan), dan
kesehatan sosial (stigma, diskriminasi, dukungan sosial, peran sosial di pekerjaan dan
pendidikan). Peran untuk meningkatkan kualitas hidup ODE tidak hanya berfokus pada
parahnya epilepsi yang diderita, namun juga efek sosial dan psikologis dari epilepsi itu
sendiri.

Kata Kunci: epilepsi, kualitas hidup, optimisme, harapan, dukungan sosial keluarga

OPTIMISM, HOPE, FAMILY SOCIAL SUPPORT AND PEOPLE WITH


EPILEPSY’S QUALITY OF LIFE

Abstract

Persons with chronic disease such as epilepsy, where a cure is not attainable and therapy
may be prolonged, quality of life has come to be seen as an important health care
outcome. The purpose of this study is to determine the interaction of optimism, hope, and
family support as predictors of quality of life in epilepsy case. People with epilepsy were
recruited from Epileptic Clinic of Department of Neurology - Cipto Mangunkusumo
Hospital, Jakarta. The 62 patients were succeeded recruited as subject from May 2009 to
July 2009. Quality of life in epilepsy, optimism, hope, and family support were diagnosed
by using the questionnaire, and also were explored using interviews with 5 patients at
Epileptic Clinic, and also 4 persons with epilepsy in Semarang and Yogyakarta.
Optimism, hope, and family support appeared to contribute most significantly to the
quality of life in epilepsy. As assessed by partial correlation analysis, there are positive
relationship most significantly between quality of life and optimism. The result of
interview showing that quality of life in epilepsy was obviously affected by physical health

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 123


(aura, cognitive function, physical function), psychological health (anxiety, self-
confidence, shyness, optimism, hope) and social health (stigma, discrimination, social
and family support, role status in work and education). The role in improving person with
epilepsy’s quality of life may not only focus heavily on the epilepsy, but also the social
and psychological effects of epilepsy.

Key Words: epilepsy, quality of life, optimism, hope, family social support

PENDAHULUAN Seseorang baru boleh dinyatakan


sebagai ODE dengan segala konsekuen-
Setiap manusia dalam perkem- sinya bila telah dapat dibuktikan secara
bangannya di usia tertentu memiliki tugas medis. Buktinya adalah pada tubuh atau
yang berbeda-beda. Dalam masa anak- otak orang tersebut tidak ditemukan pe-
anak, seseorang beraktivitas dan bermain nyebab kejang lain yang dapat dihilang-
bersama teman-temannya. Ketika menca- kan atau disembuhkan. Penyebab yang
pai tahap remaja, seseorang mengalami dapat disembuhkan misalnya adalah
perkembangan biologis, mulai muncul tumor, atau malformasi dari pembuluh
ketertarikan dengan lawan jenis, mencari darah, atau sisa darah di permukaan otak
identitas, mendapatkan kebebasan emo- yang mengiritasi otak (Arifin, 2004)
sional dari orang tua, dan juga mem- Kualitas hidup yang rendah ditemu-
bentuk perkumpulan bersama untuk kan pada anak-anak dengan gangguan
mencapai tujuan bersama. Pada tahap epilepsi. Beberapa hal yang mem-
dewasa, seseorang mulai belajar bertang- pengaruhi kualitas hidup adalah tingkat
gung jawab akan segala tindakannya, pendidikan, perkembangan mental, usia
berusaha meraih tujuannya, dan juga aktif pada saat didiagnosis, usia awal muncul-
dalam kehidupan bermasyarakat. nya serangan, frekuensi serangan, durasi
Kualitas hidup yang baik ditemukan serangan, dan jumlah obat. Selain itu,
pada seseorang yang dapat menjalankan satu fakta yang ditemukan adalah kece-
fungsi dan perannya dalam kehidupan masan orang tua menjadi prediktor
sehari-hari dengan baik, sesuai tahap rendahnya kualitas hidup pada anak-anak
perkembangannya. Menurut Renwick, dengan gangguan epilepsi (Yong,
Brown, dan Nagler (1996), kualitas hidup Chengye, dan Jiong, 2006).
individu dapat dilihat dari lima hal, yaitu Gangguan epilepsi dapat menye-
produktivitas kerja, kapabilitas intelek- rang siapapun, anak-anak, orang dewasa,
tual, stabilitas emosi, perannya dalam para orang tua bahkan bayi yang baru
kehidupan sosial, serta ditunjukkan dengan lahir. Rentang usia ODE adalah 20-70
adanya kepuasan hidup yang baik dari tahun per 100.000 orang, dengan preva-
segi materi maupun non-materi. lensi jumlah 4-10 orang per 1000 (Baker
Pencapaian kualitas hidup yang dan Jacoby, 2002). WHO (2009)
baik tidaklah mudah, seringkali ada menambahkan bahwa sekitar 50 juta
berbagai macam hal yang dapat meng- penduduk di seluruh dunia mengidap
halanginya, salah satunya adalah masalah epilepsi. Sebanyak 90% ODE ditemukan
kesehatan, yaitu gangguan epilepsi. pada negara-negara berkembang, dan
Kualitas hidup yang baik menjadi hal sebagian besar ODE belum mendapatkan
penting bagi Orang Dengan Epilepsi perlakuan sesuai yang dibutuhkan. Per-
(ODE), mengingat kesembuhan sulit kiraan persentase jumlah ODE pada
dicapai dan pengobatan dapat memakan sebuah negara adalah sekitar 1.9-2% dari
waktu yang lama. total jumlah penduduk suatu negara
(PDPERSI, 2002).

124 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010


ODE sebenarnya dapat hidup nor- dasar dalam usaha peningkatan kualitas
mal, produktif, dan mencapai kedudukan hidup. Seligman (1991) mengemukakan
dalam masyarakat, bila mendapat peng- bahwa optimisme berhubungan dengan
obatan yang tepat. Prevalensi ODE di pola pikir tentang suatu kejadian yang
Indonesia memang sulit diketahui, sebab menimpa seseorang, khusunya kejadian
banyak orang tua yang menyembunyikan buruk. Optimisme merupakan kemam-
kenyataan bahwa anaknya memiliki gang- puan seseorang untuk menginterpretasi
guan epilepsi. Hal ini disebabkan karena secara positif segala kejadian dan
hingga saat ini masyarakat masih meng- pengalaman dalam kehidupannya. Segala
anggap gangguan tersebut sebagai ku- sesuatu dimulai dari pikiran seseorang,
tukan (PDPERSI, 2000). Berdasarkan yang kemudian diwujudkan dalam
prosentase jumlah ODE pada satu negara, perilaku.
jumlah ODE di Indonesia diperkirakan Hasil wawancara awal di Semarang
ada sekitar 4 juta orang (PDPERSI, pada tanggal 9-11 Oktober 2008 menun-
2002). Jumlah data yang terkumpul jukkan bahwa ODE memiliki harapan
sampai tahun 2006 hanya sampai pada untuk mencapai kualitas hidup lebih baik,
angka 1-1.5 juta orang (“Penderita dapat beraktivitas seperti orang normal
epilepsi tidak sembuh,” 2006). Dari total pada umumnya, dan juga berkurangnya
1.5 juta orang tersebut, sekitar 20% ODE frekuensi serangan. Tinggi rendahnya
di Indonesia belum dapat disembuhkan. harapan seseorang, ditunjukkan melalui
Sebanyak 20% lainnya baru dapat seberapa besar usahanya dalam mencapai
disembuhkan dengan menjalani operasi, tujuan yang diinginkan (Snyder dan
dan sisanya (60%) dapat disembuhkan Lopez, 2007). Di dalam mencapai ha-
dengan pengobatan teratur. Sebanyak rapan tersebut, satu hal penting bagi ODE
20% ODE yang telah menjalani operasi adalah adanya kesadaran akan perilaku
tersebut, mengalami penurunan jumlah sehat yaitu menghindari 5K (Kelelahan,
serangan yang signifikan, dan juga ada Kedinginan, Kepanasan, Kepikiran, Kela-
yang sama sekali tidak mendapatkan paran) untuk meminimalisir munculnya
serangan kembali. Sisanya, sebanyak serangan. Dengan demikian, dalam pen-
80% ODE masih mengalami serangan. capaian harapannya, ODE dapat menja-
Segala bentuk masalah psikososial lani aktivitas normal tanpa melupakan
ODE disebabkan oleh beberapa hal. 5K.
Pertama, dari gangguan epilepsi itu sen- Usaha ODE dalam pencapaian
diri. Kedua, akibat dari efek samping kualitas hidup yang baik tentunya mem-
pengobatannya. Ketiga, secara tidak butuhkan dukungan dari lingkungan
langsung merupakan konsekuensi sebagai sekitar, yaitu keluarga. Lothman dan
orang yang hidup dengan gangguan Pianta (dalam Goldstein, 2000) menge-
epilepsi. Hal ini disebabkan masih adanya mukakan bahwa kualitas interaksi yang
stigma sosial tentang epilepsi. Stigma baik antara ODE-keluarga, dan hubungan
yang bersifat negatif ini seringkali baik antara keduanya, dapat menjadi
menjadi faktor pemicu stres yang lebih prediktor kesuksesan ODE untuk ber-
dominan daripada faktor medis, ataupun adaptasi dalam lingkungan masyarakat,
psikis. Label sosial inilah yang dapat dan kemandirian ODE dalam penye-
memperburuk masalah pada ODE, con- lesaian masalah.
tohnya adalah masalah pekerjaan, atau- Tujuan penelitian ini untuk menge-
pun stigma negatif masyarakat tentang tahui pengaruh optimisme, harapan, dan
epilepsi (Argyiriou dkk., 2004). dukungan sosial keluarga, sebagai pre-
Optimisme bahwa kondisi masa diktor kualitas hidup ODE. Manfaat
depan ODE akan lebih baik merupakan penelitian dapat memberikan sumbangan

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 125


informasi, dan memperkaya ilmu psi- hasil wawancara dapat melengkapi data
kologi, khususnya psikologi klinis, mem- kuantitatif.
bantu pemeriksaan kualitas hidup ODE Skala pengukuran yang digunakan
secara berkala oleh pihak rumah sakit, yaitu Skala Optimisme yang disusun
dan juga sebagai sarana sosialisasi berdasarkan konsep optimisme dari
tentang epilepsi. Hipotesis yang diajukan Seligman (1991), Skala Harapan yang
dalam penelitian ini adalah (1) ada disusun berdasarkan konsep harapan dari
hubungan positif antara optimisme, Snyder (1994), Skala Dukungan Sosial
harapan, dan dukungan sosial keluarga, Keluarga yang disusun berdasarkan kon-
dengan kualitas hidup ODE, (2) ada sep dukungan sosial dari Taylor (2006),
hubungan positif antara optimisme dan Skala Kualitas Hidup ODE yang
dengan kualitas hidup ODE, (3) ada mewakili 5 indikator kualitas hidup ODE,
hubungan positif antara harapan dengan yaitu faktor serangan, kemampuan dalam
kualitas hidup ODE, dan (4) ada belajar atau bekerja, kemampuan dalam
hubungan positif antara dukungan sosial bermain, kemampuan dalam bercinta,
keluarga dengan kualitas hidup ODE. serta kemandirian dalam pengelolaan
kesehatan.
METODE PENELITIAN Data yang diperoleh peneliti dalam
penelitian ini dianalisis secara statistik
Variabel bebas dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi
adalah optimisme, harapan, dan dukungan linear untuk menguji seberapa pengaruh
sosial keluarga. Sementara itu variabel optimisme, harapan dan dukungan sosial
tergantung dalam penelitian ini adalah keluarga, sebagai prediktor kualitas hidup
kualitas hidup ODE. ODE. Analisis korelasi parsial digunakan
Subjek penelitian ini adalah pasien untuk menguji hubungan antara opti-
di Poli Epilepsi Departemen Neurologi misme dan kualitas hidup ODE, harapan-
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo kualitas hidup ODE, dan dukungan sosial
(RSCM). Kriteria subjek dalam penelitian keluarga-kualitas hidup ODE. Analisis
ini adalah pasien yang telah didiagnosis dapat dilakukan setelah persyaratan uji
oleh dokter secara medis memiliki gang- asumsi (uji normalitas dan multi-
guan epilepsi, berjenis kelamin pria dan kolinearitas) terpenuhi. Keseluruhan
wanita tingkat pendidikan minimal SD komputasi dan analisis data dilakukan
atau yang sederajat, berusia minimal 17 menggunakan perangkat lunak statistik
tahun, tidak memiliki riwayat menderita SPSS 16.0.
penyakit kronis lain, dan bersedia
menjadi subyek penelitian tanpa adanya HASIL DAN PEMBAHASAN
paksaan. Kelengkapan data pasien yang
menjadi subjek penelitian ini didapatkan Data kuantitatif didapatkan dari 62
dari catatan rekaman medik Poli Epilepsi. ODE yang juga merupakan pasien Poli
Pengumpulan data dalam penelitian Epilepsi Departemen Neurologi RSCM
ini menggunakan metode skala untuk Jakarta. Sedangkan data wawancara
mengungkap respon pribadi subjek, dan diperoleh dari 9 ODE, melalui wawancara
kemudian diikuti wawancara pada di Semarang (3 ODE), di RSCM (5
beberapa subjek untuk melengkapi data. ODE), dan di Yogyakarta (1 ODE). Tabel
Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara 1 menunjukkan skor setiap variabel
disusun berdasarkan alat ukur penelitian penelitian.
kuantitatif, sehingga diharapkan data

126 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010


Tabel 1. Deskripsi Data Skor Setiap Variabel dalam Penelitian
Variabel
Deskripsi Statistik Dukungan Sosial Kualitas Hidup
Optimisme Harapan
Keluarga ODE
Rerata hipotetik 4 2 6 10
Rerata empirik 4.42 3.03 9.11 12.81
Deviasi standar hipotetik 1.333 0.667 2 3.333
Deviasi standar empirik 1.477 0.809 1.793 3.120

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat related quality of life/HRQOL), yang


bahwa subjek memiliki optimisme, ha- meliputi kesehatan fisik, psikis, sosial,
rapan, dukungan sosial, dan kualitas kesejahteraan, dan juga bagaimana ODE
hidup yang tinggi. Hal ini dapat dilihat menjalankan fungsinya dalam kehidupan
dari rerata empirik yang lebih besar sehari-hari (Jacoby, 2000; Goldstein,
daripada rerata hipotetiknya. Hasil ana- 2000).
lisis regresi linear menunjukkan adanya Detail dari wawancara terhadap
hubungan positif yang sangat signifikan subjek pada Tabel 2 memperlihatkan
antara optimisme, harapan, dan dukungan hasil yang menarik. Hasil wawancara
sosial keluarga dengan kualitas hidup pada tiga (3) ODE yang telah operasi
ODE (r = 0.436; p < 0.01). Hasil analisis menunjukkan bahwa perbaikan kondisi
korelasi parsial menunjukkan beberapa fisik pasca operasi membuat ketiga
hal. Pertama, terdapat hubungan positif subjek menjadi lebih percaya diri dan
yang sangat signifikan antara optimisme dapat menjalankan pekerjaan yang se-
dengan kualitas hidup ODE (r = 0.323; p mula dilarang ketika mereka masih
< 0.01). Kedua, terdapat hubungan positif terganggu oleh epilepsi. Perbaikan kon-
yang signifikan antara harapan dengan disi fisik juga harus diikuti dengan
kualitas hidup ODE (r = 0.275; p < 0.05). perbaikan kondisi psikologis dan sosial.
Ketiga, tidak terdapat hubungan yang AN adalah ODE yang telah menjalani
signifikan antara dukungan sosial ke- operasi, namun masih memiliki rasa tidak
luarga dengan kualitas hidup ODE (r = percaya diri, malu, dan rendah diri. Pada
0.006; p > 0.05). akhirnya AN pun masih sering meng-
Penilaian kualitas hidup ODE lebih alami serangan dan berpendapat bahwa
difokuskan pada status kesehatan yang hidupnya akan berakhir setelah terkena
dikaitkan dengan kualitas hidup (health- serangan.

Tabel 2. Deskripsi Subjek Wawancara


No. Nama Jenis kelamin Usia Operasi Tempat Waktu
1 RN Laki-laki 37 Sudah Rumah (Semarang) Oktober 2008
2 IS Laki-laki 28 Sudah Rumah (Semarang) Oktober 2008
3 LI Perempuan 19 Sudah Rumah (Semarang) Oktober 2008
4 YL Perempuan 25 Belum RSCM (Jakarta) Juni 2009
5 DK Perempuan 31 Belum RSCM (Jakarta) Juni 2009
6 AE Laki-laki 22 Belum RSCM (Jakarta) Juni 2009
7 RW Perempuan 21 Belum RSCM (Jakarta) Juni 2009
8 NV Laki-laki 41 Belum RSCM (Jakarta) Juni 2009
9 AN Laki-laki 21 Sudah Cafe (Yogyakarta) Juli 2009

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 127


Prof. DR. dr. Zainal Muttaqin, Sp. dengan optimis. ODE percaya bahwa
BS, dalam sambutannya pada acara tidak semua orang akan menjauhinya,
ramah tamah dan temu kangen PWE masih ada keluarga dan teman-teman
(People With Epilepsy) di Surabaya pada dekat yang menyayanginya, dan percaya
tanggal 4 Juli 2009, menambahkan bahwa bahwa masyarakat dapat memahami
gangguan epilepsi bukan hanya kejang epilepsi jika mendapat infomasi yang
dan diatasi lewat pengobatan atau operasi, lengkap. Hal inilah yang kemudian
tetapi juga menyangkut persoalan sosial, mendorong RN untuk mau berbagi
ekonomi, pergaulan, kepribadian, dan informasi tentang epilepsi dengan
sebagainya. Gangguan kepribadian, se- menulis dalam buletin gereja, ataupun
perti rasa rendah diri, lebih sulit diatasi membagikan tulisannya kepada orang
daripada gejala kejang-kejangnya. Keper- lain.
cayaan diri menjadi hal yang penting bagi Adanya rasa optimis dapat mem-
ODE dalam menjalani kesehariannya. NV bantu ODE dalam menyikapi gangguan
adalah ODE yang belum menjalani epilepsi yang dimilikinya (Mrabet,
operasi, namun dengan bekal rasa keper- Zouari, dan Ghachem, 2004). Optimisme
cayaan dirinya yang besar, NV dapat membantu ODE dalam melakukan per-
menjalani pekerjaannya seperti orang tolongan sendiri ketika sedang meng-
normal. NV optimis bahwa dengan modal hadapi permasalahan, dan juga menjadi
keyakinan, gangguan epilepsinya suatu motif tersendiri bagi ODE untuk terus
saat nanti dapat teratasi. berusaha mencapai kualitas hidup yang
Hasil korelasi parsial pertama me- lebih baik. Tanpa adanya rasa optimis,
nunjukkan bahwa dengan mengontrol ODE akan menjadi mudah menyerah. AN
variabel harapan dan dukungan sosial contohnya, tidak sepenuhnya percaya
keluarga, terdapat hubungan positif yang bahwa kondisinya akan membaik, sehing-
sangat signifikan antara optimisme ga cenderung khawatir bahwa segala
dengan kualitas hidup ODE. Optimisme aktivitasnya hanya akan membuatnya
pada ODE dapat membantu ODE untuk kelelahan dan mudah terkena serangan.
menyikapi kejadian yang dialaminya Segala tindakan berawal dari pikiran, dan
secara positif. Hal ini senada dengan hasil ketika sudah terbentuk pemikiran akan
penelitian Kung, Rummans, Colligan, dan terkena serangan, maka yang terjadi
Clark (2006) pada para penderita kanker, adalah ODE benar-benar terkena se-
yang menunjukkan bahwa optimisme rangan dan tidak dapat beraktivitas
berhubungan dengan tingginya kualitas normal.
hidup. Hasil korelasi parsial kedua menun-
Saat ini di dalam masyarakat jukkan bahwa dengan mengontrol varia-
memang masih terdapat kesalahpahaman bel optimisme dan dukungan sosial
tentang epilepsi karena minimnya infor- keluarga, terdapat hubungan positif yang
masi. Pada umumnya masyarakat meng- signifikan antara harapan dengan kualitas
anggap bahwa serangan epilepsi hanya hidup ODE. Seseorang dengan harapan
berbentuk kejang keluar buih, namun yang tinggi akan memiliki energi lebih
sebenarnya tipe serangan itu bermacam- untuk memotivasi diri berperan aktif
macam. RN mengalami serangan berupa dalam penyelesaian masalah, dan terus
pengulangan kata secara tidak sadar, AN berkembang (Bluvol dan Marilyn, 2004).
mengalami serangan berupa bengong, YL Harapan terbesar ODE adalah dapat
menceritakan bahwa orang lain merasa terbebas dari serangan dan dapat
jijik dan takut tertular ketika melihatnya beraktivitas normal. Untuk mencapainya,
terkena serangan. Segala permasalahan ODE disarankan untuk menghindari 5K
sosial tersebut dapat disikapi ODE (Kepanasan, Kedinginan, Kelaparan, Ke-

128 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010


pikiran, Kelelahan) untuk mencegah hipotesis ini. Pertama, rentang usia subjek
serangan. Setiap orang juga memiliki ke- penelitian terlalu luas, sehingga bentuk
rentanan terhadap 5K tersebut. Per- dukungan sosial keluarga pada ODE
bedaannya adalah tingkat sensitivitasnya. remaja dan ODE dewasa tentunya ber-
ODE menjadi lebih sensitif terhadap 5K, beda. Kedua, ODE tidak merasakan
sehingga disarankan untuk mencegahnya dukungan sosial dari keluarganya. Skala
agar tidak terkena serangan. Orang dukungan sosial keluarga yang digunakan
normal memiliki batas toleransi yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar
lebih tinggi terhadap 5K daripada ODE. dukungan sosial keluarga yang diberikan.
ODE memang disarankan untuk Keluarga ODE memberikan dukungan,
menghindari 5K, namun bukan berarti namun belum tentu hal tersebut diper-
ODE lantas harus membatasi segala sepsi ODE sebagai dukungan (Wortman
aktivitasnya. Usaha mencegah serangan dan Conway, 1985).
dilakukan dengan cara mengontrol Dari hasil wawancara, terdapat dua
kondisi, tidak banyak pikiran, namun juga macam persepsi ODE terhadap reaksi
harus mengisi kegiatan, agar seimbang. keluarganya. Pertama, ODE menilai bah-
Kesibukan dapat membantu seseorang wa keluarga cenderung bersifat terlalu
dalam ’melupakan sejenak’ penyakitnya melindungi (Yong, Chengye, dan Jiong,
(Velasco, Gonzalez, Etxeberria, dan 2006). Kekhawatiran keluarga akan
Gracia-Monco, 2003). Dengan demikian, aktivitas AE, membuat AE tidak tenang
kata kuncinya adalah fleksibilitas dalam dalam menjalani aktivitas. Kedua, ODE
aktivitas sehari-hari. menilai bahwa keluarganya tidak peduli
Sebagian besar ODE dapat mera- dengan kondisinya. YL menilai kakaknya
sakan sebuah aura pertanda munculnya takut tertular gangguan epilepsi yang
serangan. Hal ini bermanfaat dalam usaha dimilikinya, sehingga kakaknya tidak
pencegahan kecelakaan saat serangan. mau berbagi makanan dan minuman. RW
Aura pertanda serangan ada berbagai merasa bahwa orang tuanya tidak men-
macam. RN dan IN misalnya merasakan dukungnya dalam usaha penyembuhan.
aura itu dari perut yang kemudian naik Orang tua RW marah-marah jika melihat
sampai ke kepala. AN mendapatkan aura RW terkena serangan, ataupun ketika ia
dengan telinga yang tiba-tiba berdengung. minta uang untuk kontrol rutin ke dokter.
Namun demikian, ODE IS dan RW tidak Faktor lain yang dapat mem-
dapat merasakan aura, sehingga kece- pengaruhi kualitas hidup ODE adalah
lakaan saat serangan sulit dihindari. Hal dukungan sosial dalam konteks yang
ini disebabkan karena masalah neurop- lebih luas. IS, DK, dan AN mendapatkan
sikologis seperti perbedaan letak fokus dukungan sosial dari keluarganya, namun
epilepsi pada otak. Minimnya sosialisasi pendidikan dan pekerjaannya terhambat
tentang aura ini, seringkali menyebabkan karena rendahnya dukungan sosial dari
ODE dan masyarakat mengaitkan aura teman atau rekan kerjanya. Permasalahan
dengan hal-hal mistik. yang dihadapi ketiga ODE tersebut antara
Hasil korelasi parsial ketiga menun- lain resiko dikeluarkan dari pekerjaan jika
jukkan bahwa tidak terdapat hubungan atasan mengetahui riwayat epilepsi, rasa
signifikan antara dukungan sosial malu jika mengalami serangan di muka
keluarga dengan kualitas hidup ODE. umum, adanya ejekan yang menyebabkan
Berdasarkan hasil penelitian ini, ternyata rasa rendah diri dan tidak percaya diri
adanya dukungan sosial keluarga tidak pada ODE. Sebaliknya, dukungan sosial
selalu dapat memunculkan peningkatan dari teman-teman dapat menghilangkan
kualitas hidup ODE. Ada dua hal yang rasa rendah diri yang dimiliki RW
dapat menjadi penyebab ditolaknya sebagai ODE.

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 129


Selain itu, dukungan lain yang ber- untuk lulus Sekolah Menengah Atas, dan
manfaat bagi ODE adalah dukungan tidak merencanakan kuliah. RN sempat
sesama ODE. RN mendapatkan dukungan mengalami kesulitan dalam mengingat
informasi tentang operasi dari sebuah sebelum operasi, dan membaik pasca
komunitas ODE di Semarang. Sedangkan operasi. IS mengalami hambatan dalam
LI mendapatkan dukungan informasi belajar karena pelupa, dan disarankan
operasi dari sebuah surat pembaca yang dokter boleh melanjutkan kuliah setelah
ditulis oleh orang tua IS tentang keber- operasi, dengan pertimbangan bahwa
hasilan operasi epilepsi. Forum komu- banyaknya pikiran ketika kuliah dapat
nitas ODE dapat menjadi hal yang menjadi faktor pencetus serangan. IS pun
penting bagi ODE. baru mulai kuliah di usia 26 tahun. DK
Saran untuk melakukan operasi mengalami kesulitan dalam mempelajari
perlu dipertimbangkan oleh ODE yang hal-hal baru. DK ingin bisa cepat
memenuhi prasyarat operasi. Semakin memahami tetapi sulit, dan mudah lupa.
cepat pembedahan atau operasi dilaksa- AN sulit memahami materi kuliah, dan
nakan, maka semakin baik. Hasil analisis jika terlalu berkonsentrasi, ada kekha-
setelah proses operasi berjalan 2 tahun watiran akan munculnya serangan.
menunjukkan bahwa semakin dini operasi Hasil uji t pertama menegaskan
dilakukan, hasilnya semakin baik. ODE bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas
dengan riwayat sakitnya kurang dari 10 hidup yang signifikan antara ODE laki-
tahun, atau yang umurnya waktu operasi laki dengan ODE perempuan, yang
kurang dari 25 tahun, hasil bebas ke- ditunjukkan dengan besaran nilai t =
jangnya sekitar 85-86 %. Sedangkan yang 0.660 dan p = 0.512 (p>0.05). Hal ini
lebih dari 10 tahun, dan umurnya lebih senada dengan hasil penelitian sebelum-
dari 25 tahun, angkanya sekitar 65-70%. nya dari Choi-Kwon dkk. (2003), Lua
Arifin (2004) menambahkan bahwa dkk. (2007), dan Hawari (2006).
ada hal lain yang patut menjadi per- Hasil uji t kedua menegaskan
timbangan untuk segera mendapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan optimis-
operasi. Hal yang dimaksud adalah terapi me yang signifikan antara ODE laki-laki
obat untuk epilepsi dalam jangka waktu dan ODE perempuan, dengan besaran
lama, cenderung mengurangi kemampuan nilai t = 1.342 dan p = 0.160 (p>0.05).
ODE untuk berpikir dan bekerja secara Hal ini mungkin disebabkan karena
efektif. Epilepsi adalah gangguan yang optimisme bukan ditentukan oleh perbe-
menahun, sehingga penurunan kualitas daan gender, namun ditentukan oleh
hidup dan fungsi kognitif ODE yang kemampuan seseorang untuk menyikapi
turun pelan-pelan tidak menjadi perhatian segala permasalahan yang dihadapinya
orang di sekelilingnnya. Epilepsi bia- secara positif.
sanya muncul pada usia sekolah, sehingga Hasil uji t ketiga menegaskan
obat yang mempunyai efek penenang bahwa terdapat perbedaan harapan yang
akan mengganggu performa di sekolah signifikan antara ODE laki-laki dan ODE
dan penyesuaian diri untuk taraf perempuan, dengan besaran nilai t =
umurnya. Oleh karena itu, jika ditemui 2.008 dan p = 0.049 (p<0.05). Rerata skor
kasus epilepsi yang responsif terhadap harapan ODE laki-laki lebih tinggi (3.27
pembedahan, semakin cepat dilakukan ± 0.724) daripada rerata skor harapan
terapi semakin besar hasil yang didapat. ODE perempuan (2.86 ± 0.833). Pitaloka
Pengaruh gangguan epilepsi ter- (2008) mengemukakan bahwa kesuksesan
hadap hambatan kognitif dan belajar seseorang dalam pencapaian tujuan
nampak pada RW. Pendidikan RW ditentukan oleh kemampuannya dalam
terhambat, harus mengikuti kejar paket C mengatasi rintangan, pemicu stres, ke-

130 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010


mampuannya menghasilkan emosi positif, sakitnya, dan menghilangkan stres karena
dan usahanya dalam mencapai tujuan. aktivitas yang terbatas.
Hart dan Sander (2008) menambahkan Hasil analisis sidik ragam satu jalur
bahwa terdapat permasalahan khusus pertama menunjukkan bahwa tidak ter-
yang hanya dihadapi oleh perempuan, dapat perbedaan kualitas hidup yang
seperti menstruasi dan kehamilan, dan signifikan berdasarkan frekuensi serangan
pengaruh obat anti epilepsi terhadap yang dialaminya setahun terakhir (< 10
kedua hal tersebut. ODE perempuan lebih kali, ≥ 10 kali, bebas serangan). Hal ini
sering terkena serangan ketika memasuki ditunjukkan dengan besaran nilai F =
masa pra-menstruasi. Hal ini disebabkan 0.546 dan p = 0.582 (p > 0.05). Peng-
karena permasalahan hormonal, yang obatan yang dilakukan ODE untuk
berujung pada peningkatan stress, seperti mencapai kondisi bebas serangan mem-
yang diceritakan oleh salah satu subjek butuhkan waktu yang lama, di samping
wawancara, DK. itu masih ada juga efek samping obat
Hasil uji t keempat menegaskan terhadap kemampuan kognitif ODE.
bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas Dengan demikian, ODE dapat saja
hidup yang signifikan antara ODE bertipe terbebas dari serangan, namun belum
serangan parsial dengan ODE bertipe tentu dapat menjalankan aktivitas belajar
serangan umum. Hal ini ditunjukkan dan bekerja. Hal yang sebaliknya
dengan besaran nilai t = -0.449 dan p = ditemukan dari hasil wawancara pada
0.655 (p > 0.05). Hasil wawancara ODE yang telah menjalani operasi dan
menunjukkan bahwa ODE lebih cende- terbebas dari serangan. Semakin dini
rung menilai kualitas hidupnya dari sisi ODE dapat terbebas dari serangan,
psikis dan sosial. Permasalahan yang semakin besar kemungkinan peningkatan
sering dijumpai pada ODE bukan hanya kualitas hidupnya. Permasalahan kognitif
permasalahan serangan saja, tetapi juga akibat epilepsi dapat diminimalisir mela-
implikasinya terhadap permasalahan psi- lui tindakan operasi sedini mungkin. ODE
kologis (rasa malu, rendah diri, tidak pasca operasi menceritakan bahwa setelah
percaya diri), dan juga permasalahan so- terbebas dari serangan, mereka dapat
sial (stigma negatif, diskriminasi sosial). beraktivitas normal, dan melakukan hal-
Hasil uji t kelima menegaskan hal yang sebelumnya dilarang karena
bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup adanya kekhawatiran munculnya se-
yang sangat signifikan antara ODE yang rangan.
bekerja dan ODE yang tidak bekerja, Hasil analisis sidik ragam satu jalur
yang ditunjukkan dengan besaran nilai t = kedua menunjukkan bahwa tidak terdapat
2.715 dan p = 0.009 (p < 0.01). Rerata perbedaan kualitas hidup yang signifikan
skor kualitas hidup ODE yang bekerja antara ODE berdasarkan tingkat pen-
(13.74 ± 3.068) lebih tinggi daripada didikannya (SD, SMP, SMA, perguruan
ODE yang tidak bekerja (11.68 ± 2.842). tinggi). Hal ini ditunjukkan dengan
Pada kondisi normal, ODE sulit besaran nilai F = 2.392 dan p = 0.078 (p >
dibedakan dengan orang normal, dan 0.05). Gangguan epilepsi dapat menye-
ODE hanya sakit selama beberapa menit rang siapapun, dan pada usia berapapun.
saat terkena serangan. Dengan demikian, Permasalahan kognitif seperti kesulitan
ODE masih dapat bekerja dengan berkonsentrasi dan mengingat hampir
pengawasan yang lebih ketat daripada dijumpai pada setiap ODE dengan tingkat
orang pada umumnya. Manfaat pekerjaan pendidikan yang berbeda. Permasalahan
bagi ODE antara lain dapat membantu tersebut pada akhirnya menghambat ODE
ODE untuk melupakan sejenak kondisi dalam menjalani proses pendidikan dan
pekerjaan.

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 131


SIMPULAN assessment and treatment pp 1-10.
Harwood Academic Publishers
Beberapa simpulan yang dapat Amsterdam.
diambil berdasarkan penelitian ini antara Bluvol, A., and Marilyn, F. G. 2004
lain adalah bahwa tidak terdapat perbe- “Hope, health work and quality of
daan kualitas hidup antara ODE laki-laki life in families of stroke survivors”
dan perempuan, tidak terdapat perbedaan Journal of Advanced Nursing vol 48
optimisme antara ODE laki-laki dan pp 322–332.
perempuan, tetapi terdapat perbedaan Goldstein, L. H. 2000 “The contribution
harapan antara ODE laki-laki dan of the clinical psychologist” In
perempuan. Juga ditemukan bahwa tidak Baker, G. A., and Jacoby, A. (Ed)
terdapat perbedaan kualitas hidup antara Quality of life in epilepsy: Beyond
ODE dengan serangan parsial atau tidak, seizure counts in assessment and
tetapi terdapat perbedaan kuliats hidup treatment pp 239-253 Harwood
antara ODE yang bekerja dan tidak Academic Publishers Amsterdam.
bekerja. Frekuensi serangan epilepsi juga Jacoby, A. 2000 “Theoretical and
ditemukan tidak memberikan kualitas methodological issues in measuring
hidup berbeda, dan juga kualitas hidup quality of life” In Baker, G. A., and
tidak berbeda berdasarkan tingkat pen- Jacoby, A. (Ed) Quality of life in
didikan. Gangguan epilepsi dapat diatasi, epilepsy: Beyond seizure counts in
baik dengan pengobatan teratur ataupun assessment and treatment pp 45-64
operasi, dan perlu juga diikuti dengan Harwood Academic Publishers
penyelesaian permasalahan sosial dan Amsterdam.
psikologis terkait dengan gangguan Kung, S., Rummans, T. A., Colligan, R.
epilepsi. Komunikasi menjadi kunci bagi C., and Clark, M. M. 2006
ODE dan keluarga agar dukungan sosial “Association of optimism-pessimism
dari keluarga dapat efektif dan ODE pun with quality of life in patients with
dapat merasakan manfaat dukungan sosial head and neck and thyroid cancers”
keluarga bagi kehidupannya. Mayo Clin Proc vol 81 pp 1545-
1552.
DAFTAR PUSTAKA Mrabet, H., Mrabet, A., Zouari, B., and
Ghachem, R. 2004 “Health-related
Argyriou, A. A., Papapetropoulos, S., quality of life of people with epilepsy
Polychronopoulos, P., Corcondilas, compared with a general reference
M., Argyriou, K., and Heras, P. 2004 population: A Tunisian study”
“Psychosocial effects and evaluation Epilepsia vol 45 pp 838–843.
of the health-related quality of life in PDPERSI. 2000 ”Penyandang epilepsi
patients suffering from well- dapat hidup normal” Artikel
controlled epilepsy” Journal of http://pdpersi.co.id/?show=detailnew
Neurology vol 251 pp 310–313. s&kode =14&tbl=cakrawal diunduh
Arifin, M. T. 2004 “Epilepsi, bagaimana pada tanggal 28 April 2008
jalan keluarnya?” Artikel 2002 Epilepsi. Artikel dari
http://io.ppi- http://pusdiknakes.or.id/pdpersi/
jepang.org/article.php?id=46 diunduh ?show=detailnews&kode=907&tbl=a
pada tanggal 30 April 2009 rtikel diunduh pada tanggal 6
Baker, G. A., and Jacoby, A. 2000 “The November 2008.
problem of epilepsy” In Baker, G. A., Pitaloka, A. 2008 ”Antara optimis dan
and Jacoby, A. (Ed), Quality of life in berharap” Artikel http://www.e-
epilepsy: Beyond seizure counts in psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp

132 Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010


?id=496 diunduh pada tanggal 21 Velasco, R.D., Gonzalez, N., Etxeberria,
Januari 2009 Y., and Gracia-Monco, J.C. 2003
Renwick, R., Brown, I., and Nagler, N. “Quality of life in migraine patients:
1996 “The centrality of quality of life A qualitative study” Cephalalgia vol
in health promotion and 23 pp 892–900.
rehabilitation” In Renwick, R., WHO 2009 “Epilepsy” Artikel
Brown, I., and Nagler, N. (Ed) http://www.who.int/mediacentre/fact
Quality of life in health promotion sheets/fs999/en/ diunduh pada
and rehabilitation Sage Publications tanggal 28 April 2009.
Inc California. Wortman, C.B. and Conway, T. L. 1985
Seligman, M. E. P. 1991 Learned “The role of social support in
optimism Alfred A Knopf Inc New adaptation and recovery from
York. physical illness” In Cohen, S., and
Snyder, C.R. 1994 The Psychology of Syme, S. L. (Ed) Social support and
hope: You can get there from here health pp 281-302 Academic Press
The Free Press New York. Inc Orlando.
Snyder, C.R., and Lopez, S.J. 2007 Yong, L., Chengye, J., and Jiong, Q.
Positive psychology: The scientific 2006 “Factors affecting the quality of
and practical explorations of human life in childhood epilepsy in China”
strenghts Sage Publications Inc Acta Neurol Scand vol 113 pp 167–
California. 173.
Taylor, S.E. 2006 Health psychology Mc
Graw Hill New York .

Primardi, Hadjam, Peran Optimisme … 133

Anda mungkin juga menyukai