Anda di halaman 1dari 36

Mahir Menulis Buku Nonfiksi

Handbook untuk peserta pelatihan menulis buku nonfiksi Stiletto Book

Herlina P. Dewi

Maret 2015
Daftar Isi

Pengantar

Chapter 1 Kenapa menulis buku nonfiksi?

A. Apa itu nonfiksi?


B. Kenapa memilih nonfiksi?
C. Menemukan ide menulis buku nonfiksi

Chapter 2 Membuat outline buku nonfiksi

A. Apa itu outline?


B. Cara menyusun outline
C. Contoh outline buku nonfiksi

Chapter 3 Mengembangkan outline menjadi buku

A. Cara menyusun kalimat


B. Cara mencari data yang akurat
C. Cara menyusun bab dan subbab agar tidak membosankan
D. Cara menyusun daftar pustaka

Chapter 4 Membuat proposal pengiriman naskah ke penerbit

A. Membuat surat pengantar


B. Membuat data diri penulis dan data naskah
C. Dos and Donts ketika mengirimkan naskah ke penerbit
Halo!

Materi ini saya tulis khusus untuk kelas menulis buku nonfiksi yang diselenggrakan oleh
Penerbit Stiletto Book. Kelas menulis ini sebenarnya salah satu solusi yang diambil oleh pihak
redaksi dikarenakan langkanya naskah nonfiksi yang masuk. Sebagai gambaran, setiap bulan
kami hanya menerima kiriman naskah nonfiksi tidak lebih dari lima, sedangkan naskah fiksi
bisa ratusan. Dari lima naskah yang masuk tersebut, seringnya kami tidak mendapatkan naskah
yang sesuai dengan yang kami harapkan. Jadi, dengan kelas menulis ini, harapan kami adalah
... para peserta nantinya bisa lebih tertarik menulis buku nonfiksi, karena menulis nonfiksi juga
tak kalah mengasyikkan dibanding menulis novel. Setelahnya, teman-teman jadi berani dan
mau kirim naskah nonfiksi ke Stiletto Book ataupun penerbit lainnya.

Dalam penyusunan materi ini, saya banyak memasukkan pengalaman yang sering saya
temui selama bekerja sebagai pimpinan redaksi Stiletto Book, sampai sekarang. Dengan begini,
saya berharap teman-teman yang mengikuti kelas menulis bisa ikut mengambil manfaat positif
dari yang saya bagikan ini.

Saya tak hentinya menunggu kiriman naskah Anda, itu goal kita bersama, kan?
Menerbitkan buku nonfiksi. Yes. Semoga dalam handbook ini banyak hal yang bisa dijadikan
bekal menulis nonfiksi ya.

Salam semangat selalu,

Herlina P Dewi
Chapter 1

Kenapa Menulis Nonfiksi?

A. Apa Itu Nonfiksi?

First of all, mari kita bedah dulu apa sebenarnya buku nonfiksi itu. Yup, buku nonfiksi adalah
buku yang ditulis berdasarkan kajian keilmuan atau pengalaman. Isinya berupa fakta-fakta
yang telah diteliti terlebih dahulu kebenarannya. Beda dengan buku fiksi yang isinya berupa
imajinasi suka-suka penulis, buku nonfiksi harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Jangan sampai buku yang kita tulis adalah hasil comat-comot dari berbagai sumber yang tidak
kita ketahui asal-susulnya. Dengan begini, menulis buku nonfiksi harus didukung dengan
data yang akurat, info yang update, dan juga manfaat positif yang bisa diambil oleh pembaca.
Jangan langsung berpikiran kalau penulis buku nonfiksi itu berat dan menakutkan, ya. Karena
dengan tahu tip dan triknya, menulis buku nonfiksi juga tak kalah menarik dan menyenangkan
dibandingkan menulis novel.

Sebelum masuk ke kiat-kiat menulis, mari kita lihat jenis-jenis buku nonfiksi dulu ya.
Berdasarkan isinya, buku nonfiksi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Buku biografi
Merupakan buku yang berisi riwayat hidup seseorang. Buku itu ditulis untuk
mendokumentasikan peristiwa penting yang dialami seseorang. Tentu buku biografi
ditulis agar dapat menginspirasi pembacanya. Karena itu, buku biografi ditulis
berdasarkan kelebihan ataupun keunggulan tokoh yang kita tulis. Banyak sekali buku
biografi yang ada di pasaran, misalnya: Buku biografi Jokowi, Biografi Ani
Yudhoyono, Biografi KD, Profil Martha Tilaar, dan seterusnya.
2. Buku pendamping pendidikan
Adalah buku yang berfungsi untuk mendampingi buku utama. Biasanya buku
pendamping disebut pula buku pengayaan. Namanya juga buku pendamping ya,
tentunya kemunculan buku ini ditulis setelah ada buku utama. Sebagai contoh, buku
pelajaran untuk anak sekolah. Kajian buku pelajaran itu masih bersifat umum. Untuk
itu, buku pelajaran memerlukan buku pendamping untuk menjelaskan hal-hal yang
belum dijabarkan dalam buku utama. Buku yang termasuk dalam kategori ini,
misalnya: buku tentang pemasaran, buku percakapan bahasa Inggris, buku manajemen,
dan lain-lain. Fungsi dari buku ini adalah untuk tambahan pengetahuan para pelajar
ataupun mahasiswa di bidang tertentu.
3. Buku literature
Merupakan buku yang difungsikan sebagai rujukan kajian keilmuan. Buku literature
seringnya ditulis berdasarkan penelitian atau ilmu-ilmu yang sudah pakem. Yes, buku
ini mempunyai kadar keilmiahan sangat tinggi. Buku literature sering ditulis oleh
dosen, peneliti, pemuka agama, dokter, ahli di bidang hukum, dan lain-lain.
4. Buku motivasi
Adalah buku yang berisi kajian psikologis untuk membangkitkan gairah atau semangat
pembacanya. Buku motivasi sering ditulis oleh entrepreneur, pemuka agama, ataupun
motivator. Dengan membaca buku motivasi, pembaca merasa mendapatkan energi baru
untuk meneruskan hidup. Buku motivasi bisa ditulis oleh seorang ataupun kumpulan
kisah inspiratif yang ditulis oleh banyak penulis. Contoh buku otivasi: Merry Riana
Mimpi Sejuta Dollar, A Cup of Tea for Writer, Rich Dad Poor Dad, dan lain-lain.
5. Buku panduan
Merupakan buku yang berisi kajian bidang tertentu dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan pembacanya. Jika buku lliteratur lebih bersifat formal, maka buku
panduan ini bersifat informal, umum (tidak terikat pada buku-buku tertentu), dan isinya
tidak terlalu teoritis. Buku panduan berisi hal-hal praktis seputar tema yang sedang
dibahas. Buku panduan ini merupakan jenis buku yang paling populer di bidang
nonfiksi. Bagaimana tidak, hampir semua manusia membutuhkan panduan dalam
melewati setiap stage kehidupan. Misal: panduan wirausaha, panduan menyusui,
panduan mendapatkan beasiswa, panduan perjalanan, dan seterusnya. Tema dari buku
panduan ini sangat beragam, mulai dari kesehatan, parenting, gaya hidup, ketrampilan,
bercocok tanam, bahasa, dan masih banyak lagi.

Itu dia sedikit gambaran tentang apa itu buku nonfiksi dan jenis-jenisnya. Lalu, kenapa
sih kita harus menulis (paling tidak) satu buku nonfiksi?
B. Kenapa Memilih Nonfiksi?

Jika saya tanya alasan teman-teman kenapa pengin menulis buku nonfiksi, alasannya pasti bisa
sangat beragam. Ada yang menulis buku nonfiksi karena lebih mudah dikerjakan, pengin
membagi ilmunya kepada pembaca, merasa tidak berbakat menulis novel, menambah
penghasilan, dan seterusnya. Namun, dari hasil pengamatan saya, ini dia beberapa alasan
kenapa orang-orang (termasuk Anda) HARUS menulis buku nonfiksi:

1. Masa edar lebih lama


Buku nonfiksi memang mempunyai masa edar lebih lama dibanding buku fiksi
yang mempunyai turn over sangat cepat di toko buku. Dari 3.000 judul buku yang
masuk ke toko buku setiap bulan (data tahun 2014), perbandingan buku fiksi dan
nonfiksi hampir sama, adalah berkisah 40:60, lebih banyak buku fiksi. Sementara
space di toko buku biasanya lebih banyak untuk buku nonfiksi. Coba kita amati rak-
rak di toko buku, rak buku untuk nonfiksi pasti lebih banyak dibanding buku fiksi.
Apalagi sekarang banyak sekali penulis novel baru bermunculan, hal ini membuat
persaingan di dunia fiksi semakin rapat. Nah, kenapa kita tidak melirik peluang
buku nonfiksinya? Padahal pembaca buku nonfiksi jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan buku fiksi. Mari kita amati, tidak semua orang suka baca
novel, namun bisa dipastikan semua pembaca buku pasti punya sedikitnya 5-10
buku nonfiksi. Bahkan buat orang-orang yang tidak suka baca buku sekali pun,
mereka sesekali akan mendatangi toko buku jika membutuhkan pengetahuan baru.
Misal: mencari buku tip menghadapi wawancara kerja, tip membuat kerajinan
tangan, tip seputar kehamilan, dan lain-lain. Buku nonfiksi selalu ada peminatnya.
Dengan peraturan toko buku yang memberlakukan sistem retur (dikembalikan ke
penerbit) untuk buku-buku yang kurang laku, buku nonfiksi relatif lebih aman,
karena biasanya setiap bulan ada saja penjualan untuk buku nonfiksi, jadi umurnya
jelas lebih awet.
2. Nilai royalti sama
Kenaikan kertas dan harga cetak membuat harga buku nonfiksi lumayan mahal.
Untuk buku setebal 200-an halaman, rata-rata harganya di atas 40.000. Dengan
ketentuan royalti sebesar 8-10% dari harga jual buku, Anda bisa memperkirakan
sendiri berapa uang yang bisa Anda dapatkan jika buku Anda terjual sedikitnya 200
eksemplar per bulan.
3. Lebih mudah mencari ide menulis buku nonfiksi
Dibandingkan mencari ide menulis novel, menulis buku nonfiksi tentunya lebih
mudah. Tugas Anda adalah jeli melihat peluang tentang buku-buku yang sedang
diminati pasar. Tema-tema pun bisa dibuat dengan sangat spesifik, disesuaikan
dengan minat Anda. Coba cermati tema-tema buku nonfiksi yang sering kita jumpai
di toko buku:
- Panduan membuat ...
- Cara cepat belajar ...
- 30 hari mahir ...
- Handbook for ...
- 50 Kreasi ...
- 100 Ide Membuat ...

Anda tinggal mengisi titik-titik tersebut dengan bidang keahlian ataupun minat yang
Anda miliki. Hmm, simpel, kan?

4. Saingan tidak terlalu banyak.


Secara teori, novel bisa dibuat oleh anak SD hingga simbah-simbah. Banyak. Super
banyak. Namun, karya nonfiksi mempunyai jumlah saingan yang lebih sedikit. Saya
pernah menulis tentang buku Mengelola Keuangan Pribadi. Saingan saya adalah
perencana keuangan ataupun praktisi manajemen keuangan. Cukup banyak
memang, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembuat novel. Ini
peluang, kan? Catat!
5. Pembaca buku nonfiksi tidak fanatik
Untuk sesama penulis pemula, buku nonfiksi akan memiliki kans lebih besar
mendapatkan penjualan yang lebih bagus, dibandingkan buku fiksi. Apalagi
pembaca juga biasanya tidak mempertimbangkan apakah penulis buku nonfiksi ini
adalah penulis pemula atau bukan. Asal penerbitnya kompeten, tampilan bukunya
bagus, temanya cocok, pembaca tidak akan banyak pertimbangan untuk
membelinya. Buat saya pribadi, terkadang saya tidak melihat apakah itu penerbit
besar atau kecil, asal temanya sesuai dengan yang saya cari, saya pasti akan beli.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan pembaca buku fiksi yang biasanya fanatik
terhadap penulis tertentu, atau penerbit tertentu. Ditambah lagi, mereka biasanya
akan mencari tahu terlebih dulu review atas novel-novel yang akan dibelinya. Buku
nonfiksi? Tidak seperti itu. Ibaratnya orang sedang jalan-jalan di mal, lewat toko
buku, mampir karena pengin beli buku tentang resep masakan. Lihat-lihat di rak,
bolak-balik dikit, bawa ke kasir. As simple as that. Tidak pakai browsing dulu untuk
melihat-lihat review orang tentang buku nonfiksi yang dibutuhkan. Ya, walaupun
untuk beberapa orang, tetap melakukan juga sebelum membeli buku nonfiksi.
6. Banyak penerbit yang mencari naskah nonfiksi
Empat tahun lebih mengelola penerbitan, membuat saya yakin bahwa menerbitkan
buku nonfiksi jauh lebih AMAN dibandingkan buku fiksi. Hal ini berkaitan dengan
uraian yang saya jabarkan di poin-5. Padahal, suplai naskah nonfiksi sangat sedikit
ke penerbit. Itulah kenapa sekarang ini banyak sekali agen-agen naskah yang
bekerja menerima pesanan naskah nonfiksi dari para penerbit. Itulah kenapa Stiletto
Book juga mengadakan pelatihan nulis buku nonfiksi seperti ini ... karena memang
penerbit selalu mencari naskah nonfiksi, tetapi suplai naskah masih sangat sedikit.
Jadi penerbit seringnya akan jemput bola.

Dengan keenam alasan tersebut di atas, masihkan Anda menyia-nyiakan kesempatan


emas untuk menulis buku nonfiksi?

C. Menentukan Ide Menulis Buku Nonfiksi

Semangat menulis sudah terkumpul, tekad menerbitkan naskah nonfiksi sudah bulat. Sekarang
perjuangan akan dimulai. Siap?

Buatlah terlebih dahulu secangkir minuman favorit, bukalah laptop Anda atau notes
Anda, pikirkan terlebih dahulu, kira-kira tema apa yang akan Anda tulis? Sudah kebayang mau
nulis apa? Sudah? Syukurlah. Kalau belum, mari kita bahas tentang cara-cara mencari ide
menulis buku nonfiksi.

Dengan minimnya suplai naskah nonfiksi ke penerbit Stiletto Book (saya yakin penerbit
lain pun kekurangan suplai naskah nonfiksi), membuat saya dan tim memutar otak agar kami
tetap bisa mengeluarkan koleksi-koleksi buku nonfiksi. Setiap bulan kami akan rapat untuk
membahas ide-ide apa yang akan kami eksekusi menjadi sebuah buku. Jika ide sudah ketemu,
kami tinggal hunting penulis untuk menuliskan tema yang sudah kami sepakati sebelumnya.
Kenapa ada saja ide yang nyantol ya? Mungkin begitulah pertanyaan teman-teman. Nah, ini
dia hal-hal yang sering saya dan teman-teman lakukan untuk mendapatkan ide menulis buku
nonfiksi:

1. Melihat kebutuhan pasar


Sempatkan diri Anda untuk jalan-jalan ke toko buku. Amati buku-buku yang ada di
rak nonfiksi. Lihat buku-buku yang nangkring di rak buku best seller. Tren pun
merambah ke dunia buku. Misal, akhir-akhir ini sangat banyak buku tentang kreasi
hijab, buku kewirausahaan, buku motivasi, sampai buku panduan fotografi. Keluar
dari toko buku, biasanya ada satu dua ide yang nyantol di kepala. Belum dapat ide
setelah keluar dari toko buku? Bisa diulang lagi minggu depannya.
2. Observasi diri
Tanyakan pada diri Anda: apa bidang yang aku kuasai? Apa bidang yang aku
minati? Bisa saja bidang tersebut tidak berkaitan dengan latar belakang pendidikan
Anda, selama Anda punya passion di bidang tersebut, Anda pasti selalu punya
energi untuk mengetahui lebih jauh lagi. Menulis buku nonfiksi intinya adalah
mentransfer pengetahuan yang kita miliki agar bisa sampai ke pembaca.
Bersyukurlah jika latar belakang pendidikan Anda bisa Anda kembangkan menjadi
sebuah buku, jadi Anda bisa langsung menuangkan apa yang ada di kepala.
Misalnya Anda lulusan arsitektur, Anda bisa menulis tentang tip menata ruangan.
Lulusan bahasa menulis tentang panduan lancar berbahasa asing. Lulusan ekonomi
bisa membuat buku tentang manajemen keuangan, dan seterusnya. Tanyakan:
apakah bidang yang kita kuasai kira-kira bisa memberikan manfaat untuk orang
lain jika kita tulis menjadi buku? Atau apakah kita sanggup memperdalam bidang
yang kita minati dengan menuliskan menjadi sebuah buku? Jangan anggap remeh
diri sendiri, setiap orang pasti memiliki kelebihan yang dapat dibagikan untuk orang
lain. Namun demikian, tetaplah melihat pasar agar apa yang akan kita tulis berbeda
dengan buku sejenis yang sudah ada di pasaran.
3. Membaca majalah
Banyak sekali buku nonfiksi terbit di Stiletto Book yang idenya saya dapat dari
membaca judul-judul di majalah. Sebut saja buku Keseimbangan Hidup
Perempuan yang saya dapat dari sebuah majalah wanita dengan judul artikel
Balancing Life for Woman. Atau buku Handbook for New Mom yang saya dapat
karena mendapat booklet dari majalah parenting. Buku Honeymoon Destinations
juga idenya saya dapat dari majalah traveling yang kebetulan sedang membahas
tentang destinasi wisata bulan madu di Indonesia. Ya, membaca judul-judul artikel
di majalah akan sangat membantu kita menemukan ide menulis buku nonfiksi.
Orang-orang di baik redaksi majalah tentunya tidak sembarangan menentukan tema
artikel yang akan muncul setiap edisinya. Mereka pasti sudah survei dan melakukan
pengamatan tentang tema-tema apa yang sedang diminati sebelum mulai menulis
artikel. Jadi, kenapa kita tidak memanfaatkan judul-judul tersebut untuk kita
kembangkan menjadi sebuah buku? Ya, kan?
4. Ikut komunitas
Anda suka memasak? Suka membuat barang kerajinan? Suka menulis? Suka
traveling? Apa pun hobi Anda, cobalah bergabung dengan komunitas yang Anda
sukai, baik online maupun offline. Dengan banyak bergaul bersama teman-teman,
Anda pasti akan banyak ide. Melalui obrolan-obrolan sambil lalu, topik-topik
hangat yang dibahas di komunitas ... tidak menutup kemungkinan melahirkan
sebuah ide buku nonfiksi. Buku AUPAIR yang diterbitkan Stiletto Book lahir dari
penulis, Icha Ayu, yang tergabung dalam sebuah komuniatas AUPAIR. Dia berkata
bahwa banyak orang tertarik menjadi AUPAIR tapi tidak tahu bagaimana caranya.
Jadi, tercetuslah ide menyusun buku tersebut dan akhirnya terbit bersama Stiletto
Book.
5. Datangi talkshow, seminar, workshop
Mendatangi acara-acara seperti ini akan banyak manfaat yang bisa kita dapat. Selain
menambah ilmu, menambah teman, tak jarang kita juga bisa mendapat ide menulis
buku nonfiksi. Obrolan-obrolan bersama orang-orang baru yang dikenal,
pembicaraan dengan mentor, bisa jadi mendatangkan ide yang bisa Anda eksekusi
menjadi sebuah buku. Buku Say YES to homemade MPASI tercetus ketika saya
mendatangi sebuah talkhow tentang mempersiapkan makanan sehat untuk si kecil.
Di talkshow tersebut, kebanyakan ibu-ibu muda yang tidak bisa memasak merasa
jiper duluan ketika anaknya akan mulai makan setelah usianya 6 bulan. Di benak
saya langsung membatin kalau banyak ibu-ibu muda yang membutuhkan panduan
masak mudah untuk si kecil, maka lahirlah buku tersebut dan alhamdulillah laris
manis.
6. Amati buku-buku nonfiksi luar negeri
Buka amazon.com, lakukan browsing-browsing untuk melihat judul-judul buku
yang diterbitkan di luar negeri. Paling tidak, ada satu-dua ide yang nempel di kepala
melihat judul-judul buku nonfiksi luar negeri yang bisa jadi di sini malah belum ada
buku tersebut. Buatlah outline-nya, dan tawarkan ke Stiletto Book atau penerbit
lain.
7. Bergaul dengan orang yang memiliki perbedaan minat
Punya teman dekat? Apa profesinya? Punya kenalan seseorang yang memiliki
profesi tertentu? Dokter, misalnya. Atau dosen, atau pengusaha, atau relawan
pendidikan, atau malah punya kenalan seseorang yang memiliki jalan hidup tidak
biasa? Misalnya orang berkebutuhan khusus ataupun orang yang sedang menderita
sakit tapi memiliki semangat hidup luar biasa. Semuanya bisa dijadikan ide
menyusun buku nonfiksi. Penulis buku nonfiksi punya misi untuk menyebarkan
ilmu ataupun semangat positif untuk pembacanya. Tidak semua orang mau (atau
memiliki kemampuan dan kemauan) menulis, padahal mereka sebenarnya punya
banyak hal menarik yang bisa diceritakan. Datangi dia, tawarkan padanya apa dia
bersedia menuliskan kisah hidupnya untuk orang lain? Apakah si dokter mau
membagi ilmunya untuk pembaca? Apakah si praktisi yoga mau menuliskan tip
sehatnya untuk pembaca? Tawarkan kerja sama, Anda yang menulis, dan dia jadi
narasumber. Tentunya royalti juga nantinya Anda bagi berdua. Komposisinya bisa
sama besar, atau bahkan Anda lebih besar. Biasanya komposisinya mulai dari 50%
- 70% untuk penulis.

Nah, ternyata banyak juga ya cara-cara kita menemukan ide menulis buku nonfiksi.
Berhentilah membaca sejenak. Pikirkan sebentar kira-kira sudah berapa ide yang nyangkut
sekarang. Semoga sudah ada satu dua ide akan menulis buku tentang apa ya, karena setelah ini
kita akan masuk ke chapter-2 tentang cara membuat outline buku nonfiksi. Yeay!

Jadi, kapan Anda akan jalan-jalan ke toko buku atau sekadar janjian sama teman untuk
membahas buku nonfiksi yang akan Anda tulis?
Chapter 2

Cara Membuat Outline Buku Nonfiksi

A. Apa itu Outline?

Menurut http://depts.washington.edu/psywc/handouts.shtml), outline is a formal system used


to think about and organize your paper. For example, you can use it to see whether your ideas
connect to each other, what order of ideas works best, or whether you have sufficient evidence
to support each of your points. Outlines can be useful for any paper to help you see the overall
picture.

Jadi, jika diterjemahkan bebas, outline merupakan sistem yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengatur tulisan kita. Berikut adalah manfaat membuat outline sebelum kita
menulis buku nonfiksi:

- Kita dapat menggunakan outline untuk mengetahui apakah ide yang satu
berhubungan dengan ide lainnya.
- Outline bisa dijadikan parameter untuk memilih ide yang kita anggap paling
baik.
- Outline bisa dipakai untuk mengetahui apakah kita mempunyai data yang cukup
akurat untuk mendukung poin-poin yang telah kita tetapkan.

Yup, outline membantu kita melihat isi tulisan secara keseluruhan. Outline seperti
halnya sebuah peta untuk para traveler. Tanpa peta yang jelas, jangan heran jika dia tersesat.

Secara sederhana, outline adalah kerangka karangan yang berisi garis besar tentang apa
saja yang akan kita tulis. Outline sangat membantu kita menulis nonfiksi karena dengan
membuat outline maka secara sadar kita telah menentukan sistematika tulisan dan telah
menentukan isi serta tujuan tulisan itu dibuat. Lalu, bagaimana cara menyusun outline yang
baik dan benar? Mari kita bahas sekarang.

B. Cara Menyusun Outline

Bagaimana membuat outline? Mungkin tiap orang punya cara sendiri menulis outline. Berikut
adalah step by step membuat outline buku nonfiksi yang biasa saya terapkan ketika menulis
buku nonfiksi ataupun menyusun outline untuk diberikan kepada penulis.

1. Tentukan topik.
Topik merupakan hal paling penting dalam membuat sebuah tulisan. Ungkapkan
dalam satu kalimat atau satu frasa tentang isi dari seluruh tulisan. Topik akan
membuat kita fokus pada tema utama. Misalnya:
- Wedding checklist; panduan menyiapkan pernikahan
- Sukses membangun toko online
- Panduan mendapatkan suami idaman
- Panduan menghadapi wawancara kerja
2. Tuliskan bab-bab utama (poin-poin utama).
Apa saja yang ingin kita tulis dalam naskah kita? Jabarkan poin-poin tersebut
dengan urutan yang sistematis, dimulai dari kata pengantar sampai penutup. Tidak
ada salahnya kita lihat referensi buku sejenis yang sudah terbit terlebih dahulu.
Lihat daftar isinya untuk mengetahui apa saja yang dibahas dalam buku tersebut.
Ingat, jangan contek 100%, Anda hanya melihat poin-poinnya saja, buatlah lebih
lengkap dari buku yang sudah ada sehingga pembaca akan tahu bedanya kalau buku
Anda jauh lebih komplit dari buku yang sudah ada sebelumnya.
3. Tuliskan subbab (sub poin utama).
Setelah menuliskan bab-bab utama, maka tiap bab utama dapat kita perinci dengan
subbab yang mendukung poin utama. Jumlahnya terserah, tergantung seberapa
banyak informasi yang ingin kita bagikan. Tapi secara umum, tiap bab utama terdiri
dari minimal dua subbab. Jangan sampai melebar, fokus pada setiap tema di bab
yang sedang Anda tulis ya.
4. Jabarkan setiap bab
Bab dan subbab sudah disusun. Selanjutnya adalah membuat sedikit deskripsi
tentang isi yang akan Anda tulis pada setiap bab. Selain itu, tuliskan sedikit tentang
tujuan yang ingin Anda capai dalam bab yang bersangkutan. Deskripsi singkat tiap
bab ini akan membantu Anda mengembangkan ide-ide untuk menulis menjadi
sebuah bab yang utuh dan fokus pada topik yang sedang dibahas. Misal, Anda
sedang menulis buku tentang kehamilan, maka pada bab pertama bisa menuliskan
tentang....

Dalam bab pertama ini, saya akan bahas tentang kenapa terjadi
pembuahan, apa tanda-tanda yang dialami perempuan ketika hamil, cara
melalukan tes kehamilan, sampai cara memulai hidup sehat untuk perempuan
hamil. Bab ini bertujuan memberitahukan pembaca yang baru mengalami
kehamilan pertamanya sehingga setelah membaca bab pertama ini, pembaca akan
lebih aware terhadap hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan janin dan memulai
gaya hidup sehat. Bagaimana caranya? Akan dibahas dalam bab pertama ini.

5. Selesaikan bab pertama.


Ada yang tidak suka dengan poin ini. Namun, menyelesaikan bab pertama adalah
poin yang sangat penting jika Anda ingin langsung mengirimkan outline naskah ke
penerbit. Dengan menulis bab pertama ini, penerbit akan mengetahui gaya tulisan
Anda dan seberapa besar Anda menguasai topik yang sedang ditulis. Jika dalam
naskah kita banyak dijumpai istilah yang kompleks dan khusus, bab pertama sangat
cocok untuk menjelaskan pengertian dari istilah-istilah khusus tersebut. Untuk
naskah yang sangat teoritis, bab pertama dapat digunakan untuk bercerita tentang
latar belakang mengapa teori tersebut diperlukan. Jadi, bab pertama merupakan
bagian pendahuluan kenapa buku ini penting dibaca. Buatlah semenarik mungkin
karena di bab pertama ini Anda sedang mencuri perhatian penerbit ataupun
pembaca nantinya agar ingin terus melanjutkan membaca bab selanjutnya.

Sekarang, ambillah secarik kertas, tulislah topik yang ingin Anda bahas. Setelah itu,
susunlah bab-bab yang akan Anda tulis, diteruskan dengan subbab, lalu, beri keterangan tiap
bab sedikit saja.

Tip khusus seputar outline:

1. Buatlah urutan yang sistematis. Dimulai dari kata pengantar, pendahulan,


pengenalan, pembahasan, diakhiri dengan penutup. Outline yang sistematis akan
membuat pembaca lebih enak memahami step by step informasi yang ingin
diketahui. Tentunya tidak mungkin kan menulis buku tentang Sukses Bekerja Dari
Rumah, setelah kata pengantar langsung membahas tentang cara memasarkan
bisnis? Pembaca pasti akan membatin, apanya yang akan dipasarkan? Wong belum
tahu mau bisnis apa.
2. Kumpulkan referensi sebanyak-banyaknya. Referensi bisa dari buku, majalah,
ataupun internet. Lihat daftar isi buku sejenis, browsing apa saja yang menarik
untuk dibahas, kemudian, susun menjadi sebuah outline yang terperinci dan
lengkap.
3. Tentukan deadilne. Setelah outline rampung, segera tentukan deadline kapan
Anda akan mulai menulis. Luangkan setidaknya 30 menit setiap hari untuk menulis.
Anda bisa membuat aturan lain, misal minimal 5 halaman per hari. Dengan begini,
Anda bisa menentukan kapan naskah tersebut akan diselesaikan. Jangan biarkan
outline tanpa deadline karena seringkali nasibnya akan mengenaskan.

C. Contoh Outline Buku Nonfiksi

Sebagai contoh menyusun outline, berikut saya sertakan outline dari buku nonfiksi terbaru yang
diterbitkan Stletto Book yang menurut saya sudah disusun dengan baik dan benar, sistematis
dan detail. Dari contoh ini Anda bisa melihat urutan topik yang dibahas setiap bab dan
subbab, kemudian bisa Anda tiru untuk menyusun outline sesuai tema yang sedang Anda tulis.

Contoh outline buku Sukses Bekerja Dari Rumah

Daftar Isi
PENGANTAR Menggenggam Waktu

BAB I - Persiapan sebelum Mulai


Bab satu ini membahas tentang hal-hal yang pertama kali harus dilakukan oleh
perempuan yang akan terjun menjadi working at home mom: mengenali minat,
mengikuti pelatihan-pelatihan, bergaul di komunitas, dan lain-lain. Subbabnya terdiri
atas:
A. Pengenalan Medan
B. Bekali Diri Anda
C. Jangan Lelah untuk Belajar

BAB II - Pekerjaan Apa Saja yang Bisa Dikerjakan dari Rumah?


Bab dua ini membahas tentang jenis-jenis perkerjaan yang bisa dikerjakan oleh
perempuan dari rumah, peluang-peluang setiap pekerjaan, cara mendapatkan pekerjaan
pertama, sampai ketrampilan yang dibutuhkan. Selain itu, bab ini juga membahas
tentang tip jika perempuan ingin menjalankan bisnis sendiri. Subbabnya terdiri atas:
A. Jenis-Jenis Pekerjaan
B. Menjalankan Bisnis Sendiri

BAB III - Dari Mana Modalnya?


Bab tiga ini membahas tentang permodalan karena biasanya orang akan bingung jika
ingin berbisnis ataupun menjadi pekerja lepas tapi merasa tak punya modal. Apa saja
yang harus dilakukan untuk mendapatkan modal, memilih bank yang cocok, poin-poin
tentang syarat mengajukan pnjaman, sampai menghitung kapan balik modal jika usaha
sudah mulai berjalan, semuanya dibahas dalam bab ini. Subbabnya terdiri atas:
A. Sumber Modal
B. Pilih Bank yang Mana ya?
C. Syarat Mengajukan Pinjaman ke Bank
D. Kapan Balik Modal?

BAB IV - Yuk, Segera Mulai!


Jika kemauan dan modal sudah terkumpul, lalu bagaimana cara memulainya? Bab
empat ini membahas tentang step by step jika ingin mulai menjalankan pekerjaan
freelance ataupun berbisnis sendiri. Apa saja yang harus disiapkan, bagaimana
membuat proposal bisnis, membuat pernak-pernik administratif, dan seterusnya. Dalam
bab ini juga akan dibahas mengenai strategi yang harus dilakukan pekerja lepas agar
selalu mendapat order. Subbabnya terdiri atas:
A. Dari Mana Memulainya?
B. Menyusun Strategi Marketing

BAB V - Menjalin dan Memanfaatkan Jejaring


Seluk-beluk membangun dan memperluas jejaring akan dikupas tuntas dalam bab ini.
Pekerjaan ataupun bisnis sudah dipilih, persiapan tempur sudah ada, lalu, apa yang
harus dilakukan agar tidak sepi order? Tentunya promosi harus terus berjalan. Dimulai
dari cara memanfaatkan sosial media sampai membuat analisis promosi yang sudah
dilakukan, semua dikupas dalam bab khusus tentang jejaring ini. Subbabnya terdiri
atas:
A. Trik Memperluas Jejaring
B. Membangun Jejaring Melalui Media Sosial
C. Menjadi Kreatif di Tengah Teman Kreatif
D. Kapan Selesai Promosinya?
E. Strategi Jejaring yang Bisa Anda Kerjakan

BAB VI - Rumahku, Kantorku


Dalam bab enam ini, akan dibahas tentang peralatan kantor yang harus ada jika akan
mulai bekerja, bagaimana cara menciptakan rumah yang nyaman untuk bekerja,
pernak-pernik yang dibutuhkan, sampai peralatan/gadget yang sebaiknya dimiliki.
Subbabnya terdiri atas:
A. Tentukan Jenis Pekerjaannya
B. Pilah-pilih Pojok yang Tepat
C. Pernak-pernik yang Harus Diperhatikan
D. Saatnya Melengkapi Ruang Kerja
E. Serba-serbi Teknologi
F. Tentang Telekomunikasi
BAB VII - Membangun Image Positif
Bekerja sendiri tetap harus profesional. Bagaimana cara menciptakan image profesional
walaupun bekerja dari rumah? Jawabannya ada dalam bab ini. Mulai dari membuat logo,
membuat identitas perusahaan (bidang kerja kita), membuat blog ataupun website, sampai
pentingnya mengikuti kompetisi-kompetisi. Subbabnya terdiri atas:
A. Logo dan Slogan
B. Identitas Cetak
C. Situs Perusahaan
D. Surat Elektronik
E. Seragam, Mengapa Tidak?
F. Ikuti Kompetisi Bisnis

BAB VIII - Cermat Mengatur Keuangan


Ketika bisnis ataupun pekerjaan sudah mulai berjalan, order sudah mulai berdatangan,
biasanya kita akan mulai bingung bagaimana cara mengatur keuangan agar terus stabil
dan sehat. Apalagi dengan menjadi pekerja lepas seperti ini, pemasukan tidak tentu
jumlahnya, sehingga memerlukan strategi untuk mengaturnya. Apa saja itu? Semuanya
dibahas dalam bab ini. Subbabnya terdiri atas:
A. Gajilah Diri Anda
B. Beli Asuransi
C. Aturan Ketat
D. Memanfaatkan Peranti Lunak
E. Investasi

BAB IX - Saatnya Bersenang-senang!


Bekerja di rumah itu rawan bosan, maka harus disiasati dengan cara break kerja dan
melakukan liburan. Dan liburan tidak harus dengan pergi keluar kota, karena dengan
cara-cara sederhana pun kita tetap bisa menciptakan liburan yang mengasyikkan. Nah,
bagaimana caranya? Ada dalam bab sembilan ini. Subbabnya terdiri atas:
A. Teknik Pomodoro
B. Liburan Bareng Keluarga, yuk!
C. Libur Kerja
D. Ketika Mood Bekerja Hilang

EPILOG - Waktu Sudah di Genggaman

Inspirasi dari Para Pekerja Lepas


Bab tambahan ini ditujukan untuk pembaca agar lebih yakin menjalankan pekerjaan
dari rumah. Enam profil perempuan inspiratif ini tentu akan menjadi penyemangat
tersendiri untuk para pekerja lepas ataupun entreprenuer.
1. Vanda Yulianti Ajari Anak Mandiri
2. Astri Merianti Nugraha Tidak Ada Cuti, Nggak Bisa Bolos
3. Diah Kusuma Wardhani Bekerja dari Rumah Tetap Perlu Perencanaan
4. Caecilia Kapojos Harus Rapi Tiap Pagi
5. Aien Hisyam Fleksibilitas Waktu Sang Agen Properti
6. Noorlaily Sukses Bisnis Online Jilbab Kreasi Sendiri

Profil Penulis
Semoga Anda setuju ya kalau outline ini lengkap, detail, dan sistematis FYI, ini outline saya
susun untuk ditulis oleh Mbak Bril. Ide menulis buku ini, lagi-lagi, saya dapat dari majalah.
Kemudian iseng-iseng saya menyusun outline dan menawarkan kepada Mbak Brilyantini,
mantan pimpinan redaksi sebuah majalah wanita. Alhamdulillah, beliau langsung menerima
tawaran menulis dari Stiletto Book ini.

Nah, sekarang giliran Anda menyusun outline, ya.

Semangat!

Mencari inspirasi di taman kota, perpustakaan, warung kopi, atau piknik seperti ini
kayaknya patut dicoba agar lebih fokus menyusun outline.
Chapter 3

Mengembangkan Outline Menjadi Buku

Outline sudah tersusun. Deadline sudah ditentukan. Sekarang saatnya menuliskan kata demi
kata agar terangkai menjadi susunan yang apik dalam sebuah buku. Siap mulai, ya?

Jika buku fiksi yang menarik akan dinilai dari konflik dan cara penyelesaiaan yang
disajikan. Maka buku nonfiksi akan terlihat menarik, jika:

Info yang disajikan benar, update, dan akurat


Bahasa mudah dipahami, tidak njlimet
Topik yang dibahas lengkap
Pembaca mendapat ilmu baru atau manfaat positif setelah menyesaikan membaca
buku tersebut.

Dari rincian di atas, tentulah tugas kita menyusun naskah nonfiksi menjadi sebuah buku
yang informatif menjadi hal yang mutlak. Jangan sampai pembaca kecewa dan menyesal sudah
mengeluarkan uang untuk membeli buku kita lantaran tidak ada hal baru yang kita tawarkan.
Parahnya, pembaca merasa bahwa apa yang kita sajikan tidak ada bedanya dengan informasi
yang ada di internet. Duh. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? Mari kita bahas satu per
satu.

A. Cara menyusun kalimat

Menurut saya, menyusun kalimat yang enak dibaca dalam buku nonfiksi itu sangat penting.
Banyak pembaca yang kurang nyaman jika kalimat yang ada di buku terlalu teoritis, terlalu
menggurui, banyak istilah yang tidak dimengerti pembaca, atau malah kalimatnya belibet
sehingga susah dipahami. Jadi, bagaimana cara menyusun kalimat agar enak dibaca? Berikut
tip ala saya:
1. Gunakan kalimat efektif. Fokus pada topik yang sedang Anda bahas di tiap bab
dan subbabnya, sesuai deskripsi yang Anda tulis di outline. Jangan terlalu banyak
bunga-bunga (kalimat yang panjang dan tidak berkaitan langsung dengan topik
bahasan) di dalam naskah karena akan membuat pembaca bosan dan terkesan
penulis memanjang-manjangkan naskah agar bukunya tebal.
2. Selipkan pengalaman sejenis yang pernah Anda alami untuk mendukung
pernyataan yang sedang Anda bahas. Dengan menyelipkan pengalaman sejenis,
pembaca akan tahu bahwa Anda tidak hanya matang di teori, tapi juga sudah pernah
mengalami sendiri. Jadi, sebaiknya susunannya tidak langsung berupa poin-poin
teoritis, tapi juga ada sedikit sharing session walaupun tidak semua subbab Anda
harus mencertakan pengalaman pribadi. Alih-alih membuat pembaca lebih yakin,
nanti malah dikira curhat colongan.
3. Jangan terlalu banyak mengulang kata ataupun kalimat dalam satu paragraf.
Selain membuat pembaca mudah bosan, mengulang-ulang kata dan kalimat
memberikan kesan kalau penulis kurang kreatif. Cari padanan kata untuk
mengungkapkan maksud yang sama. Misal, untuk mengungkapkan maksud
berjalan, Anda juga bisa menggunakan kata: melangkah, maju, menuju,
mendekati, dan seterusnya. Alih-alih menggunakan kata mempelajari secara terus
menerus dalam sebuah paragraf, Anda bisa menggantinya dengan kata: mendalami,
memperhatikan, menyimak, mengulik, dan seterusnya. So, be creative, ya! Bahasa
Indonesia sangat kaya, ungkapkan maksud yang sama dengan kata/kalimat yang
berbeda.
4. Jangan terus-menerus menyuruh dan menghakimi pembaca. Saya pernah
membaca buku nonfiksi yang penuh dengan tanda seru. Misal:
Lakukan promosi yang efektif! Anda akan melihat hasilnya dalam waktu dekat
jika Anda melakukan hal-hal yang sudah saya jabarkan di atas! Jangan sekali-kali
Anda melenceng keluar dari jalur yang ada karena efeknya menjadi sangat buruk!
Duuuuh, saya sebagai pembaca menjadi sangat tidak nyaman. Alih-alih
mendapat ilmu baru, yang ada malah jadi sebel karena merasa dimarah-marahin dan
disuruh-suruh oleh penulis. Dalam hati, kadang saya mengatakan, Huh, penulis
sotoy!
Tentu akan beda jika kalimatnya diubah menjadi seperti ini:
Promosi yang efektif akan membawa dampak yang jauh lebih baik. Anda bisa
melihat hasilnya dalam waktu dekat jika poin-poin yang saya sampaikan di atas
bisa Anda lakukan. Tentu saja Anda bisa berimproviasi dengan gaya Anda asal
masih dalam jalur yang sama. Selamat mencoba ya.
Yang kedua ini terbaca lebih enak, kan?
5. Ajak ngorbrol pembaca. Tip ini tentu tidak berlaku untuk semua buku nonfiksi.
Untuk buku how-to atau buku panduan, sebisa mungkin, libatkan pembaca dalam
kalimat Anda. Dengan begini, pembaca merasa sedang mengobrol dengan penulis.
Apakah dalam naskah ini Anda merasa saya sedang ngobrol dengan Anda? Semoga
iya ya.

Nah, ini contoh kalimatnya:

Cara memandikan bayi: siapkan air hangat suam-suam kuku, lepas baju bayi,
pegang pundak bayi dengan tangan kiri, dan usap badan bayi dengan tangan
kanan.

Bandingkan dengan ini:

Saatnya memandikan bayi, Mom. Anda bisa mulai dengan menyiapkan air
hangat suam-suam kuku. Jangan lupa tes airnya dengan menggunakan jari tangan
ya, Mom, agar tidak terlalu panas ataupun dingin. Setelah itu, lepas baju si kecil,
pegang pundak bayi dengan tangan kiri, dan usap badan bayi dengan tangan kanan
Anda. Byuuur. Happy bathing!

Yes, lihat bedanya, kan? Selalu libatkan pembaca di beberapa bagian kalimat
Anda agar tidak membosankan, tidak teoritis, dan pembaca merasa sedang ngobrol
dengan Anda. Pasti akan lebih asyik dibaca dan jauh dari kesan membosankan.
Namun, gunakan seperlunya saja. Tidak semua bagian harus melibatkan pembaca.
Jadi, secukupnya saja ya

Nah, itu tadi empat tip membuat kalimat agar berbeda dengan kalimat-kalimat kaku
yang biasa kita temui dalam buku-buku nonfiksi. Oia, Anda bisa melenturkan kalimat-kalimat
dengan sering membaca majalah. Saya suka sekali membaca majalah perempuan, karena tidak
hanya ide yang berdatangan, tapi kalimat-kalimat dalam majalah itu sangat asyik, fun, dan tidak
membosankan. Terkadang malah lucu sehingga sering membuat saya tersenyum-senyum
sendiri.
B. Cara mencari data yang akurat

Informasi adalah data yang sudah diproses ke dalam bentuk yang mempunyai arti bagi si
penerima dan mempunyai nilai nyata, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil
keputusan. Informasi dapat dikatakan akurat jika dapat memberikan hal sesuai dengan fakta
yang ada. Jadi, jika memang ingin buku nonfiksi yang kita tulis memiliki nilai lebih untuk para
pemaba, informasi yang kita sajikan juga harus akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

Dua hal yang perlu diperhatikan ketika sedang mencari data-data untuk buku nonfiksi
yang sedang ditulis:

1. Jeli memilih sumber informasi. Sumber informasi ada berbagai macam, antara
lain: tokoh (orang), media massa, media elektronik, buku, jurnal, artikel, sampai
pengumunan lembaga atau instansi. Sumber informasi tersebut harus akurat. Oleh
karena itu, kita harus pandai-pandai memilih dan melakukan audit terhadap
informasi yang kita dapatkkan. Jangan sekali-kali mengambil data dari sebuah
sumber yang tidak valid. Jika kita ingin menanyakan alamat rumah, tanyalah pada
security, jangan pada sembarang orang yang sedang lewat karena bisa saja mereka
akan menjawab sekenanya.
2. Sesuaikan antara informasi yang dibutuhkan dengan informasi yang dicari.
Bisa jadi sumber informasi yang kita gunakan sudah akurat (bisa dipercaya dan
dipertanggungjawabkan kebenarannya), tetapi informasi yang kita dapatkan (dan
kemudian kita sajikan dalam buku) menjadi tidak akurat karena tidak tepat sasaran.
Ini terjadi karena adanya miss understanding antara informasi yang kita butuhkan
dengan informasi yang kita sajikan. Misalnya, kita sedang menulis tentang buku
traveling di Jogja untuk backpacker, namun informasi yang kita sajikan adalah
harga hotel-hotel bintang lima dan resort yang harganya kemungkinan besar tidak
terjangkau oleh backpacker. Pembaca pasti akan merasa tidak perlu mengetahui
informasi semacam itu karena itu tidak dibutuhkan olehnya. Jadi, sajikan dulu
informasi primer, info yang benar-benar dibutuhkan pembaca. Jika Anda ingin
melengkapi dengan pengetahuan lain, itu bersifat tambahan, bukan poin utama yang
Anda sajikan.
Lalu, bagaimana cara mencari infomasi yang akurat? Berikut adalah tip yang bisa Anda
coba dan langsung dipraktikkan ketika sedang menulis buku nonfiksi:

1. Jika Anda mencari data melalui buku, carilah buku yang ditulis oleh penulis
kompeten. Periksa profil penulis di bagian belakang buku. Penulis tidak harus pakar
yang memiliki gelar sederet. Penulis awam pun bisa dijadikan rujukan asal jelas. Jelas
dalam hal ini misalnya, dari profil jelas terbaca kalau dia memiliki minat dalam bidang
yang ditulisnya, ada fotonya, ada alamat email ataupun sosial medianya. Di bukunya
ada endorsement dari public figure, misalnya. Di bukunya, ada kata pengantar dari ahli.
Banyak sekali buku nonfiksi yang ditulis dari hasil download di internet dengan sumber
yang tidak jelas. Bahkan sekarang marak terjadi buku nonfiksi yang penulisnya fiksi.
Haha. Maksudnya, sebenarnya nama penulis itu tidak ada. Lihat aja profil penulisnya,
apaakah ada foto di sana dan alamat sosial media? Jika tidak ada, patut dicurigai kalau
itu adalah penulis fiktif.
2. Jika Anda mencari data dari orang, wawancaralah orang yang memang
kompeten di bidangnya. Anda butuh informasi seputar kehidupan para pramugari, tapi
Anda menanyakan hal tersebut ke petugas bea cukai, jelas nggak nyambung, kan? Jadi,
ketika Anda mmbutuhkan informasi seputar topik tertentu, langsung temua orang yang
ada di first liner. Menulis buku kesehatan, mintalah informasi pada dokter. Sedang
menulis tentang kecantikan, wawancaralah ahli kecantikan atau orang yang bekerja di
bidang kecantikan. Ngomong-ngomong, saya pernah baca buku tentang kehidupan
pramugari, tapi isinya bener-bener nggak masuk akal saking anehnya. Bikin ilfil. Saya
menyebutnya penulis seperti ini adalah penulis pemalas karena tidak mau repot untuk
melakukan riset. Ingat, pembaca sekarang kritis-kritis, loh!
3. Jika mencari data melalui internet, perhatikan sumber portal beritanya. Gunakan
portal berita yang memang sudah diketahui memiliki berita dan informasi yang akurat:
kompas.com, republika.com, bidanku.com, dan seterusnya. Jika Anda mengambil info
dari blogger, baca terlebih dahulu profil sang blogger, jika memang dari profilnya
terlihat dia memang kompeten menulis tema tersebut, why not? Hati-hati loh ya, karena
banyak juga blogger nakal yang asal co-pas info-info dan mempestingnya di blog. Ya
kalau info yang disontek benar, kalau salah? Repot, kan? Jadi, pastikan sumber yang
Anda ambil memiliki reputasi yang baik dan bonafide. Ada baiknya kita merujuk pada
situs atau blog besar yang menjadi rujukan banyak orang, seperti wikipedia ataupun
situs-situs majalah. Intinya, bila kita mengambil sebuah referensi, ambillah yang
terpercaya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemurnian dan kekuatan argumen
tulisan Anda di buku yang ditulis.

Tip:

Jangan sekali-kali meng-copy-paste secara utuh, sama persis seperti yang Anda baca di
buku, majalah, ataupun internet. Anda bisa meng-copy-paste secara keseluruhan jika
hal tersebut berupa definisi, langsung cantumkan sumbernya setelah menuliskan
kutipan. Namun, hal ini menjadi petaka jika opini seseorang, atau tulisan seseorang,
Anda copy-paste sama persis seperti naskah asli. Anda akan dituduh plagiat. Oh no!
Sebaiknya, baca sampai selesai, kemudian baru Anda tulis ulang dengan bahasa sendiri.

C. Cara Menyusun Bab dan Subbab agar Tidak Membosankan

Setelah tadi kita bahas cara menyusun kalimat yang asyik, sekarang mari kita perluas lagi topik
bahasan kita: menyusun bab dan subbab agar tidak membosankan. Pembaca buku nonfiksi
membaca buku karena mereka membutuhkan informasi. Bisa jadi sebenarnya si pembaca tidak
suka-suka amat baca buku, tapi karena memang sedang butuh referensi, akhirnya mereka
mencari buku, dan ketemulah dengan buku yang Anda tulis. Jadi, jangan biarkan pembaca buku
Anda mati bosan karena buku yang dibacanya kurang menarik.

Lalu, bagaimana caranya menyusun buku agar asyik dibaca sampai halaman terakhir?
Berikut tipnya:

1. Gunakan kalimat yang luwes, bukan susunan kalimat teoritis yang disalin dari sebuah
website. (Praktikkan apa yang sudah kita bahas di atas, ya.)
2. Sertakan gambar-gambar penunjang. Picture speak louder than word. Haha. Yes, selain
memanjakan pembaca dengan foto-foto cantik, tampilan buku Anda pun terlihat lebih
menarik dan membuat pembaca tidak mudah bosan. Gambar-gambar yang Anda
sertakan tentu yang berhubungan dengan topik yang sedang dibahas. Gambar tersebut
bisa Anda download dari internet, namun, jangan lupa cantumkan sumbernya ya.
Bagaimana cara mencantumkan sumber, nanti kita bahas setelah ini. Nah, untuk buku
ketrampilan, resep masakan, traveling, ataupun buku-buku yang memang harus ada
gambarnya ... sebaiknya foto-fotonya milik sendiri.
3. Beri tanda untuk kalimat-kalimat yang penting dan butuh perhatian pembaca. Anda bisa
menaruhnya dalam box atau dicetak dengan font berbeda atau huruf lebih besar. Selain
membuat tampilan lebih bagus, dengan begini pembaca akan lebih mudah mengingat
hal-hal penting yang ada di buku.
4. Sertakan quote-quote motivasi dalam buku Anda. Mungkin Anda bisa menaruhnya di
setiap awal bab atau justru di setiap akhir bab. Selain berguna untuk memberikan
penyemangat kepada pembaca, quote motivatif sperti ini akan membuat buku terlihat
lebih cantik dan menarik.
5. Layout. Nah, kalau ini tidak bisa Anda lakukan sendiri. Setelah buku Anda di-ACC
sebuah penerbit dan siap cetak, coba mintalah kepada editor Anda untuk membuat
layout yang tidak biasa. Misal, di bagian footnote, bisa ditaruh pernak-pernik kecil yang
ada di cover bukunya. Di setiap awal bab ada ilustrasi khusus, atau gambar yang bisa
Anda ambil dari cover, tulisan-tulisan yang di-highlight dicetak dengan warna yang
berbeda, dan lain-lain. Namun yang harus diingat adalah, jangan memaksakan hal ini
kepada editor karena biasanya setiap penerbit mempunyai standar sendiri atas layout
buku yang diterbitkan.

D. Cara Menyusun Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka dimaksudkan bukan hanya sebagai sumber referensi yang Anda pakai,
tetapi juga sebagai tanggung jawab moral atas hak kekayaan intelektual orang lain. Jadi, wajib
hukumnya untuk mencantumkan dalam daftar pustaka atas semua sumber yang Anda pakai
ketika menyusun buku nonfiksi. Sumber tersebut bisa dari buku, majalah, jurnal, ataupun
internet.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka
menurut Sistem Harvard, yaitu :

1. Setiap kepustakaan ditulis dengan jarak 1 (satu) spasi, dan jarak setiap kepustakaan
adalah 2 (dua) spasi.
2. Urutan kepustakaan disusun menurut abjad.
3. Huruf pertama dari baris pertama kepustakaan ditulis tepat pada garis batas kiri, tanpa
spasi indensi. Baris berikutnya, huruf pertama ditulis pada ketukan ke enam, yang
penting konsisten dalam penggunaannya.
4. Penulisan nama pengarang atau penulis, dilakukan dengan cara:
- Untuk penulis pertama: nama keluarga ditulis lebih dahulu secara lengkap,
diikuti tanda koma, kemudian baru nama pertama.
- Nama penulis kedua dan seterusnya, ditulis nama lebih dahulu.
- Tidak perlu mencantumkan gelar akademis dari penulis, seperti : Prof., Drs., Ir.,
MMA., dan sebagainya.
5. Antara nama penulis, tahun, judul, penerbit, kota dipisahkan dengan tanda titik (.)

Berikut adalah urutan menuliskan daftar pustaka dari sumber-sumber yang


Anda ambil.

1. Buku
Urutan penulisan kepustakaan sebagai berikut:
- Nama penulis
- Tahun penulisan
- Judul buku (dicetak miring)
- Data penerbit dimulai dengan tempat penerbitan (diikuti tanda titik dua) dan
nama penerbit
Contoh:
Baghci, Subroto. 2006. High-performance Entrepreneur. New Dellhi: Penguin Books
India.

2. Internet
Cara menulis format daftar pustaka dari internet adalah:
- Nama pengarang. Penulisan nama pengarang sama seperti aturan penulisan
nama pada daftar pustaka buku, yaitu nama depan ditulis di belakang.
- Judul (judul tulisan diberi tanda kutip).
- Tanggal akses.
- Alamat situs atau blog. Alamatnya harus berupa URL (Uniform Resource
Locator).

Contoh:

Aini, Ratu. Cara Beternak Itik Lampung. 15 Januari 2001.


http://ternakindo.com/2008/12/literasi-informasi-ternak-itik-nasional.html.
3. Jurnal

Pada era digital ini, jurnal bukan hanya berupa cetakan print out, namun sekarang
banyak jurnal digital karena perpustakaan modern sudah mempublikasikan jurnal
online agar lebih mudah diakses.

Berikut adalah cara penulisan daftar pustaka dari jurnal cetak:

- Nama penulis (tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan
berdasarkan alfabetis).
- Tahun penerbitan jurnal.
- Judul jurnal (judul tulisan diberi tanda kutip)
- Penulisan nama penerbit (pakai huruf miring)
- Penulisan volume atau edisi jurnal.

Berikut adalah cara penulisan daftar pustaka dari jurnal online:

- Nama penulis (tulis nama dari nama belakang kemudian nama depan
berdasarkan alpabetis). Cantumkan gelarnya.
- Tahun penerbitan jurnal
- Judul jurnal (judul tulisan diberi tanda kutip)
- Penulisan nama penerbit (pakai huruf miring)
- Penulisan volume atau edisi jurnal
- Alamat URL
- Tanggal pengambilan data tersebut

Contoh:

Ridjanovi, Midhat. PhD. Juli 2013. "Naive Translation Equivalent". Translation


Journal. Volume 17, No. 3. http://translationjournal.net/journal/65naive.htm. 10
Juli 2013.

4. Koran atau Surat Kabar

Artikel dari koran bisa menjadi referensi Anda, berikut adalah cara penulisan daftar
pustaka dari koran;

- Nama penulis
- Tahun penerbitan
- Judul artikel (judul artikel pakai tanda kutip)
- Nama koran (ditulis miring dan diikuti tanda koma)
- Tanggal penerbitan.

Contoh:

Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.

5. Majalah

Penulisan daftar pustaka dari majalah:

- Nama penulis
- Tahun penerbitan
- Judul artikel (judul artikel pakai tanda kutip)
- Nama majalah (ditulis miring dan diikuti tanda koma)
- Nomor edisi

Contoh:

Arifin, Lukman. 2012. Janji Politikus dan Janji Pengusaha. Gatra, IXXX.

6. Karya Tulis Ilmiah


Berupa: karya ilmiah praktik akhir, praktik kerja lapangan, skripsi, tesis, dan disertasi.
Urutan menyusun dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut:
- Nama penulis
- Tahun penulisan
- Judul (ditulis miring)
- Tempat penerbitan universitas atau institut (diikuti titik dua)
- Halaman

Contoh:

Rahardjo, Tri Budi W. 2000. Hubungan Erosi Gigi dengan Kebiasaan makan Pempek
di Palembang Sumatera Selatan. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga: 148-
160.
Contoh Daftar Pustaka:

Aini, Ratu. Cara Beternak Itik Lampung. 15 Januari 2001.


http://ternakindo.com/2008/12/literasi-informasi-ternak-itik-nasional.html.

Arifin, Lukman. 2012. Janji Politikus dan Janji Pengusaha. Gatra, IXXX.

Arifin, Mushallin. 2013. "Rahasia Sukses Menjadi IB Forex". KOMPAS, 2 Juni 2013.

Baghci, Subroto. 2006. High-performance Entrepreneur. New Dellhi: Penguin Books


India.

Rahardjo, Tri Budi W. 2000. Hubungan Erosi Gigi dengan Kebiasaan makan Pempek
di Palembang Sumatera Selatan. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga: 148-
160.

Ridjanovi, Midhat. PhD. Juli 2013. "Naive Translation Equivalent". Translation


Journal. Volume 17, No. 3, http://translationjournal.net/journal/65naive.htm, 10
Juli 2013.

Sutiono, Iwan. 2010. Penerapan 12 Langkah Hazard Analysis Critical Point (HACCP)
Pada Proses Pembekuan Fillet Ikan Kakap Merah (Lutjanus sanguineus) di PT.
Marindo Makmur Usaha Jaya Kabupaten Sidoarjo. Karya Ilmiah Praktek Akhir.
Akademi Perikanan Sidoarjo: 50-75.

Ya nggak harus sebanyak ini juga sih dibaca semua demi mencari referensi.
Chapter 4

Membuat Proposal Pengiriman Naskah ke Penerbit

Banyak sekali email masuk ke redaksi Stiletto Book yang hanya berisi naskah tok. Boro-boro
sinopsis atau profil penulis, kata pengantar saja nggak ada. Badan email pun dibiarkan kosong
melompong. Duh, sedih banget nggak sih kalau begini? Emangnya email redaksi dijawab sama
robot? Please, say hello terlebih dahulu. Editor pasti akan senang kalau disapa. Jangan lupa
untuk menyertakan kelengkapan naskah Anda, karena itu akan jadi salah satu bahan
pertimbangan kenapa penerbit harus menerbitkan naskah yang Anda kirimkan.

Ketika mengirim naskah ke penerbit, apa saja yang harus disertakan? Berikut adalah
checklist-nya:

1. Surat pengantar (boleh ditulis di badan email ataupun di file tersendiri)


2. Profil penulis
3. Data tentang naskah Anda
4. Bundel naskah ataupun sampel naskah

Kelengkapan ini berlaku untuk semua metode pengiriman, baik ketika mengirim
secara online ataupun dalam bentuk print out naskah. Mari kita bahas satu per satu ya.

A. Membuat Surat Pengantar

Surat pengantar seperti halnya ucapan permisi kepada penerbit tempat Anda mengirim naskah.
Tulislah secara singkat, jelas, dan sopan. Apa saja yang harus ada di surat pengantar pengiriman
naskah? Berikut adalah poin-poinnya:

- Tanggal dikirim surat


- Nama penerbit yang dituju
- Pembuka surat
- Isi surat yang menyatakan data singkat naskah Anda: judul dan genre naskah
- Penutup
- Nama lengkap Anda disertai dengan alamat email dan nomor telepon

Contoh:

Jogjakarta, 9 Maret 2015

Kepada Penerbit Stiletto Book

Di Jogjakarta

Selamat siang.

Halo Stiletto, perkenalkan, saya Herlina P Dewi, seorang perempuan yang saat ini berdomisili
di Jogjakarta. Saya tertarik menerbitkan naskah nonfiksi saya di Penerbit Stiletto Book karena
kita memiliki visi dan misi yang sama

Berikut adalah data singkat naskah yang saya kirimkan:

- Judul : Mahir Menulis Buku Nonfiksi


- Genre : Buku panduan
- Penulis : Herlina P Dewi

Bersama ini saya sertakan kelengkapan naskah berupa: profil penulis, data naskah, dan
sampel naskah. Silakan dicek di attachment, ya. Saya berharap semoga kita bisa bekerja sama
untuk menerbitkan naskah saya ini.

Terima kasih. Saya tunggu kabarnya.

Salam semangat

Herlina P Dewi

Email : herlinapdewi@gmail.com

Telp : 0274-9609484
B. Membuat Data Diri Penulis dan Data Naskah

Biasanya, sebelum mulai membaca naskah, editor akan melihat profil penulis dan juga data
naskah yang Anda kirim. Untuk itulah Anda harus menuliskan profil dan data yang menarik.
Apa saja yang pengin diketahui penerbit berkaitan dengan penulis-penulis yang mengirimkan
naskah ke kantor mereka? Berikut adalah contohnya. Anda bisa menambahkan hal-hal yang
sekiranya menjadi nilai tambah naskah Anda untuk diterbitkan.

I Data Pribadi Penulis


Nama
Jenis Kelamin
Usia
Minat
Pendidikan terakhir
(Sebutkan Jurusan, Fakultas,
Universitas)
Alamat sekarang
No. Telepon
Buku yang pernah diterbitkan
(Sebutkan judul, tahun dan nama
penerbitnya)
Karya yang pernah
dipublikasikan di media
(Sebutkan judul, tahun dan nama
medianya)

II Alamat Sosial Media


Email
Facebook
Twitter
Blog
Goodreads
Dll

III Tentang Naskah


Judul
Nama Pena
Genre
Sasaran usia pembaca
Keunikan naskah ini
Kenapa penerbit harus
menerbitkan naskah ini
Sinopsis naskah
(Tuliskan dalam +/- 200 kata)
IV Strategi Promosi
Komunitas yang diikuti
(Komunitas online/offline)
Potensi naskah saya dibaca oleh
member komunitas
Strategi promosi yang akan saya
lakukan jika naskahnya
diterbitkan

Keterangan:
I. Data diri penulis; berfungsi untuk mengenalkan diri Anda, apa latar belakang
pendidikan Anda, apa minat Anda, dan apakah Anda punya karya/buku yang pernah
dipubilikasikan. Keterangan ini sangat diperlukan oleh pihak penerbit untuk
mengetahui asal-usul Anda dan melakukan penilaian apakah Anda berkompeten
menulis buku tersebut.
II. Alamat sosial media. Mungkin menurut Anda tidak penting mencantumkan berbagai
alamat sosial media di data penulis. Padahal hal ini sangat diperlukan oleh pihak
penerbit untuk mengetahui sejauh mana Anda berkiparh di dunia per-online-an.
Penulis yang aktif di sosial media akan lebih disukai oleh penerbit karena hal ini akan
memperlancar aktivitas promosi setelah bukunya terbit. Walaupun hal ini bukan
semata-mata menjadi bahan pertimbangan penerbit, namun penulis yang memilki
teman dan followers banyak, aktif menulis di Blog, pasti akan mendapat poin plus dari
penerbit. Apalagi untuk penulis pemula, keaktifan Anda turut serta berpromosi di sosial
media sangat penting untuk mengenalkan buku yang Anda tulis kepada teman-teman
dekat ataupun komunitas Anda, sehingga penjualan bukunya akan lebih baik. Namun,
buat Anda yang tidak memiliki followers banyak di sosial media, jangan berkecil hati,
asalkan naskah Anda bagus dan berpotensi diserap pasar dengan baik, pasti terbit.
Banyaknya followers di sosial media hanya dipakai untuk menambah nilai jual naskah
Anda. Dan promosi kan tidak terbatas hanya di sosial media saja, ya?
III. Tentang naskah. Data tentang naskah sangat diperlukan penerbit untuk mengetahui
jenis naskah yang Anda kirim. Garis besar naskah yang Anda cantumkan akan membuat
penerbit lebih cepat menilai apakah naskah Anda potensial untuk diterbitkan atau tidak.
Tulislah keunggulan-keunggulan naskah Anda, misalnya dengan seperti ini:
- Walaupun sudah ada buku sejenis, namun naskah saya lebih lengkap ...
- Naskah ini sangat dibutuhkan oleh para remaja yang sedang mempersiapkan
ujian nasional, karena ....
- Naskah ini ditulis berdasarkan riset dan sharing pengalaman penulis selama
menjadi .... sehingga informasi yang disajikan lebih akurat.
IV. Strategi yang akan dilakukan penulis. Ini berkaitan dengan poin nomor II dan III.
Dengan jaringan penulis dalam sosial media dan komunitas, ditambah dengan
keunggulan naskah yang Anda tulis, maka naskah ini potensial dibaca oleh pembaca
dalam komunitas yang diikuti penulis karena .... (misalnya diisi dengan: (1) Setiap saya
membuat tulisan tentang resep baru, selalu mendapat respons positif, (2) Banyak
member baru di komunitas yang menunggu buku saya terbit karena saya sudah lumayan
lama menekuni dunia fotografi, (3) Saya adalah admin di komunitas merajut sehingga
saya bisa merekomendasikan buku saya kepada para member. Anda bisa membuatnya
sesuai dengan keunggulan naskah yang Anda tulis.
Untuk strategi promosi yang akan dilakukan, Anda bisa menyebutkan, misalnya:
- Melakukan giveaway di sosial media
- Melakukan bedah buku di komunitas
- Mengirimkan buku kepada public figure yang dikenal
- Melakukan workshop berkaitan dengan tema buku
- Dll.

C. Dos and Donts Ketika Mengirim Naskah ke Penerbit


Apa saja yang harus dilakukan ketika mengirim naskah ke penerbit?
- Sertakan surat pengantar, data penulis, dan data naskah
- Jika Anda mengirim naskah melalui email, tuliskan sedikit sapaan di badan
email
- Jika Anda mengirim naskah dalam bentuk print out, jilid rapi naskah Anda, jika
perlu, buatlah cover yang menarik, editor pasti lebih suka.
- Jika naskah Anda sudah diterima di salah satu penerbit, segera beritahu penerbit
lain tempat Anda mengirim naskah.

Apa saja yang tidak boleh dilakukan ketika mengirim naskah ke penerbit?

- Jangan sampai salah tulis nama penerbit, bikin ilfil editor


- Jangan mengirimkan naskah ke banyak penerbit dalam satu email, nggak sopan.
Yeay!
Lengkap sudah bekal Anda menulis buku nonfiksi.
Jadi, tunggu apa lagi?
Buka laptop Anda dan ... its time to write!

Coba yang nemenin nulis cowok kece gini ya? Pasti langsung semangat nulis!

Okay. Saya tunggu kiriman naskahnya untuk Stiletto Book, ya! ^^

Anda mungkin juga menyukai