Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN AMPUTASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Sehabudin Salasa.,S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh :

Andini Anissa D 1908625

Intan Nurfadillah 1909476

Siti Nurjanah 1908703

Vina Mahesa F 1909872

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
A. Definisi Amputasi
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung. Dalam
ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh
anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh.
Amputasi adalah operasi pemotongan bagian tubuh, misalnya jari, lengan,
tungkai atau kaki. Operasi ini dilakukan berjuan untuk mengendalikan rasa sakit
atau penyakit yang menyerang pada bagian tubuh tertentu. Istilah amputasi
merujuk pada hilangnya atau diangkatnya anggota gerak seseorang.
Penyebabnya bisa terbagi menjadi dua berikut ini:
 Amputasi yang terjadi secara tidak sengaja akibat kecelakaan.
 Amputasi yang direncanakan untuk menyelamatkan sisa jaringan yang masih
sehat.
Amputasi dilakukan ketika ekstremitas sudah tidak dapat diperbaiki dengan
menggunakan teknik lain atau terdapatnya kondisi yang dapat membahayakan
keselamatan tubuh atau merusak organ tubuh yang lain sehingga menimbulkan
komplikasi infeksi, perdarahan dan pertumbuhan stump yang abnormal.
Adapun amputasi sebagai prosedur pemotongan bagian tubuh dilakukan untuk
mencegah kondisi yang lebih berbahaya, seperti penyebaran infeksi dan kanker,
atau jika terdapat jaringan tubuh yang mati pada organ yang hendak dipotong.
B. Etiologi
Trauma merupakan penyebab utama amputasi di seluruh dunia. Jumlah
orang yang di amputasi adalah karena trauma bervariasi dari negara ke negara.
Di negara-negara maju, trauma biasanya terjadi sebagai akibat kecelakaan
industri, kecelakaan pertanian, atau kendaraan bermotor kecelakaan, yang
meliputi mobil, sepeda motor dan kereta api. Trauma menyumbang sekitar 30%
dari amputasi baru (Enrico, 2004). Penyakit terdiri dari ada penyakit peripheral
vascular, penyakit yang menyebabkan amputasi, penyakit pembuluh darah
dengan sirkulasi yang buruk adalah yang paling umum. Penyakit ini membatasi
aliran darah arteri untuk ekstremitas bawah menyebabkan bisul dan gangren,
yang dapat menyebabkan amputasi. Diabetes adalah penyebab umum lain dari
kehilangan anggota tubuh. Ada diperkirakan 135.000.000 orang dengan diabetes
di dunia. Komplikasi diabetes menurunkan sirkulasi dan sensasi pada tungkai.
Hal ini dapat mengakibatkan bisul dan infeksi yang dapat menyebabkan
amputasi. Tumor merupakan ekstremitas yang terkena tumor di angkat untuk
mencegah penyebaran kanker dan menghindari kematian. Kusta dapat
menyebabkan hilangnya sensasi di tangan dan kaki. Bisa terjadi terinfeksi dan,
jika tidak diobati dapat menyebabkan amputasi. Kongenital Adanya deformitas
sejak bayi. Dari seluruh kasus, sekitar 1% penyebab amputasi yang disebabkan
oleh bawaan sejak lahir terjadi karena adanya deformitas.
C. Patofisiologi (pathway)
Chronic Limb Ischaemia merupakan klasifikasi dari penyakit arteri
peripheral. Biasanya dikaitkan dengan obstruktif di arteri aterosklerotik. Proses
penyakit ini, penting untuk dicatat bahwa karena hasilnya Chronic Limb
Ischaemia yaitu dari ketidak seimbangan antara suplai nutrisi dan permintaan
metabolik pada jaringan distal (Dieter, 2017). Salah satu penyebab adalah
Aterosklerosis. Chronic Limb Ischaemia, hasil dari penyakit oklusi arteri
Peripheral aterosklerotik dan banyak faktor risiko yang sama penyakit
aterosklerosis di wilayah vaskular lainnya. Faktor risiko meliputi hipertensi,
hypercholesterikemia (kolestrol tinggi), merokok dan diabetes mellitus.
Aterosklerosis memiliki beberapa tahap untuk menjadikan plak di arteri.
Langkah A melibatkan aktivasi sel endotel, monosit rekrutmen, dan penyerapan
LDL dimodifikasi dan aktivasi dari sel-sel otot polos pembuluh darah. Langkah
B kemajuan ke tahap beruntun lemak di mana disusupi monosit mengkonversi
ke makrofag yang menjadi sel busa. Langkah C mengandung lipid berlimpah,
endotel dan pembuluh darah halus aktivasi sel otot, dan monosit infiltrasi terus.
Langkah D melibatkan pembentukan ateroma yang kompleks di mana limfosit
direkrut ke neointima plak tumbuh dan sel-sel otot polos pembuluh darah secara
signifikan memperluas. Langkah E dan menghasilkan matriks extracelluar
signifikan menciptakan fibrosa. Tahap akhir dari aterosklerosis adalah pecahnya
plak dan trombosis.
Aterosklerosis menyebabkan penyempitan lumen arteri yang disebut dengan
stenosis atau terjadi thrombosis sehingga thrombosis pada arteri atau vena,
mengakibatkan terganggu atau tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan
organ-organ. Aterosklerosis terjadi ketika plak menumpuk pada dinding
pembuluh darah arteri yang memasok darah ke tungkai. Plak tersebut terdiri dari
kolesterol dan zat-zat lemak lainnya. Hal ini yang menyebabkan arteri menjadi
tersumbat sehingga dapat mengurangi atau menghentikan aliran darah ke daerah
tungkai. Apabila cukup parah, maka aliran darah dapat tersumbat dan
menyebabkan kematian jaringan sehingga dapat dilakukan tindakan amputasi.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :
A. Nyeri akut
B. Keterbatasan fisik
C. Pantom syndrome
D. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
E. Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri

E Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum
1. Kesadaran : Kesadaran biasanya composmentis
2. Tanda-tanda vital : perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama
klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalan
nafas, mempertahankan oksigenasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan
darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
 Body System
1. Sistem Respiratori
 Penurunan kapasitas paru
Pada klien imobilisasi pada posisi baring terlentang, maka komtraksi otot
intercosta relatif kecil, difragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi
maksimal dan ekspirasi paksa.
 Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tertidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan
radio ventilasi dengan perfusi setempat, jika cecara mendadak maka akan
terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi
hipoksia
 Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat imobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran penafasan
sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental
dan menggangu gerakan siliraris normal.
2. Sistem Kardiovaskuler
 Peningkatan denyut nadi
Terjadi sebagai manifes klinis pengaruh faktor metabolik, endokrin dan
mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering di jumpai
pada pasien dengan immobilisasi.
 Penurunan cardiac reseve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatakan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi
sekuncup.
 Orthostatic hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
anterior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih
panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di
ekstermitas bawah, volume darah yang bersikulasi menurun, jumlah darah
ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan
tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat
bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan.
3. Sistem Muskuloskeletal
 Penurunan kekuatan otot dengan adanya imobilisasi dan gangguan sistem
vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan
terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
 Atrofi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atrofi dan
paralisis otot.
 Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atrifi dan penurunan kekuatan otot serta adanya
keterbatasan gerak
 Osteoporosis
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan
persenyawaan organik dan anorganik sehingga masa tulang menipis dan
tulang menjadi keropos.
4. Sistem pencernaan
 Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan
menurunya nafsu makan.
 Konstipasi meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat paristaltik
usus dan sepinter anus menjadi kontriksi sehungga reabsorbsi cairan
meningkat dalam colon, menjadi feses lebih keras dan orang sulit buang air
besar.
5. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kemih berada
dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urin harus melawan gaya gravitasi,
pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan:
 Akumulasi endapan dari renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal
 Tertahanya urin pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya
kuman, dan dapat menyebabkan ISK.
6. Sistem Integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian seperti punggung dan bokong
akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi
ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan menjadi ischemia, hyperemis dan akan
normal kembali jika tekanan dihilangkan dan sulit dimasase untuk
meningkatkan suplai darah.
7. Sistem Persarafan
Neuropati perifer juga menempatkan orang yang mengalami diabetes beresiko
amputasi.
8. Sistem Reproduksi
Pada pasien amputasi tidak melakukan aktifitas seksual dikarenakan kondisi
pskikologis pasien kemumkinan terjadi kecemasan melalu penilaian terhadap
amputasi yang akan dilakukan atau yang telah dilakukan.
9. Sistem endokrin
Rangsangan ke hypotalamus posterior untuk mengahambat pengeluaran ADH,
sehingga terjadi peningkatan diuresis.
10. Sistem Pengindraan
Mayoritas orang yang mengalamisensasi limpa fantom (seperti kesemutan,
baal, kram, atau gatal pada kaki atau tangan fantom) diawal periode pasca
operasi.
11. Sistem Imunitas
Terjadi ulkus statis dan telah menjadi terinfeksi karena gangguan gagguan
proses imun yang memungkinkan bakteri berpoliferasi.
F. Penatalaksanaan
 Balutan rigid tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga
jaringan lunak dan mengotrol nyeri, serta mencegah kontrakstur. Segera setealah
pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang
ekstensi prostesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Pasang kaus kaki streril
pada sisi steril, dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai
(puntung) kemudian dibalut dengan gips elastis yang ketika mengeras akan
memberikan tekanan yang merata. Gips diganti segitar 10-14 hari. Bila terjadi
peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segera
diganti.
 Balutan lunak balutan dengan atau tampa kompresi dapat digunakan bila
diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai
imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan
alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
 Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-
tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis
dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani
dengan antibiotik. Dalam beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dan klien
telah stabil, dilakukan amputasi difinitif dengan penutupan kulit.
 Prosthesis
Prostesis sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah,
sehingga latihan segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prostesis
sementara adalah membiasakan klien menggunakan prostesis sedimi mungkin.
Kadang prostesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh
tampa penyulit. Pada amputasi karena penyakit pembuluh darah, prostesis
smentara diberikan setelah empat minggu.
Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstermitas yang hilang.
Artinya defek sistem muskuloskeletal hatus diatasi, termasuk defek faal. Pada
ekstermitas bawah, tujuan prostesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya
untuk ekstermitas atas, tujuan ini sulit dicapai, bahkan dengan tangan
mioelektrik canggih yang berkerja atas sinyal mioelektrik dari otot biseps dan
trisps.

KASUS I

Pasien mengeluh Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari
ini, sebelum masuk rumah sakit awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas,
riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah (-), pingsan (-).

klien sedang menjalani perawatan post operasi amputasi yang dilakukan pada
tanggal 24 November 2020.klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas lutut tepat pada
lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga mengganggu ketenangan klien.
klien tidak pernah mengalami penyakit yang serius seperti asma, dan penyakit menular
lainnya, klien tidak pernah di rawat di rumah sakit.kebiasaan Sehari-hari

Sebelum masuk rumah sakit pola makan klien 3 x sehari, makanan yang di
sukai adalah nasi goreng dan klien tidak mempunyai pantangan makanan. Sesudah
masuk Rumah Sakit Pola makan klien 3 x sehari, nafsu makan menurun,klien hanya
makan ¾ dari satu porsi yang di sajikan. Sebelum masuk ke Rumah Sakit klien minum
5-6 gelas perhari dengan jumlah 1500-2000 cc/hari, dengan jenis air putih, minuman
yang disukai adalah teh manis. Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien minum 3-4 gelas
perhari dengan jumlah ± 1500 cc/hari, dengan jenis air putih.

Sebelum masuk Rumah Sakit klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari,
tidak ada kesulitan untuk tidur. Sesudah masuk Rumah Sakit klien tidur siang 1-2
jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien mengalami kesulitan waktu tidur akibat
nyeri pada kaki kiri dan cara mengatasinya dengan minum obat dan mengubah posisi
menyandar (semi fowler). Sebelum masuk ke Rumah Sakit frekuensi BAK klien adalah
5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan
dan baunya khas. Sesudah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan
jumlah urine ± 1200-1300 cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya
khas. Sebelum masuk ke Rumah Sakit, frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan warna
kuning kecoklatan, bau khas, konsistensi lembek dan tidak ada kelainan. Sesudah
masuk ke RS, frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, warna kuning kecoklatan, bau khas
dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau khas. Dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu oleh keluarga dan perawat, hal ini
dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan kaki kirinya yang diamputasi. klien mandi
2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci rambut 3 x/minggu, potong kuku 1x/minggu
Sesudah masuk ke Rumah Sakit, klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari,
cuci rambut 1x/minggu, potong kuku 1x/minggu Klien tidak ada mengalami kesulitan
dalam personal hygiene.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
1) Nama :-
2) Tempat, tanggal lahir : -
3) Jenis Kelamin :-
4) Agama : Islam
5) Pendidikan :-
6) Pekerjaan :-
7) Status Perkawinan :-
8) Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
9) Alamat :-
10) Diagnosa Medis : Post OP Amputasi
11) Skala nyeri : 5 (sedang)
12) No.RM :-
13) Tanggal Masuk RS : 24 November 2020
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama saat Pengkajian

Pasien mengeluh Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga
hari ini, sebelum masuk rumah sakit awalnya klien mengalami kecelakaan
lalu lintas, riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah (-), pingsan (-).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien sedang menjalani perawatan post operasi amputasi yang dilakukan


pada tanggal 24 November 2020.klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas
lutut tepat pada lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga
mengganggu ketenangan klien.

3) Riwayat Kesehatan Terdahulu


a) Klien tidak pernah mengalami penyakit serius seperti asma
b) Tidak memiliki penyakit menular
c) Klien tidak pernah di rawat dirumah sakit

B. Kesehatan Fungsional
a. Aspek Fisik-Biologis
1) Nutrisi
a) Sebelum sakit
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. makanan yang di sukai adalah nasi
goreng dan klien tidak mempunyai pantangan makanan Kemudian pasien
minum 5-6 gelas perhari (1500-2000cc) dengan jenis air putih, minuman yang
disukai adalah teh manis.
b) Selama sakit
Nafsu makan menurun kilien hnya makan 3x sehari, ¾ dari satu porsi
yang di sajikan.. Kemudian pasien minum 3-4 gelas perhari dengan jumlah ±
1500 cc/hari, dengan jenis air putih.
2) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
frekuensi BAB klien 1 x/hari dengan warna kuning kecoklatan, bau khas,
konsistensi lembek dan tidak ada kelainan. BAK lancar kurang lebih sebanyak
5-6 kali. frekuensi BAK klien adalah 5-6 x/hari dengan jumlah urine ± 1200
cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas.
b) Selama sakit
Selama di rumah sakit frekuensi BAB klien adalah 2x sehari, warna kuning
kecoklatan, bau khas dengan konsistensi lembek. Tidak ada kelainan dan bau
khas. frekuensi BAK klien 4 - 5x/hari dengan jumlah urine ± 1200-1300
cc/hari, warna kuning jernih tidak ada kelainan dan baunya khas.
3) Pola Aktivitas
a) Selama sakit
 Keadaan aktifitas sehari – hari
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, seluruh kebutuhan klien dibantu
oleh keluarga dan perawat, hal ini dikarenakan terputusnya kontinuitas
jaringan kaki kirinya yang diamputasi.
4) Personal Hygine
a) Sebelum sakit
 klien mandi 2 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, cuci rambut 3 x/minggu,
potong kuku 1x/minggu
b) Selama sakit
 klien mandi hanya di lap 1x sehari, gosok gigi 1x/hari, cuci rambut
1x/minggu, potong kuku 1x/minggu
5) istirahat tidur
a) sebelum sakit
 klien jarang tidur siang, tidur malam 6-7 jam/hari, tidak ada kesulitan untuk
tidur.
b) Selama sakit
 klien tidur siang 1-2 jam/hari, tidur malam 4 - 5 jam/hari dan klien
mengalami kesulitan waktu tidur akibat nyeri pada kaki kiri

C. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
1) Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah dan pucat.
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Suhu Tubuh : 37 ºC
4) Tekanan Darah : 130/80 mmHg
5) Nadi/Denyut Jantung : 82 x/i
6) Pernafasan : 22 x/i
 ( √ ) Normal ( ) Dangkal
1) Tinggi Badan/Berat Badan : 163 cm/50 kg.
2) Penampilan : Klien tampak lemas dan kurang rapi.
3) Ciri-Ciri Tubuh : Klien berbadan kurus tinggi

b. Pemeriksaan Sistem Ekstremitas

Pada ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah kiri yang
menyebabkan klien kesakitan skala nyeri 5 sedang, dan disekitar luka terjadi odema.

Data Etiologi Masalah


DS:
 klien mengatakan merasa Luka operasi Nyeri Akut
nyeri pada kaki kiri diatas
lutut pada lokasi yang Terputusnya kontiunitas
diamputasi jaringan
 klien mesakan nyerinya
timbul sering Nyeri akut
DO:
 Frekuensi nadi meningkat
82x/menit
 Suhu 370
DS:
 Pasien mengeluh Kaki kiri sulit Kehilangan anggota Gangguan mobilitas fisik
digerakkan tubuh
DO:
 klien jarang beribadah, hal ini Kesulitan untuk
disebabkan keterbatasan gerak melakukan aktivitas/
 seluruh kebutuhan klien dibantu mobilisasi
oleh keluarga dan perawat
Gangguan mobilitas fisik

DS:
 klien mengalami kesulitan waktu Jaringan tulang krosis Gangguan rasa nyaman
tidur akibat nyeri pada kaki kiri
 klien merasa tidak tenang ketika Terjadi pendarahan
nyeri datang
DO: Gangguan rasa nyaman
 nafsu makan menurun
 Pola eliminasi berubah 4-5x/hari
 pernafasan 22x/i
D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri
2. Ganngguan Mobilitas Fisik b/d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas
3. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur

E. Intervensi

Diagnosa
SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
D.0077 Nyeri Akut L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri 1. Untuk
berhubungan Nyeri mengetahui
dengan agen Observasi letak nyeri
Setelah dilakukan
pencedera fisik 1. Identifikasi lokasi, yang
tindakan 3x24 jam,
karakteristik, durasi, dikeluhkan
diharapkan nyeri
frekuensi, kualitas, klien
akut dapat teratasi
intensitas nyeri. 2. Untuk
dengan kriteria
2. Identifikasi skala mengetahui
hasil:
nyeri tingkat nyeri
 Keluhan 
Terapeutik yang
nyeri menurun
dirasakan
(4) 3. Berikan teknik non
klien
 Meringis farmakologis untuk
3. Untuk
menurun (4) mengurangi rasa
mengurangi
nyeri.
 Frekuensi rasa nyeri
nadi membaik 4. Fasilitasi istirahat dan klien
(4) tidur 4. Agar klien
5. Control lingkungan merasa
yang memperberat nyaman
nyeri 5. Untuk
Edukasi memberikan
efek nyaman
6. Jelaskan penyebab,
pada klien
periode, dan pemicu
6. Agar klien
nyeri
mengetahui
7. Jelaskan strategi
penyebab
meredakan nyeri
nyeri yang
Kolaborasi
dialami
8. Kolaborasi pemberian 7. Agar klien
analgetik dapat
mengatasi
rasa nyeri

I.14557 Perawatan Amputasi 8. Untuk


mengurangi
Observasi:  nyeri
1. Monitor nyeri
phantom pada tungkai 9. Untuk
2. Monitor prosthesis mengetahui
secara teratur tingkat nyeri

Terapeutik: phantom

3. Motivasi pada tungkai

berpartisipasi dalam 10. Untuk

memutuskan amputasi mengetahui

4. Balut stump sesuai prosthesis

kebutuhan secara teratur


Edukasi: 11. Untuk
5. Jelaskan bahwa nyeri memberikan
phantom dapat terjadi dukungan
beberapa minggu dalam
setelah pembedahan pengambilan
dan dapat dipicu oleh keputusan
tekanan pada daerah amputasi
lain 12. Agar stump
6. Ajarkan latihan tertutup tidak
pascaoperasi kurang dan
tidak
berlebihan
Kolaborasi: 13. Agar pasien
7. Rujuk ke layanan tidak gelisah
spesialin untuk jika
modifikasi atau merasakan
perawatan komplikasi sedikit nyeri
prostesis pada daerah
phantom
14. Agar pasien
terbiasa
dengan
aktifitas
pascaoperasi
15. Agar
mempermud
ah jika
terjadi
komplikasi
D.0054 Gangguan L.05047 Toleransi I.05173 Dukungan Mobilisasi 1. Untuk
Mobilitas Fisik Aktifitas mengetahui
berhubungan Observasi : adanya nyeri
dengan nyeri Setelah dilakukan 1. Identifikasi atau keluhan
tindakan 3x24 jam, adanya nyeri atau lain yang
diharapkan keluhan fisik dirasa klien
gangguan mobilitas lainnya 2. Untuk
fisik dapat teratasi 2. Monitor kondisi mengetahui
dengan kriteria umum selama kondisi klien
hasil: melakukan selama
 Kemudahan mobilisasi pengobatan
dalam Terapeutik: 3. Untuk
melakukan 3. Fasilitasi memudahkan
aktifitas sehari- melakukan klien
hari cukup pergerakan melakukan
meningkat (4) 4. Libatkan keluarga mobilisasi
 Kekuatan untuk membantu 4. Agar klien
tubuh bagian klien terbantu
bawah cukup meningkatkan untuk
meningkat (5) pergerakan melakukan
Edukasi: mobilisaasi
5. Anjurkan 5. Agar
melakukan gangguan
mobilisasi dini mobilitas
6. Ajarkan mobilisasi cepat teratasi
sederhana yang 6. Untuk
harus dilakukan mempermud
ah klien
melakukan
mobilitas
D.0074 Gangguan L.08064 Status I.09326 Terapi Relaksasi 1. Untuk
Rasa Nyaman Kenyamanan mengetahui
berhubungan teknik
dengan gejala Setelah dilakukan Observasi : relaksasi
penyakit tindakan 3x24 jam, 1. Identifikasi teknik yang efektif
diharapkan digunakan
gangguan rasa relaksasi yang efektif 2. Untuk
nyaman dapat digunakan. mengetahui
teratasi dengan 2. Monitor respons respons klien
kriteria hasil : terhadap terapi 3. Agar klien
 Keluhan relaksasi. merasa
tidak nyaman saat
Terapeutik :
nyaman pengobatan
menurun 3. Ciptakan lingkungan 4. Agar nyeri
(4) tenang dan tanpa yang dirasa
gangguan dengan oleh klien
 Keluhan
pencahayaan dan suhu berkurang
sulit tidur
ruang nyaman. 5. Agar klien
menurun
4. Gunakan relaksasi nyaman saat
(4)
sebagai strategi dilakukan
 Pola
penunjang dengan terapi
eliminasi
analgetik atau 6. Agar terapi
membaik
tindakan medis lain terasa
(4)
Edukasi : nyaman
7. Untuk
5. Anjurkan mengambil
membantu
posisi nyaman
klien rileks
6. Anjurkan rileks dan
dalam
merasakan sensasi
melakukan
relaksasi
aktivitas
7. Demonstrasikan dan
latik teknik relaksasi
napas dalam.

F. Implementasi dan Evaluasi

NO Tanggal DX Implementasi Evaluasi Paraf


1 24 November D.0077 Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan masih X
2020 Akut merasa nyeri
berhubungan Observasi
dengan agen 1. Mengidentifikasi lokasi, O : Klien tampak meringis,
pencedera fisik karakteristik, durasi, Suhu 36,80C
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri. A : Masalah belum teratasi
2. Mengidentifikasi skala
nyeri P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
3. Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Memfasilitasi istirahat dan
tidur
5. Mengontrol lingkungan
yang memperberat nyeri
Edukasi
6. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
7. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik

I.14557 Perawatan Amputasi

Observasi: 
9. Memonitor nyeri
phantom pada tungkai
10. Memonitor prosthesis
secara teratur
Terapeutik:
11. Memotivasi
berpartisipasi dalam
memutuskan amputasi
12. Membalut stump sesuai
kebutuhan
Edukasi:
13. Menjelaskan bahwa
nyeri phantom dapat
terjadi beberapa
minggu setelah
pembedahan dan dapat
dipicu oleh atekanan
pada daerah lain
14. Mengajarkan latihan
pascaoperasi

Kolaborasi:
15. Merujuk ke layanan
spesialin untuk
modifikasi atau
perawatan komplikasi
prostesis
2 24 November D.0054 I.05173 Dukungan Mobilisasi S : Klien mengatakan masih X
2020 Gangguan sulit beraktivitas
Mobilitas Fisik Observasi :
berhubungan 1. Mengidentifikasi O : Klien masih dibantu oleh
dengan nyeri adanya nyeri atau keluarga untuk bergerak
keluhan fisik lainnya
2. Memonitor kondisi A : Masalah belum teratasi
umum selama
melakukan mobilisasi P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik:
3. Memfasilitasi
melakukan pergerakan
4. Melibatkan keluarga
untuk membantu klien
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
5. Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
6. Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
3 24 November D.0074 I.09326 Terapi Relaksasi S : Klien mengatakan masih X
2020 Gangguan Rasa sulit untuk tidur nyenyak
Nyaman Observasi :
berhubungan 1. Mengidentifikasi teknik O : Klien tampak tidak
dengan gejala relaksasi yang efektif nyaman dengan kondisi nya
penyakit digunakan.
2. Memonitor respons A : Masalah belum teratasi
terhadap terapi
relaksasi. P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik :
3. Menciptakan
lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman.
4. Menggunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
5. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
6. Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
7. Mendemonstrasikan
dan latik teknik
relaksasi napas dalam.

NO Tanggal DX Implementasi Evaluasi Paraf


1 25 November D.0077 Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri X
2020 Akut sudah berkurang sedikit,
berhubungan Observasi tidak seperti kemarin
dengan agen 1. Mengidentifikasi
pencedera fisik lokasi, karakteristik, O : Klien tampak meringis,
durasi, frekuensi, Suhu 36,30C
kualitas, intensitas
nyeri. A : Masalah belum teratasi
2. Mengidentifikasi skala
nyeri P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
3. Memberikan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
5. Mengontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
Edukasi
6. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
7. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik

I.14557 Perawatan Amputasi

Observasi: 
9. Memonitor nyeri
phantom pada tungkai
10. Memonitor prosthesis
secara teratur
Terapeutik:
11. Memotivasi
berpartisipasi dalam
memutuskan amputasi
12. Membalut stump sesuai
kebutuhan
Edukasi:
13. Menjelaskan bahwa
nyeri phantom dapat
terjadi beberapa
minggu setelah
pembedahan dan dapat
dipicu oleh atekanan
pada daerah lain
14. Mengajarkan latihan
pascaoperasi

Kolaborasi:
15. Merujuk ke layanan
spesialin untuk
modifikasi atau
perawatan komplikasi
prostesis
2 25 November D.0054 I.05173 Dukungan Mobilisasi S : Klien mengatakan sudah X
2020 Gangguan bisa melaksanakan solat
Mobilitas Fisik Observasi : walaupun masih dibantu
berhubungan 1) Mengidentifikasi
dengan nyeri adanya nyeri atau O : Klien masih dibantu oleh
keluhan fisik lainnya keluarga untuk bergerak
2) Memonitor kondisi
umum selama A : Masalah belum teratasi
melakukan mobilisasi
Terapeutik: P : Intervensi dilanjutkan
3) Memfasilitasi
melakukan pergerakan
4) Melibatkan keluarga
untuk membantu klien
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
5) Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
6) Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
3 25 November D.0074 I.09326 Terapi Relaksasi S : Klien mengatakan waktu X
2020 Gangguan Rasa tidurnya kali ini terasa lebih
Nyaman Observasi : lama
berhubungan 1. Mengidentifikasi teknik
dengan gejala relaksasi yang efektif O : Klien tampak mulai bisa
penyakit digunakan. menyesuaikan dengan
2. Memonitor respons kondisinya
terhadap terapi
relaksasi. A : Masalah belum teratasi
Terapeutik :
3. Menciptakan P : Intervensi dilanjutkan
lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman.
4. Menggunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
5. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
6. Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
7. Mendemonstrasikan
dan latik teknik
relaksasi napas dalam.
NO Tanggal DX Implementasi Evaluasi Paraf
1 26 November D.0077 Nyeri I.08238 Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan sudah X
2020 Akut tidak terasa nyeri
berhubungan Observasi
dengan agen 1. Mengidentifikasi O : Klien tampak nyaman,
pencedera fisik lokasi, karakteristik, Suhu 36,30C
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas A : Masalah teratasi
nyeri.
2. Mengidentifikasi skala P : Intervensi dihentikan
nyeri
Terapeutik
3. Memberikan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
5. Mengontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri
Edukasi
6. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
7. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
8. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
I.14557 Perawatan Amputasi

Observasi: 
9. Memonitor nyeri
phantom pada tungkai
10. Memonitor prosthesis
secara teratur
Terapeutik:
11. Memotivasi
berpartisipasi dalam
memutuskan amputasi
12. Membalut stump sesuai
kebutuhan
Edukasi:
13. Menjelaskan bahwa
nyeri phantom dapat
terjadi beberapa
minggu setelah
pembedahan dan dapat
dipicu oleh atekanan
pada daerah lain
14. Mengajarkan latihan
pascaoperasi

Kolaborasi:
15. Merujuk ke layanan
spesialin untuk
modifikasi atau
perawatan komplikasi
prostesis
2 26 November D.0054 I.05173 Dukungan Mobilisasi S : Klien mengatakan sudah X
2020 Gangguan bisa melaksanakan solat
Mobilitas Fisik Observasi : tanpa dibantu
berhubungan 1. Mengidentifikasi
dengan nyeri adanya nyeri atau O : Klien terlihat mudah
keluhan fisik lainnya untuk beraktivitas
2. Memonitor kondisi
umum selama A : Masalah teratasi
melakukan mobilisasi
Terapeutik: P : Intervensi dihentikan
3. Memfasilitasi
melakukan pergerakan
4. Melibatkan keluarga
untuk membantu klien
meningkatkan
pergerakan
Edukasi:
5. Menganjurkan
melakukan mobilisasi
dini
6. Mengajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
3 26 November D.0074 I.09326 Terapi Relaksasi S : Klien mengatakan waktu X
2020 Gangguan Rasa tidurnya kembali seperti
Nyaman Observasi : semula
berhubungan 1) Mengidentifikasi teknik
dengan gejala relaksasi yang efektif O : Klien tampak nyaman
penyakit digunakan. dengan keadaannya yang
2) Memonitor respons sekarang
terhadap terapi
relaksasi. A : Masalah teratasi
Terapeutik :
3) Menciptakan P : Intervensi dihentikan
lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman.
4) Menggunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
5) Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
6) Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
7) Mendemonstrasikan
dan latik teknik
relaksasi napas dalam.

Anda mungkin juga menyukai