Anda di halaman 1dari 10

Nama : Mutiara Tri Faza (312017003)

Bagas Christofel Aruan (312017184)


Jessica C Sitorus (312017186)
Nani Lestari Br Sembiring(312017222)

1. Jurnalis

Kode Etik Jurnalistik

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi
dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga
menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat,
dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi
setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi
sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan
integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik:

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang,


dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani
tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan
pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk
menimbulkan kerugian pihak lain.
Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas


jurnalistik.

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. menghormati hak privasi;

c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi
dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai
karya sendiri;

h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita


investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak


mencampurkan faktadan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi
itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing


pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini
interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.

d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.


Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal
yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis
atau tulisan yang sematamata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu
pengambilan gambar dan suara.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila
dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang
memudahkan orang lain untuk melacak.

b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi


atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi
pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain
yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi
latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber
demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan
narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang
disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh
disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat
jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui
secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali


untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.

b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang
terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan
tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa.

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak
ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan
atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang
diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki. Penilaian akhir
atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode
etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

 Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik1 :

Anggota Dewan Pers Hendry Chairudun mengatakan beberapa artikel dalam tabloid
Indonesia Barokah melanggar kode etik jurnalistik sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang (UU) Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. “Nah dari sisi isi memang ada beberapa
artikel yang memang bersifat opini. Istilahnya itu opini yang menghakimi kalo dilihat
dalam kode etik,” ujarnya kepada reporter Tirto, Minggu (27/1/2019). Kata Hendry, berita
tersebut seperti menuduh seseorang atau salah satu kelompok tetapi tidak cover bothside
atau meminta tanggapan dari pihak yang dituduh, yakni kubu Prabowo Subianto dan
Sandiaga Uno. “Kalo mau berimbang kan dia [Indonesia Barokah] konfirmasi, kasih
kesempatan berbicara versi mereka [Kubu Prabowo-Sandi]. Nah ini tidak dilakukan gitu,”
ucap Hendry. Selain itu, Hendry menjelaskan jika berita yang diproduksi Indonesia
Barokah bukan merupakan liputan secara langsung dari lapangan. Akan tetapi, hanya
mengutip dan menggabungkan beberapa berita dari media-media. “Sebagai produk

1
"Dewan Pers: Tabloid Indonesia Barokah Langgar Kode Etik Jurnalistik", https://tirto.id/dfd9
jurnalistik itu bukan liputan langsung ya, mereka hanya mengkompilasi berita-berita dan
enggak ada liputan lapangannya. Jadi bahannya enggak primer tapi sekunder. Kira-kira
sementara itu lah penilaiannya,” terangnya. Jika Indonesia Barokah melanggar kode etik
jurnalistik, maka Dewan Pers akan memanggil terlapor dan pelapor untuk dimintai
kesepakatan terkait hasil penilaian lembaganya itu. “Biasanya kalo ada pengaduan
dipanggil yang diadukan juga. Dipertemukan, apakah mereka sepakat untuk menjalankan
penilaian DP [Dewan Pers],” kata Hendry. Anggota Direktorat dan Hukum Badan
Pemenangan Nasional (BPN) Nurhayati pada Jumat (25/1/2019) melaporkan Indonesia
Barokah ke Dewan Pers karena menyajikan pemberitaan yang cenderung menyudutkan
Prabowo-Sandiaga. Sehingga ia mengklaim berita tersebut telah melanggar asas berimbang
yang semestinya dijunjung media massa, serta telah beritikad buruk. “Selain melanggar
kode etik jurnalistik, tabloid ‘Indonesia Barokah’ juga tidak berbadan hukum. Pada susunan
redaksi tidak dicantumkan badan hukum perusahaan pers, dan sebagai media cetak
seharusnya turut mencantumkan alamat percetakan,” jelas Nurhayati.

1. Keperawatan

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

Kode etik Adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku
untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode
etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap
kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan
Indonesia :

a. Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan Praktek

1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan melalui


belajar terus-menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan sertakualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.

c. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan


mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun


dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.

e. Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.
 Kasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan2 :

Insiden perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau memasang jarum infus anak-anak
kepada Setya Novanto saat diburu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seharusnya tidak
perlu terjadi. Ketua DPD Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah, Bambang Purwantoro mengatakan, perawat seharusnya bersikap
independen dan bekerja profesional sesuai dengan kode etik keperawatan. "Kasus
semacam itu tidak perlu terjadi. Harusnya (perawat) menonjolkan sikap independen.
Profesionalitas tinggi harus kita angkat di situ, sesuai dengan kode etik dan keperawatan,"
kata Bambang di sela HUT Ke-44 PPNI di Semarang, Jumat (16/3/2018). Bambang
mengungkapkan, sebagian kerja keperawatan merupakan tindakan kolaboratif dengan
dokter. Contoh tindakan medik yang didelegasikan dokter kepada perawat adalah
memasang infus kepada pasien.

Meski demikian, sesuai dengan kode etik keperawatan, seorang perawat mempunyai hak
klarifikasi jika merasa ragu dengan instruksi atau pendelegasian tindakan medik dari
seorang dokter. Dalam kasus Setya Novanto yang diduga berpura-pura sakit saat di RS
Medika Permata Hijau tersebut, pihaknya memang melihat ada dilema yang dihadapi
perawat. Satu sisi sebagi mitra dokter sehingga perawat harus melaksanakan instruksi
dokter. Namun di sisi lain, tindakan berpura-pura memasang jarum infus adalah tindakan
yang menyalahi kode etik. "Kalau ada instruksi, mau tidak mau kita harus melalaksanakan
tugas walaupun biasanya ada klarifikasi kepada dokter yang memberikan mandat. (Tapi)
kalau melihat dari kode etik, mestinya tidak boleh," tandasnya.

Bambang mengungkapkan, sebagai lembaga yang menaungi profesi perawat, PPNI juga
melakukan fungsi pengawasan terhadap kerja-kerja keperawatan secara berjenjang. 
Pengawasan tersebut dimulai dari birokrasi di tingkat pelayanan rumah sakit hingga di
tingkat komite keperawatan PPNI di masing-masing daerah. "Pengawasan ini sifatnya
melekat, semuanya saling terkait. Dan organisasi profesi nanti akan menerima semua
laporan-laporan tersebut," ujarnya. Sementara itu, Sekretaris DPD PPNI Kabupaten
Semarang Ahmad Kholid mengatakan, peringatan HUT Ke-44 PPNI diisi dengan bakti sosial
dan pembagian 200 potong bunga. Bunga itu dibagikan kepada sesama perawat dan pasien
sebagai bentuk terima kasih dan apresiasi. 

2. Guru
2
"Pemasangan Infus Anak ke Setya Novanto Langgar Kode Etik Keperawatan",
https://regional.kompas.com/read/2018/03/16/16130981/pemasangan-infus-anak-ke-setya-novanto-langgar-
kode-etik-keperawatan
Dalam pendidikan, guru adalah orang yang menyediakan pendidikan bagi orang lain.
Seorang guru yang memfasilitasi pendidikan untuk setiap siswa juga dapat digambarkan
sebagai seorang tutor pribadi. Peran guru sering formal dan berkelanjutan, yang dilakukan
dengan cara pekerjaan atau profesi di sekolah atau tempat pendidikan formal lainnya.

Etika Profesi seorang Guru yaitu:

1. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

2. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.

3. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan


sosial

4 Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia


seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

5. Guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka
terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.

6. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.

7. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya PBM.

8. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

9. Menjaga hubungan baik dengan wali murid dan masyarakat sekitar untuk membina
peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

 Kasus Pelanggaran Kode Etik Guru3 :


Hanya gara-gara batik, siswa SMA Ternate tewas di tangan guru
Guru, pekerjaan mulia tanpa tanda jasa. Sosoknya terhormat dan disegani, lantaran
dianggap sebagai gudang ilmu. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Ternate, Provinsi
Maluku Utara. Seorang guru honorer berinisial FS disangka memukul siswanya, Yusran
Hasan (16 tahun), menggunakan kayu hingga meninggal dunia. Peristiwa itu terjadi pada
Jumat (9/10) pecan lalu.

Yusran duduk di kelas IX di SMA Negeri 7 Kota Ternate. Alasan FS memukul anak didiknya
hanya karena dia tidak mengenakan seragam batik, sesuai perintah para guru. Yusran

3
Merdeka.com
dipukul FS dengan menggunakan mistar kayu hingga terjatuh, dan mengeluarkan busa di
mulutnya. Peristiwa itu terjadi saat apel pagi pukul 07.30 WIT, di halaman sekolah.

Selepas kejadian itu, polisi langsung menangkap FS, lantas digelandang ke Mapolres
Ternate. Setelah itu dia ditahan. Setelah diperiksa, FS ditetapkan sebagai tersangka. Polisi
menyatakan menjerat dia dengan pasal berlapis. Seperti dilansir dari Antara, Selasa
(13/10), Kasubag Humas Polres Ternate, Iptu Siswanto mengatakan, FS dijerat pasal 351
ayat ke-3 tentang penganiayaan, dan pasal 81 soal perlindungan anak. Ancaman
hukumannya maksimal sembilan tahun penjara. Menurut Siswanto, awalnya FS menampar
Yusran. Setelah itu, Yusran sebenarnya hendak membalas perbuatan sang guru. Namun, FS
langsung memukulnya lagi dengan menggunakan mistar kayu, dan tepat mengenai bagian
kepala korban. Alhasil, Yusran mengalami luka di bagian bawah mata kiri, dan di kepala
sebelah kiri.

Siswanto mengatakan, setelah FS memukul Yusran menggunakan mistar kayu, korban


langsung merasa pusing dan dari hidungnya mengeluarkan darah. Setelah itu, Yusran
dilarikan ke Puskesmas kecamatan terdekat. Namun nyawanya tidak terselamatkan.
Penyidik Polres Ternate telah memeriksa sebanyak empat saksi terkait kejadian itu.
Mereka adalah Mina Hi. Muhammad (16 tahun), Samina Yusri (16 tahun), Bambang Irawan
(16 tahun), dan Andi Hariyanto (16 tahun). Seluruhnya merupakan rekan korban.

Sekretaris Kota Ternate, Tauhid Soleman, meminta FS segera dipecat. Sebab menurut dia,
tindakan dilakukan FS sudah masuk ke ranah hukum. "Perbuatannya kriminal, berarti dia
berhadapan dengan hukum. Langkah yang dilakukan Diknas yakni memecat yang
bersangkutan karena hal ini berkaitan dengan nyawa," kata Tauhid. Sementara itu, Wali
Kota Ternate, Idrus Assagaf, mengecam tindakan dilakukan FS. Senada dengan Tauhid, dia
pun meminta FS dipecat. "Tindakan yang dilakukan guru tersebut sangat tidak
berperikemanusiaan, karena bagaimanapun guru adalah pendidik. Saya meminta agar
Dinas Pendidikan segera memberikan sanksi tegas kepada oknum guru bersangkutan,"
kata Idrus.

Anda mungkin juga menyukai