Anda di halaman 1dari 2

Pelanggaran etika yang dilakukan Uniqlo terhadap pekerjanya ( 7 April 2019)

Akhir akhir ini terjadi pelanggaran etika yang di lakukan oleh perusahaan terhadap
pekerjanya. Selain pelanggaran yang berpengaruh kepada lingkungan yaitu pembuangan
limbah sisa-sisa produksi yang di buang sembarangan, dan hasil gas pembuangan yang
menyebabkan polusi udara yang menimbulkan bau yang tidak sedap,  terjadi pula
pelanggaran-pelanggaran etika yang di lakukan oleh perusahaan seperti pemutusan kontrak
secara sepihak terhadap karyawan dan tidak di bayarkanya gaji karyawan yang sudah menjadi
haknya dalam bekerja.

Perusahaan fast retailing ini merupakan perusahaan brand pakaian yang terkenal di Indonesia
maupun di dunia, nama perusahaanya adalah UNIQLO. Uniqlo adalah perusahaan yang
berasal dari Jepang yang bergerak pada bidang perencanaan produk, produksi, dan distribusi
pakaian kasual. Uniqlo merupakan singkatan dari Unique Clothing yang di dirikan oleh
seorang pengusaha yang bernama Tadashi Yanai pada 7 Februari 1949. Perusaahan ini sudah
sangat lama menekuni di bidang pakaian yang sudah terbukti menghasilkan produk-produk
yang berkualitas terbaik, selain itu perusahaan ini selalu menghadirkan inovasi-inovasi
terbaru yang banyak disukai oleh para konsumennya. Karena hal itulah Uniqlo menjadi brand
pakaian yang sangat besar di dunia.

Namun, pada akhir akhir ini terdengar kasus yang sangat kurang mengenakan yang dilakukan
oleh perusahaan fashion tersebut. Pelanggaran itu adalah pemutusan hubungan kerja secara
sepihak tanpa adanya informasi yang di berikan oleh pihak perusahaan kepada para
pekerjanya. Selain itu mereka juga tidak membayarkan gaji dan tidak memberikan pesangon
kepada para pekerjanya yang telah di putus kontrak kerjanya. Pemutusan kontrak terjadi
terhadap sekitar 2000 orang yang mayoritas adalah pekerja perempuan setelah penutupan
pabrik Jaba Garmindo yang sangat mendadak pada tahun 2015. Jaba Garmanindo adalah
pemasok utama pada Uniqlo, menurut Clean Clothes yang di kutip dari situs viva.co.id baru
-- baru ini.

Dampak dari pemutusan kontrak secara sepihak tersebut juga di alami oleh pekerja yang
berasal dari Indonesia yaitu Warni dan Yayat. Keduanya merupakan pekerja dari Jaba
Garmindo yang tidak membayarkan gaji karyawannya karena adanya pemutusan kontrak oleh
Uniqlo. Para pekerja tersebut menuntut kepada Uniqlo agar memberikan kejelasan terhadap
gaji yang tidak di bayarkan kepada para pekerjanya. Warni dan Yayat melakukan demo
Bersama perkerja lainya yang juga terkena pemutusan kontrak tersebut di depan toko Uniqlo
yang akan dibuka di Denmark. Rencananya pembukaan itu yang rencanya akan di hadiri oleh
pendiri dari Uniqlo yaitu Tadashi  Yanai dan mereka akan menuntut untuk di bayarkan gaji
yang tidak diberikan oleh perusahaan tersebut. Namun pihak Uniqlo tetap masih menolak
untuk membayarkannya.

Melihat kasus yang terjadi pada Uniqlo, semestinya mereka tidak melakukan pelanggaran
etika tersebut yang sudah sangat melukai banyak pekerjanya. Selain perusahaan yang tidak
melakukan pelanggaran terhadap pekerja dan lebih memperhatikan hak-hak pekerjanya,
pemerintah juga harus ikut andil dalam kasus-kasus yang melanggar hak pekerjanya. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu membuat peraturan yang menjadi jaminan
agar para pekerja merasa aman. Dan juga pemerintah melakukan tindakan-tindakan terhadap
perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap pekerja dengan memberikan sanksi atau
pun bahkan bisa mencabut izin perusahaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai