Anda di halaman 1dari 44

Konsep Promosi Kesehatan

Keprawatan Komunitas II
Dosen Pengampu:
Ns. Diah Ratnawati , S.Kep , M.Kep , Sp. Kep. Kom
Disusun oleh :

Diana Febriyanti 1610711050 Nada Saskia 1610711028

Erina Rusmiati 1610711040 Sharah Nursa’idah 1610711038

Ester Ronauli 1610711045 Leily Muhafillah 1610711030

Sinta 1610711054 Mei Diana Arminiati 1610711033

Miftahul Jannah 1610711048 Auliya Shobah 1610711044

Aggita Cahyani 1610711027 Yenti Herawati 1610711034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAKARTA

2018
1. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi
upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung
kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu,
kelompok, atau komunitas”.

Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi


dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual. Di dalam rumusan
pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka
“promosi kesehatan”.

Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia merumuskan


pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005. .

2. TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi
kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang:

a) Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

b) Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

c) Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,

d) melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.

e) Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya.


Tujuan promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:

1) Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO

a. Tujuan Umum

Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan

b. Tujuan Khusus

1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiata


untuk mencapai tujuan hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan


yang ada

c. Tujuan Operasional:

1) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-
perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara memanfaatkannya secara
efisien & efektif.
2) Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
(dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.
3) Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit, mencegah
berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah keadaan ketergantungan
melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya,
tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan kesehatan yang normal.
Sedangkan menurut Green, tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan tujuan,
yaitu:

a) Tujuan Program

Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang
berhubungan dengan status kesehatan.

b) Tujuan Pendidikan
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan
yang ada.

c) Tujuan Perilaku

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh
sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

a) Tujuan Intervensi Perilaku dalam promosi kesehatan

 Mengurangi perilaku negatif bagi kesehatan. Misal : mengurangi kebiasaan merokok


 Mencegah meningkatnya perilaku negatif bagi kesehatan Misal : mencegah
meningkatnya perilaku ‘seks bebas'
 Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan Misal : mendorong kebiasaan olah raga
 Mencegah menurunnya perilaku positif bagi kesehatan Misal : mencegah
menurunnya perilaku makan kaya serat.

3. SEJARAH SINGKAT ISTILAH PROMOSI KESEHATAN (PROMKES)

Perkembangan Promosi kesehatan tidak terlepas dari perkembangan Sejarah Kesehatan


Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan
Internasional yaitu dimulainya program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
pada tahun 1975 dan tingkat Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tentang Primary
Health Care tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi Kesehatan (Departemen
kesehatan, 1994). Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan pada tahun 1986, ketika diselenggarakannya Konferensi Internasional pertama
tentang Health Promation di Ottawa, Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan "The
Ottawa Charter”, yang di dalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Promosi
Kesehatan. Namun, istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti
sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu
muncul pula istilah- istilah populer lain seperti KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi),
Sosial Marketimg (Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial. Selanjutnya perkembangan promosi
kesehatan di Indonesia adalah seperti uraian berikut:

1. Sebelum tahun 1965

Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan kesehatan. Dalam program-program kesehatan,
Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi
keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), supaya
sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.

2. Periode Tahun 1965-1975

Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan tenaga profesional melalul program Health Educational Service (HES).
Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke
masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

3. Periode Tahun 1975-1985

Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan, Di tingkat Departemen Kesehatan


ada Direktorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community
Development. Saat itu mulai dikenalkannya dokter kecil pada Program UKS di SD. Departemen
Kesehatan sudah mulai aktif membina dan memberdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu
lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran Program adalah perubahan
perilaku masyarakat tentang kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80-an menekankan
pada pemberian informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat
dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku hidup sehat.

Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban sehingga dampaknya terhadap


perbaikan kesehatan sangat kecil. Dengan kata lain peningkatan pengetahuan yang tinggi tidak
diikuti dengan perubahan perilaku. Seperti yang diungkap hasil penelitian, 80% masyarakat tahu
cara mencegah demam berdarah dengan melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur)
tetapi hanya 35% dari masyarakat yang benar-benar melakukan 3M tersebut.

Oleh karena itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan ‘tanpa arti’, maka para ahli
pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984 merevitalisasi
pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi kesehatan. Promosi
kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang
menfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan
pada peningkatan kemampuan hidup sehat bukan sekedar berperilaku sehat.

4. Periode Tahun 1985-1995

Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), vang diberi tugas memberdayakan
masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang bertugas menyebarkan
informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD
menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat ini adalah perubahan perilaku.

pandangan (vis) mulai oleh ‘Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.

5. Periode Tahun 1995-Sekarang

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa
yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga
sasaran promosi kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau
perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997,
diadakan konvensi Internasional Promosi Kesehatan dengan tema "Health Promotiom Towards
The 21’st Century, Indonesia policy for the future” untuk Masa Depan" dengan melahirkan 'The
Jakarta Declaration’.

Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-Kanada, manyatakan bahwa promosi kesehatan
adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini meliputi
2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan. Sehingga tujuan dari promosi kesehatan itu sendiri
adalah memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan
menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Dengan demikian penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia ini dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter,
Geneva maupun di SEARO India, juga sudah mengalami perubahan menjadi International Union
For Health Promotion And Education (IUHPE). Istilah Promosi Kesehatan tersebut juga ternyata
sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada
paradigma sehat. Salah satu tongak promosi kesehat ialah Deklarasi Jakarta, yang lahir dari
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan ke IV.

Deklarasi Jakarta merumuskan bahwa :

1. Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak pada determinan
kesehatan, dan juga memberikan kesehatan terbesar pada masyarakat.

2. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan upaya lain
dalam meningkatakan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan.

3. Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tanggungjawab lintas sector.

Deklarasi juga merumuskan prioritas-prioritas promosi kesehatan diabad 21 yaitu :


meningkatkan tanggung jawab dalam kesehatan, meningkatkan investasi untuk pembangunan
kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarkat dan pemberdayaan individu serta menjamin
infrastruktur promosi kesehatan.

4. KONSEP PIAGAM OTTAWA DALAM KONFERENSI INTERNASIONAL


PROMOSI KESEHATAN
Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah membawa
perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi kesehatan. Piagam ini
mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses yang memungkinkan individu
mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani dan
sosial yang sempurna, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan
mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan
lingkungan”.
Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup 5 butir:
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy). Ditujukan kepada policy
maker agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung kesehatan.
2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment). Ditujukan kepada para
pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar menyediakan prasarana
sarana yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Selama ini yang menjadi
penyedia (provider) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta sedangkan
masyarakat adalah sebagai pengguna (customers) pelayanan kesehatan. Pemahaman
ini harus diubah, bahwasanya masyarakat tidak sekedar pengguna tetapi bisa sebagai
provider dalam batas-batas tertentu melalui upaya pemberdayaan.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat akan terwujud apabila
kesehatan individu, keluarga dan kelompok tersebut terwujud.
5. Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya gerakan-gerakan atau kegiatan-
kegiatan di masyarakat yang mendukung kesehatan agar terwujud perilaku yang kondusif
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam ottawa ini kemudian
diperbarui WHO menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu dan masyarakat) yang
memungkinkan mereka mampu mengendalikan determinan-determinan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatannya ”.

5. DETERMINAN-DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PROMOSI


KESEHATAN
Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter, maupun
modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang menguntungkan
kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku memilih
dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku penggunaan pelayanan kesehatan, bahkan
perilaku yang berkenaan dengan aspek genetika dan kependudukan.
STOP!! Sebelum dilanjutkan…. Masih ingatkah anda dengan definisi sehat pada Mata
Kuliah Konsep Dasar Keperawatan (KDK) di semester I?? coba anda ingat kembali...
Definisi Sehat:

Lihatlah, definisi sehat di atas, tampak bahwa ada perubahan batasan kesehatan yang
terjadi. Sehat dan menjadi sehat adalah upaya yang harus dilakukan. Salah satunya dengan
melakukan upaya promosi kesehatan seperti yang diputuskan pada konferensi pertama di
Kanada (1986).
Dewasa ini semakin banyak orang yang memahami dan menerima bahwa kesehatan
sangat dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial dan lingkungan, disamping determinan
fisik dan biologik. Determinan fisik seperti kebersihan lingkungan, cuaca, iklim dll, sedangkan
determinan biologik misalnya mikroorganisme (virus, bakteri), parasit dan lain-lain. Sementara
itu determinan-determinan sosial yang sangat mempengaruhi kesehatan antara lain: kemiskinan,
pengangguran,kelestarian lingkungan, diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and Feather,
1996).
Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu:
a) Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
b) Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam
kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
c) Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang
baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.
d) Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.
e) Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
f) Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadipada
penganggur.
g) Dukungan sosial
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
h) Ketergantungan pada narkoba

Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Alkohol,


narkoba dan merokok sangat erat hubungannya dalam memberikan dampak buruk pada
kehidupan sosial dan ekonomi.

i) Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan
dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan
gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
j) Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan
gerak fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi
kendaraan berarti membantu mengurangi polusi.
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,berkembangnya
peradaban, serta dampak globalisasi, determinan-determinan kesehatan pun selalu berubah dan
akan selalu ada yang baru. Misalnya perdagangan senjata, seks bebas, eksploitasi anak, dan lain-
lain.
Pada penyelenggaraan konferensi sedunia di Alma Ata secara gamblang menyatakan
bahwa kondisi fundamental dan sumberdaya untuk sehat adalah: perdamaian, perumahan,
pangan, pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian sumberdaya, keadilan sosial, dan
kesetaraan. Hal ini disebut juga sebagai prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk kesehatan.

6. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


A. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan
Pengertian promosi kesehatan adalah proses memandirikan masyarakat agar dapat
memelihara dan meningkatkan dan melindungi keseatannya. (Ottawa Charter, 1986)
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif
dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut
strategi, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi
promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
B. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini
Terdiri dari 3 hal, yaitu :
1) Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau  mendukung terhadap apa yang di inginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut
mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pembuat dari keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dalam undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi,dan
sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk baik secara formal
maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar
tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat
yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat
yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan,
baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain. Dari
uraian dapat di simpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif
maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan
(sasaran tertier).
2) Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial
melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima
program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada
dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program-program tersebut. Oleh sebab itu,
strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang
kondusif terhadap kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar,lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah paratokoh
masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)
3) Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada Masyarakat
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Bentuk kegiatan pemberdayaanini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan,
antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan
pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan
ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan
mereka, misalnya: terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut
gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.

C. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada padatahun 1986
menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut
dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:
1) KebijakanBerwawasan Kebijakan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu
atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang
mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan perkataanlain, agar kebijakan-
kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya,
selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.Misalnya, ada peraturan
atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk
mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan sebagainya. Dengan katalain, setiap
kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus memperhatikan
dampaknyaterhadaplingkungan (kesehatan masyarakat).
2) Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah
kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung
terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-
tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat
umum lainnya: tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat buang air besar/kecil,
tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan
sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat- tempat umum, pasar,
terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, dan sebagainya, harus menyediakan
sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.
3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan
kesehatanitu ada 3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan
kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau
pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacamini harus diubah, harus
diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan,tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu.
Realisasida reorientitas pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan
kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan
kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam
meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.
4) Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari individu,
keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud
apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok kelompoktersebut
erwujud. Oleh sebabitu, strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu
(personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan merekaini adalah memberikan pemahaman - pemahaman
kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit,
mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan
kesehatan, dan sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individu daripada massa.
5) Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka
di dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan.
Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di
masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan, niscayaterwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau
masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
D. PEMILIHAN STRATEGI PROMKES
1) Ceramah

Mudah dilakukan. Dilakukan dengan membagi informasi, mempengaruhi


pendapat, merangsang pemikiran berdasarkan pesan verbal   namun   sasaran biasanya
pasif, sedikit interaksi dengan narasumber atau peserta lainnya.

2) Media Massa
 Saluran komunikasi yang menjangkau sasaran luas
 Umumnya, sasaran tidak atau sedikit usaha untuk menerima pesan
 Strategi ini efisien karena biaya yang murah dalam skala ekonomi . Contoh :
televisi, radio, koran, majalah, outdoor media
3) Instruksi individual
 Dalam tatanan pasien, disebut konseling
 Bersifat individual, digunakan bila perbedaan karakteristik sasaran sangat besar
 Penyuluh memberikan advokasi solusi permasalahan kesehatan berdasarkan
kebutuhan individual
 Tidak efisien bagi penyuluh, tapi efisien bagi sasaran
4) Simulasi
 Simulasi adalah metode ekperiental di mana model situasi nyata digunakan
untuk merangsang atau membantu proses pembelajaran
 Semakin mirip dengan situasi nyata semakin baik simulasi tersebut
 Bentuk simulasi : permainan, drama, bermain peran (role playing),  model
komputerisasi
 Simulasi cocok untuk meningkatkan motivasi dan mengubah sikap
5) Modifikasi Perilaku
 Memodifikasi perilaku spesifik berdasarkan prinsip pengkondisian melalui
rangsangan dan konsekuensi
   Teori : rangsangan (antecedent)  perilaku spesifik  konsekuensi
(positif/negatif)
 Contoh rangsangan : iklan televisi
 Contoh konsekuensi positif : hadiah, pujian
 Contoh konsekuensi negatif : sanksi
6) Pengembangan Masyarakat
 Proses yang berorientasi kepada metode pengorganisasian masyarakat yang
menekankan pada pengembangan kemampuan, keterampilan dan pemahaman
pada masyarakat tertentu
 Strategi ini berdasarkan kemandirian, kesepakatan bersama dalam pemecahan
masalah.
 Penyuluh bertindak sebagai fasilitator
 Evaluasi strategi ini lebih sulit dibandingkan strategi lain karena efeknya terjadi
dalam waktu yang lama

7. SASARAN PROMOSI KESEHATAN


Pelaksanaan promosi kesehatan ditujukan kepada sasaran yang telah disesuaikan. Sasaran
dalam promosi kesehatan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (Kementerian Kesehatan, 2011):
1. Sasaran primer upaya promosi kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga
atau rumah tangga yang diharapkan dapat mengubah perilaku, misalnya mengubah
perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Upaya promosi ini sejalan dengan strategi promosi kesehatan pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran sekunder upaya promosi kesehatan yaitu para pemuka masyarakat baik pemuka
informal seperti pemuka adat dan pemuka agama, maupun pemuka formal seperti petugas
kesehatan dan pejabat pemerintahan, serta organisasi kemasyarakatan dan media massa
yang diharapkan dapat turut serta dalam upaya peningkatan PHBS pasien, individu sehat
dan keluarga. Dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu, apabila
sasaran sekunder berpeilaku sehat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan yang
diterimanya, dapat dijadikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat di
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan ini sejalan dengan strategi promosi kesehatan
dukungan social (social support).
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan, bidang lainnya yang berkaitan dan pihak yang
memfasilitasi sumber daya. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh sasaran tersier akan mempunyai dampak terhadap perilaku masyarakat
selaku sasaran primer promosi kesehatan dan tokoh masyarakat selaku sasaran sekunder
promosi kesehatan. Upaya promosi kesehatan ini sejalan dengan strategi global promosi
kesehatan yaitu advokasi.

8. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN


Sesungguhnya, ruang lingkup sasaran promosi kesehatan adalah keempat determinan
kesehatan dan kesejahteran seperti terlihat dalam model klasik dari Bloom (Forcefield
Paradigm of Health and Wellbeing), yaitu:

1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Factor genetik
Dalam paradigma ini diungkapkan pula bahwa antara keempat faktor tadi terjadi saling
mempengaruhi. Perilaku mempengaruhi lingkungan dan lingkungan mempengaruhi perilaku.
Faktor pelayanan kesehatan, akan berperan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat bila pelayanan yang disediakan digunakan (perilaku) oleh masyarakat. Faktor
genetik yang tidak menguntungkan akan berkurang resikonya bila seseorang berada dalam
lingkungan yang sehat dan berperilaku sehat. Dengan demikian, perilaku memainkan peran yang
penting bagi kesehatan.

Oleh karena itu, ruang lingkup utama sasaran promosi kesehatan adalah perilaku dan
akar-akarnya serta lingkungan, khususnya lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku.
Green mengkategorikan akar-akar perilaku ke dalam 3 kelompok faktor, yaitu faktor-faktor
predisposisi (yang merupakan prasyarat terjadinya perilaku secara sukarela), pemungkin
(enabling, yang memungkinkan faktor predisposisi yang sudah kondusif menjelma menjadi
perilaku), dan faktor penguat (reinforcing, yang akan memperkuat perilaku atau mengurangi
hambatan psikologis dalam berperilaku yang diinginkan).

Menurut bagan teori Green, diketahui bahwa factor perilaku kesehatan ditentukan oleh 3
faktor, yaitu :

Pertama, faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.
contoh: seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan
agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu tersebut mungkin tidak akan
membawa anaknya ke posyandu.

Kedua, faktor pemungkin (enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang
menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan sdm. Contoh
konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya tempat olah raga, dsb.

Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh masyarakat,
dukungan suami, dukungan keluarga, tokoh adat, dsb.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu tercapainya derajat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang tinggi, dengan dijalankannya perilaku yang
menguntungkan kesehatan. Untuk itu upaya-upaya promosi kesehatan adalah penciptaan kondisi
yang memungkinkan masyarakat berperilaku sehat dan membuat perilaku sehat sebagai pilihan
yang mudah dijalankan.

Promosi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat perperan sebagai perawat
pendidik. Perubahan perilaku yang diharapkan pada klien berupa perubahan pola pikir, sikap,
dan keterampilan yang spesifik terhadap kesehatan. Hubungan pembelajaran yang terjadi
tersebut harus bersifat dinamis dan interaktif.

Promosi kesehatan pada proses keperawatan tersebut merupakan tahap pengkajian dan
intervensi keperawatan yang diarahkan pada faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
penguat masalah perilaku.

Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah


Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai
ideology dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit
infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana,
kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health,
mulai diterima, meninggalkan medical model. Pada model sosial, masalah kesehatan
dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati penyakit yang
merupakan akaibat dari masalah kesehatan.
2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan
Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi
kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat
pencegahan dari Leavell and Clark (1967):
a. Pencegahan primer, yang terdiri dari:
 Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
 Perlidungan khusus (specific protection)
b. Pencegahan sekunder
 Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
 Pembatasan cacat (disability limitation)
c. Pencegahan tertier:
 Rehabilitasi (rehabilitation)
Ruang lingkup promosi kesehatan yang bersifat komprehensif harus mencakup
kelima tingkat pencegahan tersebut.

3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar


Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk semua tahun
2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health Care), yang
meliputi: Acute primary care; Health education; Health promotion; Disease surveilance
and monitoring; Community Development.
Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat
pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14)
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)
d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)
WHO menggarisbawahi seperangkat kegiatan minimal yang harus dilaksanakan
dalam pelayanan kesehatan dasar, beberapa diantaranya sangat berkaitan dengan
determinan kesehatan yang telah diuraikan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan itu ialah:

a. Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah kesehatan serta


cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi
b. Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi
c. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar
d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan dan penaggulangan penyakit endemik lokal
g. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan
h. Penyediaan obat yang esensial
4. Ruang lingkup aktivitas
Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh
WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan. Ottawa
Charter mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang
bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:
a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)
b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)
c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)
d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)
e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)
Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi yang
dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang meliputi (1)
aktivitas pendidikan kesehatan, (2) pembuatan dan pelaksanaan kebijakan, peraturan serta
upaya organisasi. Kedua aktivitas ini merupakan intervensi yang bersifat langsung
terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau lingkungan. Aktivitas lain yang sangat mutlak
agar aktivitas yang disebut di atas dapat dihasilkan dan dijalankan adalah (3) advokasi.

5. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan


Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan
kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik
kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari
konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis. Becker
mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:
a. Pengetahuan Kesehatan.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang
terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular,
pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan.
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit
menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk
menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang
dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan
tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk
menghindari kecelakaan.

9. Prinsip – Prinsip Promosi Kesehatan

Sebagai seorang calon perawat professional yang akan menjalani tugas-tugas kesehatan
termasuk didalamnya adalah promosi kesehatan, maka anda akan berhasil mengatasi keadaan
jika menguasai sub bidang keilmuan yang terkait berikut ini, diantaranya :

1. Komunikasi
2. Dinamika Kelompok
3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM)
4. Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
5. Pemasaran Sosial (Social Marketing)
6. Pengembangan Organisasi
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Pengembangan Media (Teknologi Pendkes)
9. Perencanaan dan evaluasi
10. Antropologi Kesehatan
11. Sosiologi Kesehatan
12. Psikologi Kesehatan, Dll

Selain itu, ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh kita
sebagai calon/perawat professional, seperti yang diuraikan berikut ini.

1. Prinsip – prinsip Promosi Kesehatan dalam Keperawatan


Interaksi perawat/petugas kesehatan dan klien merupakan hubungan khusus yang
ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan dan
negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan.
Pembelajaran yang efektif terjadi ketika klien dan perawat/petugas kesehatan sama-
sama berpartisipasi dalam Proses Belajar Mengajar yang terjadi. Agar hubungan
pembelajaran memiliki kualitas positif, baik secara individual, kelompok maupun
masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Berfokus pada klien


Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang
unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat
lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual.
b. Bersifat menyeluruh dan utuh (holistic)
Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara
keseluruhan, tidak hanya berfokus pada muatan spesifik.
c. Negosiasi
Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah
diketahui dan apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat
perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan memutuskan
sebelah pihak.
d. Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif
yang melibatkan partisipasi perawat/petugas kesehatan klien. Keduanya saling
belajar. Untuk itu, maka perlu diperhatikan dan dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM), yang mencakup :
 Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi, Kesiapan, Pelibatan Aktif /
Active Involvement, Umpan Balik / Feedback, memulai dari hal yang
sederhana sampai kompleks, adanya pengulangan materi / repetition, waktu /
timing dan lingkungan / environment.
 Penghambat belajar (seperti emosi, kejadian / keadaan fisik dan psikologis
yang sedang terganggu atau budaya.
 Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan
penutup Topik), serta
 Karakteristik perilaku belajar.
Perhatikan adanya perubahan perilaku yang terjadi, terdiri dari tiga karakteristik, yaitu :

1) Perubahan Intensional, yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman/praktik


yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan karena faktor kebetulan.
2) Perubahan Positif dan aktif. Positif : jika perubahannya baik, bermanfaat dan
sesuai harapan. Merupakan sesuatu yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Aktif :
perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena usaha individu itu
sendiri.
3) Perubahan Efektif dan Fungsional. Efektif : Perubahan tersebut berhasil guna dan
membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi individu. Fungsional :
perubahan tersebut relative menetap dan setiap saat siap apabila dibutuhkan,
perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

10. MEDIA PROMOSI KESEHATAN


Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media yang digunakan agar
dapat menarik perhatian sasaran dalam mengikuti promosi kesehatan. Menurut (Kholid, A.,
2012) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran
seperti buku, film, video dan sebagainya. Media merupakan alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran (Maulana, H. D., 2007).
Tujuan dari penggunaan media dalam pengajaran yaitu untuk memperjelas pesan,
mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, daya indra, menimbulkan semangat belajar,
interaksi langsung antara peserta didik dan sumber belajar, serta memungkinkan peserta belajar
mandiri sesuai bakat (Simamora, 2009).
Media yang berupa alat peraga berfungsi untuk (Maulana, H. D., 2007):
a. menimbulkan minat sasaran
b. mencapai sasaran yang lebih banyak
c. membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman
d. merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
e. memudahkan penyampaian informasi
f. memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
g. mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh orang banyak.
h. mendorong keinginan  untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat pengertian
yang lebih baik.
i. membantu menegakkan pengetahuan yang diterima agar bisa lebih lama tersimpan
dalam ingatan.
Pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan media yang dapat memudahkan aktivitas
promosi kesehatan terutama pada saat pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan
sasaran.
Adapun jenis – jenis media pembelajaran menurut (Kholid, A., 2012) yaitu:
1. Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun dan komik
2. Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media seperti slide, over head projector, in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media seperti film, televise, video, computer dan sejenisnya.
Sedangkan, menurut Sharon, S. E. (2005) terdapat enam jenis dasar dari media
pembelajaran, yaitu:
1. Teks, yaitu penyampaian informasi yang berupa tulisan.
2. Media audio, seperti suara latar, musik, atau  rekaman suara yang dapat
meningkatkan daya tarik sasaran.
3. Media visual, yaitu media yang memberikan rangsangan - rangsangan visual seperti
gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun poster dan papan bulletin.
4. Media proyeksi gerak, seperti film geral, film gelang, program TV, video kaset
(CD, VCD, atau DVD).
5. Benda-benda tiruan/miniatur, seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh
dan diraba oleh penerima pesan.
6. Manusia, yang dapat berupa guru, siswa, atau pakar/ ahli dibidang/ materi tertentu.

Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut (Kholid,
A., 2012) yaitu:
1. Sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi yang ingin dicapai.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip dan
generalisasi
3. Praktis, luwes dan bertahan
4. Memperhatikan pengelompokan sasaran.
5. Penyaji terampil dalam menggunakan media.

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi
atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran
mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Untuk itu , saat membuat pengembangan pesan, anda perlu menggunakan prinsip dan
tahapan berikut ini :
a. Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan kata yang sesuai
untuk sasaran.
b. Pengembangan pesan memerlukan kemampuan ilmu komunikasi dan seni.

STRUKTUR PESAN sebaiknya menggunakan RUMUS AIDCAA


1) ATTENTION (perhatian)
2) INTEREST (minat)
3) DESIRE (kebutuhan/keinginan)
4) CONVICTION (rasa percaya)
5) ACTION (tindakan)
6) APPROACH (pendekatan)

Pesan yang disampaikan akan efektif, jika memperhatikan hal-hal berikut :


1) Command attention, kembangkan satu ide atau pesan yang menarik perhatian dan mudah
diingat.
2) Clarify the message, buat pesan mudah, sederhana dan jelas.
3) Create trust, pesan harus dapat dipercaya.
4) Communicate a benefit, komunikasikan keuntungan melakukan tindakan.
5) Consistency, pesan harus konsisten yang artinya sampaikan satu pesan utama di media apa
saja secara berulang kali baik TV, radio, poster, stiker
6) Cater to the heart and head, pesan harus bisa menyentuh akal dan rasa.
7) Call to action, pesan harus mendorong sasaran untuk bertindak

11. METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

A. PENGERTIAN METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari
bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa
berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu"

Metode adalah cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
agar tercapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.

Dalam Topik mengajar seorang guru/pendidik/pengajar tidak harus terpaku dalam


menggunakan berbagai metode (variasi metode) agar proses belajar mengajar atau pengajaran
berjalan tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian peserta didik/ sasaran. Namun
di sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit membawa keberuntungan atau manfaat dalam
Topik mengajar, bila penggunaannya tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang
mendukungnya, serta kondisi psikologi peserta didik. Maka dari itu disini pengajar/pendidik
dituntut untuk pandai-pandai dalam memilih metode yang tepat. (Syaiful Bahri, D. 2002).

Berkaitan dengan penggunaan metode yang tepat, seorang pendidik/penyuluh/promotor


kesehatan harus memperhatikan berbagai macam faktor dalam penggunaan metode, diantaranya
yaitu:

1) Metode dan tujuan pendidikan

2) Metode dan bahan pengajaran

3) Metode dan tangga-tangga belajar

4) Metode dan tingkat perkembangan

5) Metode dan keadaan perseorangan

6) Dasar tertinggi dari metode


Selain itu Prof Dr.Winarno S, mengatakan ada 5 macam yang mempengaruhi penggunaan metode
mengajar antara lain: tujuan berbagai jenis dan fungsinya, anak didik yang berbagai tingkat
kematangannya, situasi yang berbagai macam keadaannya, fasilitas yang berbagai kualitasnya, pribadi
guru serta kemampuan profesionalnya yang berbedabeda.

B. METODE DAN TUJUAN PENGGUNAANNYA

Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang digunakan sesuai
dengan tujuan pelaksanaan promosi kesehatannya:

1. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan : ceramah, kerja kelompok, mass media,
seminar, kampanye.
2. Menambah pengetahuan. Menyediakan informasi: One-to-one teaching (mengajar per-
seorangan / private), seminar, media massa, kampanye, group teaching.
3. Self-empowering
Meningkatkan kemampuan diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training),
simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.
4. Mengubah kebiasaan : :Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan
keterampilan, training, metode debat.
5. Mengubah lingkungan, Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan
berkaitan dengan kesehatan.

C. JENIS-JENIS METODE DALAM PROMOSI KESEHATAN

Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Suatu proses promosi
kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok
atau sasaran individual.

1. Metode Individual (Perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang
tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/ mendengarkan
penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti harus
hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk pendekatan
(metode) berikut ini, yaitu :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)


Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan
pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan),
juga untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam lagi.

2. Metoda Kelompok

Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok
kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari
15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan metode
dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi
membosankan jika terlalu lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metoda ceramah:

 Persiapan:

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.

i. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema.

ii. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide,


transparan, sound system, dan sebagainya.

 Pelaksanaan:

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat


menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti
psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap raguragu dan
gelisah.

 Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

 Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

 Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.

 Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA)


semaksimal mungkin.

 Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-
metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:

1) Diskusi Kelompok

Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas, menyumbangkan
pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang
seksama.

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas


berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa
sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,
misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara
peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka
harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai
kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi,
pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa
pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi
diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur
sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. Kelemahan metode diskusi sebagai
berikut :

 Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.

 Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

 Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

 Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

2) Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang diawali


dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta.
Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin
kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan
jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua
anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya
terjadi diskusi.

3) Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok


yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Kelompok
dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung
menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)


yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan
tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

5) Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat
atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan
dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

3. Metode Massa

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan pesanpesan


kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian
cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka
pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran) masyarakat


terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.
Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan
hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya
dengan menggunakan atau melalui media massa.

Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:

a. Ceramah umum (public speaking)


Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau
pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio,
pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan
massa.
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau
konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan
massa.
e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga
merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
Metode-metode yang disebutkan di atas hanyalah beberapa dari banyak metode lainnya. Metode-
metode tersebut dapat digabung atau dimodifikasi oleh tim promosi kesehatan disesuaikan dengan
penerima pesan dan sarananya. Selain itu, metode yang digunakan juga disesuaikan dengan tujuan dari
promosi kesehatan yang dilaksanakan.

12. THE HEALTH BELIEF MODEL (HBM) / MODEL KEPERCAYAAN


KESEHATAN

Health Belief Model (HBM) didasarkan pada konsep utama bahwa perasaan (pervice)
akan menentukan tindakan (action). Model ini mulai berkembang tahun 1950an, mengikuti
perkembangan vaksin volio. Ketika ada masyarakat Amerika tidak membawa mereka atau anak-
anak mereka ke klinik imuniasasi, para ahli psikologi sosial dan pekerja kesehatan masyarakat
mengenalkan kebutuhan untuk mengembangkan suatu pemahaman yang lebih lengkap terhadap
faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan pencegahan. Fenomena ini dapat digambarkan
dari konteks masyarakat Indonesia bahwa di antara keluarga tidak membawa anaknya untuk
imunisasai karena kekhawatiran imunisasi mengakibatkan anak sakit. Kekhawatiran tersebut
terbentuk dari pengalaman keluarga lain disekitarnya bahwa pasca imunisasi anak mengalami
demam.

Model keyakinan kesehatan (HBM) didasarkan pada asumsi bahwa penentu utama dari
perilaku pencegahan kesehatan adalah menghindari penyakit. Konsep menghindari penyakit
termasuk perasaan kerentanan pada penyakit, perasaan keseriusan dari penyakit, faktor yang
dimodifikasi, isyarat untuk bertindak, perasaan manfaat dikurangi perasaan hambatan pada
tindakan kesehatan.

Penting untuk dicatat bahwa tindakan yang berhubungan dengan kanker payudara akan
berbeda dari tindakan yang berhubungan dengan campak. Misalnya, pada kanker payudara,
isyarat untuk bertindak mungkin melibatkan iklan layanan masyarakat yang mendorong
perempuan untuk membuat janji untuk mamogram. Namun, untuk campak, isyarat untuk
bertindak mungkin berita menguraikan variabel dan hubungan dalam HBM.

Penerapan HBM. Lebih dari bertahun-tahun, beberapa penulis telah mengusulkan


memperluas lingkup HBM untuk menyampaikan promosi kesehatan dan perilaku sakit dan untuk
menggabungkan konsep ini dengan teori lain yang menggambarkan perilaku kesehatan.

Keterbatasan HBM. HBM menempatkan beban tindakan secara eksklusif pada klien. Ini
mengasumsikan bahwa hanya klien yang memiliki persepsi negatif dari penyakit tertentu atau
tindakan kesehatan dianjurkan akan gagal untuk bertindak. Dalam praktiknya, model ini
memfokuskan energi perawat pada intervensi yang dirancang untuk memodifikasi distorsi
persepsi klien. HBM menawarkan penjelasan perilaku kesehatan yang mirip dengan sistem
mekanik.
Mengkonsultasikan HBM, perawat dapat mendorong kepatuhan menggunakan variabel
model sebagai ketalis untuk merangsang tindakan. Sebagai contoh, sebuah studi intervensi
didasarkan pada ajaran HBM berusaha untuk meningkatkan tindak lanjut pada klien dengan
hipertensi dengan meningkatkan perasaan kerentanan dan keseriusannya dan bahaya hipertensi
(Jones, Jones, dan Katz, 1987). Penelitian memberikan pasien edukasi melalui telepon atau di
departemen gawat darurat dan menghasilkan peningkatan dramatis dalam kepatuhan. Namun,
para peneliti mencatat bahwa beberapa kelompok pasien, khususnya, kelompok pasien tanpa
perawatan anak, gagal untuk menanggapi intervensi. Studi seperti ini menunjukkan kemampuan
prediktif dan keterbatasan konsep HBM (Lajunen dan Rasanen, 2004; Lin et al, 2005; Mirotznik
et al, 1998)

HBM mungkin efektif mempromosikan perubahan perilaku dengan mengubah perspektif


pasien, tetapi tidak mengakui tanggung jawab profesional kesehatan untuk mengurangi atau
memperbaiki hambatan perawatan kesehatan. Model mencerminkan jenis perspektif teoritis yang
mendominasi pendidikan keperawatan dan kesehatan perilaku selama bertahun-tahun. Ruang
lingkup sempit dari model adalah kekuatan dan keterbatasannya; perawat tidak ditantang untuk
menguji akar penyebab peluang kesehatan dan perilaku dalam masyarakat yang dilayani.

Precede-Proceed Model

Program promosi kesehatan menggunakan pendekatan model Precede Procede yaitu


langkah yang dirancang untuk membantu perencana program mencapai kualitas hidup
masyarakat yang diinginkan dengan melalui analisis masalah dan merancang program yang tepat
untuk masyarakat tersebut. Precede merupakan akronim dari predisposing, Reinforcing, Enabling
causes, Educational Diagnosis dan Evaluation. Model ini kemudian dikembangkan dengan
menambahkan Proceed sehingga menjadi Precede-Proceed. Proceed merupakan akronim dari
policy, regulatory, Organizational Construct in Education and Environmental Development.
Model Precede-Proceed ini terdiri dari 9 fase yang terbagi menjadi 5 fase Precede yaitu
pengkajian sosial, pengkajian epidemiologi, pengkajian perilaku dan lingkungan, pengkajian
pendidikan dan ekologis, diagnosis administrasi dan kebijakan dan 4 fase tahap Proceed yaitu
implementasi, evaluasi proses, evaluasi dampak (impact) dan evaluasi hasil (outcome).

Model pendekatan Precede-Proceed sesuai digunakan dalam melakukan kemitraan guna


menjalankan program promosi kesehatan seperti pada kasus TB, karena dalam model ini termuat
langkah secara terstruktur sistematis dan komprehensif. Pengkajian secara mendalam perlu
dilakukan dalam merancang program yang lebih inovatif, hal ini termuat dalam proses diagnosis
sosial, diagnosis epidemiologi, diagnosis perilaku dan lingkungan serta mempertimbangkan
pengorganisasian, pengembangan, administrasi dan kebijakan. Secara relevan kebijakan akan
berhubungan dengan proses advokasi yang didalamnya aka nada proses negosiasi. Secara sosial
memiliki relevansi dengan proses kemitraan dan bagaimana strategi dalam memberdayakan
masyarakat.

Dalam model ini juga terdapat 3 faktor, yaitu predisposing, reinforcing dan enabling. Hal
ini akan menguatkan pembuat program dalam melakukan analisis lebih dalam untuk
menjalankan program sesuai dengan kapasitas daerah tersebut. Setiap fase dalam proses akan
mengarahkan pembuat program mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk sampai evaluasi.
Pada tahap evaluasi akan dijelaskan lebih dalam lagi bagaimana evaluasi proses maupun dampak
dari program tersebut, jika terjadi hambatan atau kendala maka bisa dilakukan modifikasi dan
pembaharuan program secara langsung. Proses monitoring dan keberlanjutan (sustainable)
program menjadi salah satu strategi pembuat program dalam menerapkan model Precede-Proced
ini.

Aplikasi pendekatan program promosi kesehatan model Precede-Proceed akan dijelaskan


secara rinci sebagai berikut:

1) Fase 1: Pengkajian Sosial


Fase diagnosis sosial merupakan tahap pengkajian sosial terkait fenomena yang
mempengaruhi terjadinya TB di wilayah kabupaten Gresik. Apa dampak yang
ditimbulkan dengan banyaknya kejadian TB pada masyarakat di wilayah tersebut.
Apakah penularannya memiliki korelasi kuat dengan perilaku masyarakat sekitar. Berapa
banyak angka kejadian TB di kabupaten Gresik, bagaimana program yang berjalan
selama ini dalam mengatasinya, apakah sudah tercapai, dan bagaimana dampaknya.
Langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Tingkat kepatuhan penderita dalam penyelesaian pengobatan lengkap masih rendah,
dibuktikan dengan data yang melakukan pengobatan secara lengkap dan tuntas hanya
mencapai 4,01%.
b. TB paru merupakan masalah utama kesahatan masyarakat Indonesia.
c. TB paru merupakan kasus multicausal (yang disebabkan oleh banyak factor)
d. Penggunaan fasilitas laboratorium di wilayah kerja Puskesmas belum sepenuhnya
dilakukan.
e. Pengetahuan masyarakat tentang program pengobatan secara lengkap masih kurang,
hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari beberapa penderita, jika merasa
sudah baik maka penderita akanmenghentikan pengobatan (tidak mengikuti aturan
pengobatan hingga tuntas).
f. Beberapa budaya mempengaruhi keberhasilan dalam meangani kasus TB di
kabupaten Gresik karena sebagian masyarakat menganggap hal tersebut adalah batuk
biasa dan lebih percaya ke pengobatan alternatif
2) Fase 2 : Pengkajian Epidemiologi
Fase Epidemiologi menggambarkan urgensi masalah, pola dan gambaran kejadian
masalah. Fase ini merupakan fase identifikasi kejadian secara epidemiologi pada kasus
TB paru di wilayah kerja kabupaten Gresik. Masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
a. Ditemukan kasus baru BTA+ sejumlah 775 kasus tahun 2013.
b. Kasus baru BTA- Ro+ dan EP sejumlah 666 kasus, total kasus baru TB sejumlah
1.441 kasus.
c. Angka kematian akibat TB adalah 23 kasus
d. Sepuluh kasus terbanyak pasien rawat jalan di rumah sakit umum pemerintah tipe A
hingga tahun 2013, urutan tertinggi adalah tuberculosis dengan angka 114.962 kasus
e. Salah satu yang mempengaruhi adalah adanya pola kerja PMO (Pengawas Minum
Obat) yang belum maksimal. Selain itu pertimbangan modifikasi lingkungan
penderita sangat mempengaruhi kejadian ataupun kesembuhan penderita TB.
3) Fase 3 : Pengkajian Perilaku dan Lingkungan
Merupakan fase pengkajian terhadap factor perilaku dan gaya hidup serta lingkungan
yang menjadi factor terjadinya TB paru di wilayah kerja kabupaten Gresik. Hal ini juga
terkait dengan budaya ataupun adat yang ada di kabupaten Gresik.
Fase 4 : Pengkajian Pendidikan, dan Ekologis ini merupakan identifikasi terhadap 3
faktor yang berkontribusi terhadap penyebab terjadinya TB paru di Kabupaten Gresik
meliputi: factor predisposisi, factor pemungkin dan factor penguat.
4) Fase 5 : Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
Pada fase ini dilakukan kajian terhadap upaya promosi kesehatan, kebijakan pemerintah
daerah yang telah dilakukan berhubungan dengan kejadian TB paru di wilayah kabupaten
Gresik meliputi: komitmen kepala pemerintahan dalam membuat peraturan dan program
penanggulangan, adanya undang-undang yang mengatur serta bagaimana alokasi
anggaran dari APBN dan APBD dalam menangani kasus TB.
5) Fase 6 : Implementasi
Pada fase pelaksanaan, perlu adanya monitoring program dan jangka waktu ketercapaian
program. Selain itu perlu adanya pengawasan penggunaan anggaran sehingga program
dapat berjalan secara efektif. Sasaran, advokasi, negosiasi dan kemitraan sangat
mempengaruhi keberhasilan sebuah program penanganan TB di Kabupaten Gresik.
6) Fase 7: Evaluasi Proses
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas teknik dan strategi dalam
mengembangkan program penanganan TB di kabupaten Gresik, sehingga dapat dilakukan
modifikasi program agar lebih optimal dalam mencapai tujuan.
7) Fase 8 : Evaluasi Dampak
Pada tahap ini dijelaskan dampak positif maupun negatif dari adanya program tersebut,
apa saja yang dipengaruhi dengan adanya program penanganan TB di kabupaten Gresik.
8) Fase 9 : Evaluasi Hasil
Tahap ini merupakan penilaian dan pengukuran secara keseluruhan apakah tujuan sudah
tercapai sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Apabila sudah sesuai bagaimana
mengembangkan program penanganan kasus TB agar bisa berkelanjutan, siapa yang
meneruskan program. Hal ini perlu dilakukan analisis, sehingga keberhasilan program
tidak berhenti.

PENDER’S HEALTH PROMOTION MODEL

Helath Promotion Model (HPM) digunakan oleh profesi kesehatan termasuk perawat
sebagai dasar dalam menolong klien untuk meningkatkan kesehatan sehingga mendukung
kualitas hidup dan kesejahteran klien. HMP bertujuan untuk menciptakan gaya hidup lebih sehat.
Penerapan HPM dapat menurunkan biaya kesehatan sehingga jaminan kesehatan dari pemerintah
dapat dialihkan kepada penyedia bentuk pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.
HPM sangat cocok untuk kebuthan profesi perawat komunitas karena perawat komunitas
umumnya bekerja di tempat pelayanan yang memerlukan pelayann promotif seperti di keluarga,
komnitas, sekolah, tempat kerja, panti, dan lembaga lain. Perawat juga telah diberikan
keterampilan yang diperlukan dalam pelayanan promosi kesehatan seperti pendidikan, konseling,
dan advokasi.

Kesehatan dalam perspektif HPM tidak membatasi pada tidak adanya penyakit atau
keterbatasan dalam berfungsi atau beradaptasi. Kesehatan dalam konsep HPM sangat luas,
mengedepankan pada klien secara keseluruhan dan gaya hidupnya termasuk kekuatan, sumber,
potensi, dan kemampuan. Oleh karena itu, pandangan positif kesehatan HPM memberikan
peluang pada perawat untuk mengembangkan inervensi keperawatan yang tidak terbatas pada
menurunkan risiko penyakit tetapi bertujuan untuk memperkuat sumber, potensi, dan
kemampuan klien. Perawat menolon klien untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan
kemampuan berfungsi dan mecapai kualitas hidup yang lebih baik.

HPM didasarkan pada teori perilaku yang mngenalkan peran perilaku dalam pencegahan
primer. Dalam konteks HPM, profesi kesehatan memberikan perhatian lebih untuk membantu
klien mengadopsi perilaku sehat. Motivasi klien untuk melakukan perilaku sehat didasarkan pada
keinginan untuk mencegah penyakit atau mencapai tingkat kesejahteraan dan aktualisasi yang
lebih tinggi.

HPM adalah sebuah model yang berorientasi pada pendekatan yang memfokuskan pada
pencapaian kesejahteraan dan aktualisasi diri tingkat tinggi.

HPM memliki banyak konsep dan hubungan. Model tidak memberikan bantuan dalam
menyeleksi konsep yang mana dan hubungannya yang sesuai dengan perilaku spesifik. Oleh
karena itu, pengguana model yang harus memilih konsep dan hubungannya berdasarkan pada
hasil penelitian, teori yang mendasari, pengalaman klinik atau praktik mengenai perilaku spesifik
tersebut.

Konsep yan mmbentuk model promosi kesehatan terdiri dari:

a. Perilaku sebelumnya (yang berhubungan) dan karakteristik individu yang


mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan kegiatan perilaku.
b. Komitmen untuk berpartisipasi dalam perilaku yang memberikan manfaat berinilai
secara personal
c. Hambatan yang dirasakan dapat menjadi penghalang komitmen untuk bertindak,
suatu mediator dari perilaku, seperti juga perilaku nyata
d. Kompetansi atau efikasi diri yang dirasakan untuk mengeksekusi perilaku
meningkatkan kemungkinan untuk bertindak dan menapilkan perilaku nyata
e. Efikasi diri yang lebih besar menghasilkan persaan hambatan yang lebih kecil pda
perilaku kesehatan fisik
f. Sikap positif terhadap suatu perilaku menghasilkan perasaan efikasi diri lebih besar,
sebaliknya dapat menghasilkan peningkatan sikap positif
g. Emosi atau sikap positif dihubungkan dengan perilaku, berpeluang pada peningkatan
komitmen dan tindakan
h. Klien lebih memungkinkan untuk komitmen pada dan terlibat dalam perilaku promosi
kesehatan ketika model orang penting dari perilaku mengharapkan perliku terjadi, dan
memberikan bantuan dan dukungan untuk memungkinkan terjadinya perilaku
i. Keluarga, ebaya, dan pemberi pelayanan kesehatan adalah sumber penting dari
pengaruh interpersonal yang dpat meingkatkan atau menurunkan komitmen untuk dan
melibatkan diri dalam perilaku promosi kesehatan
j. Pengaruh situasional dalam lingkungan eksternal dapat menignkatkan atau
menurunkan komitmen untuk atau partisipasi dalam perilaku promosi kesehatan
k. Makin tinggi komitmen pada perencanaan kegiatan spesifik, lebih memungkinkan
perilaku promosi kesehatan dipertahankan sepanjang waktu
l. Komitmen pada perancangan kegiatan kurang memungkinkan untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan ketika tuntuan melebihi kemampuan individu mengontrol
perilaku yang memerlukan perhatian segera
m. Komitmen pada perencanaan kegiatan kurang memungkinkan untuk menghasilkan
perilaku yang diinginkan ketika kegiatan lain lebih atraktif dan disiapkan melebihi
target perilaku
n. Individu dapat memodifikasi kognisi, sikap, dan lingkungan interpersonal dan fisik
untuk mencitakan keugtungan kegiatan kesehatan
Aplikasi Pender’s Health Promotion Model HPM menawarkan kerangka kerja untuk
asuhan keperawaan yang efektif yang diarahkan pada peningkatn kesehatan dan kemampan
berfungsi. Metode pengkajian perilaku promosi kesehatan klien berdasarkan model ini
mengarahkan perawat untuk mengkaji secara sistematis terhadap efikasi diri, hambatan, manfaat
yang dirasakan; pengaruh interpersonal, dan pengaruh situasional yang relevan untuk perilaku
kesehatan tertentu. Model ini juga mengidentifikasi karakteristik klien sebagai target pengkajian,
terdiri dari perilaku sebelumnya, karateristik demografi, dan status kesehatan yang dirasakan.

HPM mengarahkan intervensi keperawatan didesain untukmeribah persepsi klien.


Kesuksesan intervensi diharapkan dapat menghasilkan penampilan perilaku promosi kesehatan
dan peningkatan kesejahteraaan. HPMmengarahkan penggunaan nursing proses sebagai metode
untuk menhasilkan perubahan perubahan perlaku dalam memberdayakan perawatan mndiri
sepanjang kehidupan klien, menggunakan kerangka kerja terstandar seperti pola NANDA dan
fungsi kesehatan meliputi olahraga, nutrisi, manajemen stress, dan dukungan social yang
diarahkan terhadap peningkatan kapasitas klien.

HPM tepat digunakan untuk merubah persepsi kesehatan yang dipengaruhi oleh nilai-
nilai budaya yang dianut masyarakat. Tingginya prevalensi anemia di Indonesia diantaranya
dipengaruhi oleh perpsi masyarakat terkait nilai gender wanita yang melekat secara budaya.
Hasil peneilitian pribadi di wilayah Bogor, Jawa Barat bahwa masyarakat mengganggap wanita
tidak perlu sekuat laki-laki sehingga hak lak-laki lebih diutamakan daripada wanita. Orangtua
telh menanamkan nilai-nilai kepada anak reaja wanita bahwa cantik identic denan langsing.
DAFTAR PUSTAKA

Susilawati,Dwi. 2016. Modul bahan ajar keperawatan. Promosi kesehatan. jakarta


Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016

Departemen Kesehatan RI. 2009. Promosi kesehatan, komitmen global dari Ottawa-Jakarta-
Nairobi menuju rakyat sehat. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI bekerja sama dengan
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku-FKM UI
http://promkes.kemenkes.go.id/promosi-kesehatan

http://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=sDKnWExH6tQC&oi=fnd&pg=PA1&dq=strategi+promosi+kesehatan&ots=t8PVsfNstp&sig=
qVN0GCcZM79rOJDU_gC5ShpmpPY&redir_esc=y#v=onepage&q=strategi%20promosi
%20kesehatan&f=true

https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=sDKnWExH6tQC&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:vqN-
ZYYsqrAJ:scholar.google.com/&ots=taLPqgHtyl&sig=FNL_Gdx5GtxfoZ46eOf4W4DOudo&redir_esc=y#v=
onepage&q&f=false

https://www.academia.edu/19597330/MAKALAH_STRATEGI_PROMOSI_KESEHATAN?
auto=download

Anda mungkin juga menyukai