Herlina P. Dewi
Maret 2015
Daftar Isi
Pengantar
Materi ini saya tulis khusus untuk kelas menulis buku nonfiksi yang diselenggrakan oleh
Penerbit Stiletto Book. Kelas menulis ini sebenarnya salah satu solusi yang diambil oleh pihak
redaksi dikarenakan langkanya naskah nonfiksi yang masuk. Sebagai gambaran, setiap bulan
kami hanya menerima kiriman naskah nonfiksi tidak lebih dari lima, sedangkan naskah fiksi
bisa ratusan. Dari lima naskah yang masuk tersebut, seringnya kami tidak mendapatkan naskah
yang sesuai dengan yang kami harapkan. Jadi, dengan kelas menulis ini, harapan kami adalah
... para peserta nantinya bisa lebih tertarik menulis buku nonfiksi, karena menulis nonfiksi juga
tak kalah mengasyikkan dibanding menulis novel. Setelahnya, teman-teman jadi berani dan
mau kirim naskah nonfiksi ke Stiletto Book ataupun penerbit lainnya.
Dalam penyusunan materi ini, saya banyak memasukkan pengalaman yang sering saya
temui selama bekerja sebagai pimpinan redaksi Stiletto Book, sampai sekarang. Dengan begini,
saya berharap teman-teman yang mengikuti kelas menulis bisa ikut mengambil manfaat positif
dari yang saya bagikan ini.
Saya tak hentinya menunggu kiriman naskah Anda, itu goal kita bersama, kan?
Menerbitkan buku nonfiksi. Yes. Semoga dalam handbook ini banyak hal yang bisa dijadikan
bekal menulis nonfiksi ya.
Herlina P Dewi
Chapter 1
First of all, mari kita bedah dulu apa sebenarnya buku nonfiksi itu. Yup, buku nonfiksi adalah
buku yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan atau pengalaman. Isinya berupa fakta-fakta
yang telah diteliti terlebih dahulu kebenarannya. Beda dengan buku fiksi yang isinya berupa
imajinasi suka-suka penulis, buku nonfiksi harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Jangan sampai buku yang kita tulis adalah hasil comat-comot dari berbagai sumber yang tidak
kita ketahui asal-susulnya. Dengan begini, menulis buku nonfiksi harus didukung dengan
data yang akurat, info yang update, dan juga manfaat positif yang bisa diambil oleh pembaca.
Jangan langsung berpikiran kalau penulis buku nonfiksi itu berat dan menakutkan, ya. Karena
dengan tahu tip dan triknya, menulis buku nonfiksi juga tak kalah menarik dan menyenangkan
dibandingkan menulis novel.
Sebelum masuk ke kiat-kiat menulis, mari kita lihat jenis-jenis buku nonfiksi dulu ya.
Berdasarkan isinya, buku nonfiksi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Buku biografi
Merupakan buku yang berisi riwayat hidup seseorang. Buku itu ditulis untuk
mendokumentasikan peristiwa penting yang dialami seseorang. Tentu buku biografi
ditulis agar dapat menginspirasi pembacanya. Karena itu, buku biografi ditulis
berdasarkan kelebihan ataupun keunggulan tokoh yang kita tulis. Banyak sekali buku
biografi yang ada di pasaran, misalnya: Buku biografi Jokowi, Biografi Ani
Yudhoyono, Biografi KD, Profil Martha Tilaar, dan seterusnya.
2. Buku pendamping pendidikan
Adalah buku yang berfungsi untuk mendampingi buku utama. Biasanya buku
pendamping disebut pula buku pengayaan. Namanya juga buku pendamping ya,
tentunya kemunculan buku ini ditulis setelah ada buku utama. Sebagai contoh, buku
pelajaran untuk anak sekolah. Kajian buku pelajaran itu masih bersifat umum. Untuk
itu, buku pelajaran memerlukan buku pendamping untuk menjelaskan hal-hal yang
belum dijabarkan dalam buku utama. Buku yang termasuk dalam kategori ini,
misalnya: buku tentang pemasaran, buku percakapan bahasa Inggris, buku manajemen,
dan lain-lain. Fungsi dari buku ini adalah untuk tambahan pengetahuan para pelajar
ataupun mahasiswa di bidang tertentu.
3. Buku literature
Merupakan buku yang difungsikan sebagai rujukan kajian keilmuan. Buku literature
seringnya ditulis berdasarkan penelitian atau ilmu-ilmu yang sudah pakem. Yes, buku
ini mempunyai kadar keilmiahan sangat tinggi. Buku literature sering ditulis oleh
dosen, peneliti, pemuka agama, dokter, ahli di bidang hukum, dan lain-lain.
4. Buku motivasi
Adalah buku yang berisi kajian psikologis untuk membangkitkan gairah atau semangat
pembacanya. Buku motivasi sering ditulis oleh entrepreneur, pemuka agama, ataupun
motivator. Dengan membaca buku motivasi, pembaca merasa mendapatkan energi baru
untuk meneruskan hidup. Buku motivasi bisa ditulis oleh seorang ataupun kumpulan
kisah inspiratif yang ditulis oleh banyak penulis. Contoh buku otivasi: Merry Riana
Mimpi Sejuta Dollar, A Cup of Tea for Writer, Rich Dad Poor Dad, dan lain-lain.
5. Buku panduan
Merupakan buku yang berisi kajian bidang tertentu dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan pembacanya. Jika buku lliteratur lebih bersifat formal, maka buku
panduan ini bersifat informal, umum (tidak terikat pada buku-buku tertentu), dan isinya
tidak terlalu teoritis. Buku panduan berisi hal-hal praktis seputar tema yang sedang
dibahas. Buku panduan ini merupakan jenis buku yang paling populer di bidang
nonfiksi. Bagaimana tidak, hampir semua manusia membutuhkan panduan dalam
melewati setiap stage kehidupan. Misal: panduan wirausaha, panduan menyusui,
panduan mendapatkan beasiswa, panduan perjalanan, dan seterusnya. Tema dari buku
panduan ini sangat beragam, mulai dari kesehatan, parenting, gaya hidup, ketrampilan,
bercocok tanam, bahasa, dan masih banyak lagi.
Itu dia sedikit gambaran tentang apa itu buku nonfiksi dan jenis-jenisnya. Lalu, kenapa
sih kita harus menulis (paling tidak) satu buku nonfiksi?
B. Kenapa Memilih Nonfiksi?
Jika saya tanya alasan teman-teman kenapa pengin menulis buku nonfiksi, alasannya pasti bisa
sangat beragam. Ada yang menulis buku nonfiksi karena lebih mudah dikerjakan, pengin
membagi ilmunya kepada pembaca, merasa tidak berbakat menulis novel, menambah
penghasilan, dan seterusnya. Namun, dari hasil pengamatan saya, ini dia beberapa alasan
kenapa orang-orang (termasuk Anda) HARUS menulis buku nonfiksi:
Anda tinggal mengisi titik-titik tersebut dengan bidang keahlian ataupun minat yang
Anda miliki. Hmm, simpel, kan?
Semangat menulis sudah terkumpul, tekad menerbitkan naskah nonfiksi sudah bulat. Sekarang
perjuangan akan dimulai. Siap?
Buatlah terlebih dahulu secangkir minuman favorit, bukalah laptop Anda atau notes
Anda, pikirkan terlebih dahulu, kira-kira tema apa yang akan Anda tulis? Sudah kebayang mau
nulis apa? Sudah? Syukurlah. Kalau belum, mari kita bahas tentang cara-cara mencari ide
menulis buku nonfiksi.
Dengan minimnya suplai naskah nonfiksi ke penerbit Stiletto Book (saya yakin penerbit
lain pun kekurangan suplai naskah nonfiksi), membuat saya dan tim memutar otak agar kami
tetap bisa mengeluarkan koleksi-koleksi buku nonfiksi. Setiap bulan kami akan rapat untuk
membahas ide-ide apa yang akan kami eksekusi menjadi sebuah buku. Jika ide sudah ketemu,
kami tinggal hunting penulis untuk menuliskan tema yang sudah kami sepakati sebelumnya.
Kenapa ada saja ide yang nyantol ya? Mungkin begitulah pertanyaan teman-teman. Nah, ini
dia hal-hal yang sering saya dan teman-teman lakukan untuk mendapatkan ide menulis buku
nonfiksi:
Nah, ternyata banyak juga ya cara-cara kita menemukan ide menulis buku nonfiksi.
Berhentilah membaca sejenak. Pikirkan sebentar kira-kira sudah berapa ide yang nyangkut
sekarang. Semoga sudah ada satu dua ide akan menulis buku tentang apa ya, karena setelah ini
kita akan masuk ke chapter-2 tentang cara membuat outline buku nonfiksi. Yeay!
Jadi, kapan Anda akan jalan-jalan ke toko buku atau sekadar janjian sama teman untuk
membahas buku nonfiksi yang akan Anda tulis?
Chapter 2
Jadi, jika diterjemahkan bebas, outline merupakan sistem yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengatur tulisan kita. Berikut adalah manfaat membuat outline sebelum kita
menulis buku nonfiksi:
- Kita dapat menggunakan outline untuk mengetahui apakah ide yang satu
berhubungan dengan ide lainnya.
- Outline bisa dijadikan parameter untuk memilih ide yang kita anggap paling
baik.
- Outline bisa dipakai untuk mengetahui apakah kita mempunyai data yang cukup
akurat untuk mendukung poin-poin yang telah kita tetapkan.
Yup, outline membantu kita melihat isi tulisan secara keseluruhan. Outline seperti
halnya sebuah peta untuk para traveler. Tanpa peta yang jelas, jangan heran jika dia tersesat.
Secara sederhana, outline adalah kerangka karangan yang berisi garis besar tentang apa
saja yang akan kita tulis. Outline sangat membantu kita menulis nonfiksi karena dengan
membuat outline maka secara sadar kita telah menentukan sistematika tulisan dan telah
menentukan isi serta tujuan tulisan itu dibuat. Lalu, bagaimana cara menyusun outline yang
baik dan benar? Mari kita bahas sekarang.
Bagaimana membuat outline? Mungkin tiap orang punya cara sendiri menulis outline. Berikut
adalah step by step membuat outline buku nonfiksi yang biasa saya terapkan ketika menulis
buku nonfiksi ataupun menyusun outline untuk diberikan kepada penulis.
1. Tentukan topik.
Topik merupakan hal paling penting dalam membuat sebuah tulisan. Ungkapkan
dalam satu kalimat atau satu frasa tentang isi dari seluruh tulisan. Topik akan
membuat kita fokus pada tema utama. Misalnya:
- Wedding checklist; panduan menyiapkan pernikahan
- Sukses membangun toko online
- Panduan mendapatkan suami idaman
- Panduan menghadapi wawancara kerja
2. Tuliskan bab-bab utama (poin-poin utama).
Apa saja yang ingin kita tulis dalam naskah kita? Jabarkan poin-poin tersebut
dengan urutan yang sistematis, dimulai dari kata pengantar sampai penutup. Tidak
ada salahnya kita lihat referensi buku sejenis yang sudah terbit terlebih dahulu.
Lihat daftar isinya untuk mengetahui apa saja yang dibahas dalam buku tersebut.
Ingat, jangan contek 100%, Anda hanya melihat poin-poinnya saja, buatlah lebih
lengkap dari buku yang sudah ada sehingga pembaca akan tahu bedanya kalau buku
Anda jauh lebih komplit dari buku yang sudah ada sebelumnya.
3. Tuliskan subbab (sub poin utama).
Setelah menuliskan bab-bab utama, maka tiap bab utama dapat kita perinci dengan
subbab yang mendukung poin utama. Jumlahnya terserah, tergantung seberapa
banyak informasi yang ingin kita bagikan. Tapi secara umum, tiap bab utama terdiri
dari minimal dua subbab. Jangan sampai melebar, fokus pada setiap tema di bab
yang sedang Anda tulis ya.
4. Jabarkan setiap bab
Bab dan subbab sudah disusun. Selanjutnya adalah membuat sedikit deskripsi
tentang isi yang akan Anda tulis pada setiap bab. Selain itu, tuliskan sedikit tentang
tujuan yang ingin Anda capai dalam bab yang bersangkutan. Deskripsi singkat tiap
bab ini akan membantu Anda mengembangkan ide-ide untuk menulis menjadi
sebuah bab yang utuh dan fokus pada topik yang sedang dibahas. Misal, Anda
sedang menulis buku tentang kehamilan, maka pada bab pertama bisa menuliskan
tentang....
Dalam bab pertama ini, saya akan bahas tentang kenapa terjadi
pembuahan, apa tanda-tanda yang dialami perempuan ketika hamil, cara
melalukan tes kehamilan, sampai cara memulai hidup sehat untuk perempuan
hamil. Bab ini bertujuan memberitahukan pembaca yang baru mengalami
kehamilan pertamanya sehingga setelah membaca bab pertama ini, pembaca akan
lebih aware terhadap hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan janin dan memulai
gaya hidup sehat. Bagaimana caranya? Akan dibahas dalam bab pertama ini.
Sekarang, ambillah secarik kertas, tulislah topik yang ingin Anda bahas. Setelah itu,
susunlah bab-bab yang akan Anda tulis, diteruskan dengan subbab, lalu, beri keterangan tiap
bab sedikit saja.
Sebagai contoh menyusun outline, berikut saya sertakan outline dari buku nonfiksi terbaru yang
diterbitkan Stletto Book yang menurut saya sudah disusun dengan baik dan benar, sistematis
dan detail. Dari contoh ini Anda bisa melihat urutan topik yang dibahas setiap bab dan
subbab, kemudian bisa Anda tiru untuk menyusun outline sesuai tema yang sedang Anda tulis.
Daftar Isi
PENGANTAR Menggenggam Waktu
Profil Penulis
Semoga Anda setuju ya kalau outline ini lengkap, detail, dan sistematis FYI, ini outline saya
susun untuk ditulis oleh Mbak Bril. Ide menulis buku ini, lagi-lagi, saya dapat dari majalah.
Kemudian iseng-iseng saya menyusun outline dan menawarkan kepada Mbak Brilyantini,
mantan pimpinan redaksi sebuah majalah wanita. Alhamdulillah, beliau langsung menerima
tawaran menulis dari Stiletto Book ini.
Semangat!
Mencari inspirasi di taman kota, perpustakaan, warung kopi, atau piknik seperti ini
kayaknya patut dicoba agar lebih fokus menyusun outline.
Chapter 3
Outline sudah tersusun. Deadline sudah ditentukan. Sekarang saatnya menuliskan kata demi
kata agar terangkai menjadi susunan yang apik dalam sebuah buku. Siap mulai, ya?
Jika buku fiksi yang menarik akan dinilai dari konflik dan cara penyelesaiaan yang
disajikan. Maka buku nonfiksi akan terlihat menarik, jika:
Dari rincian di atas, tentulah tugas kita menyusun naskah nonfiksi menjadi sebuah buku
yang informatif menjadi hal yang mutlak. Jangan sampai pembaca kecewa dan menyesal sudah
mengeluarkan uang untuk membeli buku kita lantaran tidak ada hal baru yang kita tawarkan.
Parahnya, pembaca merasa bahwa apa yang kita sajikan tidak ada bedanya dengan informasi
yang ada di internet. Duh. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Mari kita bahas satu per
satu.
Menurut saya, menyusun kalimat yang enak dibaca dalam buku nonfiksi itu sangat penting.
Banyak pembaca yang kurang nyaman jika kalimat yang ada di buku terlalu teoritis, terlalu
menggurui, banyak istilah yang tidak dimengerti pembaca, atau malah kalimatnya belibet
sehingga susah dipahami. Jadi, bagaimana cara menyusun kalimat agar enak dibaca? Berikut
tip ala saya:
1. Gunakan kalimat efektif. Fokus pada topik yang sedang Anda bahas di tiap bab
dan subbabnya, sesuai deskripsi yang Anda tulis di outline. Jangan terlalu banyak
bunga-bunga (kalimat yang panjang dan tidak berkaitan langsung dengan topik
bahasan) di dalam naskah karena akan membuat pembaca bosan dan terkesan
penulis memanjang-manjangkan naskah agar bukunya tebal.
2. Selipkan pengalaman sejenis yang pernah Anda alami untuk mendukung
pernyataan yang sedang Anda bahas. Dengan menyelipkan pengalaman sejenis,
pembaca akan tahu bahwa Anda tidak hanya matang di teori, tapi juga sudah pernah
mengalami sendiri. Jadi, sebaiknya susunannya tidak langsung berupa poin-poin
teoritis, tapi juga ada sedikit sharing session walaupun tidak semua subbab Anda
harus mencertakan pengalaman pribadi. Alih-alih membuat pembaca lebih yakin,
nanti malah dikira curhat colongan.
3. Jangan terlalu banyak mengulang kata ataupun kalimat dalam satu paragraf.
Selain membuat pembaca mudah bosan, mengulang-ulang kata dan kalimat
memberikan kesan kalau penulis kurang kreatif. Cari padanan kata untuk
mengungkapkan maksud yang sama. Misal, untuk mengungkapkan maksud
berjalan, Anda juga bisa menggunakan kata: melangkah, maju, menuju,
mendekati, dan seterusnya. Alih-alih menggunakan kata mempelajari secara terus
menerus dalam sebuah paragraf, Anda bisa menggantinya dengan kata: mendalami,
memperhatikan, menyimak, mengulik, dan seterusnya. So, be creative, ya! Bahasa
Indonesia sangat kaya, ungkapkan maksud yang sama dengan kata/kalimat yang
berbeda.
4. Jangan terus-menerus menyuruh dan menghakimi pembaca. Saya pernah
membaca buku nonfiksi yang penuh dengan tanda seru. Misal:
Lakukan promosi yang efektif! Anda akan melihat hasilnya dalam waktu dekat
jika Anda melakukan hal-hal yang sudah saya jabarkan di atas! Jangan sekali-kali
Anda melenceng keluar dari jalur yang ada karena efeknya menjadi sangat buruk!
Duuuuh, saya sebagai pembaca menjadi sangat tidak nyaman. Alih-alih
mendapat ilmu baru, yang ada malah jadi sebel karena merasa dimarah-marahin dan
disuruh-suruh oleh penulis. Dalam hati, kadang saya mengatakan, Huh, penulis
sotoy!
Tentu akan beda jika kalimatnya diubah menjadi seperti ini:
Promosi yang efektif akan membawa dampak yang jauh lebih baik. Anda bisa
melihat hasilnya dalam waktu dekat jika poin-poin yang saya sampaikan di atas
bisa Anda lakukan. Tentu saja Anda bisa berimproviasi dengan gaya Anda asal
masih dalam jalur yang sama. Selamat mencoba ya.
Yang kedua ini terbaca lebih enak, kan?
5. Ajak ngorbrol pembaca. Tip ini tentu tidak berlaku untuk semua buku nonfiksi.
Untuk buku how-to atau buku panduan, sebisa mungkin, libatkan pembaca dalam
kalimat Anda. Dengan begini, pembaca merasa sedang mengobrol dengan penulis.
Apakah dalam naskah ini Anda merasa saya sedang ngobrol dengan Anda? Semoga
iya ya.
Cara memandikan bayi: siapkan air hangat suam-suam kuku, lepas baju bayi,
pegang pundak bayi dengan tangan kiri, dan usap badan bayi dengan tangan
kanan.
Saatnya memandikan bayi, Mom. Anda bisa mulai dengan menyiapkan air
hangat suam-suam kuku. Jangan lupa tes airnya dengan menggunakan jari tangan
ya, Mom, agar tidak terlalu panas ataupun dingin. Setelah itu, lepas baju si kecil,
pegang pundak bayi dengan tangan kiri, dan usap badan bayi dengan tangan kanan
Anda. Byuuur. Happy bathing!
Yes, lihat bedanya, kan? Selalu libatkan pembaca di beberapa bagian kalimat
Anda agar tidak membosankan, tidak teoritis, dan pembaca merasa sedang ngobrol
dengan Anda. Pasti akan lebih asyik dibaca dan jauh dari kesan membosankan.
Namun, gunakan seperlunya saja. Tidak semua bagian harus melibatkan pembaca.
Jadi, secukupnya saja ya
Nah, itu tadi empat tip membuat kalimat agar berbeda dengan kalimat-kalimat kaku
yang biasa kita temui dalam buku-buku nonfiksi. Oia, Anda bisa melenturkan kalimat-kalimat
dengan sering membaca majalah. Saya suka sekali membaca majalah perempuan, karena tidak
hanya ide yang berdatangan, tapi kalimat-kalimat dalam majalah itu sangat asyik, fun, dan tidak
membosankan. Terkadang malah lucu sehingga sering membuat saya tersenyum-senyum
sendiri.
B. Cara mencari data yang akurat
Informasi adalah data yang sudah diproses ke dalam bentuk yang mempunyai arti bagi si
penerima dan mempunyai nilai nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil
keputusan. Informasi dapat dikatakan akurat jika dapat memberikan hal sesuai dengan fakta
yang ada. Jadi, jika memang ingin buku nonfiksi yang kita tulis memiliki nilai lebih untuk para
pemaba, informasi yang kita sajikan juga harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
Dua hal yang perlu diperhatikan ketika sedang mencari data-data untuk buku nonfiksi
yang sedang ditulis:
1. Jeli memilih sumber informasi. Sumber informasi ada berbagai macam, antara
lain: tokoh (orang), media massa, media elektronik, buku, jurnal, artikel, sampai
pengumunan lembaga atau instansi. Sumber informasi tersebut harus akurat. Oleh
karena itu, kita harus pandai-pandai memilih dan melakukan audit terhadap
informasi yang kita dapatkkan. Jangan sekali-kali mengambil data dari sebuah
sumber yang tidak valid. Jika kita ingin menanyakan alamat rumah, tanyalah pada
security, jangan pada sembarang orang yang sedang lewat karena bisa saja mereka
akan menjawab sekenanya.
2. Sesuaikan antara informasi yang dibutuhkan dengan informasi yang dicari.
Bisa jadi sumber informasi yang kita gunakan sudah akurat (bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya), tetapi informasi yang kita dapatkan (dan
kemudian kita sajikan dalam buku) menjadi tidak akurat karena tidak tepat sasaran.
Ini terjadi karena adanya miss understanding antara informasi yang kita butuhkan
dengan informasi yang kita sajikan. Misalnya, kita sedang menulis tentang buku
traveling di Jogja untuk backpacker, namun informasi yang kita sajikan adalah
harga hotel-hotel bintang lima dan resort yang harganya kemungkinan besar tidak
terjangkau oleh backpacker. Pembaca pasti akan merasa tidak perlu mengetahui
informasi semacam itu karena itu tidak dibutuhkan olehnya. Jadi, sajikan dulu
informasi primer, info yang benar-benar dibutuhkan pembaca. Jika Anda ingin
melengkapi dengan pengetahuan lain, itu bersifat tambahan, bukan poin utama yang
Anda sajikan.
Lalu, bagaimana cara mencari infomasi yang akurat? Berikut adalah tip yang bisa Anda
coba dan langsung dipraktikkan ketika sedang menulis buku nonfiksi:
1. Jika Anda mencari data melalui buku, carilah buku yang ditulis oleh penulis
kompeten. Periksa profil penulis di bagian belakang buku. Penulis tidak harus pakar
yang memiliki gelar sederet. Penulis awam pun bisa dijadikan rujukan asal jelas. Jelas
dalam hal ini misalnya, dari profil jelas terbaca kalau dia memiliki minat dalam bidang
yang ditulisnya, ada fotonya, ada alamat email ataupun sosial medianya. Di bukunya
ada endorsement dari public figure, misalnya. Di bukunya, ada kata pengantar dari ahli.
Banyak sekali buku nonfiksi yang ditulis dari hasil download di internet dengan sumber
yang tidak jelas. Bahkan sekarang marak terjadi buku nonfiksi yang penulisnya fiksi.
Haha. Maksudnya, sebenarnya nama penulis itu tidak ada. Lihat aja profil penulisnya,
apaakah ada foto di sana dan alamat sosial media? Jika tidak ada, patut dicurigai kalau
itu adalah penulis fiktif.
2. Jika Anda mencari data dari orang, wawancaralah orang yang memang
kompeten di bidangnya. Anda butuh informasi seputar kehidupan para pramugari, tapi
Anda menanyakan hal tersebut ke petugas bea cukai, jelas nggak nyambung, kan? Jadi,
ketika Anda mmbutuhkan informasi seputar topik tertentu, langsung temua orang yang
ada di first liner. Menulis buku kesehatan, mintalah informasi pada dokter. Sedang
menulis tentang kecantikan, wawancaralah ahli kecantikan atau orang yang bekerja di
bidang kecantikan. Ngomong-ngomong, saya pernah baca buku tentang kehidupan
pramugari, tapi isinya bener-bener nggak masuk akal saking anehnya. Bikin ilfil. Saya
menyebutnya penulis seperti ini adalah penulis pemalas karena tidak mau repot untuk
melakukan riset. Ingat, pembaca sekarang kritis-kritis, loh!
3. Jika mencari data melalui internet, perhatikan sumber portal beritanya. Gunakan
portal berita yang memang sudah diketahui memiliki berita dan informasi yang akurat:
kompas.com, republika.com, bidanku.com, dan seterusnya. Jika Anda mengambil info
dari blogger, baca terlebih dahulu profil sang blogger, jika memang dari profilnya
terlihat dia memang kompeten menulis tema tersebut, why not? Hati-hati loh ya, karena
banyak juga blogger nakal yang asal co-pas info-info dan mempestingnya di blog. Ya
kalau info yang disontek benar, kalau salah? Repot, kan? Jadi, pastikan sumber yang
Anda ambil memiliki reputasi yang baik dan bonafide. Ada baiknya kita merujuk pada
situs atau blog besar yang menjadi rujukan banyak orang, seperti wikipedia ataupun
situs-situs majalah. Intinya, bila kita mengambil sebuah referensi, ambillah yang
terpercaya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemurnian dan kekuatan argumen
tulisan Anda di buku yang ditulis.
Tip:
Jangan sekali-kali meng-copy-paste secara utuh, sama persis seperti yang Anda baca di
buku, majalah, ataupun internet. Anda bisa meng-copy-paste secara keseluruhan jika
hal tersebut berupa definisi, langsung cantumkan sumbernya setelah menuliskan
kutipan. Namun, hal ini menjadi petaka jika opini seseorang, atau tulisan seseorang,
Anda copy-paste sama persis seperti naskah asli. Anda akan dituduh plagiat. Oh no!
Sebaiknya, baca sampai selesai, kemudian baru Anda tulis ulang dengan bahasa sendiri.
Setelah tadi kita bahas cara menyusun kalimat yang asyik, sekarang mari kita perluas lagi topik
bahasan kita: menyusun bab dan subbab agar tidak membosankan. Pembaca buku nonfiksi
membaca buku karena mereka membutuhkan informasi. Bisa jadi sebenarnya si pembaca tidak
suka-suka amat baca buku, tapi karena memang sedang butuh referensi, akhirnya mereka
mencari buku, dan ketemulah dengan buku yang Anda tulis. Jadi, jangan biarkan pembaca buku
Anda mati bosan karena buku yang dibacanya kurang menarik.
Lalu, bagaimana caranya menyusun buku agar asyik dibaca sampai halaman terakhir?
Berikut tipnya:
1. Gunakan kalimat yang luwes, bukan susunan kalimat teoritis yang disalin dari sebuah
website. (Praktikkan apa yang sudah kita bahas di atas, ya.)
2. Sertakan gambar-gambar penunjang. Picture speak louder than word. Haha. Yes, selain
memanjakan pembaca dengan foto-foto cantik, tampilan buku Anda pun terlihat lebih
menarik dan membuat pembaca tidak mudah bosan. Gambar-gambar yang Anda
sertakan tentu yang berhubungan dengan topik yang sedang dibahas. Gambar tersebut
bisa Anda download dari internet, namun, jangan lupa cantumkan sumbernya ya.
Bagaimana cara mencantumkan sumber, nanti kita bahas setelah ini. Nah, untuk buku
ketrampilan, resep masakan, traveling, ataupun buku-buku yang memang harus ada
gambarnya ... sebaiknya foto-fotonya milik sendiri.
3. Beri tanda untuk kalimat-kalimat yang penting dan butuh perhatian pembaca. Anda bisa
menaruhnya dalam box atau dicetak dengan font berbeda atau huruf lebih besar. Selain
membuat tampilan lebih bagus, dengan begini pembaca akan lebih mudah mengingat
hal-hal penting yang ada di buku.
4. Sertakan quote-quote motivasi dalam buku Anda. Mungkin Anda bisa menaruhnya di
setiap awal bab atau justru di setiap akhir bab. Selain berguna untuk memberikan
penyemangat kepada pembaca, quote motivatif sperti ini akan membuat buku terlihat
lebih cantik dan menarik.
5. Layout. Nah, kalau ini tidak bisa Anda lakukan sendiri. Setelah buku Anda di-ACC
sebuah penerbit dan siap cetak, coba mintalah kepada editor Anda untuk membuat
layout yang tidak biasa. Misal, di bagian footnote, bisa ditaruh pernak-pernik kecil yang
ada di cover bukunya. Di setiap awal bab ada ilustrasi khusus, atau gambar yang bisa
Anda ambil dari cover, tulisan-tulisan yang di-highlight dicetak dengan warna yang
berbeda, dan lain-lain. Namun yang harus diingat adalah, jangan memaksakan hal ini
kepada editor karena biasanya setiap penerbit mempunyai standar sendiri atas layout
buku yang diterbitkan.
Penulisan daftar pustaka dimaksudkan bukan hanya sebagai sumber referensi yang Anda pakai,
tetapi juga sebagai tanggung jawab moral atas hak kekayaan intelektual orang lain. Jadi, wajib
hukumnya untuk mencantumkan dalam daftar pustaka atas semua sumber yang Anda pakai
ketika menyusun buku nonfiksi. Sumber tersebut bisa dari buku, majalah, jurnal, ataupun
internet.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka
menurut Sistem Harvard, yaitu :
1. Setiap kepustakaan ditulis dengan jarak 1 (satu) spasi, dan jarak setiap kepustakaan
adalah 2 (dua) spasi.
2. Urutan kepustakaan disusun menurut abjad.
3. Huruf pertama dari baris pertama kepustakaan ditulis tepat pada garis batas kiri, tanpa
spasi indensi. Baris berikutnya, huruf pertama ditulis pada ketukan ke enam, yang
penting konsisten dalam penggunaannya.
4. Penulisan nama pengarang atau penulis, dilakukan dengan cara:
- Untuk penulis pertama: nama keluarga ditulis lebih dahulu secara lengkap,
diikuti tanda koma, kemudian baru nama pertama.
- Nama penulis kedua dan seterusnya, ditulis nama lebih dahulu.
- Tidak perlu mencantumkan gelar akademis dari penulis, seperti : Prof., Drs., Ir.,
MMA., dan sebagainya.
5. Antara nama penulis, tahun, judul, penerbit, kota dipisahkan dengan tanda titik (.)
1. Buku
Urutan penulisan kepustakaan sebagai berikut:
- Nama penulis
- Tahun penulisan
- Judul buku (dicetak miring)
- Data penerbit dimulai dengan tempat penerbitan (diikuti tanda titik dua) dan
nama penerbit
Contoh:
Baghci, Subroto. 2006. High-performance Entrepreneur. New Dellhi: Penguin Books
India.
2. Internet
Cara menulis format daftar pustaka dari internet adalah:
- Nama pengarang. Penulisan nama pengarang sama seperti aturan penulisan
nama pada daftar pustaka buku, yaitu nama depan ditulis di belakang.
- Judul (judul tulisan diberi tanda kutip).
- Tanggal akses.
- Alamat situs atau blog. Alamatnya harus berupa URL (Uniform Resource
Locator).
Contoh:
Pada era digital ini, jurnal bukan hanya berupa cetakan print out, namun sekarang
banyak jurnal digital karena perpustakaan modern sudah mempublikasikan jurnal
online agar lebih mudah diakses.
- Nama penulis (tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan
berdasarkan alfabetis).
- Tahun penerbitan jurnal.
- Judul jurnal (judul tulisan diberi tanda kutip)
- Penulisan nama penerbit (pakai huruf miring)
- Penulisan volume atau edisi jurnal.
- Nama penulis (tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan
berdasarkan alpabetis). Cantumkan gelarnya.
- Tahun penerbitan jurnal
- Judul jurnal (judul tulisan diberi tanda kutip)
- Penulisan nama penerbit (pakai huruf miring)
- Penulisan volume atau edisi jurnal
- Alamat URL
- Tanggal pengambilan data tersebut
Contoh:
Artikel dari koran bisa menjadi referensi Anda, berikut adalah cara penulisan daftar
pustaka dari koran;
- Nama penulis
- Tahun penerbitan
- Judul artikel (judul artikel pakai tanda kutip)
- Nama koran (ditulis miring dan diikuti tanda koma)
- Tanggal penerbitan.
Contoh:
Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.
5. Majalah
- Nama penulis
- Tahun penerbitan
- Judul artikel (judul artikel pakai tanda kutip)
- Nama majalah (ditulis miring dan diikuti tanda koma)
- Nomor edisi
Contoh:
Arifin, Lukman. 2012. Janji Politikus dan Janji Pengusaha. Gatra, IXXX.
Contoh:
Rahardjo, Tri Budi W. 2000. Hubungan Erosi Gigi dengan Kebiasaan makan Pempek
di Palembang Sumatera Selatan. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga: 148-
160.
Contoh Daftar Pustaka:
Arifin, Lukman. 2012. Janji Politikus dan Janji Pengusaha. Gatra, IXXX.
Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.
Rahardjo, Tri Budi W. 2000. Hubungan Erosi Gigi dengan Kebiasaan makan Pempek
di Palembang Sumatera Selatan. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga: 148-
160.
Sutiono, Iwan. 2010. Penerapan 12 Langkah Hazard Analysis Critical Point (HACCP)
Pada Proses Pembekuan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di PT.
Marindo Makmur Usaha Jaya Kabupaten Sidoarjo. Karya Ilmiah Praktek Akhir.
Akademi Perikanan Sidoarjo: 50-75.
Ya nggak harus sebanyak ini juga sih dibaca semua demi mencari referensi.
Chapter 4
Banyak sekali email masuk ke redaksi Stiletto Book yang hanya berisi naskah tok. Boro-boro
sinopsis atau profil penulis, kata pengantar saja nggak ada. Badan email pun dibiarkan kosong
melompong. Duh, sedih banget nggak sih kalau begini? Emangnya email redaksi dijawab sama
robot? Please, say hello terlebih dahulu. Editor pasti akan senang kalau disapa. Jangan lupa
untuk menyertakan kelengkapan naskah Anda, karena itu akan jadi salah satu bahan
pertimbangan kenapa penerbit harus menerbitkan naskah yang Anda kirimkan.
Ketika mengirim naskah ke penerbit, apa saja yang harus disertakan? Berikut adalah
checklist-nya:
Kelengkapan ini berlaku untuk semua metode pengiriman, baik ketika mengirim
secara online ataupun dalam bentuk print out naskah. Mari kita bahas satu per satu ya.
Surat pengantar seperti halnya ucapan permisi kepada penerbit tempat Anda mengirim naskah.
Tulislah secara singkat, jelas, dan sopan. Apa saja yang harus ada di surat pengantar pengiriman
naskah? Berikut adalah poin-poinnya:
Contoh:
Di Jogjakarta
Selamat siang.
Halo Stiletto, perkenalkan, saya Herlina P Dewi, seorang perempuan yang saat ini berdomisili
di Jogjakarta. Saya tertarik menerbitkan naskah nonfiksi saya di Penerbit Stiletto Book karena
kita memiliki visi dan misi yang sama
Bersama ini saya sertakan kelengkapan naskah berupa: profil penulis, data naskah, dan
sampel naskah. Silakan dicek di attachment, ya. Saya berharap semoga kita bisa bekerja sama
untuk menerbitkan naskah saya ini.
Salam semangat
Herlina P Dewi
Email : herlinapdewi@gmail.com
Telp : 0274-9609484
B. Membuat Data Diri Penulis dan Data Naskah
Biasanya, sebelum mulai membaca naskah, editor akan melihat profil penulis dan juga data
naskah yang Anda kirim. Untuk itulah Anda harus menuliskan profil dan data yang menarik.
Apa saja yang pengin diketahui penerbit berkaitan dengan penulis-penulis yang mengirimkan
naskah ke kantor mereka? Berikut adalah contohnya. Anda bisa menambahkan hal-hal yang
sekiranya menjadi nilai tambah naskah Anda untuk diterbitkan.
Keterangan:
I. Data diri penulis; berfungsi untuk mengenalkan diri Anda, apa latar belakang
pendidikan Anda, apa minat Anda, dan apakah Anda punya karya/buku yang pernah
dipubilikasikan. Keterangan ini sangat diperlukan oleh pihak penerbit untuk
mengetahui asal-usul Anda dan melakukan penilaian apakah Anda berkompeten
menulis buku tersebut.
II. Alamat sosial media. Mungkin menurut Anda tidak penting mencantumkan berbagai
alamat sosial media di data penulis. Padahal hal ini sangat diperlukan oleh pihak
penerbit untuk mengetahui sejauh mana Anda berkiparh di dunia per-online-an.
Penulis yang aktif di sosial media akan lebih disukai oleh penerbit karena hal ini akan
memperlancar aktivitas promosi setelah bukunya terbit. Walaupun hal ini bukan
semata-mata menjadi bahan pertimbangan penerbit, namun penulis yang memilki
teman dan followers banyak, aktif menulis di Blog, pasti akan mendapat poin plus dari
penerbit. Apalagi untuk penulis pemula, keaktifan Anda turut serta berpromosi di sosial
media sangat penting untuk mengenalkan buku yang Anda tulis kepada teman-teman
dekat ataupun komunitas Anda, sehingga penjualan bukunya akan lebih baik. Namun,
buat Anda yang tidak memiliki followers banyak di sosial media, jangan berkecil hati,
asalkan naskah Anda bagus dan berpotensi diserap pasar dengan baik, pasti terbit.
Banyaknya followers di sosial media hanya dipakai untuk menambah nilai jual naskah
Anda. Dan promosi kan tidak terbatas hanya di sosial media saja, ya?
III. Tentang naskah. Data tentang naskah sangat diperlukan penerbit untuk mengetahui
jenis naskah yang Anda kirim. Garis besar naskah yang Anda cantumkan akan membuat
penerbit lebih cepat menilai apakah naskah Anda potensial untuk diterbitkan atau tidak.
Tulislah keunggulan-keunggulan naskah Anda, misalnya dengan seperti ini:
- Walaupun sudah ada buku sejenis, namun naskah saya lebih lengkap ...
- Naskah ini sangat dibutuhkan oleh para remaja yang sedang mempersiapkan
ujian nasional, karena ....
- Naskah ini ditulis berdasarkan riset dan sharing pengalaman penulis selama
menjadi .... sehingga informasi yang disajikan lebih akurat.
IV. Strategi yang akan dilakukan penulis. Ini berkaitan dengan poin nomor II dan III.
Dengan jaringan penulis dalam sosial media dan komunitas, ditambah dengan
keunggulan naskah yang Anda tulis, maka naskah ini potensial dibaca oleh pembaca
dalam komunitas yang diikuti penulis karena .... (misalnya diisi dengan: (1) Setiap saya
membuat tulisan tentang resep baru, selalu mendapat respons positif, (2) Banyak
member baru di komunitas yang menunggu buku saya terbit karena saya sudah lumayan
lama menekuni dunia fotografi, (3) Saya adalah admin di komunitas merajut sehingga
saya bisa merekomendasikan buku saya kepada para member. Anda bisa membuatnya
sesuai dengan keunggulan naskah yang Anda tulis.
Untuk strategi promosi yang akan dilakukan, Anda bisa menyebutkan, misalnya:
- Melakukan giveaway di sosial media
- Melakukan bedah buku di komunitas
- Mengirimkan buku kepada public figure yang dikenal
- Melakukan workshop berkaitan dengan tema buku
- Dll.
Apa saja yang tidak boleh dilakukan ketika mengirim naskah ke penerbit?
Coba yang nemenin nulis cowok kece gini ya? Pasti langsung semangat nulis!