Pemateri : Adelia
Moderator : Indrianiiin
Notulen : Ami
Dalam kehidupan sehari-hari, attidude itu sangat diperlukan oleh setiap individu. Begitu
juga dalam dunia kepenulisan.
Selama ini, mungkin ada yang mengira menulis itu cuma ngomong tentang teknik
membuat sebuah cerita. Bagaimana menemukan ide, lalu menuangkan ide itu ke dalam tulisan,
dan seterusnya. Berdasarkan pengalaman saya yang pernah ikut dalam kelas-kelas menulis,
memang jarang yang membahas tentang attidude. Padahal, bagi setiap penulis, attidude itu
sangat penting untuk memupuk sifat positif dalam diri penulis sejak awal.
Walaupun kita pintar nyusun kata-kata, ide ngalir terus, menguasai teknik-teknik menulis,
tapi kalau kita tidak punya attitude, semuanya itu sia-sia saja.
Jadi, ini ada beberapa attitude penting yang harus jadi pegangan teman-teman jika serius
dalam menulis.
1. Pantang menyerah
Nah, bagi setiap penulis itu, poin ini harus tertanam baik dalam diri penulis.
Penulis itu tidak boleh malas-malasan, tidak boleh suka ngeluh apalagi cepat nyerah.
Sifat-sifat itu tidak boleh ada dalam diri penulis jika memang serius dalam membuat
cerita. Menjadi penulis sukses itu tidak instan, pasti melalui proses dulu. Seperti
dalam cerita, ada awal, pertengahan dan akhir. Awal itu ketika kita memulai niat untuk
menulis, kemudian saat di pertengahan, berbagai hambatan kita lalui yang
memancing kita untuk menyerah ditengah jalan. Ketika kita bisa melalui semua itu,
kita bisa mencapai akhirnya, yaitu menjadi penulis yang sukses. Pantang menyerah
untuk asah kemampuan menulis kita. Kalau jatuh, bangkit lagi. Kalau letih, istirahat
dulu. Nanti lanjut lagi (istirahatnya jangan kelamaan, keburu pembacanya pada lari
semua). Kuatkan tekad dan terus berusaha sampai kita mengecap hasilnya.
2. Penyabar dan teliti
Jadi penulis itu harus sabar dan teliti. Harus sabar mengecek ulang kembali
tulisannya dan teliti mengecek typo. Harus sabar nerima kritikan dari editor maupun
pembaca. Perjuangan jadi penulis sukses itu nggak mudah, ya, jadi pasti di butuhkan
kesabaran yang ekstra.
3. Mental baja
a. "Alurnya berantakan. Banyak plot hole-nya. Kemarin begini, sekarang begitu.
Typo berceceran dimana-mana. Penempatan titik-komanya juga kacau banget,
ampun. Perbaiki, dong, Kak!"
b. Ngaco banget, nih, alurnya. Typo mulu. Bikin sakit mata aja. Nggak layak baca!
Udah sana, nggak usah jadi penulis!"
Ini aku beneran dpt, di cerita pertama ku tpi langsung ku hapus :D
Tapi, terlepas dari semua itu, kita pasti bisa temukan perbedaan diantara dua
contoh komen ini, kan? Pasti, dong.
Seorang penulis mentalnya harus sekuat baja dalam menerima kritikan dari pada
pembaca. Saat kalian memutuskan menulis untuk khalayak umum, maka kalian juga harus
mempersiapkan diri menerima pendapat dari pembaca. Sudah banyak saya dengar
tentang kritikan pedas dari pembaca yang kadang membuat penulis merasa down. Sakit
hati boleh, nyerah jangan. Ambil hal positif dari kritikan-kritikan mereka, hempas jauh-
jauh yang negatifnya. Mereka mengkritik agar tulisan kita menjadi lebih baik. Kecuali,
kalau isi komentarnya emang hal tidak baik alias nyinyiran kayak opsi b tadi. Itu berpotensi
menurunkan rasa percaya diri kita, model begitu mending dibisukan atau blokir sekalian.
Kalau kita balas nyinyir, yang ada malah citra kita jadi tak baik di pandangan para
pembaca.
Jadi, untuk menjadi seorang penulis yang baik, kuatkan mental dalam
menghadapi pembaca. Kalau mental kita lemah, pasti kita akan cepat menyerah di tengah
jalan. Selalu ingat ini: mereka mengkritik agar cerita kita menjadi lebih baik lagi.
Walaupun kadang mereka mengutarakannya dengan bahasa yang bagi kita kurang
menyenangkan.
Jadi, itu beberapa attitude yang bisa jadi pegangan teman-teman sekalian.
Jika mempunyai attitude yang baik serta menguasai teknik menulis, percaya kita pasti bisa
menjadi penulis yang sukses.
Q : Kak Adel, aku izin bertanya, gimana ya kak cara kita untuk membangun komunikasi yang baik
dengan penulis lain? Supaya penulis itu bisa membantu menjadi mentor kita
A : hm, menurut pengalaman ku, nih, sering-sering masuk grup menulis. Dekatkan diri dgn
sesama penulis dlm grup itu. Bangun sikap yang baik. Nah, kalau kita sudah akrab dgn mereka
tentu mereka juga tdk akan keberatan membantu kita jika mengalami kesusahan.
Q : #tanya kak, aku Brion.. gimana cara menghadapi badmood dan down ketika karya kita sedikit
yang baca? Itu juga akan mempengaruhi tulisan kita bukan?
A : jgn terus berpatokan sama byk nya pembaca ya. Abaikan saja itu dan terus menulis. Pembaca
akan dtg pada waktunya, kok. Sering-sering promosi juga. Skrg banyak kok grup-grup di FB yang
menyediakan lapak promosi utk para penulis.
Q : Permisi, mau nanya. Bagaimana agar bisa mengurangi rasa menyerah pada poin pertama.
A : seperti yg ku tulis bagian terakhir, kuatkan tekad kamu, ya. Terus cari-cari referensi seperti
nnton film atau baca buku, dengar musik juga bisa. Itu yg biasa aku lakukan kalau mulai nyerah
atau capek lagi.
Q : Mau tanya kak. Seberapa besar pengaruh bakat dengan kecakapan menjadi penulis? Karena
yang mengkritik selama ini bukan pembaca tapi orang terdekat. Katanya nggak bakat. Bukan
backgroundnya atau hal lainnya. Lalu ada tips enggak, Kak, cara supaya kita lebih pede buat
ngakrabin diri? Terkadang klo mau mulai ajak akrab itu ada rasa takut nggak direspon atau
dianggep SKSD.
A : Tentu besar dong pengaruhnya. Kalau kamu merasa punya bakat Jadi penulis, asah terus
dengan banyak latihan. Buktikan ke orang-orang yang mengkritik kalau kamu memang mampu.
Jawaban untuk pertanyaan kedua. Ini menurut aku, ya?
Pertama-tama kenalin diri, asal kota juga penting, ya. Aku kyknya mulai asal nyerocos di grup
300dc krn pas kenalin Askot, eh ternyata ada yg satu provinsi sm aku (biarpun jauh asalkan satu
logat). Akhirnya akrab sama mereka, terus menyebar deh ke member lainnya. Aku juga sering
tanya-tanya ke member lain ttg kepenulisan. Nggak mungkin kan, kalau kita bertanya trus gaada
yg jawab.