Anda di halaman 1dari 20

0

Hai, ^_^

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk


membaca karyaku.

Lewat tulisan ini, aku ingin berbagi perasaan


layak dan percaya diri menjadi seorang
penulis yang berdampak.

Aku menjadi makin yakin dengan profesi ini


setelah membaca buku Show Your Work.

Sekaligus mengukuhkan persepsiku selama ini,


“jika orang lain ingin loyal terhadap
karyamu, loyallah dulu terhadap karya
orang lain”.

Jadi teringat statement-nya pekarya senior,


Pandji Pragiwaksono.

“ke mana pun (alm.) Glenn manggung, gue


kejar”. Karena bagi Pandji, Glenn adalah
acuannya dalam berkarya.

Nggak heran, bang Pandji ini banyak sekali


fans-nya.

Begitu pun aku, aku mulai suka dengan karya-


karya beliau setelah membaca #JuruBicara.

Kenapa aku memiliki persepsi itu?

0
Sebenarnya, “rasa” ngefans-nya ini bakalan
menular ketika kita menulis.

…dan, kalau kamu merasakan antusiasme


ketika membaca tulisanku.

Mungkin itu dampak dari aku ngefans dengan


beberapa penulis. Hehe.

Tanda aku ngefans banget dengan penulis,


semua karya-karyanya aku beli.

Kamu bisa tau buku apa saja yang kubeli, ketika


follow Instagram-ku.

Selamat membaca, mudah-mudahan berguna


dan bermanfaat.

Salam,

Dwi Andika Pratama


Founder ImpactfulWriting®

kadika@impactfulwriting.com

1
Kunci dari Segala Kunci?

Kita tau the key of success adalah kunci sukses.

“semua orang juga tau kali Kadika”...

Hahaha...

Santai dulu sebelum membaca sajian ini.

Mungkin kamu pernah mengalami kondisi


seperti ini:

“duh, kok gue nggak paham-paham sih. Ini


apa sih maksudnya?”

Yang mungkin terjadi ketika di masa sekolah


dan merasa kesulitan memahami pelajaran.

Kadika yakin pernah, karena aku pun pernah.


Apa lagi pelajaran fisika ketika SMA.

“Ani, ini apaan dah maksudnya. Nggak ngerti,


deh”.

Tanyaku kepada teman yang dianggap superior


di kelas.

Bagaimana kalau peristiwa itu, ada di dalam


kehidupan kita sehari-hari?

2
Karena ketidakmampuan kita memahami diri
dan situasi, alhasil jadi gagal paham.

Kunci dari segala kunci adalah memahami


diri sendiri.

Karena sebelum kita tau kunci lain untuk


meraih sukses di bidang yang kita tekuni dan
geluti, penting kita memahami siapa diri kita.

“simple amat Kadika kuncinya”.

Jangan salah, karena sederhana, kebanyakan


orang masih gagal paham, lho.

Masih banyak yang sekadar ikut-ikutan karena


melihat hasilnya banyak, besar, dan rame.

Masih mengeluhkan soal pekerjaan, tapi belum


tergerak untuk mencintai pekerjaan yang
disukai.

Masih ingat? Konsep kemajuan pribadi


(impactful improvement)?

1. Self-awareness;
2. Self-understanding;
3. Self-development.

Poin satu dan dua penting banget untuk kita


perhatikan sebelum mengembangkan diri.

3
Karena kamu udah tau kunci dari segala kunci,
kamu boleh nggak melanjutkan bacaan ini.

Tapi, kalau kamu penasaran, boleh baca sampai


selesai. :D

Kenapa Memahami Diri adalah


Kunci?

“Mengenal orang lain adalah kecerdasan,


mengetahui diri sendiri adalah kebijaksanaan
sejati.” ~ Lao Tzu

Beberapa hari yang lalu Kadika sempat


membagikan pemikiran di Instagram pribadi,

“Jangan paksakan menjual jasa content


writing, kalau aslinya kita nyaman menjual
karya.”

“Jangan paksakan menjual produk orang lain,


kalau kita nyaman-nya jual produk sendiri.”

“Jangan tergiur menjual produk fisik, kalau


kita nyaman-nya menjual produk digital
(intangible)”

4
“Jangan paksakan menjual jasa copywriting,
kalau kita sendiri nyaman menggunakan
copywriting untuk jualan produk orang lain.”

Kadika menamainya Understanding Business.

Inilah alasan kenapa ketika seseorang hanya


meniru kulit luarnya saja, tanpa meniru cara
berpikir dan alasan kenapa seseorang
melakukan itu, ya, hasilnya bisa bikin kecewa.

Apa lagi kalau nggak paham siapa dirinya.

Maka penting sekali kita mengenal diri lebih


dalam dengan tes kepribadian.

Kadika sendiri udah tes mulai dari MBTI, STIFIn,


Personality, hingga DISC.

Menariknya meski semua memberikan paparan


atas karakter dan kepribadian Kadika, ya, tetap
aja diri Kadika yang tau siapa diri Kadika.

Kadika akan sedikit buka-bukaan, betapa


pentingnya memahami diri.

Mari kita lihat hasil ‘perkawinan’ hasil STIFIn


dengan Personality-nya Kadika.

STIFIn: Thinking Introvert. Personality:


Sanguinis.

5
Kalau mengikuti apa yang dipaparkan ahli
STIFIn, Kadika orangnya dingin, datar.

Padahal Kadika orangnya selalu ingin ceria dan


antusias (sanguinis).

Bahkan ketika berdiskusi dengan mentor


Kadika, akhirnya Kadika menyimpulkan.

“ketidaknyamanan (nggak nyamannya bikin


nggak bertumbuh, seperti sering konflik atau
drama) seseorang melakukan pekerjaan
tanda dia belum mengenal dirinya sendiri”.

Kadika sadar, nggak suka kerja lapangan.

Makanya lebih memilih blogger ketimbang


jurnalis yang perlu kesana-kesini mencari
berita. Hehe...

Padahal sama-sama menulis, ‘kan?

Ada cerita yang menarik dari alumni, Mas Rafi


(certified impactful writer) dan Mba Kartina
(amazing content writer).

Mereka berdua sama-sama mempelajari


content writing, tapi karena udah paham siapa
dirinya.

Eh, karya yang ‘dilahirkan’ dalam bentuk buku.


Katanya sedang proses cetak.

6
Dan memang secara pengaplikasian kalau yang
terbiasa menulis konten, menulis buku jauh
lebih mudah.

Termasuk menulis e-book...

Tapi, kembali lagi ke apa yang bikin sreg di hati.


Yang bikin nyaman.

Guru atau mentor tugasnya menyampaikan


apa yang sudah mereka lakukan dan terbukti
berhasil.

Bukan sebagai faktor utama, karena yang


menentukan hasil diri kita sendiri.

Maka, penting menyadari kalau mereka


hanyalah pemadu untuk sampai tempat tujuan.

Ibarat guide di sebuah kota wisata atau di


hutan, yang menunjukkan jalan lebih cepat
agar tidak kesasar.

Dan...

Inilah kesadaran kenapa kita perlu banyak


melahap tentang yang berkaitan dengan diri
kita.

Seperti yang Kadika katakan di atas,


kepribadian yang kita miliki ini perlu kita kenali
lebih dalam.

7
Karena itu adalah berlian yang tiada harganya,
tiada dua-nya.

Excited? Mari kita lanjut…

Apa yang Mahal dari Seorang


Penulis?

Sebelum lanjut dan kamu akan mengetahui


jawabannya,

kira-kira kamu akan menjawab apa?

Ada banyak sekali jawaban yang kamu bisa


lihat di kolom komentar postingan instagram
Impactful Writing.

Ada yang menjawab:

@br.ndfr: “Konsistensi, originalitas ide”

@alinea.heristi: “tulisannya yg mahal”

@firunikaintan97: “bertanggungjawab untuk


tetap berkonsisten dan menjaga originalitas
tulisannya”

Semua itu benar, artinya apa yang mereka


sebutkan, adalah yang menurut mereka mahal.
8
Tapi, versi inilah versi Kadika.

Yang mahal dari seorang penulis adalah


pemahaman atas apa yang ia tulis.

Bayangin aja… untuk memahami apa yang


penulis tulis, seorang penulis membutuhkan
beberapa referensi buku.

Untuk ‘melahirkan’ satu buah buku, pasti


membutuhkan bacaan lebih dari 10 atau
bahkan 100 buku.

Belum lagi proses menghubungkan apa yang


telah dibaca dengan apa yang sedang
dipikirkan, telah dialami, dan persepsikan.

Bahkan ketika seorang penulis stuck, bukan


karena apa-apa, melainkan salah satu
penyebabnya adalah belum memahami secara
utuh tentang apa yang ia akan tulis.

Coba aja deh kamu menulis tentang analisis


perilaku flexing (pamer), dengan sebatas
pengetahuan yang diketahui saja.

Pasti pusing dan nggak tau mau nulis apa lagi.


Hehe...

Betapa kita perlu menyadari apa yang mahal


dari diri kita.

9
Mungkin dari point of view kita, “ah, gitu doang
mah mudah”.

Tapi, belum tentu orang lain POV-nya mudah


juga.

Padahal Biasa Aja, Kenapa Perlu


Dibagikan?

“Berikan yang kamu punya. Bagi seseorang,


bisa jadi itu berguna baginya melebihi
dugaanmu” ~ Henry Wadsworth Longfellow
(dalam Show Your Work, Austin Kleon)

Awalnya kutipan itu sekadar terucap dari hati


saja, tapi karena ada yang mengatakan itu.

(kebetulan bukunya baru sampe kemaren,


wkwk). Yaudah, Kadika kuatkan saja.

Oke, lanjut…

Karena awalnya Kadika juga merasa, “lah ini


mah pengetahuan dan pemahaman yang biasa
aja”.

Tapi, ketika mendapatkan feedback positif.


Seketika cara berpikir Kadika berubah.

10
Bahkan self-esteem Kadika berubah sebagai
penulis.

Menjadi mencintai sekali proses menulis


sebagai penulis.

Seperti apa? Teruslah membaca.

Keistimewaan seorang Penulis?

Ini yang Kadika rasakan,

“kemampuanmu dalam meramu dan meracik


kata tak ada duanya, meski ada yang ingin
menirumu, itu takkan sama persis seperti
tulisanmu.”

Karena siapa yang menulis itulah yang


membedakan.

Kata-kata hanya sekadar kata-kata, tapi di


tangan penulis, kata-kata itu menjadi sebuah
kalimat yang bermakna dan penuh
kebahagiaan.

Menjadi sebuah pesan yang mungkin


dibutuhkan pembaca.

Berasa, nggak?

11
Pemahaman yang Mendalam Soal
Melayani

Ketika aku mengikuti pelatihan online


Leadership Inside-out, Pak Pras mengatakan
dalam hidup ini, tugas kita adalah memimpin
diri sendiri dan melayani umat-Nya.

“To lead and to serve other.” Begitu kata Pak


Pras.

Makin kuat pemahaman ketika ketika


membuka e-book Hidup itu Harus Pintar
Ngegas dan Ngerem karya Emha Ainun Nadjib
alias Cak Nun.

“kalau niatmu melayani, kamu akan selalu


mengapresiasi tiap orang yang kamu jumpai,
dan itu melahirkan banyak sekali kreativitas-
kreativitas…”

“…tapi, kalau tujuannya adalah eksistensi,


kamu malah tidak bisa memberi apa-apa
pada orang. Ini kunci”

“sama dengan orang berdagang, fokusnya


jangan pada laba. Fokusnya adalah pada

12
melayani konsumen. Bonusnya sangat besar.
Kalau fokusmu tidak pada melayani, kamu
tidak akan dapat banyak. Itu kunci”

Bahkan, aku mendapatkan penguatan dari


seorang pengusaha yang sudah terkenal di
Indonesia, Rangga Umara, pemilik Pecel Lele
Lela.

“di pelayanan, ini bisnis pelayanan. Bisnis


restoran ini bukan orang jualan makanan.
Teman-teman melayani orang-orang yang
datang ke sini untuk makan”.

Begitu, potongan video Mas Rangga ketika


men-training karyawan restoran.

Juga, dikuatkan lagi oleh penulis The Magic of


Thinking Big “kunci mendapatkan pelanggan
lebih banyak dengan meningkatkan
pelayanan”.

Ya, meski penulis memiliki idealisme, tapi


ketika mencurahkan potensi dan kompetensi
untuk melayani umat-Nya melalui tulisan.

InsyaaAllah, nggak akan lagi fokus ke “duh,


nggak ada yang baca nih”.

Tapi, fokusnya “wah, aku ada ide menulis


untuk yang sedang berproses”.

13
Kenapa Setiap Orang Memiliki
Peran?

Setiap orang berbeda-beda perannya.

Ada yang menciptakan karya untuk membantu


meluaskan wawasan dan meningkatkan
pemahaman.

Ada yang memiliki kapasitas menyelesaikan


masalah banyak orang.

Ada yang membantu menghubungkan juataan


orang dari penjuru dunia.

Ada yang fokus membantu memudahkan


pengiriman barang.

Selalu ada hal yang dilayani oleh setiap orang.

Kita sebagai penulis, melayani pembaca


dengan tulisan yang mereka inginkan bahkan
butuhkan.

Inilah kenapa setiap orang memiliki peran, lihat


saja:

• Seperti Nadiem dengan Gojek-nya.

14
• Seperti Ki Jendral dengan The Science of
Wealth-nya.
• Seperti William dengan Tokopedia-nya.
• Seperti Morgan Housel dengan The
Psychology of Money-nya.

Yang perlu kamu lakukan sebagai penulis,


adalah menyadari peranmu ada di mana.

Tulisanmu akan melayani siapa? Apa yang bisa


kamu berikan kepada mereka?

Nggak mesti dijawab sekarang, yang penting


udah tau mau ke mana.

Yang penting sekarang ini terus menulis.

Ini adalah cara berpikir penulis yang ingin


menjadikan penulis sebagai profesi.

Alias seniman kata-kata. :D

Pemahaman ini kudapat ketika itu, ada


temanku yang saat itu sedang melamar
pekerjaan.

Dari mana aku tahu? Dia yang mengabariku.

Hatiku bergumam, “seandainya dia tau, kalau


default rezeki adalah unlimited dan
unpreditable. Mungkin dia akan fokus
melayani siapa dengan keahliannya”.

15
Pemahaman ini juga aku dapatkan dari The
Science of Wealth-nya Ki Jendral.

Jadi, betapa menjadi pentingnya sebuah


informasi yang sarat makna kepada orang yang
membutuhkannya.

Inilah kenapa yang membuatku merasa makin


yakin, merasa layak sekali dan percaya diri
menjadi penulis.

Seperti ucapan Pandji yang kumodif, “nulis itu


nggak doang”, menulis itu bisa menggerakkan
dan mengubah seseorang.

Seperti kata Rhenald Kasali dalam Self-driving,


“yang menggerakkan seseorang bukanlah
kaki, tapi pikiran”.

Ketika kita mengubah pemikiran seseorang,


boleh jadi berubah juga hidupnya.

Bukankah perubahan positif yang kita rasakan


hari ini, dari tulisan yang pernah kita baca? 😊

Wah, nggak kerasa udah sampe akhir, nih.

Terima kasih sudah setia membaca tulisan-


tulisanku.

Mudah-mudahan berguna dan bermanfaat


untuk kamu. []

16
Rekomendasi Program Buat Kamu:

Bagaimana Menulis dan Menjual Ebook yang


Menghasilkan 3 Juta dalam 5 Hari?

Buat kamu yang ingin mempersiapkan masa depan


yang minim kegagalan.

Writerpreneur Ultimate Guide hadir untuk itu.


Panduan step-by-step menulis ebook, dari awal
hingga bisa terjual. Detail dan mendalam.

Terbukti formula menulis ebook di Writerpreneur


Ultimate Guide ini bikin ketagihan.

17
Selengkapnya di writerpreneur.id atau klik gambar di
atas! Oh, ya. Gunakan kupon WUG179 untuk dapetin
Rp. 999.000,- 179rb.

18

Anda mungkin juga menyukai