Anda di halaman 1dari 32

#1 PONDASI MENULIS

MENULIS DARI

HATI

ALFI ALGHAZI
Penulis
Alfialghazi

Penyunting dan Tata Letak


Raden Tasya

Pendesain Sampul
Raffi Dominic

Penerbit
Lautan Ingatan
Medan, Sumatera Utara

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang


mengutip atau memperbanyak sebagian atau
seluruh buku ini dalam bentuk apa pun tanpa
izin penerbit
Pengantar
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dariNya
lah kita berasal kepadaNya lah kita akan kembali,
milikNya lah segala ilmu yang ada di alam semesta
ini, Ia memberi kepada siapapun yang Ia kehendaki.
Shalawat berangkai salam kita hadiahkan kepada
Rasulullah SAW pemimpin para Nabi, manusia paling
mulia. Amma ba’du.

Buku digital ini adalah catatan-catatan sederhana


tentang dunia kepenulisan, yang mencangkup
pengalaman penulis sendiri, dan tentu buku ini
hanyalah langkah awal setelahnya para pembaca
harus lebih mendalami setiap detailnya dan harus
banyak berlatih.

Namun yang paling penting kita tak akan pernah


bisa memberikan seseorang apapun jika kita tidak
memiliki sesuatu yang bisa kita berikan. Jadi penting
sekali selain mengandalkan pengalaman hidup kita
juga harus mengandalkan ilmu, ilmu adalah tentang
sesuatu yang pasti kita tahu dan pasti kebenarannya.

Semoga mendatangkan manfaat bagi penulis dan


bagi para pembaca, semoga menjadi catatan amal
jariyah bagi kita semua, niatkan segala sesuatu
hanya untuk Allah maka setiap yang kita lakukan akan
berbalas dan tercatat abadi sebagai kebaikan.

Selamat menyelam,
Salam hangat alfialghazi.
Daftar Isi

Senantiasa meluruskan niat ......................................................................... 7


Kenali diri kita ............................................................................................................. 9
Perbanyak referensi ............................................................................................ 12
Istiqomah dalam sesuatu .............................................................................. 15
Tips menulis .............................................................................................................. 17
Teknik Menulis .......................................................................................................... 20
Menyelesaikan projek buku ....................................................................... 28
Menulis dari
hati
1
Senantiasa
meluruskan niat
7

Pertama kali inti dari segala hal yang kita


lakukan di dunia ini adalah niatnya, maka kita
harus senantiasa meluruskan niat kita. Sebab
segala sesuatu yang disandarkan pada dunia
ia akan berakhir sedang yang disandarkan
pada Allah maka ia akan abadi.

Walaupun ikhlas adalah sesuatu yang tak


bisa kita klaim, tapi kita harus senantiasa
membersihkan diri kita agar terhindar dari
segala tujuan yang buruk.
2
Kenali diri kita
9

Kita harus kenal dan tahu betul bagaimana


kemampuan diri kita agar kita bisa mengukur
diri, agar kita tidak membicarakan sesuatu yang
sejatinya kita tak mampu, hingga akhirnya bukan
kebaikan yang kita tebarkan tapi keburukan. Jika
kita tidak tahu katakan tidak tahu, itu bukanlah
sebuah aib tapi itu menunjukkan betapa tingginya
adab kita terhadap ilmu, awal mula jadilah ahli
dalam suatu urusan insya Allah itu sudah bisa
menjadi bahan mentah bagi kita untuk menebar
manfaat lebih banyak.
Kita harus mengetahui jalan dan konsep dalam
menuntut ilmu agak kita juga bisa berbagi secara
maksimal

Setidaknya dasar-dasar semacam ini tak boleh


kita abaikan begitu saja tapi walaupun begitu
jangan pula jadikan beban, kita menulis sembari
terus belajar.
a. Penyusunan kalimat seusai dengan kaidah
bahasa yang berlaku atau menyesuaikan
bahasa kita sesuai dengan siapa yang kita
dakwahi (pembaca kita).
10

b. Mampu membedakan sudut pandang


kepenulisan baik sudut pandang pertama,
kedua atau ketiga
c. Kita juga harus tahu beberapa jenis tulisan,
seperti senandika (sederhananya syair pendek)
monolog (sudut pandang org pertama misal
aku) cerpen, puisi dan sebagainya.
d. Kaidah tambahan yang akan menunjang
penulis adalah pengetahuan tentang majas-
majas, baik hiperbola “melebih-lebihkan”
yang sudah sering kita dengar (misal kalimat
“kecantikannya bagai rembulan”) majas
personifikasi “menjadikan benda mati memiliki
sifat selayaknya manusia” (langit seakan
berbicara padaku tentang arti kesabaran,
lautan yang luas seakan berbicara padaku soal
penerimaan..”
3
Perbanyak referensi
12
Bisakah kita menulis tanpa membaca? Bisa. Tapi
tulisan kita tak akan tumbuh, tidak memiliki jiwa
apalagi sampai menyentuh hati pembaca, karena
kita butuh kosa kata untuk mengungkapkan apa
yang ada di dalam kepala kita. Jika kita jarang
membaca maka kita tak akan menemukan
diksi2 baru, meskipun membaca bukan hanya
soal menghabiskan tebalnya buku sebab zaman
sudah berkembang betapa banyak tulisan singkat
yang bertebaran di media sosial, kemudian
cintailah syair syair dan puisi agar ia membentuk
kalimat-kalimat kita menjadi lebih istimewa dan
indah, kelak meskipun kita menjelaskan sesuatu
yang rumit kita tetap bisa menyampaikannya
dengan bahasa yang sederhana dan indah untuk
dinikmati.

Kemudian jangan terlalu tenggelam dalam


diksi kita sendiri hingga orang susah mencerna
apa yang kita sampaikan, karena bahasa kita
yang kaku, atau karena kita menggunakan
kalimat yang keliru, menulis tanpa menggurui
terbentuk karena tulisan itu kita tunjukkan pada
diri kita sendiri, karena kita juga adalah seorang
pembaca.
13

Ingat bahwa kita mungkin punya batasan tapi


ilmu tak memiliki batasan, maka jangan berpuas
diri atas apa yang kita miliki hari ini berupa ilmu.

Kita harus membuat mind mapping apa yang


akan kita lakukan sebagai penulis hingga
beberapa tahun kedepan.

Contoh :
Membahas ttg hijrah (by pengalaman) >
membahas tentang cinta > membahas tentang
pernikahan. Dan seterusnya tapi kita bisa berikan
sentuhan berbeda dengan memberikan contoh
berupa sejarah baik itu Nabi ataupun para
sahabatnya itu akan memberikan cita rasa
berbeda dalam tulisan kita. Apalagi jika kita
belajar lagi ilmu agama secara sistematis maka
tulisan kita sangat bisa dipertanggungjawabkan.
Belajar bahasa Arab juga salah satu hal yang
sangat membentuk tulisan saya, sebab bahasa
Arab memiliki pola penulisa yang sangat unik, dan
itu banyak membuka cakrawala baru dalam gaya
penulisan saya pribadi.
4
Istiqomah dalam
sesuatu
15

Tidak ada ahli yang lahir dari rahim sekejap mata,


semua atas tempahan waktu yang lama dan
perjuangan yang menguras tenaga, saya sampai
di titik ini mungkin setelah 4 tahun menulis dan
terus menulis, mengasah kemampuan kemudian
mengupgrade nya, saya tak akan pernah puas
atas keadaan saya dan itu terus mendorong saya
berkembang.

Cintai apa yang kita lakukan, sebab ini


bukan pekerjaan ini adalah jalan kita untuk
mendapatkan pahala, mendulang banyak
kebaikan, menyelamatkan banyak orang. Sebab
bisa jadi di ujung sana ada yang sedang tertatih
hidupnya dan ternyata Allah selipkan hidayah dari
tulisan kita itu adalah nikmat yang tiada tara.
5 Tips menulis
17

Contoh-contoh tingkatan kalimat :


Level 1
1. Aku mencintaimu.
2. Menuntut ilmu itu memang melelahkan.

Level 2
1. Aku sangat mencintaimu.
2. Jalan terjal menuntut ilmu.

Level 3
1. Dalam matamu kutemukan kehidupan.
2. Kepayahan-kepahayan kita sepanjang jalannya
akan bertabur pahala.

Untuk meningkatkan level penulisan kita, butuh


proses, yaitu dengan banyak menambah
kosa kata baru, memperhatikan penyusunan
kalimatnya, kemudian mintalah seseorang
membacanya apakah ia bisa paham dengan
yang kita tulis, karena sebagus apapun diksi-
diksi kita tetap yang kita tuju adalah kepahaman
pembaca (sesuaikan dengan target audience
kita).
18
Walaupun terkadang lebih efektif menggunakan
kalimat sederhana bergantung pada target
pembaca kita, jenis buku apa yang kita susun.
6
Teknik Menulis
20
Apa yang saya bagikan ini bersifat pengalaman,
artinya akan banyak sekali teknik lain yang akan
teman teman jumpai, utamanya sebenarnya
semakin banyak kita menulis kita akan
menemukan karakter kita sendiri, tentu dengan
diiringi membaca cerdas dan belajar lebih
banyak lagi tentang isu-isu yang ingin kita angkat
kedalam tulisan.

1. Membuat Judul Yang Menarik


Ada banyak cara membuat judul yang menarik,
tapi yang paling sering digunakan adalah
menggabungkan kata yang bermakna positif
dengan kata yang bermakna negatif, ini juga
menjadi teknik copywriting yang banyak sekali
digunakan, contohnya less is more, small size
maximal perfomance, atau yang biasa saya
gunakan “Pura-pura mengejar akhirat”, tertipu
label hijrah, menikah tanpa pacaran, berlindung
di balik topeng agama, dan sebagainya. Ini akan
memancing audience untuk membaca tulisan
kita apalagi di Instagram yang efektif adalah
postingan Carousel atau berslide, minimal 3 slide.
Dengan pembagian Pembuka-Kalimat Inti-Kalimat
Penutup.
21
Kemudian kita juga bisa menggunakan sudut
pandang orang pertama dalam membuat
judul agar terkesan lebih personal, nasihat yang
disampaikan pun tidak akan terasa menggurui,
contohnya Ya Allah Aku Pulang, Maaf Tuhan Aku
Hampir Menyerah, Ya Allah Aku Rindu, Terimakasih
Diriku, untuk diriku sendiri, Maaf Tuhan Aku pernah
berzina, dan sebagainya.

Bisa juga menggunakan teknik pertanyaan,


misalnya ; bisakah menikah tanpa pacaran?
Jangan cari jodoh di sosial media? Masuk surga
tanpa hisab?. Atau juga bisa dengan membuat
judul yang lebih mengarah kepada tips-tips
contohnya ; jangan lakukan ini jika kamu tak
mau kehilangan jodoh, inilah penyebab kita
gagal masuk surga, inilah penyebab kita susah
istiqomah, dan sebagainya.

Ketika menentukan judul kita bisa menulis


beberapa pilihan, kemudian mencari yang paling
baik dan sesuai dengan isi tulisan kita, jangan
sampai judulnya ternyata tak ada kaitannya sama
sekali dengan isinya.
22
2. Memulai ide utama tulisan dengan dua kata
Jika kita kebingungan untuk memulai menulis apa,
maka kita bisa memulai dari dua kata baik itu kata
benda atau kata sifat yang kita ingat.
Contoh :
1. Air ; (Bermakna sesuatu yang ‘
menenangkan, sesuatu yang tak bisa
ditahan, sabar, dsb)
2. Rumah; (bermakna tempat untuk
mengistirahatkan diri, tempat pulang,
dsb)
“Aku hanya menjalani hidup ini bagaikan air, yang
mengalir begitu saja, mengikuti alirannya, menuju
tempat yang semakin rendah, walau kadang aku
juga tergenang lama dalam pusaran banyak
masalah, aku kebingungan mencari tenang,
mencari arti sebenarnya kehadiranku di dunia
ini, aku telah kehilangan banyak hal, dan kini aku
hanya ingin pulang, pada rumah yang menerima
segala kekurangan”, Dst.

Jadi ini sebenarnya pengembangan dari satu


kata yang itu kita masukkan ke dalam majas
personifikasi.
23
3. The theater of mind
Jadi dalam pembuatan naskah film biasanya
akan ada pembahasan mengenai the theater
of mind, agar apa yang digambarkan dalam
film tersebut mampu dicerna dengan baik oleh
penonton. Begitu juga dalam penulisan, kita harus
menggambarkan sesuatu melalui tulisan dengan
jelas dan tepat, tidak bertele-tele, tidak terburu-
buru. Agar pembaca kita tahu apa yang kita
maksud dan agar mereka terbawa pada situasi
yang kita inginkan, ketika kita menulis kesedihan
mereka sedih, ketika kita menulis hal yang
membahagiakan mereka juga rasakan bahagia,
ketika kita tuliskan tentang suasana pantai
mereka yang membaca seolah-olah sedang di
pantai.

Jadi kita juga harus paham dengan jelas situasi


asli sesuatu yang ingin kita tulis, itulah kenapa
kalau kita sedang galau tulisan kita terasa sangat
mengalir, karena kita paham situasinya dan
merasakan langsung. Tapi penulis yang sudah
profesional tidak perlu menunggu hingga patah
hati untuk menuliskan sesuatu yang berhubungan
dengan itu, sebab ia bisa menggunakan cerita
24
orang lain sebagai pemancing, atau dia
mengingat-ingat cerita yang pernah ia lalui di
masa lalu.

Contoh kalimatnya adalah :


“Di tepian pantai aku berjalan, menapaki
langkah yang sudah tak pasti lagi, hari-hari
yang diharapkan telah hancur, terseret ombak
ketidak pastian, sore kian tenggelam, malam
sudah bersiap datang. Sedang aku masih tertatih
dalam kesakitan yang entah kapan sembuh ini.
Termenung aku sendiri, menangis terisak perih,
betapa berat takdir yang harus dijalani. Tapi apa
lagi yang bisa aku lakukan, aku akan mencoba
menjadi samudera dalam kehidupan, menelan
semua hal tanpa merubah jati diriku sendiri
pergilah meski tak seindah kepergian senja.
Intinya kita perlu kalimat pengantar atau
pembuka kemudian baru masuk kedalam inti
permasalahan, dan terakhir tutup dengan kalimat
yang terasa dalam.
25
Berhenti menggunakan kalimat ini jika tulisan kita
tak mau terasa menggurui :

a. Sudah paham kan?


Ini seolah-olah menempatkan posisi kita sebagai
guru, sebagai seseorang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi. Bisa diganti dengan bagaimana
rasanya menelan kepahitan cinta? Bukankah kita
sudah tahu hal-hal yang demikian? Kenapa tak
kunjung mengamalkan padahal ilmu itu telah kita
hafalkan?

b. Kalau aku sih


Kalimat ini terkesan merendahkan pembaca)
bisa diganti dengan mungkin kita bisa memulai
dengan menenangkan diri

c. Kamu saja yang tidak mau sadar.


26
Usahakan dalam bagian-bagian tertentu,
utamanya dalam tulisan yang ia adalah inti dari
pembahasan untuk menggunakan imbuhan yang
akhirnya sama karena itu akan membuat tulisan
kita nyaman dibaca sehingga pembaca akan
bertahan sampai akhir.

Contoh kalimat yang imbuhan akhirnya tidak


sama:
Berjalanlah dengan perlahan sebab dengannya
kita bisa melihat lebih jelas.

Contoh kalimat yang imbuhan akhirnya sama:


Berjalanlah dengan perlahan sebab dengannya
kita bisa lebih merasakan kehidupan.

Kalimat kedua akan lebih nyaman untuk dibaca.

Latihan: Buatlah kalimat yang memiliki imbuhan


akhir yang sama.
7
Menyelesaikan
projek buku
28
Tidak ada ketentuan waktu untuk menyelesaikan
sebuah buku, semua tergantung pada tingkat
kesulitan buku tersebut. Tapi jika kamu mau
menulis buku maka perhatikanlah beberapa hal
ini:

a. Perlunya riset mendalam apa yang ingin kamu


tulis.
kumpulkan paling tidak 3-7 buku yang berkaitan
dengan tema yang ingin kamu tulis, selesaikan
buku tersebut kemudian buatlah ringkasan
tentang buku tersebut, dimulai dari kelebihan
dan kekurangannya, kemudian konsep buku
tersebut apa saja isinya, apa yang dibahas di
awal, apa yang dibahas di pertengahan dan apa
yang dibahas di akhir. Biasanya pembahasan
awal adalah cerita tentang alasan menulis buku
tersebut atau masalah yang akan diselesaikan
dalam buku tersebut, kemudian masuklah ke
pembahasan inti dan ditutup dengan tulisan
yang paling ringan tapi mencangkup poin-point
penting.

b. Riset secara langsung bila perlu.


Berkaitan dengan kondisi sebuah tempat misalnya
29
yang ingi kamu tulis contoh di stasiun aku
melepasmu, maka kita harus tahu suasana stasiun
itu bagaimana, atau setelah hujan mereda, itu
kita bisa rasakan apa sih feel terdalam setelah
hujan itu. Atau juga memperhatikan langsung
orang yang mengalami sebuah masalah yang
masalah itu kita jadikan objek dalam buku, misal
bagaimana pengaruh pacaran itu pada karakter
seseorang, atau apa keinginan orang yang
sedang mengalami depresi, ditambah juga kita
bisa berdiskusi dengan ahli di bidang yang ingin
kita angkat dalam buku kita. Ini penting agar buku
kita itu memang berisi.

c. Kadang judul dulu baru isi kadang sebaliknya.


Jangan sampai kamu dipusingkan oleh judul lalu
lupa menulis isinya, mana yang lebih dulu bisa
kamu kerjakan maka kerjakan, bahkan untuk
isi buku sendiri saya kadang menulis acak dari
bagian belakang dulu depan dan sebagainya.
Tidak ada karya yang sempurna yang ada selesai
atau tidak.
30
d. Mintalah seseorang yang dia memang sudah
sering membaca buku.
Apalagi dia yang juga penulis untuk membaca
tulisanmu agar dia bisa memberikan pendapatnya
untuk tulisanmu.

e. Bacalah dengan suara


Membaca dengan suara tulisan kita akan
membuat kita lebih mendapatkan feel-nya,
kemudian kita akan sadar jika ada kata atau
kalimat yang kurang tepat.

Menulis buku merupakan proses yang tidak instan,


saran saya tak perlu terburu-buru, perbanyak
saja dulu menulis di platform media sosial,
mendapatkan pembaca, menebar manfaat,
membahas banyak topik, utamanya yang kita
kuasai. Nanti tulisan tulisan itu bisa kita kumpulkan
kemudian menjadi sebuah buku.
31
Adab-adab dalam menulis atau menyelesaikan
buku:

1. Jangan pernah lupa untuk mengucapkan


basmalah
2. Usahakan dalam keadaan berwudhu
3. Sebelum menulis lakukanlah kebaikan secara
umum (Shalat, Berdzikir, beristighfar,
bersedekah, dan sebagainya)
4. Jangan mendengarkan musik saat penulisan
ataupun penyuntingan naskah
5. Perbanyaklah berdoa kepada Allah.
Tidak ada yang saya ingin selain melihat kebaikan
senantiasa tersebarkan, bertumbuhnya banyak
penulis-penulis baru, yang kokoh ilmunya, yang
jelas kebenarannya, pena-penamya tajam
mencabik-cabik keburukan, sampaikanlah
dengan tulus apa yang ingin kita sampaikan,
semoga Allah jadikan kita tentaraNya yang Dia
ridhoi.

Zadanallah Ilman wa hirsa.`

Anda mungkin juga menyukai