Anda di halaman 1dari 5

Menulis itu Ibadah

Oleh: Ikrima Fi Husna

@kata_iifh

Orang boleh pandai setinggi langit, Tapi selama ia tidak


menulis, Ia akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Pramoedya Ananta Toer

Menulis adalah cinta pertamaku. Sejak dulu yang kulakukan


ialah menulis berbait-bait kata di sembarang tempat seperti:
meja, tangan, ataupun dinding (Tidak untuk ditiru ya teman-
teman, hehe). Dengan menulis aku bisa mengungkapkan hal-
hal yang tidak bisa kukatakan secara langsung, sekaligus obat
ampuh untuk meredakan kegelisahan. Kecintaanku dalam
menulis dimulai sejak bangku SMP. Saat itu guru bahasaku
sering mengikutkanku berbagai macam perlombaan menulis
dan alhamdulillah semakin banyak belajar dari pengalaman
yang sudah pernah aku alami. Selain lomba aku juga aktif
menulis blog, karena dengan begitu apapun yang aku tulis
disana bisa menjadi kenangan dan memberi banyak manfaat
kepada orang yang membacanya. Untuk itu tujuan pertamaku
ketika memutuskan untuk menjadi penulis adalah ingin
memberikan manfaat kepada banyak orang.

Saat pertama kali aku mulai menulis di blog, seringkali


terbesit rasa kecewa karena orang-orang yang mengunjungi
profil blogku masih sangat sedikit. Bahkan tak jarang sering
membuatku kesal dan ingin berhenti saja dari blog karena
tidak ada semangat yang kunjung datang. Namun pada
akhirnya aku ingat bahwa jika kita ingin berkarya maka
keikhlasan harus kita tanamkan pada diri sendiri. Sangat
penting bagi para penulis untuk menanamkan niat dengan
baik dan benar. Berkarya lah seolah-olah orang tidak ada yang
melihatmu.Ppada saat itu semangat untuk menulisku mulai
mengembara dan membuatku sadar bahwa penting sekali
untuk menata niat yang baik agar keihlasan dalam menulis
bisa tetap terjaga.

Setelah belajar mengenai niat dan keikhlasan, lagi-lagi Allah


ingin membuatku belajar banyak dari sosok yang luar biasa.
Salah satunya ialah, sebut saja kak Mutia, beliau merupakan
seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran yang sedang
berkuliah di Universitas Sriwijaya. Pertama kali aku
mengenalnya melalui blog karena beliau juga aktif
menuliskan blog dan sudah berhasil menerbitkan 2 buah buku.
Beliau adalah sosok yang inspiratif dan kaya akan ilmu.
Untuk itu beliau sering menasihatiku bahwa menulis itu
sebenarnya ibarat ibadah, jika kita mampu menulis berbagai
macam karya yang bisa bermanfaat bagi banyak orang dan
orang tersebut benar-benar merasakan manfaatnya, maka itu
akan bernilai sebagai suatu pahala bagi kita. Contohnya tidak
usah terlalu jauh, jika kita menuliskan untuk mengajak orang-
orang agar mau bersholawat di setiap harinya selama 100 kali
lalu ada orang yang membaca itu dan berniat untuk
mengikutinya maka pahala tersebut akan mengalir kepada kita
yang menuliskan tulisan tersebut. Pada saat itu aku berusaha
keras agar hal apapun yang aku tulis bisa bernilai dan bisa
mengajak orang kepada jalan kebaikan.

Mengetahui banyak hal-hal baru seringkali membuat kita lupa


bahwa ternyata ilmu yang kita punya hanya sedikit. Terutama
dalam belajar menulis. Aku sadar bahwa ada banyak hal yang
harus dikorbankan, termasuk tenaga, pikiran dan waktu. Dulu
aku selalu berpikir bahwa sepertinya menjadi seorang penulis
sangat menyenangkan. Namun setelah benar-benar turun ke
dunia menulis ternyata tidak semudah dan segampang yang
kupikirkan. Dari sinilah aku pikiranku mulai terbuka bahwa
segala sesuatu itu tidak bisa dicapai dengan usaha yang tidak
seberapa. Walaupun sekarang sudah banyak penulis yang
sudah sukses namun pasti di dalamnya terdapat banyak sekali
effort yang luar biasa. Akan tetapi percayalah jika kita sudah
berhasil menamatkan karya yang sedang kita buat pasti akan
menambah semangat kita untuk terus berkarya. Rasanya
seperti ada suatu kepuasan tersendiri karena sudah berhasil
menyelesaikannya. Berkomitmen dalam menyelesaikan suatu
karya juga sangat penting karena ada banyak sekali para
penulis diluar sana yang seringkali membuat satu halaman
kemudian tiba-tiba ditelantarkan begitu saja. Padahal jika kita
sudah berjanji dengan diri kita sendiri maka rasa lelah yang
kita rasakan akan menjadi worth it. Begitulah suka duka
menjadi seorang penulis, walaupun ada banyak yang harus
dikorbankan akan tetapi tidak pernah menyurutkan
semangatku untuk terus berkarya sebanyak-banyaknya.

Pada akhirnya ada banyak sekali pelajaran yang bisa aku


ambil dari menulis. Salah satunya adalah aku bisa
menjadi diri sendiri melalui tulisan-tulisan yang aku buat.
Tidak peduli jika masih banyak orang-orang yang sering
membandingkan tulisanku dengan penulis lainnya.
Karena setiap penulis pasti mempunyai ciri khasnya
masing-masing. Selain itu kita juga harus berani dalam
memulai sesuatu yang benar-benar sudah ada di dalam
diri kita, jangan hanya karena kata-kata buruk orang lain
malah menjatuhkan semangat kita untuk terus berkarya.
Selagi masih muda kita harus banyak membawa
perubahan bagi bangsa Indonesia. Saya percaya bahwa
semua orang pasti bisa menulis selagi memiliki kemauan
untuk belajar dan mengupgrade kemampuan diri, bahkan
penulis-penulis yang sudah terkenal seperti: Tere Liye,
Asma Nadia, Andrea Hirata, dsb pasti juga berawal dari
belajar mengenai dunia kepenulisan. Intinya jika ingin
sukses kita harus bisa mengatur diri sendiri agar tidak
terjebak dalam zona nyaman. Kita harus berjuang di
masa muda agar masa tua tidak dihabiskan hanya dengan
menangis dan meratapi penyesalan karena tidak
melakukan apa-apa sewaktu masih muda.

Anda mungkin juga menyukai