Anda di halaman 1dari 3

“Paradigma Pemilihan umum di Mata Bawaslu dan Masyarakat Terkait

dengan persaingan pemilu 2020 di Tengah Mewabahnya COVID-19”

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian bunyi Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945
setelah di amandemen ketiga yang disahkan pada tanggal 10 November 2001. Penegasan
ketentuan konstitusi ini bermakna, bahwa segala aspek kehidupan dalam kemasyarakatan,
kenegaraan dan pemerintahan harus senantiasa berdasarkan atas hukum. Namun masih
banyak para masyarakat yang sering tidak mematuhi peraturan atau perundangan-
undangan yang berlaku, terutama dengan kondisi Negara Indonesia yang sedang di
hadapkan dengan Bencana Global yang mampu meluruhkan seluruh aktivitas manusia di
muka bumi ini.

1. Antara Penanganan Wabah dengan Pemilu untuk Masa Depan, Mana yang Lebih
Penting?

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi hari ini, besok dan seterusnya.
Sebagaimana manusia biasa kita hanya bisa menerka-nerka dan merencanakan hal
apa yang akan kita lakukan. Terkait dengan wabah ini atau yang sering dikenal
dengan sebutan COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) sudah resmi menjadi
penyakit secara global. Virus ini juga sudah berhasil membunuh banyak pejuang
kemanusiaan yang berada di garis terdepan, bisa kita bayangkan, dengan strukturnya
yang sangat sederhana dan ukurannya yang sangat kecil tapi mampu membuat
manusia ingin menyerah saja dalam menghadapinya. Hal ini tentu akan menghambat
seluruh kegiatan manusia, terutama pilkada tahun 2020 resmi diundur untuk
mencegah kemungkinan yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Mungkin kita
pernah bepikir bahwa Pemilu di adakan untuk memilih calon anggota rakyat,
bukankah itu untuk masa depan negara ini? Ya, tentu saja, kita pasti akan
membutuhkan para pemimpin yang siap berjuang untuk terus menegakkan keadilan
dan keutuhan bangsa ini, bukan kah begitu? Namun yang perlu di garis bawahi ialah
banyaknya para masyarakat yang belum mengerti akan bahayanya masalah yang
sedang kita hadapi sekarang.

Indonesia harus bisa tetap fokus untuk melakukan penangangan yang baik
terhadap virus ini agar semuanya bisa kembali secara normal dan manusia bisa
melakukan aktivitas seperti hari-hari biasanya. Para pihak yang tidak bertanggung
jawab seharusnya bisa lebih paham akan masalah ini, mereka hanya mengandalkan
rasa egois saja tanpa memikirkan apa yang sekarang sedang kita hadapi. Tapi untuk
saat ini akan lebih bijak kita kita bisa sejenak untuk berpikir jernih. Terkait dengan
persaingan para calon anggota rakyat bukankah bisa di perbincangkan lebih dalam
lagi? terutama untuk para calon pemimpinnya, mereka juga bisa kembali
mempersiapkan diri mereka agar bisa memberikan yang terbaik kepada para
masyarakat yang akan memilihnya nanti. Dengan kita fokus kepada penanganan
wabah ini, maka masalah nya akan cepat berangsur pulih dan kita bisa kembali
merancang hal apa yang belum dilakukan terkait untuk masa depan Negara Indonesia.

2. Tantangan Pemilu di Tengah Mewabahnya “corona virus disease -19”

Indonesia sedang tidak baik-baik saja, kemunculan wabah penyakit baru yang berasal
dari kota Wuhan, China sukses membuat seluruh negara di dunia gempar dalam
menghadapinya. Wabah ini sempurna membuat seluruh rangkaian aktivitas manusia
tertutup total. Termasuk dengan di undurnya pelaksanaan Pilkada serentak 2020 ke
Desember 2020 karena pandemi COVID-19 ini. Bahkan Komisi Aparatur Sipil Negara
(KASN) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan menguatkan kerjasama dan
koordinasi untuk persiapan Pilkada serentak 2020. KASN dan Bawaslu perlu menilai
antisipasi kaitannya dengan potensi pelanggaran pilkada, salah satunya adalah
pelanggaran netralitas ASN. Data pelanggaran Netralitas ASN yang sudah masuk ke
KASN per 25 April 2020 sebanyak 212 pengaduan, dengan jumlah ASN yang terlibat
sebanyak 290 ASN. Bahkan dari data tersebut tercatat 118 ASN yang menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi yang melakukan pelanggaran. Dari data tersebut tentu menjadi alarm
bagi KASN, sehingga pelanggaran netralitas ke depan harus semakin diperketat.

ASN dilarang memberikan dukungan kepada calon Presiden atau Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Menurut surat edaran Menteri PANRB (Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi) yang diduga melakukan pelanggaran netralitas akan di laporkan
kepada unsur pengawas pemilu setempat, untuk dapat di periksa dan di proses sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, terhadap
hasil pengawasan sebagaimana dimaksud, unsur pengawas merekomendasikan kepada
instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap netralitas aparatur sipil
negara. Terhadap rekomendasi hasil pengawasan sebagaimana dimaksud, jika ditemukan
bukti pelanggaran netralitas, menurut Surat Edaran Menteri PANRB ini, maka instansi
pemerintah segera menindaklanjuti dengan membentuk Majelis Kode Etik atau tim
pemeriksa hukuman disiplin. Jika pemeriksaan sebagaimana dimaksud dinyatakan
terdapat pelanggaran kode etik, maka penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil. Adapun jika dinyatakan terdapat pelanggaran disiplin, maka
penyelesaiannya dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. . Menteri PANRB menekankan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian (PPK) dan Pejabat yang Berwenang (PyB) pada instansi
pemerintah agar melaksanakan dan mensosialisasikan Surat Edaran ini dengan sebaik-
baiknya

3. Bergerak Nyata dalam Menjaga Netralitas Pemilu

Sebagai badan pengawas pemilu (Bawaslu) sangat penting untuk terus menjaga
hal-hal yang tidak di kehendaki selama masa wabah COVID-19, termasuk dalam
pelanggaran yang kerap dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebagai
contoh, sering terjadinya kasus dengan mengambil kesempatan di dalam kesempitan,
seperti menyumbangkan hand sanitizer namun dengan gambar calon bupati. Hal ini
jelas sangat tidak dibenarkan dan pastinya ada maksud tersembunyi terkait
penyumbangan itu. Indonesia sedang genting menghadapi permasalahan ini dan
tentunya Presiden akan lebih fokus kepada apa yang sedang kita hadapi sekarang.
Tidak mudah dalam mengatur suatu negara, oleh karena itu kita harus bisa membantu
beban para pemerintahan yang sudah banyak berkorban untuk negeri ini juga para
pejuang di garda terdepan. Memang untuk sekarang kita seperti di hadapkan oleh
sebuah permasalahan yang sangat berat, bukan hanya satu negara saja yang
menanggungnya tetapi hampir semua negara. Namun percayalah wabah ini akan
berlalu, asalkan kita bisa mematuhi apa yang menjadi arahan oleh pemerintah dan
senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa, boleh jadi ini menjadi momen
untuk kita bisa berbenah diri ke arah yang lebih baik lagi.

Lembaga instansi pemerintah juga harus mengupayakan terciptanya suasana yang


kondusif dan memberikan kesempatan kepada ASN untuk melaksanakan hak pilihnya
secara bebas dengan tetap menjaga netralitas serta melakukan pengawasan terhadap
ASN yang berada di lingkungan instansi masing-masing sebelum, selama, dan
sesudah masa kampanye agar tetap mentaati peraturan perundang-undangan dan
ketentuan kedinasan yang berlaku. Menteri PANRB Syafruddin juga meminta kepada
ASN agar tetap menjaga kebersamaan, solidaritas dan jiwa korps dalam menyikapi
situasi politik yang ada dan tidak terpengaruh untuk melakukan kegiatan yang
mengarah pada keberpihakan atau ketidaknetralan.

Anda mungkin juga menyukai