Pada acara #PadiMeetUp di Plasa Telkom Lembong Bandung pada 29 Mei 2016
lalu, ada oleh-oleh enak yang belum lengkap saya sampaikan. Feby Indirani yang
juga penulis, jurnalis, dan peraih Anugrah Pembaca Indonesia 2010 ini,
memberikan sebuah materi penting mengenai pentingnya membuat Book Review
atau ulasan buku dan bagaimana langkah-langkahnya.
Review itu bukan menyalin atau mensarikan isi buku, tapi lebih ke penilaian
pribadi si penulis review. Bagaimana pengalaman pribadinya membaca sebuah
buku? Kalau untuk Non-fiksi, ada penilaian mengenai apakah data akurat, apakah
relevan dengan kebutuhan orang tertentu?
Saya sendiri sebenarnya masih sering tertukar antara istilah Review dan Abstract.
Abstract atau ringkasan dari sebuah buku yang berisi hal penting dan plot cerita
biasa saya baca di www.wikipedia.org atau www.getabstract.com untuk buku-buku
bisnis. Catat ya review bukan abstraksi atau resume.
Dengan mengulas sebuah buku, kita akan mendapatkan beberapa manfaat seperti:
Berlatih menulis dengan menyajikan sudut pandang yang lain. Disini kita
bisa melatih kemampuan menyampaikan pendapat secara sistematis.
Cara cepat tulisan kita bisa tayang di media massa. Mengulas karya orang
lain secara konsisten, baik itu di media massa maupun blog pribadi dapat
menjadi jalan tulisan kita dikenal banyak orang.
Tidak semua review itu menarik untuk dibaca. Feby bertanya kepada para peserta
mengenai review seperti apa yang rekomendasinya disukai. Berikut beberapa
jawaban dari para peserta:
Sering menulis dibidang tertentu sehingga punya cukup banyak referensi. Itu
sebabnya penting untuk membangun reputasi sebagai reviewer.
Ada bedanya membuat review untuk karya fiksi dan non-fiksi. Berikut perbedaan
karakter kedua jenis tulisan ini:
Fiksi:
Make believe
Menggunakan imajinasi
Bercerita melalui karakter
Non-fiksi:
Gambar realistis
2. Temukan gagasan utama atau kesan yang paling penting yang ingin
disampaikan. Ini penting untuk menjamin review kita fokus, jernih dan tidak
melebar kemana-mana. Kita bisa jelaskan mengapa isi buku menarik, sulit
dilupakan, menghibur, atau malah nyeselin. Apakah kita setuju atau tidak
setuju dengan sudut pandang penulis? Jelaskan mengenai poin yang
berkesan dari buku tersebut. Bisa juga dengan membandingkan dengan buku
atau pengarang lain. Apakah buku tersebut mempengaruhi hidup kita setelah
membaca?
4. Sampaikan informasi dasar seperti judul, penulis, topik, genre, dan sinopsis
singkat buku di bagian awal review. Untuk buku nonfiksi, berikan ringkasan
mengenai gagasan utama dan poin penting yang mendukung gagasan
tersebut. Sedangkan pada buku fiksi, ringkasan jalan cerita bisa diberikan
selama tidak mengurangi hasrat ingin tahu dari calon pembaca.
5. Jangan memberi bocoran terlalu banyak, namun gali lebih dalam. Biarkan
pembaca menemukan sendiri hal yang menarik dari buku tersebut.
Eksplorasi tema dan tawarkan analisis tentang bagaimana pengarang
menemukan tema tersebut, gaya bahasanya, dan hal lain. Reviewer perlu
merekomendasikan apakah buku tersebut layak dibeli atau tidak.
7. Jelaskan dengan contoh. Jelaskan bagian mana yang membuat kita nilai
sebuah buku lucu, seru, sedih, atau meyakinkan.
9. Tutup review dengan kesimpulan yang lugas mengenai isi buku. Kaitkan
dengan gagasan utama yang ingin disampaikan.
Sebagai tips tambahan, banyak lah berlatih membuat Book Review. Baca contoh-
contoh ulasan bagus yang biasa terdapat di media massa seperti Tempo atau The
New York Times Book Review. Pilihlah reviewer yang kita sukai dan pelajari
tulisannya. Feby mencontohkan Hernadi Tanzil sebagai pereview yang rajin.
Reviewnya bisa kita baca di blognya Buku yang Kubaca.
Kita juga bisa jika ingin menjadikan kegiatan me-review sebagai profesi. Mainlah
di kuantitas dengan membuat review yang banyak. Cari jaringan seperti penerbit,
karena setiap penerbit pasti selalu menerbitkan buku baru dan membutuhkan
review. Jika ingin dibayar, kirimkan ke media. Tapi jangan lupa, tuannya pereview
itu bukan penerbit atau penulis, melainkan PEMBACA. Bagaimana? Tertarik jadi
tukang review?