Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Biosains Pascasarjana Vol.

18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

IDENTIFIKASI Myxobolus sp. PADA FAMILI


CYPRINIDAE DENGAN METODE MOLOKULER
DI PROVINSI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH

Ayuda Dyah Nurekawati*1, Gunanti Mahasri1, Muchammad Yunus2


1
Prodi S2 Bioteknologi Perikanan dan Kelautan, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga
2
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyosari – Surabaya, 60115 Telp. 031-5992785

e-mail: *1ayudadyah@gmail.com

Abstrak

Myxobolus sp menginfeksi insang dari ikan common carp dan golfish, parasit ini
membentuk kista pada lembar insang ikan, sehingga akan menghalangi proses penyerapan
oksigen. Diagnosa infeksi Myxobolus sp berdasarkan identifikasi myxospora yang terbentuk pada
insang famili Cyprinidae, menggunakan teknik wet mount dan teknik polymerase chain reaction
pada 18S rDNA sebagai identifikasi spesies myxospora yang lebih cepat. Data morfometri yang
digunakan untuk mengidentifikasi Myxobolus sp pada famili cyprinidae yang berasal dari Jawa
Timur dan Jawa Tengah yang menunjukkan adanya varian perbedaan bentuk dan ukuran spora.
Secara morfometri ukuran Myxobolus sp yang ditemukan menginfeksi Ikan Komet (Carassius
auratus) pada umumnya spora lebih panjang 1-2 µm, namun secara keseluruhan tidak
menunjukan perbedaan yang signifikan. Primer yang digunakan untuk amplifikasi merupakan
primer spesifik pada 18S region untuk mendeteksi Myxobolus sp dengan menggunkan Primer
ERIB1 dan ERIB10 (Barta et al.,1997). Berdasarkan hasil pemeriksaan PCR diperoleh fragmen
DNA di 2034 bp, sehingga secara Molekuler semua organ sampel yang digunakan pada penelitian
ini menunjukkan positif terinfeksi Myxobolus sp

Kata kunci: Identifikasi Myxobolus sp pada famili Cyprinidae

Abstract

Myxobolus sp infect common carp and goldfish gill, this parasite forming cyst on gill
sheet and inhibity protected the absorbing process of oxygen. Myxobolus sp infected can be
diagnosed quickly by identification of myxospora that is formed on gill, by using wet mount
technic and polymerase chain reaction at 18s rDNA as identification myxospora species.Used
morfometri data to identify Myxobolus sp at Family Cyprinidae from east java and center java
which seen that shown there were various differences at shape and size of spora. By using
morfometri size of Myxobolus sp were found to infect comet fish (Carassius auratus) were
generally longger 1-2 µm, spore than over all koi fish did not show a significantly difference.We
172
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

used specific amplification primer 18s region to detect myxobolus by using ERIB1 and ERIB10
(Barta et al.,1997). Based on the results obtained PCR fragment DNA at 2034 bp, all organ
samples in this study were positively infected by Myxobolus sp.

Keywords: Identification Myxobolus sp on family Cyprinidae

1. PENDAHULUAN Tingginya permintaan pasar


menyebabkan meningkatnya budidaya ikan air
Indonesia memiliki perairan tawar tawar. Keberhasilan dalam kegiatan budidaya
yang sangat luas dan berpotensi besar untuk ikan air tawar untuk menghasilkan ikan yang
usaha budidaya berbagai macam jenis ikan air mempunyai daya jual yang tinggi masih
tawar. Secara ekonomis, usaha budidaya ikan sangat rendah. Hal ini disebabkan kurang
air tawar sangat menguntungkan karena ikan tersedianya benih ikan yang memadai baik
ini memilki nilai ekonomi yang tinggi serta secara kualitas maupun kuantitas. Ikan yang
sangat mendukung bagi pemenuhan gizi baik secara kualitas adalah yang tahan
masyarakat dan iklim memungkinkan ikan terhadap serangan penyakit dan tahan terhadap
hias tersebut dapat bereproduksi sepanjang perubahan kualitas air. Pada umumnya, para
tahun.. Selain itu, serapan pasar ikan air tawar pembudidaya ikan di Indonesia dalam
tidak hanya terbatas di dalam negeri, kegiatan budidaya hanya berdasarkan
melainkan hingga pasar Internasional pengalaman dan ketekunan. Untuk memenuhi
(Cahyono 2000). kebutuhan pasar maka perlu dikembangkan
Famili Cyprinidae merupakan famili upaya yang tepat sehingga dapat
ikan dengan genus terbesar yang sebanyak menghasilkan ikan air tawar yang baik secara
210 genus dan 2010 spesies (Nelson, 1994). kualitas maupun kuantitas. Salah satu upaya
Meyden (1991) menyatakan bahwa distribusi mendapatkan benih ikan yang baik yaitu
famili Cyprinidae sangat luas, yaitu hampir dengan menjaga kualitas air dalam media
diseluruh dunia. Ikan dari famili Cyprinidae pemeliharaan. Penurunan kualitas air dapat
dapat dijadikan ikan hias dan sebagian lagi diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain
dijadikan ikan konsumsi, terutama ikan yang mengendapnya sisa pakan dan sisa
berukuran besar. Famili Cyprinidae yang biasa metabolisme di dasar perairan, jika dibiarkan
di konsumsi antara lain ikan mas (Cyprinus terlalu lama akan berubah menjadi amonia
carpio), ikan wader (Puntius binotatus), ikan yang bersifat toksik bagi ikan yang ada di
nilem (Osteochilus hasseltii), ikan koan atau perairan tersebut (Alifuddin dkk., 2003).
grasscarp (Ctenopharyngodon idella) dan Lingkungan air yang mengalami
ikan tawes (Barbonymus gonionotus). penurunan kualitas akan mengakibatkan
Sedangkan famili Cyprinidae yang dijadikan aktifitas agen penyebab penyakit meningkat
sebagai ikan hias antara lain : ikan maskoki, sehingga ikan mudah terserang penyakit.
ikan koi, ikan komet (Carassius auratus) dan Penyakit menyebabkan penurunan kualitas
ikan botia (Chromobotia macracanthus). dan kuantitas produk yang berdampak pada
Salah satu peluang ekspor perikanan kerugian ekonomi bagi pembudidaya. Di
adalah ikan hias yang cukup diminati di pasar antara agen infeksi yang merugikan adalah
nasional maupun pasar internasional. Nilai myxosporea dari genus Myxobolus.
ekspor ikan hias pada tahun 2010 naik 10% Myxobolus terdiri dari beberapa spesies dan
dari US$ 10 juta tahun 2009, menjadi sekitar merupakan parasit umum pada berbagai jenis
US$ 11 juta ditahun 2010. Kenaikan itu ikan air tawar dengan penyebaran hampir di
menyebabkan peluang pasar ikan hias seperti seluruh dunia (Alifuddin dkk., 2003).
ikan koi mengalami peningkatan permintaan Menurut Kepmen. No. 26/KEPMEN-
(Wijaya 2011). KP/2013 bahwa Myxobolus cerebralis dan
173
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Myxobolus koi masuk dalam daftar Hama ciri-ciri terdapat nodul putih atau agak
Penyakit Ikan Karantina (HPIK) golongan I. kemerahan atau bahkan berwarna merah pada
Jenis ikan yang sering terinfeksi Myxosporea jaringan insang. Parasit ini membentuk kista
di Indonesia antara lain benih ikan mas, tawes, pada lembar insang ikan, sehingga akan
sepat. gurami dan tambakan, inang umumnya menghalangi proses penyerapan oksigen
dari jenis famili Cyprinidae, Labirinth dan (Paperna, 1992 and Egusa, 1992).
Salmonidae. Myxosporea yang menyerang insang ikan mas
Hobir (2006) menemukan Myxobolus antara lain Myxobolus koi, M. toyamai,
cyprinii, Myxobolus koi dan Myxobolus artus Thelohanellus caliporis, sedangkan
di Magelang Jawa Tengah, pada insang ikan Myxosporea yang menyerang daging ikan
koi (Cyprinus carpio) berdasarkan bentuk dan adalah Myxobolus artus (Dana and Maskur
ukuran spora. Myxobolus sp juga ditemukan di 1991).
daerah Ngrajek kabupaten Magelang pada Genus Myxobolus memiliki jumlah
tahun 2006 dengan prevalensi mencapai 91%, spesies yang banyak, sekitar 500 spesies
(Obing, 2006). Myxobolus koi di Magelang Myxobolus yang menginfeksi ikan, dimana
Jawa Tengah sering menyerang pada benih 444 diantaranya telah berhasil dicatat Lom
ikan, sehingga hal tersebut menyebabkan dan Dykova (1992). Diagnosis penyakit ini
benih lebih rentan terinfeksi Myxobolus koi dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis,
daripada ikan dewasa. Infeksi Myxobolus koi namun identifikasi Myxobolus sampai ke
dapat menyebabkan kematian sekitar 50% dari tingkat spesies tidak mudah. Klasifikasi
populasi (Mulyana et. al. 1990). Myxobolus didasarkan pada bentuk spora yang
Rukyani (1990) melaporkan di merupakan struktur yang paling jelas.
Indonesia Myxobolus koi menyebabkan Tahapan vegetatif menunjukkan beberapa
masalah serius pada budidaya ikan koi karakteristik penting untuk klasifikasi,
(Cyprinus carpio) dengan tingkat mortalitas meskipun analisis sekuensing 18S rDNA atau
sebesar 60-90%. Menurut laporan petani ikan daerah gen lain direkomendasikan untuk
koi di Blitar, wabah penyakit ini dari tahun identifikasi sampai tingkat spesies (Camus and
2009 sampai dengan 2012 masih menyerang Griffin, 2010).
benih ikan mas berukuran 3-5 cm dengan Parasit Myxobolus sp yang
tingkat kematian 90% (Lu’lu’in et al., 2012). berkembang dengan cepat dapat
Berdasarkan wilayah Pemantauan Daerah mengakibatkan terjadinya perubahan genetika
Sebar Hama Penyakit Ikan (HPI)/Hama yang berpengaruh terhadap terjadinya mutasi
Penyakit Ikan Karantina (HPIK) di Balai terhadap sistem kekebalan tubuh inang. Faktor
Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan kemungkinan perubahan tersebut bisa
Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya I disebabkan karena lingkungan, kualitas air,
serangan Myxobolus mulai tahun 2012 sampai distribusi dan manajemen budidaya. Tingkat
dengan 2014 dilaporkan Myxobolus koi mutasi yang tinggi menghasilkan keragaman
menginfeksi benih ikan koi dengan ukuran 3– genetik yang tinggi pula. Sebagian besar
16 cm, yang berlokasi di Desa Kemloko, mutasi bersifat merusak dan menyebabkan
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, kerugian (Mahy dan Marc, 2010).
dengan kematian mencapai 90%. Selain dapat Berdasarkan uraian di atas perlu
menyebabkan kematian, parasit myxozoa juga dilakukan penelitian untuk membuktikan
dapat menurunkan nilai ekonomis dari ikan Myxobolus sp pada famili cyprinidae yang ada
hias air tawar. Penyebaran parasit ini terjadi di provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
karena perpindahan parasit dari ikan yang Penelitian ini bertujuan untuk
terinfeksi ke ikan sehat, baik secara langsung mengidentifikasi perbedaan spesies
maupun melalui inang antara pada fase Myxobolus pada famili Cyprinidae
tertentu dari siklus hidup parasit tersebut. berdasarkan analisa secara molekuler,
Myxobolus koi menginfeksi insang sehingga dapat dijadikan dasar menetapkan
dari ikan common carp dan golfish dengan kebijakan untuk menurunkan resiko
174
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

terjangkitnya Myxobolus pada budidaya ikan Jumlah sampel yang diambil


di Indonesia. berdasarkan Cannon (2001) sebanyak 150
ekor pada ukuran benih dengan ukuran ± 3-10
cm dan penentuan besaran contoh uji pada
2. METODE PENELITIAN suatu populasi semua sampel diambil secara
acak. Ikan koi yang mempunyai gejala klinis
Kegiatan penelitian ini dilakukan di insang membengkak dan operkulum tidak
Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan dapat menutup sempurna dengan jumlah nodul
Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya terbanyak akan dipilih sebagai kolam sampel.
I, selama 3 bulan dimulai dari bulan Maret Sampel yang terinfeksi Myxobolus diberi es
2016 sampai Mei 2016. Pengambilan sampel batu untuk sesegera mungkin di simpan di
ikan cyprinid yang terserang Myxobolus dalam freezer atau direndam etanol 95%
dilakukan di wilayah Jawa Timur (Blitar, (Senapin, et.al. 2007)
Kediri, Tulungagung), dan di wilayah Jawa Identifikasi pengamatan morfologi
Tengah (Magelang dan Semarang). Myxobolus dilakukan dengan memeriksa
Bahan yang digunakan PCR antara adanya spora yang memiliki polar kapsul pada
lain : Silica Extraction Kit (GeneReach spesimen segar. Nodul yang berwarna putih
Biotechnology Corp), Master Mix pada tubuh ikan disayat dan isinya dibuat
(KAPABiosytems, KK5103), smear pada gelas obyek lalu dikering
ddH2O/Nuclease Free water (PCR Grade anginkan, selanjutnya diwarnai dengan larutan
Water) (Ambion,AM9937), Agarose gel (1% Giemsa/Lugol’s iodine solution 10 – 15 menit.
Gel O-Shooter) (LE Agarose, R9012LE- Kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan
500gr), DEPC H 2O (GeneReach diudara. Setelah kering, spesimen di mount
Biotechnology Corp), GT Buffer (GeneReach dengan menggunakan entelan yang
Biotechnology Corp), Etanol 70%, TAE sebelumnya telah ditetesi dengan xylol yang
Buffer, Ethidium bromide (Maestro, berfungsi sebagai clearing agar spesimen
MR031203), Marker (Molecular Weight terlihat jernih saat diamati dibawah mikroskop
Ladder) (KAPA, KK6302), template DNA, (Lom dan Dykova, 1992). Identifikasi
primer Forward ERIB1 dan Reverse ERIB10, dilakukan dengan mikroskop Olympus CX31
Barta et al.,1997 (Gene). Binokuler Tri Coumpound perbesaran lensa
Bahan yang digunakan sebagai 400x dan 1000x. Pengamatan ini dilakukan
pengawet spora Myxobolus koi antara lain : untuk menentukan bentuk spora dengan
aquadest, entellan (Merck), etanol absolut pengukuran morfologi spora seperti panjang,
(Merck), lugol solution (UPT BPPTK LIPI), lebar dan ketebalan spora serta panjang dan
Giemsa (Merck) dan minyak emersi (Merck). lebar polar kapsul (Handajani dan
Peralatan yang digunakan dalam uji Samsundari, 2005).
coba ini adalah gunting, botol sampel, skalpel, Pemeriksaan dengan Metode PCR
pinset, beker gelas, cawan petri, gelas objek, (Polymerase Chain Reaction), saat ini deteksi
cover slip, nampan plastik, mikroskop, parasit telah berkembang menggunakan
timbangan analitik, microtube, mikropipet material DNA/RNA yaitu PCR (Polymerase
eppendorf (10 µl, 200 µl,1000 µl), tip Chain Reaction). Keunggulan PCR terletak
mikropipet, vortex, tabung eppendorf (0,2 ml, pada kecepatan, spesivitas dan sensivitasnya
0,5 ml, 1,5 ml), timbangan analitik, hot plate, dalam mendeteksi mikroorganisme patogen,
minispin, thermal cycler T100 (Bio-Rad), menjadikan teknik ini sebagai pilhan untuk
tabung erlenmayer (Iwaki Pyrex), pellet deteksi ataupun diagnose penyakit. PCR
pastle, microcentrifuge tube, mikropippet, merupakan teknik cepat untuk
vortex, UV doc (Alpha innotech), polaroid mengamplifikasi fragmen DNA spesifik
camera, frizer lemari es dan inkubator, Dry secara in vitro dengan menggunakan 2 primer
Block Thermostat (Biosan), DNA/RNA UV- untai tunggal pendek. Penelitian ini
Cleaner Box (Biosan). menggunakan Primer untuk amplifikasi
175
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

merupakan primer spesifik pada 18S region ACCTGGTTGATCCTGCCAG – 3’ (2 – 20)


untuk mendeteksi Myxobolus sp dengan dan Reverse ERIB10 5’ –
menggunkan Forward ERIB1 5’ – CCTCCGCAGGTTCACCTACGG – 3’ (2079
ACCTGGTTGATCCTGCCAG – 3’ dan – 2059), Barta et al.,1997. Total volume
Reverse ERIB10 5’ – campuran reaksi PCR sebanyak 25 µI, yang
CCTCCGCAGGTTCACCTACGG – 3’ terdiri dari Master Mix (KAPABiosytems,
(Barta et al.,1997). Adapun tahapan PCR KK510). Primer Forward 2 µI, Primer
adalah: Reverse 2 µI, Template DNA 2 µI, Nuclease
2.1. Ekstraksi DNA. free water 19 µI. Amplifikasi dilakukan
DNA diekstraksi dengan dengan setting suhu Predenaturasi pada 94 ºC
menggunakan Silica Extraction Kit (Gene) selama 2 menit, dilanjutkan denaturasi 94 ºC
dari jaringan yang diawetkan dalam larutan selama 1 menit, annealing 58ºC selama 1
etanol absolut. Masing-masing sampel menit, extension 72ºC selama 1 menit 30 detik
jaringan insang yang teridentifikasi sebanyak 35 siklus dan ditambah final
Myxobolus dimasukkan ke dalam mikrotube elongation 72°C selama 5 menit. c).
1,5 ml, tambahkan dengan 900 ul GT Buffer, Elektroforesis.
haluskan dengan menggunakan pastle 2.3. Elektroforesis.
penggerus, sentrifugasi pada kecepatan 12000 Hasil amplifikasi DNA diperiksa
rpm selama 3 menit. Larutan lapisan diambil menggunakan 1,5 % gel agarose direndam
600 ul dipindahkan ke dalam dalam mikrotube menggunakan TAE buffer 1X. Lubang pada
1,5 ml yang baru, masukkan silica 40 ul, gel diisi secara berurutan dengan marker, 10
vortex agar homogen dan disentrifugasi pada µl hasil amplifikasi dan blanko kontrol. Proses
kecepatan 12000 rpm selama 15 detik (tidak elektroforesis dilakukan selama 45 menit
boleh lebih dari 20 detik). Setelah di dengan voltase 100 volt. Gel direndam dalam
sentrifugasi buang larutannya, cuci pellet buffer yang ditambahkan SyBr save
silica dengan 500 ul GT Buffer, vortex sampai (Invitrogen) selama 15 menit. Gel diletakkan
pellet silica membentuk suspensi, di pada gel documentation, diamati di bawah
sentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm selama sinar UV dan didokumentasikan.
15 detik (tidak boleh lebih dari 20 detik),
buang larutannya, tambahkan 1 ml ethanol 2.4. Analisis data
70% untuk mencuci pellet silica dan vortex
sampai pellet silica membentuk suspensi. Hasil konvensional (morfologi),
Sentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm molekuler Polymerase Chain Reaction (PCR).
selama 15 detik (tidak boleh lebih dari 20
detik), buang etanol, gunakan mikropippet
untuk mengambil ethanol yang masih tersisa,
tambahkan 1 ml ddH2O untuk
meresuspensikan pellet silica, vortex sampai
pellet silica membentuk suspense. Inkubasi
pada suhu 55°C selama 10 menit,
homogenkan dengan di vortex selanjutnya
disentrifugasi pada kecepatan 12000 rpm
selama 2 menit, kemudian pindahkan 500 ul
dari larutan atas ke dalam mikrotube baru dan
siap digunakan.
2.2. Amplifikasi.
Amplifikasi bertujuan untuk
memperbanyak DNA dari template. Primer
yang digunakan dalam uji PCR antara lain:
primer Forward ERIB1 5’ –
176
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Tulungagung; C. Ikan komet (Carassius


auratus) Kediri dan D. Ikan koi (Cyprinus
carpio) Kediri.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Gejala klinis ikan Cyprinid


yang terinfeksi Myxobolus sp. pada insang di
Hasil pemeriksaan Myxobolus dilakukan wilayah Jawa Tengah. A. Ikan koi (Cyprinus
secara mikroskopis dan molokuler terhadap carpio) Semarang; B. Ikan komet (Carassius
spora yang terdapat pada nodul di insang ikan auratus) Semarang; C. Ikan mas (Cyprinus
cyprinid yang diambil dari beberapa sentra carpio) Magelang dan D. Ikan koi (Cyprinus
budidaya yang ada di Jawa Timur yaitu carpio) Magelang.
wilayah Blitar, Kediri dan Tulungagung,
sedangkan di Jawa Tengah wilayah sentra Parasit Myxobolus sp yang ditemukan
budidayanya yaitu Semarang dan Magelang. pada bagian insang ikan Cyprinid yang ada di
Beberapa sampel ikan yang terinfeksi wilayah Jatim dan Jateng memiliki perbedaan
Myxobolus sp yang diperoleh dari wilayah karakteristik, bentuk dan ukuran spora. Bentuk
Jawa Timur dan Jawa Tengah yang diambil spora pyriform, pipih pada anterior dan
sebagai isolat yaitu Blitar (ikan koi 4 isolat); melebar pada bagian posterior. Filamen polar
Kediri (ikan komet 2 isolat, ikan koi 2 isolat); melingkar, pada suatu garis lurus yang
Tulungagung (ikan koi 4 isolat); Semarang memanjang yang berporos pada polar kapsul.
(ikan komet 2 isolat, ikan koi 2 isolat); Pada bagian posterior dari spora mempunyai
Magelang (ikan mas 2 isolat, ikan koi 2 karakteristik dan bentuk yang sama yaitu
isolat). Adapun contoh gambar ikan yg adanya vakuola iodinophilous. Identifikasi
terinfeksi Myxobolus sp di Jawa Timur dan secara mikroskopik hasil pewarnaan
Jawa Tengah dapat dilihat gambar 1 dan menggunakan mikroskop Olympus CX31
gambar 2 dibawah ini: Binokuler Tri Coumpound perbesaran lensa
1000x.
Pewarnaan Giemsa pada spora
Myxobolus sp dari ikan Cyprinid di Jatim
dapat dilihat pada Gambar 3, sedangkan
pewarnaan Lugol iodine pada spora
Myxobolus sp wilayah Jateng dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 1. Gejala klinis ikan Cyprinid


yang terinfeksi Myxobolus sp. pada insang di
wilayah Jawa Timur. A. Ikan koi (Cyprinus
carpio) Blitar; B. Ikan koi (Cyprinus carpio)
177
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Semarang; C. Ikan mas (Cyprinus carpio)


Magelang dan D. Ikan koi (Cyprinus carpio)
Magelang.

Myxobolus sp. yang morfologinya


mirip dengan Myxobolus toyami, Myxobolus
longisporus dan Myxobolus koi, diisolasi dari
insang ikan koi (Cyprinus carpio), sering
dijumpai pada kolam ikan hias. Plasmodia
yang besar ditemukan diantara lamella, yang
menyebabkan kerusakan parah dan
menyebabkan gangguan pernafasan. Beberapa
kunci karakteristik lebih mendekati dengan
Myxobolus koi. Jika dilihat dari bagian
katubnya, spora tampak memanjang dan
bentuknya pyriformis dengan posterior yang
bulat, panjang 15.4 (14.5 – 16.5) µm dan lebar
8.3 (7.1- 9.0) µm. Polar kapsul berbentuk
pyriformis dan panjang 10.1 (9.0 -10.9) µm
Gambar 3. Pewarnaan Myxobolus sp. dan lebar 3.1 (2.5 – 3.5) µm. Polar filament
dengan Giemsa perbesaran 1000x pada membentuk 10 kumparan tegak lurus kebawah
insang. A. Ikan koi (Cyprinus carpio) Blitar; sepanjang sumbu dari bentuk spora (Alvin et
B. Ikan koi (Cyprinus carpio) Tulungagung; al., 2010). Adapun contoh pengukuran spora
C. Ikan komet (Carassius auratus) Kediri dan Myxobolus sp berdasarkan hasil pewarnaan
D. Ikan koi (Cyprinus carpio) Kediri. dengan lugol iodine dibandingkan dengan
literatur dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. A. Pengukuran spora


Myxobolus sp berdasarkan pewarnaan
menggunakan Lugol iodine; B. Pengukuran
spora Myxobolus sp berdasarkan literatur a.
panjang spora, b.lebar spora, c. tebal spora, d.
panjang polar kapsul, e. lebar polar kapsul.
Sumber (Kabata, 1985).

Identifikasi Myxobolus sp. yang


menginfeksi insang famili Cyprinidae di Jatim
dan Jateng pada spora Myxobolus sp. memiliki
sedikit perbedaan karakteristik, bentuk dan
ukuran. Secara mikroskopik ukuran spora dari
famili Cyprinidae di Jatim dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Hasil identifikasi spora Myxobolus


Gambar 4. Pewarnaan Myxobolus sp.
sp. pada organ insang ikan koi (Cyprinus
dengan Lugol iodine perbesaran 100x pada
carpio) Blitar; ikan koi (Cyprinus carpio)
insang. A. Ikan koi (Cyprinus carpio)
Tulungagung; ikan komet (Carassius auratus)
Semarang; B. Ikan komet (Carassius auratus)
178
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Kediri dan ikan koi (Cyprinus carpio) Kediri


Jawa Timur.

Data morfometri yang digunakan


untuk mengidentifikasi Myxobolus sp pada
ikan cyprinid yang berasal dari Jawa Timur
dan Jawa Tengah menunjukkan adanya varian
perbedaan bentuk dan ukuran spora,
sedangkan pada jumlah coil filament belum
dapat ditentukan dengan pasti. Namun apabila
diamati menggunakan fase kontras dapat
Sedangkan secara mikroskopik ukuran diperkirakan jumlah coil filament sekitar 7 –
spora dari famili Cyprinidae di Jawa Tengah 9. Secara morfometri ukuran Myxobolus sp
dapat dilihat pada Tabel 2. yang ditemukan menginfeksi Ikan Komet
(Carassius auratus) pada umumnya lebih
Tabel 2. Hasil identifikasi spora Myxobolus sp panjang 1-2 µm, namun secara keseluruhan
pada organ insang ikan koi (Cyprinus carpio) tidak menunjukan perbedaan yang signifikan.
Semarang; ikan komet (Carassius auratus) Kista Myxobolus sp yang ditemukan
Semarang; ikan mas (Cyprinus carpio) tidak terlihat jelas secara kasat mata
Magelang dan ikan koi (Cyprinus carpio) menginfeksi insang cyprinid hanya terlihat
Magelang Jawa Tengah. bercak halus titik-titik putih, namun dari hasil
konvensional insang cyprinid ditemukan
bentukan plasmodium menyerupai nodul yang
didalamnya terdapat sekumpulan spora
Myxobolus sp. Bentuk nodul umumnya
membulat hingga sedikit membentuk elips.
Organ sampel dari insang Ikan
Cyprinid yang terinfeksi Myxobolus sp.
diekstraksi, menggunakan Silica Extraction
Kit (Gene) untuk memperoleh DNA target,
kemudian dilakukan amplifikasi menggunakan
primer ERIB1 dan ERB10 pada proses suhu
yang sama dengan beberapa tahapan annealing
179
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

yang berbeda menggunakan suhu Gradient elektroforesis pemeriksaan PCR diperoleh


untuk mendapatkan pita DNA tunggal pada fragmen DNA di 2000 bp, sehingga secara
tamplate yang akan diuji, sehingga anneling Molekuler semua organ sampel yang
yang didapat berkisar 55ºC dan 59ºC. digunakan pada penelitian ini menunjukkan
Selanjutnya divisualisasi melalui positif terinfeksi Myxobolus sp dapat dilihat
proses elektroforesis. Hasil elektroforesis dari tabel 3.
suhu Gradient pada anneling 56,2 (G), 57,3 Tabel 3. Temperatur annealing yang
(F), 58,7 (E), 59,8 (D) dapat dilihat pada optimum yang positif terinfeksi Myxobolus sp.
Gambar 5. pada Ikan cyprinid di wilayah Jawa Timur
Hasil ekstraksi dilanjutkan dengan (Blitar, Kediri dan Tulungagung) dan Jawa
amplifikasi menggunakan suhu annealing Tengah (Semarang dan Magelang).
55ºC diperoleh pita DNA tunggal (single
band) produk PCR pada sampel 5, 6, 19, 20
Gambar 6. Elektroforesis produk PCR dengan
annealing 59ºC, menunjukkan bahwa pita
DNA tunggal (single band) nomor sampel 1,
2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 (Gambar 7)
dan 15, 16, 17, 18 (Gambar 8).
Berdasarkan beberapa tahapan
annealing yang dilakukan,sebagai penentu
dalam penelitian ini diambil suhu annealing
55ºC pada nomor sampel 5, 6; dan annealing
59ºC pada nomor sampel 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16. Hasil dari elektroforesis
produk PCR yang positif Myxobolus sp.
Primer yang digunakan untuk
amplifikasi merupakan primer spesifik pada
18S region untuk mendeteksi Myxobolus sp
dengan menggunkan Forward ERIB1 5’ –
ACCTGGTTGATCCTGCCAG – 3’ dan
Reverse ERIB10 5’ –
CCTCCGCAGGTTCACCTACGG – 3’ Gambar 5. Elektroforesis suhu Gradient. M.
(Barta et al.,1997). Berdasarkan hasil Marker; D. Anneling 59,8 ºC; E. Anneling
58,7 ºC ; F. Anneling 57,3 ºC; G. Anneling
56,2 ºC.

180
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Gambar 8. Elektroforesis produk PCR pada


suhu annealing 59 ºC. A. Marker; B. Sampel
Gambar 6. Elektroforesis produk PCR pada 15; C. Sampel 16 ; D. Sampel 17; E. Sampel
suhu annealing 55 ºC. A. Marker; B. Sampel 18.
5; C. Sampel 6 ; D. Sampel 19; E. Sampel 20.

4. KESIMPULAN
Pengamatan Myxobolus yang menginfeksi
ikan cyprinid, secara wet mount hanya dapat
digunakan untuk mengidentifikasi berdasarkan
morfologi dan morfometri hingga tingkat
genus.
Nodul Myxobolus menyebabkan pada
insang yang berwarna putih atau kemerahan
dan memenuhi rongga insang sehingga
operculum tidak dapat menutup dengan
sempurna, gerakan ikan tidak aktif, sisik
geripis dan warna tubuh agak pucat/gelap.
Berdasarkan hasil pemeriksaan PCR
diperoleh fragmen DNA di 2000 bp, sehingga
secara Molekuler semua organ sampel yang
digunakan pada penelitian ini menunjukkan
positif terinfeksi Myxobolus sp
Gambar 7. Elektroforesis produk PCR pada
5. SARAN
suhu annealing 59 ºC. A. Sampel 1; B.
Sampel 2; C. Sampel 3 ; D. Sampel 4; E.
Pengamatan Myxobolus yang
Sampel 7; F. Sampel 8; G. Marker; H. Sampel
menginfeksi famili cyprinidae, secara wet
9; I. Sampel 10; J. Sampel 11; K. Sampel 12;
mount berdasarkan morfologi, morfometri dan
L. Sampel 13; M. Sampel 14.
metode PCR dapat dijadikan data pendukung
bahwa jenis Myxobolus tersebut hingga
tingkat genus, sehingga dengan metode PCR
181
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

ini dapat dilakukan dengan uji lanjutan yaitu Pengendalian Mutu dan Keamanan
proses sekuensing hingga tingkat sepesies. Hasil Perikanan Kelas I Surabaya I.
Kementerian Kelautan dan Perikanan
6. UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta.
Camus A.C. and Griffin M.J., 2010,
Ucapan terima kasih penulis sampaikan Molecular Characterization and
kepada Fakultas Bioteknologi Perikanan dan Histopathology of Myxobolus koi
Kelautan Universitas Airlangga yang telah Infecting The Gills of a Koi, Cyprinus
memberikan dukungan dan arahannya atas carpio, with an Amanded
terselesaikannya penelitian ini. Morphological Description of The
Agent, J. Parasitol., 96(1): 116–124.
DAFTAR PUSTAKA Cannon, R.M. 2001. Sense and sensitivity-
designing surveys based on an
Afrianto, E dan Liviawaty, E., 1992. imperfect test. Prev Vet Med. 49:141-
Pengendalian Hama dan Penyakit 163.
Ikan. Kanisius Yogyakarta : 88 hal. Crawshaw M. T., and Sweeting R.A.,. 1986,
Myxobolus koi Kudo, 1919: A New
Alvin C. and Matt J. Griffin, 2010. Molecular
Record for Britain, Journal of Fish
Characterization and Histopathology
Diseases 9: 465–467.
of Myxobolus koi Infecting the Gill of
Dana D. and Maskur, 1986, Susceptibility of
a Koi,Cyprinus carpio, with an
Common Carp Fry (Cyprinus carpio L)
Amende Morphological Description
to Infection by gill and Muscle
of the Agent.Journal of Parasitology.
Myxosporea, Improvement of Inland
96:116-124
Aquaculture. Nodal Center for
International Programme, Tokyo
Anonim, 2010. Keputusan Menteri Kelautan
University of Agriculture.
dan Perikanan No:
Dana, D. & Maskur. 1991. Susceptibility of
KEP.03/MEN/2010, Tentang
Common Carp Fry (Cyprinus carpio,
Penetapan Jenis-Jenis Hama dan
L.) to Infection by Gill and Muscle
Penyakit Ikan Karantina, Golongan,
Myxosporea. Improvement of Inland
Media Pembawa dan Sebarannya.
Aquaculture. Nodai Centre of
International Programme. Tokyo
Anonimous, 2006. QIAGEN, DNeasy Blood
University of Agriculture.
and Tissue Handbook.
Darmo Handoyo dan Ari Rudiretna, 2001.
Anonimous. SNI 7547,2009. Badan
Prinsip Umum dan Pelaksanaan
Standarisasi Nasional Jakarta.
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pusat Studi Bioteknologi – Universitas
Anshary H, 2008. Modul Pembelajaran
Surabaya. Unitas, Vol. 9, No. 1
Berbasis Student Center Learning
Djajadiredja RTH, Panjaitan A, Rukyani A,
(SCL) Mata Kuliah Parasitologi Ikan.
Sarono D, Satyani, Supriyadi H. 1982.
Fish quarantine and fish disease in
Aquavetplan. 2005. Australian Aquatic
Southeast Asia. Report of a workshop.
Veterinary Emergency Plan. Edition
Jakarta. 19-21pp.
1.0. Primary Industries Ministerial
Effendy, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis
Council. Canberra. Page 11.
Koi. Kanisius. Jakarta.
Eiras, J. C., K. Molnar dan Y. S. Lu. 2005.
BKIPM. 2014. Peta Daerah Sebar Hama dan
Synopsis of the Species of
Penyakit Ikan Karantina (HPIK) tahun
Myxobolus Bütschli, 1882 (Myxozoa
2014. Balai Karantina Ikan
182
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

: Myxosporea : Myxobolidae). Syst Friedrich Alexander Universität. p.


Parasitol, 61: 1-46. 96-115.
El-Matbouli, A. and R.W. Hoffmann. 1989. Karandashova S., 2008, The Introduction of
Experimental Transmission of Two Myxozoan Parasites Through The
Myxobolus spp. Institu fur Zoologie Release of Feeder Goldfish (Carassius
und Hydrobiologie der Universitat auratus), Honors Baccalaureate Thesis
Munchen, Kaulbachstrasse 37. of Science in Microbiology, Oregon
Parasitology Research. Federal State University.
Republic of Germany. Developing Kent, M. L. 1992. Disease of Seawater
Bisporogeny Via Tubificid Worms. 1 Netpen-Reared Salmonid Fishes the
Hal. Pacific Northwest. Department of
Eszterbauer E, Benko M, Dan A, Molnar K,. Fisheries and Oceans. Nanaimo. pp.
2001. Identification of Fish parasitic 36.
Myxobolus (Myxosporea) species Kent, M. L., Andree, K. B., Bartholomew, J.
using a combined PCR-RFLP L., El-Matbouli, M., Desser, S. S.,
Method,Veterinary Medical Research Delvin, R. H., Feist, S. W., Hedrick,
Institute Hungarian. R. P., Hoffmann, R. W., Khattra, J.,
Farmer, J. N. 1980. The Protozoa. Hallett, S. L., Lester, R. J. G.,
Introduction to Protozoology. The Longshaw, M., Palenzula, O., Siddall,
C.V. Mosby Company, St. Louis. M. E. and Xiao, C. (2001): Recent
Glick BR dan Pasternak J.,J. 1998. Molecular advances in our knowledge of the
biotechnology: Principles and Myxozoa. J. Eukaryot. Microbiol. 48,
aplication of recombinant DNA. 395–413.
Second edition. ASM Press, Kim J.H. 2002. Parasitic Infections in Live
Washington. Freshwater Tropical Fishes Imported
Gul, A., M. Yilmaz, A. Kuscu and S. Benzer. to Korea. Dis Aquat Organ 22, 52,
2010. Feeding Properties of Common 169-73.
Carp Cyprinus carpio L., 1758) Kudo R., 1977, Protozoology, 5th ed.,
Living in Hirfanli Dam Lake. Publisher Illinois USA, p: 775 – 795.
Kastamonu Edu J, 18 (2) : 545-556. Larkin, M.A., Blackshields, G., Brown, N.P.,
Handajani, R. 2003. DNA Sekuensing. Kursus Chenna, R., McGettigan, P.A.,
Biologi Molokuler. Gramik FK Unair. McWilliam, H., Valentin F.,
Surabaya, 7 Juni 2003. Wallace, I.M., Wilm, A., Lopez, R.,
Thompson, J.D., Gibson, T.J. &
Hobir Obing. 2006. Kajian morfologi Higgins, D.G. 2007. ClustalW and
Myxobolus sp. pad ikan Mas ClustalX version 2. Bioinformatics
(Cyprinus carpio). Thesis of Master 23, 2947-2948.
degree. Yogyakarta. Gadjah Mada Levine N.D., Corliss J.D., Cox F.E.G., Deroux
University. G., Grain J., Honigberg B.M., Leedale
Hoffman G.L. and O’Grodnick Y.J, 1977, G.F., Loeblich III A.R., Lom J., Lynn
Control of Whirling Disease D., Menfeld E.G., Page F.C., Polyansky
(Myxosoma cerebralis): Effects of G., Vavra V. and Wallace F.G., 1980,
Chlorine, J. Fish Biol., 10:175-179. A Newly Revised Classification of The
Hoshina T., 1952, Notes on Some Protozoa, J. Protozool 27(1):37-58.
Myxosporidian Parasites of Fishes of Lom J, Dyková I (1992) Protozoan parasites
Japan, Journal of Tokyo University of of fishes. Elsevier Science Publishers,
Fisheries 39: 69–89. New York Longshaw M, Feist SW,
Kallert, D. M. 2006. Life Cycle Studies and Canning EU, Okamura.
Transmission Mechanisms of Lowers J.M. and Bartholomew J.L., 2006,
Myxozoan Parasites. Dissertation. “Detection of Myxozoan Parasites in
183
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Oligochaetes Imported as Food for Teknologi. UIN Sunan


Ornamental Fish” Journal of Kelijaga.Yogyakarta. 2-3 hal.
Parasitology pp. 84–91. Rukyani, A. 1978. Two species of
Lu’lu’in, H., Devi, N. A., Mahasri, G. And myxobolidae(Myxosporidia) from
Kusdarwati, R. (2012) The relation of fresh water fisher in Java. Pew.Lemb.
Myxobolus koi investation degree to Penel. Perik. Dar, 1:24-25.
the number of spore and the Rukyani, A. 1990. Histopathological Changes
destruction degree of carp (Cyprinus in the Gill of Common Carp
carpio L.) intestine. J Aq. Fish (Cyprinus carpio L.) Infected with the
Health. 1:2. Myxoosporean Parasite Myxobolus
Mahy., Brian, W.J.and Marc, H.V van koi Kudo,1920, Asian Fisheries
Regenmortel. 2010. Desk Society, Manila, Philippines 337-341.
Encyclopedia of General Virologi. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci
Published by Academic Press Elsevier Idnetifikasi I. Binacipta. Bandung.
Ltd. Malole, M.B., 1988 Virology. 245 Hal.
Pusat Antar Universitas. IPB.p 113 Sachlan M. 1952. Notes on parasites of
freshwater fishes in Indonesia.
Molnar, K.(1994): Comments on the host, Contrib Intl Fish Res Stat 2:1-60.
organ and tissue specificity of fish Saitou, N & M. Nei.1987. The Neighbor
myxosporeans and on the types of Joining Method: A New Method for
their intrapiscine development. Reconstructing Phylogenetic Trees.
Parasit. Hung 27, 5–20. Molecular Biology and Evolution. 4:
Mulyana, R. I. Riadi, S. L. Angka, dan A. 406-425.
Rukhyani. 1990. Pemakaian Sistem Sambrook J., Fritsch, E.F. and Maniatis, T.
Saringan Untuk mencegah infeksi 1989. Molecular Cloning: a
parasit pada benih ikan (Cyprinus Laboratory Manual. 2nd ed. N.Y.,
carpio L.) di kolam. Balai Penelitian Cold Spring Harbor Laboratory, Cold
Perikanan Air Tawar, Pusat Penelitian spring Harbor Laboratory Press.
dan Pengembangan Perikanan, Badan Schlegel M., Lom J., Stechmann A., Bernhard
Penelitian dan Pengembangan D., Leipe D., Dykova I., Sogin M.L.,
Pertanian. Bogor. Hal. 169-173. 1996, Phylogenetic Analysis of
Newton, C.R. and A. Graham. 1994. PCR. Complete Small Subunit Ribosomal
UK: Bios Scientific Publisher. RNA Coding Region of Myxidium
Noga, E. J. 2010. Fish Disease. 2nd Edition. Lieberkuehni: Evidence that Myxozoa
Wiley Blackwell. USA. pp. 242. are Metazoa Related to the Bilateria.
Archiv Fur Protisten Kund 147:1±9.
Paperna, I. 1992. Diseases Caused by Senapin, S., Phewsaiya, K., Briggs, M.,
Parasites in The Aquaculture of Warm Flegel, T.W. 2007. Outbreaks of
Water Fish. Annual Reviewof Fish infectious myonecrosis virus (IMNV) in
Diseases 1. 155-194. Indonesia confirmed by genome
Pavlovskii F.N., 1962, Key to Parasite of sequencing and use of an alternative
Freshwater Fish of The USSR, Israel RT-PCR detection method.
Programme from Scientific Translation, Aquaculture, 266:32-38.
Yerussalem.
Purwaningsih, I. 2013. Identifikasi Ektoparasit
Protozoa pada Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio Linnaeus, 1758) di
Unit Kerja Budidaya Air Tawar
(UKBAT) Cangkringan Sleman DIY.
Skripsi. Biologi. Fakultas Sains dan
184
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia

Shukla, S.N. and V. Patel. 2013. Studies on Common Carp. Fish Pathology 32:
Food and Feeding Behaviour of 211–217.
Cyprinus carpio and Their Yuwono, T.2006. Teori dan Aplikasi
Gastrosomatic Index from Polymerase Chain Reaction. Andi
Govindgarh Lake, Rewa (M.P.), India. Offset. Yogyakarta.
Online International Interdisciplinary Zhang1,2, H Yokoyama, J G Wang, A H Li1,
Res J. 3 : 116-122. X N Gong, A Ryu-Hasegawa, M
Shuzo Equsa, 1992, Infectious Diseases of Iwashita and K Ogawa (2010).
Fish, Amerind Pub.Co. Utilization of tissue habitats by
Sulistyaningsih, Erma. 2007. Polymerase Myxobolus wulii Landsberg & Lom,
Chain Reaction (PCR): Era Baru 1991 in different carp hosts and
Diagnosis dan Manajemen Penyakit disease resistance in allogynogenetic
Infeksi Biomedis, Vol. 1. gibel carp: redescription of M. wulii
Supriyadi, H. 2004. Membuat Ikan Hias from China and Japan. Journal of Fish
Tampil Sehat Dan Prima. Agro Media Diseases 33:57–68
Pustaka. Jakarta.
Susanto dan Rochdianto A. 1997. Kiat
Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis.
PT Penebar Swadaya. Depok.
Susanto, H. 2000. Koi. Penebar swadaya.
Jakarta.
Susanto, 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di
Lahan Kritis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Susanto, H. 2008. Panduan Memelihara Koi.
Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal.
Wijaya, T. 2011. Nilai Ekspor Ikan Hias
Bakal Naik 10%. Republika
Indonesia.Diunduh pada tanggal 30
Januari 2013 dari
http://www.republikaindonesia.com.
Tamura K, Peterson D, Peterson N, Stecher G,
Nei M, Kumar S (2011). MEGA5:
molecular evolutionary genetics
analysis using maximum likelihood,
evolutionary distance, and maximum
parsimony methods. Mol Biol Evol
28:2731–2739.
doi:10.1093/molbev/msr121.
Woo, P. T. K., D. W. Bruno, and L. H. S. Lim.
2001. Diseases and Disorders of
Finfish In Cage Culture. CAB
International, New York USA. 250-
251.

Yokoyama H., Inoue D., Kumamaru A. and


Wakabayashi H., 1997, Myxobolus koi
(Myxozoa: Myxosporea) Forms Large-
and Small-Type ‘Cysts’ in The Gills of

185
JBP Vol. 18, No. 2, Agustus 2016— Ayuda Dyah Nurekawati

Anda mungkin juga menyukai