Anda di halaman 1dari 10

e-J.

Agrotekbis 4 (1) :16-23 , Februari 2016 ISSN : 2338-3011

STATUS BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA BERBAGAI


PENGGUNAAN LAHAN DI DAS POBOYA
KECAMATAN PALU SELATAN
Status of Vaious Soil Chemical Properties On Various Land Use In Poboya
Watershed South Palu District

Ilham Bakri1), Abdul Rahim Thaha2), Isrun2)


1)
Mahasiswa Program Studi Agoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
2)
Staf Dosen Program Studi Agoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738
E-mail :ilhambakriali@gmail.com
E-mail : abdulrahim.thaha@gmail.com
E-mail :isrunbaso@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aim was to determine various soil chemical properties on a variety land uses in
Poboya watershed. A survey method was employed through which soil samples were tactically
taken. The distance between one soil sample to another was determined according to the condition
of the research area. Four different types of land uses i.e. forest, bushes, mixed plantation and
dryland cultivation were surveyed. Five sub soil samples were compositely obtained from each
land use, thus, there were four composite soil samples were for laboratory analysis. The analysis
included soil pH, organic C, total N, total P, available P, K, cation exchangeable capacity and
texture. The results of the analysis showed that the forest land has better soil chemical
characteristics than the other land uses. The chemical characteristics of the mixed plantation and
dryland cultivation are generally were relatively low.

Key Words: Chemical soil characteristics, watershed, land use type.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat kimia tanah pada berbagai penggunahan
lahan di Das Poboya.Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi mengenei
karakteristik sifat kimia pada berbagai penggunaan lahan di DAS Poboya sehingga diharapkan
dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengolahan DAS dan konservasi tanah dan
air.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode survey. Pengamatan
serta pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara taktis. Jarak antara titik pengamatan satu
dengan titik pengamatan lainnya disesuaikan dengan kondisiwilayah survey.Contoh tanah diambil
dari 4 macam keadaan penutupan lahan yakni lahan hutan, semak belukar, kebun campuran dan
tagalan. Setiap jenis penutupan diambil 5 sub sampel lalu dikompositkan, sehingga diperoleh 4
contoh tanah komposit untuk dianalisis dilaboratorium. Analisis tanah mencakup sifat kimia tanah
yaitu pH, C-organik, N-total, P-total, P-tersedia, Kalium, Kapasitas Tukar Kation dan Tekstur.Hasil
analisis kimia dari beberapa tipe penggunaan lahan, lahan hutan memiliki sifat kimia yang paling
baik dibandingkan dengan sifat kimia tipe penggunaan lahan semak belukar, kebun campuran dan
2
tegalan.Sifat kimia pada tipe penggunaan lahan kebun campuran dan tegalan pada umumnya relatif
rendah.

Kata Kunci :Kimia tanah, DAS, tipe penggunaan lahan.

3
PENDAHULUAN Sifat kimia tanah didefenisikan
sebagai keseluruhan reaksi kimia yang
Tanah sebagai media tumbuh tanaman berlangsung antar penyusun tanah serta
didefenisikan sebagai lapisan permukaan antar penyusun tanah dan bahan yang
bumi yang berfungsi sebagai tempat ditambahkan dalam bentuk pupuk ataupun
tumbuh dan berkembangnya perakaran pembenah tanah lainnya. Faktor kecepatan
sebagai penopang tegak tumbuhnya semua bentuk reaksi kimia yang berlangsung
tanaman, sebagai habitat organisme yang dalam tanah mempunyai kisaran agak lebar,
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara yakni sangat singkat dan luar biasa
bagi tanaman serta sebagai penyuplai air lamanya. Pada umumnya, reaksi-reaksi
dan hara atau nutrisi (senyawa organik dan yang terjadi didalam tanah diimbas oleh
anorganik sederhana dan unsur-unsur tindakan dan faktor lingkungan tertentu
esensial). Ketiga fungsi diatas secara (Sutanto, 2005).
integral mampu menunjang produktifitas Air dan hara merupakan unsur
tanah.Sehingga dapat menghasilkan produksi esensial bagi tanaman.Untuk dapat tumbuh
yang optimal (Hanafiah, 2012). dan berkembang dengan baik, tanaman
Daerah Aliran Sungai (DAS) ialah air memerlukan unsur hara yang cukup.
yang mengalir pada suatu kawasan yang Tanaman dapat mengalami defisiensi unsur
dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air esensial apabila unsur hara tidak terdapat
tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dalam tanah atau terdapat dalam kuantitas
dan terkumpul dalam sistem tersebut.Fungsi yang besar dalam tanah tetapi sangat sedikit
dari DAS adalah menerima, menyimpan, terlarut untuk menopang kebutuhan
dan mengalirkan airhujan yang jatuh tanaman (Foth, 1991).
diatasnya melalui sungai.Air pada DAS Berdasarkan hal tersebut, penelitian
merupakan aliran air yang mengalami siklus ini dilakukan untuk mengetahui status
hidrologi secara alamiah. Selama beberapa sifat kimia tanah pada berbagai
berlangsungnya daur hidrologi, yaitu penggunaan lahan di DAS Poboya.
perjalanan air dari permukaan laut ke Informasi yang diperoleh dari penelitian ini
atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
kembali lagi kelaut yang tidak pernah perencanaan pengolahan DAS dan
berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan konservasi tanah dan air di daerah tersebut.
(sementara) di sungai, danau / waduk, dan
dalam tanah, sehingga dapat mempengaruhi BAHAN DAN METODE
status kimia tanah disekitarnya (Asdak,
2010). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Beberapa penelitian menunjukkan Januari sampai Maret 2015, dengan lokasi
bahwa karakteristik kimia fisik dan biologi pengambilan sampel tanah di DAS Poboya,
dari satu tipe penggunaan lahan berbeda Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu.
dari tipe penggunaan lahan lainnya.Sebagai Analisis sampel tanah dilaksanakan di
contohnya adalah karakteristik lahan hutan laboratorium ilmu tanah, Fakultas
berbeda dengan karakteristik lahan tegalan Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
atau ladang.Begitu pula dengan penggunaan Alat yang digunakan dalam penelitian
lahan lainnya seperti lahan perkebunan,
sawah, semak belukar dan sebagainya.Hal ini adalah GPS, kantong plastik, kertas
ini terjadi karena adanya perbedaan sumber label, linggis, karet pengikat, seperangkat
unsur hara pada lahan-lahan tersebut. alat-alat laboratorium dan alat tulis menulis.
Perbedaan inilah yang sering dikaji Sedangkan bahan yang digunakan adalah
sehingga dapat diketahui tindakan apa yang tanah dan beberapa bahan-bahan kimia
akan dilakukan untuk pengelolaan lahan- yang merupakan bahan pendukung dari
lahan tersebut (Zidane, 2013). analisis kimia tanah.

16
Metode yang digunakan dalam dengan ferosulfat 1 N. Titrasi dihentikan
penelitian ini yaitu menggunakan metode jika warna berubahmenjadi warna hijau.
survey. Pengamatan serta pengambilan Selanjutnya mencatat hasil volume titrasi.
sampel tanah dilakukan dengan cara taktis.
Jarak antara titik pengamatan satu dengan N-total. Penentuan nitrogen menggunakan
titik pengamatan lainnya disesuaikan cara Kjeldahl yang melalui 3 langkah kerja
dengan kondisi wilayah survey. Contoh yaitu destruksi, destilasi dan titrasi asam
tanah diambil dari 4 macam tipe basa. Cara kerjanya yaitu menimbang 1 g
penggunaan lahan yakni lahan hutan, semak tanah kering angin dengan gelas arloji
belukar, kebun campuran dan tagalan. Dari bersih dan kering, masukkan kedalam labu
setiap jenis tipe penggunaan Lahan diambil Kjeldahl dan tambahkan 25 ml asam sulfat
5 sub sampel lalu dikompositkan, sehingga salisilat. Diamkan 30 menit, sesudah itu
diperoleh 4 contoh tanah komposit untuk masukkan 0,5 g Na2S2O35H2O, kocok
dianalisis dilaboratorium. selama 15 menit. Kemudian tambahkan
200-300 mg katalisator lalu pindahkan ke
Variabel Amatan. Analisis tanah alat destruksi. Kemudian panaskan dengan
mencakup sifat kimia tanah yaitu pH, C- hati-hati dan suhu dinaikkan sedikit demi
organik, N-total, P-total, P-tersedia, sedikit, destruksi selesai apabila asap telah
Kalium, Kapasitas Tukar Kation dan ilang dan warna larutan menjadi jernih.
Tekstur.Metode analisis sifat kimia diatasa Biarkan dingin lalu lanjutkan dengan
dalah sebagai berikut : didestilasi, tambahkan 25 ml NaOH 40
%.Destilat dikumpulkan kedalam
Reaksi Tanah (pH). Reaksi tanah yang erlenmeyer berisi 10 ml lrutan borat
diukur adalah pH H2O dan pH KCl dengan indikator.Setelah didestilasi dengan borat
perbandingan tanah/larutan 1 : 2,5 dengan indikator warna larutan menjadi hijau muda.
menggunakan elektroda kaca. Cara kerjanya Larutan ini akan dititrasi dengan HCl 0,1 N
yaitu contoh tanah ditimbang sebanyak 2,5 dan titik akhir akan berubah dari warna
g dan ditambahkan 10,5 ml aquades, larutan hijau muda menjadi merah muda.
tersebut kemudian dikocok sampai
homogen. Setelah larutan didiamkan selama P- total. Penentuan P-total menggunakan
24 jam lalu pH-nya diukur dengan pH meter metode ekstraksi HCl 25 %.Cara kerjanya
setelah terlebih dahulu elektroda dikalibrasi yaitu menimbang 1 g tanah halus yang lolos
pada pH 4 dan pH 7. Perlakuan yang sama ayakan < 2mm dan dimasukkan kedalam
dilakukan untuk mengukur pH KCl dengan botol Kocok dan tambahkan 25 ml HCl 25
menggunakan pelarut KCl 1 M sebanyak %.Kemudian dikocok dengan mesin kocok
12,5 ml. selama 1 jam. Setelah itu disaring dan
ditampung dalam erlenmeyer kemudian
C-organik. Penetapan C-organik diukur dengan alat Spectrofotometer lalu
menggunakan metode Walkley dan Black memcatat hasil pembacaannya.
dengan cara titrasi dengan ferro sulfat. Cara
kerjanya yaitu menimbang 0,5 g contoh P-tersedia. Penentuan P-tersedia
tanah lolos ayakan 0,5 mm, lalu menggunakan metode BrayI, yang cara
dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml. kerjanya yaitu menimbang 1 g tanah kering
Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N dan 10 ml angin yang lolos ayakan 0,5 mm kedalam
H2SO4 pekat kemudian didiamkan selama erlenmeyer 50 ml atau botol kocok, dan
30 menit lalu ditambahkan dengan tambahkan 12,5 larutan pengestrak lalu
Aquades100 ml, 5 ml asam posfat (H3PO4) kocik selama 1 menit kemudian saring.
85% dan 5 ml NaF lalu ditambahkan 15 Hasil saringan harus jernih, apabila kurang
tetes indikator difeniamin kemudian dititrasi jernih maka disaring kembali dengan

17
menggunakan kertas saring yang sama atau Tekstur. Penentuan tekstur tanah
disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm menggunakan cara pipet. Cara kerjanya
selama 15 menit. Tentukanlah P dalam yaitu dengan menimbang bahan 10 g contoh
supernatan yang jernih dan tak berwarna. tanah yang lolos ayakan 2mm. contoh tanah
Ekstrak tersebut dipipet 2 ml dalam tabung ini dimasukkan kedalam gelas ukur 1000
reaksi dan selanjutnya bersama deret ml. selanjutnya ditambahkan 50 ml H2O2
standar ditambahkan 10 ml pereaksi 10% dan dibiarkan semalaman.
pewarna posfat, kocok sehingga homogen Ditambahkan 25 ml H2O2 30% lalu
dan biarkan selama 30 menit. Absorbansi dipanaskan.Selanjutnya ditambahkan 180ml
larutan diukur dengan spectrofotometer aquades dan 20 ml HCl 2N lalu dididihkan
pada panjang gelombang 693 µm dan catat selama 10 menit.Selanjutnya diencerkan
hasil pembacaan. dengan aquades 700 ml. larutan ini dicuci
dengan aquades menggunakan penyaring
Kalium.Cara kerja untuk penentuan Kalium berkefield.Pasir yang tidak lolos ayakan
yaitudipipet 1 ml ekstrak dan deret stand dipisahkan. Untuk debu dan liat diencerkan
masing-masing dalam tabung kimia dan menjadi 500 ml. untuk pemisahan diaduk
ditambahkan 9 ml larutan dikocok selama 1 menit sebanyak 20 ml. untuk
menggunakan pengocok tabung sampai pemisahan liat diaduk lagi selama 1 menit
homogen. Kalium diukur dengan A.A.S lali dibiarkan 30 menit lalu kembali di pipet
dengan deret standar sebagai perbandingan. sebanyak 20 ml dengan kedalaman 5,2 cm
dari permukaan cairan. Lalu dumasukkan
Kapasitas Tukar Kation (KTK).Penentuan kedalam cawan petri lalu di masukkan
KTK tanah menggunakan metode kedalam oven dengan suhu 150o C. setelah
pencucian dengan amonium asetat. Cara dioven selanjutnya di tumbang.
kerjanya yaitu menimbang 5 gtanah kering
angin dan dilarutkan kedalam 20 ml HASIL DAN PEMBAHASAN
amonium asetat 1 N sebanyak 2 kali lalu
didiamkan selama 1 malam setelah dikocok. Reaksi Tanah (pH). Berdasarkan hasil
Selanjutnya larutan disaring dengan kertas analisis pH H2O dari empat tipe
saring dan filtratnya ditampung dalam penggunaan lahan yang berbeda,
erlenmeyer, usahakan agar semua tanah menunjukkan bahwa nilai pH H2O berada
berpindah ke kertas saring.Tanah tersebut pada kriteria netral sampai agak alkalis
disemprot dengan alkohol 20 ml sebanyak 2 seperti yang ditampilkan pada Gambar 1a.
kali sampai mendrainase sempurna.Tanah Nilai pH H2O tertinggi diperoleh dari lahan
pada kertas saring selanjutnya dimasukkan semak belukar yaitu 8,05 (agak alkalis).
kedalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 10 Sedangkan nilai pH H2O terendah diperoleh
ml aquades serta 2 tetes H3BO3. Larutan dari lahan tegalan yaitu 7,45 (netral).
yang ada dalam labu Kjeldahl kita Adapun nilai pH H2O pada tipe penggunaan
hubungkan dengan alat destilasi lalu lahan lainnya adalah lahan hutan 7,66
ditambahkan NaOH 40 % sebanyak 20 ml (agak alkalis) dan kebun campuran 7,86
dan aquades 25ml. Destilasi dihentikan (agak alkalis).
setelah volume destilat yang ditampung
mencapai 15 ml, namun sebelum ditampung Hasil analisis pH KCl dari empat tipe
didalam alat penampung, destilat penggunaan lahan yang berbeda,
dimasukkan asam burat 40 % sebanyak 10 menunjukkan bahwa semua nilai pH KCl
ml dan beberapa tetes indikator BCG. berada pada kriteria netral seperti yang
Larutan destilat akhirnya dititrasi dengan ditampilkan pada Gambar 1b. Nilai pH KCl
menggunakan HCl 0,1 N (volume titrasi tertinggi diperoleh dari lahan semak belukar
dicatat). yaitu 7,39 (nertal). Sedangkan nilai pH KCl
18
terendah diperoleh dari lahan tegalan yaitu pH KCl (kemasaman potensial). Jika
6,60 (netral). Adapun nilai pH KCl pada konsentrasi ion H+ bebas (ion H dalam
tipe penggunaan lahan lainnya adalah lahan larutan tanah) dinetralkan maka kemasaman
hutan 7,12 (netral) dan kebun campuran potensial akan melepaskan ion H+ tertukar
dalam larutan tanah.
7,10 (netral).
9 Keterangan : C-organik.Hasil analisis kandungan C-
HT : Lahan Hutan
SB : Lahan Semak
Organik dari empat tipe penggunaan lahan
8.05
8 7.66 7.86 Belukar yang berbeda, menunjukkan bahwa nilai C-
KC : Lahan Kebun
7.45 Organik berada pada kriteria tinggi sampai
pH H2O

Campuran
TG : Lahan rendah seperti yang ditampilkan pada
7 Tegalan
Gambar 2. Nilai C-Organik tertinggi
diperoleh dari lahan hutan yaitu 3,07%
6 (tinggi). Sedangkan nilai C-Organik
HT SB KC TG terendah diperoleh dari lahan tegalan yaitu
Tipe Penggunaan Lahan 1,03% (rendah). Adapun nilai C-
Gambar 1a. Hasil Analisis pH H2O pada Empat Tipe
Organik pada tipe penggunaan lahan
Penggunaan Lahan yang Berbeda lainnya adalah semak belukar 2,01%
(sedang) dan kebun campuran 2,57%
9 Keterangan :
HT : Lahan Hutan
(sedang).
SB : Lahan Semak Belukar 4 3.07 Keterangan :
8 KC : Lahan Kebun Campuran HT : Lahan Hutan
pH KCl

7.39 TG : Lahan Tegalan 2.57 SB : Lahan Semak


7.12 2.01 Belukar
C-Organik (%)

7.1 2 KC : Lahan Kebun


7 6.6 1.03 Campuran
TG : Lahan Tegalan
6 0
HT SB KC TG HT SB KC TG
Tipe Penggunaan Lahan Tipe Penggunaan Lahan
Gambar 1b. Hasil Analisis pH KCl pada Empat Tipe Gambar 2. Hasil Analisis C-Organik pada Empat
Penggunaan Lahan yang Berbeda Tipe Penggunaan Lahan yang Berbeda

Rendahnya pH pada tipe penggunaan Tingginya nilai C-Organik pada tipe


lahan tegalan dikarenakan kebiasaan petani penggunaan lahan hutan dikarenakan
menggunakan pupuk ZA yang dapat terdapatnya seresah tanaman yang melapuk,
meningkatkan konsentrasi ion OH- sehingga sehingga mempengaruhi tingginya
menurunkan pH tanah. Penggunaan pupuk kandungan bahan organik pada tanah tipe
yang bersifat masam seperti ZA yang masih penggunaan lahan tersebut.Sebagaimana
diberikan petani dapat menurunkan pH yang telah kita ketahui bahwa bahan karbon
tanah sehingga mempengaruhi ketersediaan berasal dari bahan organik yang
unsur hara lain seperti P dan Mo yang terdekomposisi. Sebagaimana yang
menjadi tidak tersedia. Ionisasi dari Pupuk dikemukakan Foth (1991), bahwa sisa-sisa
ZA akan menghasilkan ion H+ yang dapat tanaman dewasa akan memberikan bahan
mengasamkan tanah (Triharto, 2014). mentah untuk perombakan mikrobial akar
Menurut Pairunan dkk, (1985) bahwa yang berisi 50% karbon. akar tanaman yang
naik turunnya pH tanah merupakan fungsi
hidup dalam waktu singkat serta seresah
ion H+ dan OH-. Jika konsentrasi ion H+
dalam larutan tanah naik, maka pH akan tanaman akan mendukung besarnya
turun dan jika konsentrasi ion OH- naik, humufikasi bahan organik.
maka pH akan naik. Selanjutnya Tan (1998) Adapun yang mempengaruhi
menyatakan bahwa pH H2O (kemasaman rendahnya kadar C-Organik pada tipe
aktif) menyebabkan terjadinya peningkatan penggunaan lahan tegalan dikarenakan

19
sistem pengolahan lahan yang dilakukan Hakim dkk, (1986) menyatakan
oleh petani yang belum intensif. Hampir bahwa senyawa yang mengandung Nitrogen
semua bahan organik terbawa pada saat sebagai hasil dekomposisi bahan organik
panen dan sisa-sisa hasil panen salah satunya adalah amonium yang
dibakar.Pemanfatan sisa-sisa tanaman serta merupakan bentuk N pertama yang
sistem pergiliran tanaman agar dapat diperoleh dari penguraian protein melalui
mempertahankan bahan organik tanah proses Enzimatik yang dibantu oleh jasad
(Parmata, 2011). heterotropik. Amonium inilah yang
digunakan oleh jasad mikro, oleh tanaman
N-Total. Hasil analisis kandungan N-Total atau diubah menjadi Nitrat.Sedangkan
dari empat tipe penggunaan lahan yang Nitrat merupakan hasil akhir dari
berbeda, menunjukkan bahwa nilai N-Total dekomposisi senyawa Nitrogen.
berada pada kriteria tinggi sampai sedang
seperti yang ditampilkan pada Gambar 3. Fosfor. Hasil analisis kandungan P-Total
Nilai N-Total tertinggi diperoleh dari lahan dari empat tipe penggunaan lahan yang
hutan yaitu 0,71% (tinggi). Sedangkan nilai berbeda, menunjukkan bahwa semua nilai
N-Total terendah diperoleh dari lahan P-Total berada pada kriteria sedang seperti
tegalan yaitu 0,19% (sedang). Adapun nilai yang ditampilkan pada Gambar 4a. Nilai P-
N-Total pada tipe penggunaan lahan Total tertinggi diperoleh dari lahan hutan
lainnya adalah semak belukar 0,23% yaitu 29,39 mg/100g (sedang). Sedangkan
(sedang) dan kebun campuran 0,50% nilai P-Total terendah diperoleh dari lahan
(sedang). tegalan yaitu 22,06 mg/100g (sedang).
1 Keterangan : Adapun nilai P-Total pada tipe penggunaan
0.71 HT : Lahan Hutan
SB : Lahan Semak lahan lainnya adalah semak belukar 24,70
0.5
N-Total (%)

Belukar mg/100g (sedang) dan kebun campuran


0.5 KC : Lahan Kebun
0.23 Campuran 25,97 mg/100g (sedang).
0.19
30 29.39 24.7 25.97 Keterangan :
0 22.06 HT : Lahan Hutan
SB : Lahan Semak
P-Total (mg/100g)

HT SB 20 Belukar
KC TG
Tipe Penggunaan Lahan KC : Lahan Kebun
10 Campuran
Gambar 3. Hasil Analisis N-Total pada EmpatTipe TG : Lahan
Penggunaan Lahan yang Berbeda Tegalan
0
Tingginya nilai N-total pada tipe HT SB KC TG
penggunaan lahan hutan dikarenakan Tipe Penggunaan Lahan
tingginya bahan organik pada tipe Gambar 4a. Hasil Analisis P-Total pada Empat Tipe
penggunaan lahan ini. Adanya bahan Penggunaan Lahan yang Berbeda
organik yang memberikan sumbangan
Adapun hasil dari analisis
kedalam tanah mengindikasikan bahwa
kandungan P-Tersedia dari empat tipe
telah terjadi pelepasan hara dari proses
dekomposisi bahan organik kedalam tanah penggunaan lahan yang berbeda,
sebagai stimulan bertambahnya N dalam menunjukkan bahwa semua nilai P-Tersedia
tanah, jadi dapat dikatakan bahwa semakin berada pada kriteria sedang sampai rendah
tinggi bahan organik dalam tanah maka seperti yang ditampilkan pada Gambar 4b.
semakin tinggi pula kadar Nitrogen pada Nilai P-Tersedia tertinggi diperoleh dari
tanah tersebut. Menurut Sutedjo, (1996), lahan hutan yaitu 12,35 ppm (sedang).
peningkatan N-Total tanah diperoleh Sedangkan nilai P-Tersedia terendah
langsung dari hasil dekomposisi bahan diperoleh dari lahan tegalan yaitu 6,60 ppm
organik yang akan menghasilkan asam- (rendah). Adapun nilai P-Tersedia pada
asam organik dalam tanah. tipe penggunaan lahan lainnya adalah

20
semak belukar 6,72 ppm (rendah) dan 15 12.15 14.7 Keterangan :
kebun campuran 11,34 ppm (sedang). 11.44
10.63 HT : Lahan Hutan
SB : Lahan Semak

K-Total (mg/100g)
15 12.35 Keterangan : 10 Belukar
11.34 HT : Lahan Hutan KC : Lahan Kebun
SB : Lahan Semak Campuran
P-Tersedia (ppm)

10 Belukar 5
6.72 6.6 TG : Lahan Tegalan
KC : Lahan Kebun
5 Campuran
TG : Lahan Tegalan 0
0 HT SB KC TG
Tipe Penggunaan Lahan
HT SB KC
TG
Tipe Penggunaan Lahan
Gambar 4b. Hasil Analisis P-Tersedia pada Empat Gambar 5. Hasil Analisis K-Total pada Empat Tipe
Tipe Penggunaan Lahan yang Berbeda Penggunaan Lahan yang Berbeda
Tingginya nilai P-Total pada tipe Rendahnya nilai K total dari keempat
penggunaan lahan hutan dikarenakan tipe penggunaan lahan terutama pada lahan
banyaknya bahan organik yang berasal dari tegalan karena tanah pada lahan tersebut
seresah tumbuhan di lahan tersebut. Hal ini mengalami proses pelindian. Unsur hara
sesuai dengan yang dikemukakan
kalium diambil tanaman dalam bentuk ion
Hardjowigeno (1993), menyatakan bahwa
K+.senyawa K hasil pelapukan mineral
senyawa organik yang berasal dari sisa-sisa
didalam tanah dijumpai jumlah yang
tanaman mengandung unsur P, sehingga
apabila diberikan kedalam tanah akan bervariasi tergantung jenis bahan induk
meningkatkan P dalam tanah. pembentuk tanah. Unsur kalium
Adapun rendahnya Nilai P-Tersedia mempunyai ukuran bentuk terhidrasi yang
pada tipe penggunaan lahan semak belukar relatif besar dan bervalensi 1, maka unsur
dan tegalan dikarenakan unsur ini terjerap ini tidak kuat dijerap muatan permukaan
oleh oksida besi dan Al. Menurut koloid, sehingga mudah mengalami
Rosmarkam dan Yuwono, (2002), pelindian dari tanah. Keadaan ini
peningkatan P-tersedia dapat terjadi karena menyebabkan ketersediaan unsur ini dalam
pelepasan P dari bahan organik yang tanah umumnya rendah di banding basa-
ditambahkan, juga karena terjadinya basa lain, yang kadangkala meskipun bahan
pengaruh tidak langsung bahan organik induk tanahnya adalah mineral yang
terhadap P yang ada dalam kompleks memiliki kalium relatif tinggi (Rosmarkam
jerapan tanah. Bahan organik diketahui dan Yuwono, 2002).
dapat mengurangi jerapan P oleh oksida
besi dan Al, dan juga koloid lempung yang Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hasil
terdapat dalam tanah. analisis nilai KTK dari empat tipe
penggunaan lahan yang berbeda,
K-Total. Hasil analisis kandungan K-Total
dari empat tipe penggunaan lahan yang menunjukkan bahwa semua nilai KTK
berbeda, menunjukkan bahwa semua nilai berada pada kriteria tinggi sampai sedang
K-Total berada pada kriteria rendah seperti seperti yang ditampilkan pada Gambar
yang ditampilkan pada Gambar 5. Nilai K- 6.Nilai KTK tertinggi diperoleh dari lahan
Total tertinggi diperoleh dari lahan semak hutan yaitu 25,43 me/100g (tinggi).
belukar yaitu 14,70 mg/100g (rendah). Sedangkan nilai KTK terendah diperoleh
Sedangkan nilai K-Total terendah diperoleh dari lahan semak belukar yaitu 16,98
dari lahan tegalan yaitu 10,63 mg/100g
me/100g (sedang). Adapun nilai KTK pada
(rendah). Adapun nilai K-Total pada tipe
penggunaan lahan lainnya adalah hutan tipe penggunaan lahan lainnya adalah kebun
12,15 mg/100g (rendah) dan kebun campuran 22,98 me/100g (sedang) dan
campuran 11,44 mg/100g (rendah). tegalan 17,82 me/100g (sedang).
21
Keterangan : kelas lempung berdebu dengan kisaran pasir
30 25.43 HT : Lahan Hutan 69,5%, debu 15,2%, liat 15,3%.
SB : Lahan Semak
22.98 Belukar Keterangan :
80 HT : Lahan Hutan
69.5
20 16.98 17.82KC : Lahan Kebun
Campuran 61.7 SB : Lahan Semak
TG : Lahan Tegalan Belukar
60 50.8 KC : Lahan Kebun
10 42.8
39.9 Campuran
36.5 TG : Lahan Tegalan
KTK

40
25.9 Pasir (%)
0 17.3 15.3
15.2
20 12.7 12.4 Debu (%)
HT SB KC TG Liat (%)
Tipe Penggunaan Lahan 0
HT SB KC TG
(Tipe Penggunaan Lahan)
Gambar 6. Hasil Analisis KTK pada Empat Tipe Gambar 7. Hasil Analisis Tekstur pada Empat Tipe
Penggunaan Lahan yang Berbeda Penggunaan Lahan yang Berbeda
Tingginya nilai KTK pada tipe Tekstur tanah penting untuk diketahui
penggunaan lahan hutan disebabkan oleh karena komposisi dari ketiga fraksi partikel
adanya dekomposisi bahan organik yang
akan menunjukkan sifat-sifat kimia fisik
dapat menghasilkan humus yang kemudian
menjadikan KTK meningkat. Menurut dan biologi tanah. Kondisi lempung
Sutanto (2005), besarnya kontribusi bahan berpasir pada lahan tegalan memperlihatkan
organik terhadap peningkatan nilai KTK ini bahwa tanah ini tidak terlalu kuat mengikat
menjadikan tingginya kandungan senyawa air dan hara.Lain halnya dengan lahan hutan
karboksil seperti COOH- yang secara yang bertekstur lempung.Tanah dengan
langsung meningkatkan muatan negatif tekstur ini dapat memegang air dan hara.
pada kompleks adsorbsi. Selanjutnya Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan
Monde dan Thaha (2001), menyatakan oleh Hanafiah (2012), yang menyatakan
bahwa kompleks jerapan yang tadinya bahwa karena debu memiliki luas
didomonasi oleh unsur-unsur seperti Al dan permukaan yang lebih besar dari pada
Fe digantikan oleh koloid humus yang permukaan pasir, maka tanah tersebutakan
memiliki kemampuan jerapan jauh lebih
dapat memegang air dan hara yang tersedia
besar. Ini berarti bahwa semakin tinggi
bagi tanaman.
KTK, maka daya simpan tanah tersebut
akan ion hara semakin besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Tekstur. Hasil analisis tekstur dari empat
tipe penggunaan lahan yang berbeda, Kesimpulan
menunjukkan bahwa tekstur pada keempat
lahan ini berada pada kelas lempung Berdasarkan pembahasan di atas,
berpasir, liat berpasir, lempung dan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
lempung berdebu seperti yang ditampilkan sebagai berikut :
pada Gambar 7. Lahan hutan berada pada 1. Hasil analisis kimia dari beberapa tipe
kelas lempung berpasir dengan kisaran pasir penggunaan lahan, lahan hutan
39,9%, debu 42,8%, liat 17,3%. Lahan memiliki sifat kimia yang paling baik
semak belukar berada pada kelas liat dibandingkan dengan sifat kimia tipe
berpasir dengan kisaran pasir 50,8%, debu penggunaan lahan semak belukar,
12,7%, liat 36,5%. Lahan kebun campuran kebun campuran dan tegalan.
berada pada kelas lempung dengan kisaran 2. Sifat kimia pada tipe penggunaan lahan
pasir 12,4%, debu 61,7%, liat 25,9%. kebun campuran dan tegalan pada
Sedangkan pada Lahan tegalan berada pada umumnya relatif rendah.
22
Saran Sutanto, R., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Konsep
dan Kenyataan.Kanisius.Yogyakarta.
Disarankan agar dilakukan pengkajian
Sutedjo M.M., 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan.
lebih lanjut terhadap sifat fisik maupun Rineka Cipta. Jakarta.
biologi tanah sebagai bahan acuan yang
lebih lengkap sehingga perencanaan Tan, K. H., 1998. Principles of Soil Chemistry.
pengolahan lahan dan konservasi tanah dan Terjemahan Goenadi, H. D. Dasar-Dasar
air dapat berjalan dengan baik..Mengingat Kimia Tanah. Gadjah mada university
pembahasan dalam skripsi ini masih press.Yogyakarta.
terbatas pada aspek kimia, bahkan belum
Triesia., 2011. Pengertian C-Organik.
mencakup seluruh sifat-sifat kimia tanah. http://blog.ub.ac. Id. Diakses pada tanggal 5
Maret 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Triharto, S. 2014. Survei dan Pemetaan Unsur Hara
Asdak, C., 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah N, P, K, dan pH Tanah Pada Lahan Sawah
Aliran Sungai.Gadjah Mada University Press, Tadah Hujan di Desa Durian Kecamatan
Yogyakarta. Pantai Labu. Jurnal Online Agroekoteknologi
Vol.2, No.3 : 1195 – 1204.
Foth, H.D., 1991. Fundamentals of Soil Science.
Terjemahan E.D Purbayanti, D.R Lukiwati, Zidane, P., 2013. Analisis Kimia Fisik dan Biologi
R. Trimulatsih, 1991. Dasar-dasar Ilmu Pada Lahan Hutan, Perkebunan dan
Tanah.Gadjah mada University Tegalan.http://zidanezahra@yahoo.com. Di
Press.Yogyakarta. akses pada tanggal 20 juni 2015.

Hakim, N., N.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G.,


Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha., G.B. Hong
dan H.H Barley., 1986. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

Hanafiah A.K., 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah.PT.


Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S., 1993.Klasifikasi Tanah dan


Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta

Monde, A., dan A. R. Thaha., 2001.Perubahan Sifat


Kimia Tanah Ultisol Kulawi Akibat
Pemberian Bokashi. Lembaga Penelitia
Universitas Tadulako, Palu.

Pairunan Y. A. K,.J.L. Nenere, Arifin, S. S. R.


Samosir, R. Tangkaisari dan
Lalopua, J. R. 1985.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Bagian Timur, Makassar.

Parmata, I., 2011. Karakteristik Fisika Tanah Pada


Areal Tanaman Bawang Merah Lokal Palu di
Desa Vatutela. Skripsi, Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako, Palu.

Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono., 2002. Ilmu


Kesuburan Tanah.Kanisius.Yogyakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai