Anda di halaman 1dari 98

qwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfgh
TIPS SUKSES
jklzxcvbnmqwertyuiopasdf
MENULIS BUKU NONFIKSI
Oleh :
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
Afin Murtie
pasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
Dipersembahkan oleh: Penulispro.com (Antimainstream Online Media) &
Penulispro.net (Komunitas Penulis Produktif Terbesar Indonesia)

Dari Penulis
Alhamdulillahirobbilalamin penyusunan buku menulis nonfiksi ini bisa terselesaikan
juga. Segala puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menuangkan ide menulis dalam sebuah
buku. Shalawat serta salam tercurah bagi baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menuntun umat Islam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada ibu dan bapak yang
telah mengasuh dengan penuh sayang dan pengertian. Terima kasih kepada dukungan dan
cinta yang tak henti dari suami Marzuqi Yahya, dan anak-anak Alfons serta Finka.
Terima kasih kepada adik, kakak, dan sahabat yang telah menginspirasi dan menemani saat
sedih dan bahagia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan tim re! Media Service
(Agensi naskah) dan segala bantuannya selama ini terhadap karier penulis. Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin YRA.
Menulis, bukanlah sebuah cita-cita yang dulu termasuk dalam daftar capaian yang
hendak menjadi tujuan penulis di masa muda. Namun, hobi dan panggilan jiwa untuk berbagi
hal-hal positif dan bermanfaat menggelitik minat untuk menuangkan semua pengetahuan dan
pengalaman ke dalam buku yang bisa dibaca oleh semua peminatnya.
Inilah mengapa setelah melalui proses yang cukup berliku, akhirnya penulis memilih
menggeluti kepenulisan nonfiksi. Mulai dari psikologi yang sesuai dengan back ground
pendidikan penulis, marketing dan bisnis sebagai aktualisasi diri, parenting dan keluarga yang
ditulis berdasarkan pengalaman selama 16 tahun berumah-tangga, masakan dan ketrampilan
sebagai aplikasi hobby, sampai dengan berbagai buku agama, pengobatan herbal, dan
budidaya yang menggandeng sejumlah narasumber terpercaya.
Akhirnya, bukan karena kebetulan jika saat ini bidang kepenulisan nonfiksi masih
menjadi tantangan bagi penulis untuk senantiasa menaklukkannya. Ada gairah dan
pembelajaran yang sarat arti ketika mulai mengumpulkan bahan, menyusun kata, dan
menampilkannya sebagai tulisan yang layak terbit.
Bukan penulis sendiri yang nanti akan menentukan apakah naskah tersebut memang layak
untuk dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Peran serta agensi, penerbit, editor,

desainer, dan pihak terkait sangat membantu dan mewarnai naskah yang telah tersusun untuk
layak konsumsi.
Ketika ada tawaran untuk menuangkan pengalaman kepenulisan nonfiksi tersebut
dalam sebuah naskah. Penulis dengan senang hati menerima kepercayaan tersebut. Bukan
karena penulis merasa telah mahir menyusun naskah nonfiksi, namun sebagai ungkapan
syukur akan adanya dukungan dan semangat untuk membuatnya menjadi nyata. Buku ini
hadir sebagai gambaran proses kreatif yang selama ini coba penulis jalani dan terapkan.
Pastilah banyak hal yang berbeda dan mungkin kurang sesuai dengan pemikiran serta kondisi
pembaca.
Oleh karenanya penulis mengucapkan maaf sebelumnya apabila ada pendapat dan cara yang
kurang sesuai menurut pembaca. Jika ada hal positif yang bisa diambil dari naskah ini maka
itu datangnya dari Allah SWT. Dan jika ada hal yang kurang berkenan bagi pembaca itu
datangnya dari diri penulis sendiri. Terima kasih dan salam hangat dari Sidoarjo yang tetap
sejuk meskipun sebagian wilayahnya diterjang lumpur.
Januari 2013,

(Penulis)

Daftar Isi
(i)
(ii)

Daftar Isi
Dari Penulis

Bab I. Terdampar Di Bidang Literasi


A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi
B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi
C. Berbagai Bidang Karya Nonfiksi/Jenis-Jenis Naskah Nonfiksi
D. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis

Bab II. Berkenalan Dengan Dunia Penerbitan


A. Bedah Dapur Buku Nonfiksi
B. Pahami Hubungan Dengan Penerbit
C. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi Penulis
D. Menimang dan Melepas Naskah
E. Waspada Dengan Jenis dan Sistem Pembayaran

Bab III. Menggali Ide Kreatif.


A.
B.
C.
D.

Membuka Keenam Indra


Hebatnya Hubungan Baik
Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa
Rahasia Sumber Ide Yang Original.

E. Memilih Judul Yang Mengena


Bab IV. Membuat Kisi-Kisi
A.
B.
C.
D.

Memahami Outline Atau Proposal


Menuangkan Ide.
Mencari Sistem Pendukung
Cerdas Dengan Outline Memikat

Bab V. Menulis Nonfiksi Bukan Buku Diktat


A. Pahami Pokok Bahasan
B. Mengumpulkan Data
C. Wawancara Narasumber
D. Mengambil Foto Pendukung
E. Menulis Dengan Hati
F. Self Editing
G. Attitude, Penunjang Kesuksesan Menulis

(iii)

Daftar Pustaka

(iv)

Profil Penulis

BAB I
TERDAMPAR DI BIDANG LITERASI

Buku-buku nonfiksi
Sumber : dokumen pribadi
Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pemikiran penulis untuk menggeluti bidang
kepenulisan nonfiksi sebelumnya. Membayangkan menyusun skripsi saat kuliah S1 dulu saja
rasanya begitu menghabiskan energi. Apalagi harus menyusun berbagai buku yang saat ini,
Alhamdulillah telah tersebar di beberapa toko buku dan internet. Namun, penulis yakin
bahwa semua bukanlah kebetulan semata. Adanya rencana Allah SWT diiringi dengan usaha
untuk terus mengembangkan potensi dan memperbaiki diri menjadi kunci kenyamanan
menyusun buku nonfiksi. Lalu, mengapa harus nonfiksi dan apakah sebenarnya inti dari
kepenulisan nonfiksi itu sendiri?

A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi


Kepenulisan nonfiksi merupakan karya tulis yang mendasarkan pada pengetahuan,
teori, data, dan pengalaman nyata yang ada di sekitar kita. Dikatakan sebagai kepenulisan
nonfiksi karena apa yang diungkapkan merupakan hal yang benar-benar terjadi atau fakta.
Bukan sebuah karangan apalagi khayalan yang disampaikan ke dalam sebuah tulisan. Karena

karya nonfiksi sendiri kebanyakan bukan merupakan sarana hiburan. Membaca karya
nonfiksi seharusnya membuat seseorang menjadi bertambah pengetahuannya.
Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi lebih mengerti.
Inilah mengapa sebenarnya ada satu beban mental ketika kita memutuskan untuk menerima
tawaran menulis nonfiksi.
Beban untuk menuliskan segala hal yang memang terjadi secara nyata, beban untuk
mengungkap teori secara benar, beban untuk memengaruhi pembaca agar melakukan saran,
tips, dan aplikasi nyata dari beberapa panduan pada naskah kita. Oleh karenanya sebelum
terjun ke dalam bidang kepenulisan nonfiksi, sepertinya kita perlu mempersiapkan diri untuk
memahami pengertian menulis karya nonfiksi itu sendiri.
Jika kita katakan bahwa karya kepenulisan nonfiksi harus mendasarkan diri pada
fakta, teori, dan pengalaman nyata maka kemudian kita tentu akan berpikir bagaimana
mungkin kita bisa menyusun kata-kata sendiri? Tentu saja di sinilah fungsi dari seorang
penulis nonfiksi, yaitu menyusun semua data, teori, dan pengalaman diri sendiri maupun
orang lain ke dalam bahasa yang mudah dimengerti.
Ketika kita menuliskan tentang strategi marketing untuk orang awam/tidak pernah
bersentuhan langsung dengan marketing misalnya, maka bahasa yang digunakan haruslah
mudah dipahami oleh siapapun pembacanya.
Jika pembaca menjadi paham dan mudah mengaplikasikan tips praktis dalam
menjalankan marketing seperti yang kita tulis, maka dapat dikatakan penyampaian kita cukup
mudah dimengerti. Sebuah tantangan bagi penulis nonfiksi untuk mengungkapkan teori dan
fakta menjadi satu susunan naskah dengan bahasa yang mudah dipahami.
Dari sekilas pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa karya nonfiksi
adalah :

Sebuah karya kepenulisan yang disusun berdasarkan teori, fakta, dan data nyata.
Karya nonfiksi tidak bisa dikarang, direka-reka, dan ditulis dengan sistem kira-kira.
Semua harus melalui pemahaman terhadap teori tertentu yang mendasari adanya
pengetahuan tentang tema sebuah tulisan. Misalnya ketika seseorang menulis tentang
mengasuh anak, maka tidak bisa kemudian mereka menyusun secara kira-kira.

Minimal ada teori tentang pengasuhan anak yang bisa menjadi acuan pokok, meskipun
bisa saja kemudian diberi penambahan, pengurangan, dan pengubahan. Meskipun belum
pernah memiliki anak atau tidak pernah mengasuh anak-anak mereka sendiri, minimal si
penulis tahu hal-hal utama dalam pengasuhan anak. Misalnya jika ada anak yang
menangis keras maka bisa saja ada beberapa hal yang membuat si anak tidak nyaman.

Dibuat dengan tujuan memberikan informasi kepada para pembaca.


Sebagian besar karya nonfiksi bukan bersifat sebagai hiburan. Karya nonfiksi lebih
banyak berfungsi sebagai pemberi informasi tambahan kepada para pembacanya. Kecuali
apabila si pembaca memang memiliki hobby sesuai dengan tema karya nonfiksi tersebut.
Maka bisa saja mereka beranggapan bahwa karya itu cukup menghibur. Misalnya saya
yang suka memasak, akan merasa terhibur jika membaca dan melihat-lihat gambar
masakan di sebuah buku resep kuliner nusantara.
Karena dibuat untuk memberikan informasi inilah maka karya nonfiksi memerlukan
berbagai tahapan sebelum dicetak. Terutama dalam hal pengumpulan data ketika proses
kepenulisannya. Juga adanya fakta dan contoh konkret yang disebutkan di dalam buku
nonfiksi tersebut.

Memerlukan study pustaka, informasi data, narasumber, survey, penelitian, dan


pengalaman.
Menulis sebuah karya nonfiksi, tidak mungkin mengandalkan imaginasi semata.
Kepenulisan nonfiksi membutuhkan data akurat karena bisa jadi buku tersebut akan
menjadi acuan bagi seseorang untuk mengerjakan hal penting. Misalnya bagi mereka
yang akan mencoba berbisnis online, maka membeli dan membaca buku tentang bisnis
online akan mendasari langkah membangun bisnis tersebut.
Bagaimana jadinya apabila buku bisnis online yang disusun ternyata hanya mendasarkan
pada sistem kira-kira? Kembali kepada beban mental kepada para pembaca apabila
memang kita sebagai penulisnya ternyata tidak menyajikan fakta akurat.
Inilah yang membuat karya nonfiksi memerlukan adanya study pustaka, membaca
kembali buku sejenis atau yang berkaitan untuk mengambil pemahaman dan
perbandingan dengan naskah yang akan kita susun. Memerlukan adanya data yang bisa
didapatkan dari beberapa cara yaitu survey, penelitian, mendasarkan pengalaman, dan
pembahasan oleh narasumber terpercaya.

Bisa disusun sendiri atau gabungan beberapa penulis dengan kompetensi seimbang.

Karya nonfiksi bisa disusun oleh satu orang dan bisa juga oleh beberapa orang penulis.
Yang pasti setiap penulis perlu memahami adanya kompetensi seimbang dalam
penyusunan buku tersebut. Karena nantinya nama yang dipakai adalah nama berdua atau
gabungan beberapa orang. Jika salah satu kurang kompeten maka naskah yang dihasilkan
akan terasa timpang dan bisa saja dikembalikan karena kurang layak terbit.

B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi

FIKSI

NON
FIKSI

Karya nonfiksi dan fiksi sangat berbeda


Seseorang dikatakan telah menjadi penulis apabila mereka telah menghasilkan karya
yang bisa dinikmati oleh khalayak umum. Banyak cara agar tulisan kita bisa dan layak
untuk dibaca.
Setiap penulis memiliki ciri khas dan bidang khusus yang bisa digelutinya. Di antara
pilihan bidang kepenulisan tersebut ada dua yang mendasar, yaitu bidang kepenulisan fiksi
dan nonfiksi. Berbedakah keduanya? Tentu saja berbeda karena ide, tema, cara kepenulisan,
tujuan, dan hasil karya naskah fiksi dan nonfiksi sendiri memang berbeda.
Berikut perbedaan antara karya fiksi dan nonfiksi :
Karya Fiksi

Karya Nonfiksi

Berupa penulisan naskah cerita atau

Berupa penyusunan naskah dari fakta

kumpulan cerita.
Tidak bertujuan memberi informasi

yang ada.
Bersifat memberi informasi

Ide naskah bisa bersifat nyata dan

Ide naskah bersifat nyata dan ada

khayalan
Pembuatan

faktanya
Pembuatan naskah didasarkan atas data

imaginasi penulis
Tokoh dan setting yang dibuat bisa

dan fakta yang terkumpul


Tokoh dan setting yang dibuat bersifat

bersifat khayalan semata


Penulis disebut juga sebagai pengarang

nyata
Penulis disebut juga sebagai penyusun

Menggunakan kata-kata indah, berona,

Menggunakan kata-kata lugas

naskah

didasarkan

atas

dan seringkali hiperbola

Demikian sekilas beberapa perbedaan karya fiksi dan nonfiksi. Yang pasti karya fiksi
identik dengan roman, novel, cerpen, dan kumpulan cerita. Sedangkan karya nonfiksi identik
dengan buku-buku serius seperti parenting, bisnis, ekonomi, kesehatan, budidaya, pertanian,
dan beberapa bahasan lainnya.
Terdapat perbedaan mendasar antara karya fiksi dan nonfiksi sehingga nantinya terdapat
perbedaan mendasar pula terhadap penulis dan cara menulisnya. Bisa saja sebenarnya
seorang penulis mengarang karya fiksi sekaligus menyusun karya nonfiksi di lain waktu atau
bersamaan.
Namun, nantinya akan terlihat bahwa seorang penulis merasa lebih nyaman mengarang karya
fiksi atau lebih nyaman menyusun karya nonfiksi. Keduanya memiliki dunia yang berbeda,
pembaca yang berbeda, dan kepentingan yang berbeda pula.
Jadi tak ada alasan yang bisa dibuat untuk membuat karya nonfiksi dan fiksi tersebut
bersaing. Jika ada seorang penulis yang bisa membuat kedua karya tersebut sama baiknya
maka dia bisa dikatakan sebagai penulis serba bisa.
Tetapi kebanyakan seorang penulis hanya mampu menjalani salah satu bidang kepenulisan
lebih baik daripada bidang lainnya. Misalnya lebih menghasilkan karya berbobot ketika
menulis buku fiksi atau ketika menulis buku nonfiksi.

Nantinya dalam kepenulisan buku nonfiksi-pun seorang penulis terfokus lagi pada beberapa
tema yang dikuasainya. Baik penguasaan karena adanya latar belakang pendidikan sesuai
dengan tema tersebut, adanya pengalaman, dan adanya data dari pihak lain.

C. Jenis-Jenis Naskah Nonfiksi


Karena buku ini akan membahas tentang seluk beluk kepenulisan nonfiksi, maka yang
kita ulas pertama kalinya adalah jenis-jenis karya nonfiksi itu sendiri. Karya nonfiksi
memiliki beberapa jenis yang perlu diketahui, yaitu :
1) Cerita nonfiksi/kisah nyata
Jika fiksi menuliskan tentang kisah sebagai hasil karangan penulis yang penuh dengan
imaginasi, maka cerita nonfiksi didasarkan pada kisah nyata. Banyak cerita nonfiksi
yang kemudian dicampur dengan penulisan ala fiksi yaitu penuh dengan bahasa indah,
berona, dan hiperbola.
Apabila kemudian karya tersebut dibubuhi dengan tambahan kisah dari hasil
imaginasi penulis, maka selanjutnya karya tersebut bisa dinamakan dengan faksi.
Yaitu karya fiksi yang didasarkan atas kisah nyata. Contoh faksi antara lain : novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Cerita nonfiksi ini bisa jadi akan berbentuk semacam reportase bagi cerita yang tidak
dibumbuhi oleh bahasa kiasan, berona, dan hiperbola. Seperti halnya cerita tentang
berbagai peristiwa di dalam surat kabar atau media lain. Di sana ditulislah cerita
dalam bentuk reportase atau laporan pandangan mata.
Contoh :
- Buku Detik Demi Detik oleh Nagiga Nur Aryati terbitan Rumah Orange.
- Buku antologi Story Cake for Ramadhan oleh Lygia Pecanduhujan dkk terbitan
Gramedia Pustaka Utama
2) Biografi/kisah perjalanan hidup seseorang
Biografi adalah kisah perjalanan hidup seseorang. Biasanya biografi dibuat untuk
menceritakan kisah seorang tokoh terkenal seperti presiden, agamawan, artis,
politikus, penemu, dan tokoh lainnya yang banyak menginspirasi masyarakat luas.
Penulisan biografi didasarkan atas cerita si tokoh, keluarga, saudara, teman, dan
koleganya. Serta dibubuhi pula oleh berita dari media yang mengabarkan tentang
tokoh tersebut.

Saat ini di Indonesia biografi banyak dibuat sebagai bentuk pencitraan diri seseorang
yang akan maju pada pilihan kepala daerah atau berbagai jabatan penting lainnya. Jika
biografi ditulis sendiri oleh si tokoh, maka karya tersebut disebut dengan otobiografi.
Di dalam sebuah biografi atau otobiografi ditulislah kisah perjalanan hidup seseorang
mulai dari masa kecil atau bahkan sebelum kelahirannya sampai dengan kisah
suksesnya. Oleh karenanya yang dibuat biografi adalah kisah orang-orang yang
sukses.
Hal ini untuk memberikan inspirasi kepada orang lain agar memiliki semangat yang
sama dalam menempuh kesuksesan hidup. Meskipun pada perkembangan selanjutnya
karya biografi seringkali dibuat sebagai salah satu bentuk pengenalan diri atau
kampanye sebelum maju menjadi sosok pemimpin baik di daerah maupjn tingkat
nasional.
Contoh :
-

Buku biografi BJ Habibie


Buku biografi Barrack Obama
Dan sejenisnya

3) Laporan penelitian, skripsi, dan tesis


Beberapa karya ilmiah, laporan penelitian, skripsi, dan tesis bisa disebut sebagai karya
nonfiksi. Karena naskah yang disusun dalam karya tersebut murni sebagai hasil
pengolahan data yang diambil dari survey dengan berbagai metode dan penghitungan
akurat.
Laporan penelitian ini biasanya juga bisa diterbitkan dalam bentuk jurnal dan buku
ilmiah yang bisa memberikan tambahan informasi terkait dengan bidang yang diteliti.
Oleh karenanya bisa dikatakan setiap orang yang pernah membuat karya ilmiah
semacam ini bisa dikatakan bisa menulis karya nonfiksi. Tetapi perkembangan
selanjutnya tergantung dari minat dan kemampuan mereka untuk beradaptasi di dunia
literasi.
Hanya saja karya ilmiah semacam skripsi dan hasil penelitian biasanya tidak
dipublikasikan dan dibuat untuk kalangan sendiri. Namun pada perkembangan
selanjutnya karya ilmiah tersebut bisa menjadi salah satu daftar pustaka kepenulisan
nonfiksi.

Karena di dalamnya memuat hal-hal yang telah dibentuk melalui proses survey atau
penelitian dengan tingkat validitas yang disebutkan juga di dalamnya. Untuk
membuat karya ilmiah ini sebagai salah satu bahan referensi, kita perlu
mencantumkan juga penulis dan lembaga yang menaungi mereka.
Contoh :
- Skripsi mahasiswa fakultas psikologi Unair-Surabaya tahun 1999 tentang
-

Perbandingan tingkat kepuasan diri siswa SD negeri dan swasta di Surabaya.


Skripsi mahasiswa Institut Pertanian Bogor tentang Teknik Baru Budidaya

Paprika.
Dan sejenisnya.

4) Buku pelajaran sekolah/kuliah


Karya nonfiksi juga bisa ditemui dalam penyusunan buku pelajaran untuk siswa
sekolah dan mahasiswa. Di samping buku pelajaran, kumpulan soal yang berfungsi
sebagai latihan juga bisa digolongkan ke dalam karya nonfiksi. Maka bisa dikatakan
juga setiap pendidik atau guru bisa menghasilkan karya nonfiksi baik tentang
penyusunan bahan ajaran sesuai dengan kuriikulum atau penyusunan soal-soal
sebagai latihan siswa-siswi mereka.
Beberapa karya nonfiksi yang berbentuk buku pelajaran/diktat antara lain :
Buku-buku pelajaran utama
Buku-buku penunjang pelajaran
Kumpulan soal bagi tiap tahap sekolah
Kumpulan soal mata pelajaran tertentu
Rangkuman materi pembelajaran
Kamus bahasa asing
Kumpulan rumus matematika
Dsb
Contoh :
-

Kumpulan Sola-Soal Unas


Kamus Bahasa Arab untuk Madrasah
Dan sejenisnya

5) Buku Agama
Buku agama, apapun kepercayaannya dikatakan sebagai karya nonfiksi. Karena buku
agama tidak mungkin disusun berdasarkan khayalan si penulis. Buku agama disusun
berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Contohnya buku tentang agama Islam
disusun berdasarkan Al Quran, Hadist Rasulullah SAW, dan ijtihad para ulama.

Buku agama bisa ditulis dengan berbagai gaya, mulai dari gaya bercerita sampai
dengan pemakaian poin-poin praktis untuk dipraktekkan. Yang pasti buku agama
menunjang pembelajaran terhadap ketentuan, aturan, dan adab sesuai dengan agama
yang dibahas di dalamnya.
Banyak buku agama yang beredar di pasaran dan biasanya ditulis oleh penulis
nonfiksi yang memiliki bekal pengetahuan tentang agama bersangkutan. Bisa juga
ditunjang oleh keberadaan satu lembaga keagamaan dan narasumber yang
berkompeten.
Contoh :
- Panduan Fiqih Imam Syafii (Ringkasan kitab Kitab Fathul Qorib Al Mujib) oleh
-

Marzuqi Yahya penerbit Al Maghfiroh


Etika Islam, Menuju Kehidupan Yang Hakiki oleh Hasan Ayub, penerbit Trigenda
karya.
Dan sejenisnya.

6) Buku motivasi
Buku motivasi digolongkan sebagai karya nonfiksi, mengapa? Bukankah buku
motivasi seringkali memuat tentang cerita-cerita yang kadangkala diubah kembali
sesuai dengan selera dan kemampuan seorang penulis?
Buku motivasi dikatakan sebagai karya nonfiksi karena pasti ada kisah nyata yang
melatarbelakangi adanya susunan tulisan yang terangkai menjadi motivasi tersebut.
Tumbuhnya buku motivasi karena adanya kesuksesan yang mendasari. Misalnya
kesuksesan penulis, tokoh inspiratif, maupun hal lain. Sehingga memunculkan ide
untuk berbagi dan memberikan informasi kepada orang lain tentang motivasi yang
mendasari kesuksesan tersebut.
Buku motivasi tidak hanya berisi tentang kisah tokoh yang bisa membuat seseorang
termotivasi saja tetapi juga bisa berisi tentang hal-hal lain yang memunculkan
motivasi. Misalnya tentang cerita dari berbagai belahan dunia, kisah nyata dari
berbagai sumber, sampai dengan cerita binatang dan perilaku mereka.
Contoh :
- 30 Hari Menggapai Kebahagiaan Hidup oleh Marzuqi Yahya, penerbit Al
Maghfirah
7 Keajaiban Rezeki oleh Ippho Santosa, penerbit Elex Media.

7) Buku kewanitaan

Buku kewanitaan merupakan buku-buku berisikan ketrampilan kewanitaan seperti


masakan, kue-kue, kerajinan tangan, menyulam, merajut, sampai dengan merawat
kecantikan. Buku-buku kewanitaan ini ada pula yang ditulis berdasarkan aturan serta
norma agama tertentu sehingga letaknya bercampur dengan buku agama.
Berbagai buku kewanitaan sangat diperlukan oleh pembaca wanita karena berkenaan
dengan pemberian informasi terkait dengan masalah ketrampilan kewanitaan,
kesehatan reproduksi, pengasuhan, kecantikan, dan sejenisnya.
Contoh :
- Cantik Tak Harus Mahal Dengan Herbal Essensial oleh Afin Murtie, penerbit
-

Cahaya Atma.
Kreasi Jilbab dan Pashmina oleh Afin Murtie, penerbit Caesar Publishing.
Masakan Korea Paling Populer oleh Afin Murtie, penerbit Pustaka Anggrek.
Dan sejenisnya

8) Arsitektur
Merupakan karya nonfiksi yang memuat tentang interior, eksterior, desain, dan segala
hal yang berhubungan dengan pembangunan rumah, kantor, toko, dan lainnya. Buku
arsitektur banyak menginspirasi para pembaca untuk membuat suasana menarik dan
berbeda terhadap tempat tinggal mereka. Ide kreatif dan tampilan buku yang cantik
seringkali menarik minat para pembaca untuk mengaplikasikannya secara langsung.
Contoh :
- Renovasi, Cara Tepat Mengecat Rumah, oleh Idea Books
- Dan sejenisnya
9) Psikologi populer
Buku-buku prikologi selalu menarik untuk dibaca. Buku psikologi populer
menyangkut berbagai karya nonfiksi yang berhubungan dengan ilmu psikologi.
Seperti psikotes, pengembangan diri, dan berbagai hal terkait. Buku-buku
hypnoterapy, konseling, mind maping, dan semacamnya juga termasuk ke dalam
bidang psikologi populer.
Contoh :
- Tes Potensi Anak oleh Afin Murtie
- Psikotes Kerja oleh Afin Murtie, penerbit Agogos
- Mengenal Baby Blues Dan Pencegahannya oleh Hj Afin Murtiningsih, S.Psi,
-

penerbit Dunia Sehat


Dan sejenisnya

10) Parenting

Kadangkala buku parenting disejajarkan dengan buku psikologi populer, karena


memang keduanya tidak dapat dipisahkan. Ilmu parenting sendiri banyak dipengaruhi
oleh ilmu psikologi yang memang mempelajari tentang sifat dan perilaku manusia.
Buku-buku parenting juga mencakup buku tentang pengetahuan perkembangan anak,
pengasuhan, permainan, dan berbagai hal sebagai upaya menjadi orang tua yang baik.
Buku parenting bukan hanya mencakup pengetahuan tentang cara mengasuh anak
normal tetapi juga tentang anak-anak istimewa dan berkebutuhan khusus.
Contoh :
- Anak Bertanya, Ibu Gelagapan oleh Indari Mastuti dan Afin Murtie, penerbit
-

Cahaya Atma.
Dan sejenisnya

11) Olah raga dan Kesehatan


Berbeda dengan buku diktat bagi mahasiswa kedokteran, buku kesehatan lebih
memuat naskah tentang pengetahuan kesehatan bagi awam. Buku-buku kesehatan
yang beredar di pasaran berkisar dari memelihara kesehatan keluarga, pengetahuan
tentang penyakit, penyembuhan herbal, sampai dengan olah raga.
Contoh :
- Kubis si Pencegah Kanker oleh Marzuqi Yahya, penerbit Dunia Sehat
- Warisan Kuno Pengobatan Tiongkok oleh Poppy Alexano, penerbit Dunia Sehat
- Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Stroke oleh Afin Murtie, penerbit Dunia
-

Sehat
Dan sejenisnya

12) Bisnis
Buku bisnis merupakan karya nonfiksi yang tak pernah henti berkembang dan dicari.
Karena setiap orang dewasa pasti tertarik dengan bisnis untuk dipahami dan bahkan
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Berbagai buku bisnis bukan hanya menambah
pengetahuan tentang bisnis itu sendiri tetapi juga menambah motivasi untuk terjun ke
dunia bisnis.
Contoh :
- 101 Bisnis Online Yang Paling Laris oleh : Ari Kurnia, Afin Murtie, Dian Nafi,
-

Kiki Handriyani, dan Wuri Nugraheni, penerbit Gramedia Pustaka Utama.


Jurus Cerdas Investasi Emas oleh Marzuqi Yahya, penerbit Laskar Aksara
Dan sejenisnya

13) Budidaya
Buku budidaya terdiri dari berbagai macam pembahasan. Ada yang membahas
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Berbagai buku budidaya tersebut

ada yang dilandasi oleh bisnis, jadi budidaya sebagai salah satu sarana berbisnis. Dan
ada pula yang didasarkan atas hobby, budidaya sebagai pengembangan kesukaan
seseorang. Buku-buku tentang budidaya juga tidak ada sepinya, banyak hal yang bisa
diungkapkan dan dibentuk sebagai naskah nonfiksi di bidang budidaya.
Contoh :
- Jati Emas Kultur Jaringan oleh Marzuqi Yahya, penerbit Cahaya Atma
- Budidaya Lovebird oleh Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma
- Dan sejenisnya
14) Manajemen dan Marketing
Marketing dan manajemen merupakan dua dunia yang saling berhubungan. Karya
nonfiksi yang membahas keduanya juga tak habis untuk dibahas. Dari berbagai segi
dan cara memanaje perusahaan sampai dengan marketing produk dibahas tuntas pada
berbagai buku dengan berbagai teori dan aplikasi masing-masing.
Contoh :
- Belajar Manajemen Dengan Strategi Untuk Awam, oleh Afin Murtie, penerbit
-

Laskar Aksara
7 Kesalahan Marketing Dalam Menjual oleh Afin Murtie, penerbit Laskar Aksara
Dan sejenisnya

15) Kamus
Kamus berbagai bahasa merupakan karya nonfiksi yang bertujuan membantu
seseorang belajar dan mengetahui tentang bahasa negara lain. Bahkan ada pula kamus
yang berisi bahasa daerah di beberapa pulau Indonesia. Menarik, kreatif, dan memiliki
manfaat teramat besar. Apalagi kamus sekarang dilengkapi dengan tata cara
pengucapan dan percakapan sehari-hari dari berbagai negara tersebut.
Contoh :
-

Kamus Indonesia-Jerman oleh Poppy Alexano


Dan sejenisnya

16) Perjalanan/wisata
Naskah tentang perjalanan atau wisata merupakan karya nonfiksi yang bersifat
reportase. Laporan pandangan mata dan pengalaman penulis tertuang dalam sebuah
karya nin fiksi dengan dilengkapi gambar, foto, dan keunikan perjalanan yang
dilakukan. Menarik minat para wisatawan baik domestik maupun asing, apalagi jika
buku ini dibuat dengan disertai bahasa terjemahan dalam bahasa internasional seperti
Inggris dan Mandarin.
Contoh :

Catatan Perjalanan Asia dan Afrika oleh Prof Dr Hok Tanzil, penerbit Alumni
Catatan Perjalanan Awal 1985, Karibia dan Amerika Selatan oleh Prof Dr Hok

Tanzil, penerbit Alumni


Dan sejenisnya

17) Buku anak


Buku anak terdiri dari dua jenis, yaitu buku cerita yang sebagian besar merupakan
karya fiksi dan buku nonfiksi. Buku-buku anak yang termasuk karya nonfiksi
diantaranya adalah cerita sejarah, ensiklopedi, buku ketrampilan, dan pengembangan
diri.
Contoh :
- 50 Cerita Klasik Nusantara dan Dunia Paling Inspiratif, oleh Indri Noor dkk,
-

penerbit Gramedia Pustaka Utama


Ensiklopedi Bocah Muslim, penerbit Mizan
Dan sejenisnya

D. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis


Penulis sama seperti halnya berbagai pekerjaan lain yang bisa saja menjadi penopang
hidup atau sumber penghasilan. Dan bisa pula dijadikan sebagai pekerjaan sampingan yang
tentu saja diharapkan akan menambah pendapatan keluarga. Penulis nonfiksi juga demikian
adanya.
Ketika tulisan telah layak terbit maka kemudian sejumlah fee atau honor bisa
didapatkan untuk menambah pendapatan. Berbeda ketika kita menulis di blog atau website
pribadi, yang mungkin tidak berbayar. Kecuali apabila website atau blog tersebut telah
memperoleh sponsor dan kita mendapatkan penghasilan dari pemasang iklan tersebut.
Mengawali menjadikan penulis sebagai profesi tentu saja tak semudah yang sering
kita bayangkan. Merasa telah pernah menembus media atau penerbit satu kali, bukan berarti
selanjutnya langkah kita bisa secepat itu. Bisa jadi menunggu untuk beberapa saat agar
naskah kita kembali dilirik oleh penerbit.
Ide segar dan muatan tulisan yang sarat informasi diperlukan agar kita tetap mampu
eksis di dunia kepenulisan nonfiksi. Jika dikatakan bahwa menulis itu tergantung mood,
sepertinya hal ini kurang berlaku pada bidang kepenulisan nonfiksi. Karena sebagai penulis
nonfiksi kita mengungkapkan dan menyusun fakta ke dalam satu bentuk naskah, bukan
mengarangnya.

Mood lebih identik dengan kemampuan untuk berkhayal dan menuliskan imaginasi
kita ke dalam sebuah naskah fiksi. Namun demikian, apabila kita telah merasa lelah dan
jenuh ada baiknya untuk beristirahat dan mencari kesenangan lainnya. Segera setelah tubuh
terasa segar kembali, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun informasi dan data
terkumpul untuk menjadi naskah yang menarik dan inspiratif bagi pembaca.
Kadang seringkali kita mendengar pertanyaan, kapan kepastian naskah saya dimuat?
Atau bahkan kapan ya kira-kira outline yang saya buat disetujui oleh penerbit untuk
kemudian saya buat naskahnya?
Bagi seseorang yang baru terjun ke dunia penerbitan buku dan media, pastilah
berbagai pertanyaan tersebut terus berkecamuk. Belum lagi berbagai prasangka mengapa
outline atau naskah kita belum bisa lolos? Apakah tulisan kita kurang bagus? Ataukah karena
kita belum memiliki nama seperti penulis lainnya?

Menjadi seorang penulis, sama dengan perelly


Harus selalu siap pada kenyataan yang tak selalu manis
Sumber : dokumen pribadi
Wajar saja bagi siapapun untuk mengira dan menebak apa yang terjadi dengan
kiriman outline dan naskahnya. Namun hendaknya kita kembali lagi menapak bumi,
mendapati bahwa kadangkala kenyataan tak selalu manis seperti cerita sebuah novel

romantis. Kenyataan bisa saja berbalik dari harapan, semua membutuhkan proses terutama
dari dalam diri kita sendiri untuk lebih mengedepankan pemikiran positif dan semangat agar
tak jenuh memperjuangkan apa yang menjadi tujuan.
Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Bahwa kenyataan apapun harus dihadapi
sebagai seorang penulis nonfiksi? Hal tersebut karena saya sendiri telah mengalami suka
duka menjalani pekerjaan menulis ini. Saya katakan sebagai pekerjaan, bukan hobby.
Karena dengan menganggap bahwa menulis juga merupakan satu pekerjaan, maka ada
rasa tanggung jawab dan komitmen dalam diri saya untuk segera menyelesaikannya apabila
telah dipesan. Jika saya menganggap menulis sebagai hobby, tentu saya akan
menjalankannya ketika ada waktu senggang dan tidak mengganggu pekerjaan lainnya.
Mengapa saya mengatakan harus siap pada kenyataan yang tak selalu manis? Karena
memang dunia menulis sama dengan dunia kerja dan bisnis lainnya. Kadangkala berita
gembira cepat didapat bahwa naskah kita acc atau disetujui untuk diterbitkan. Kadangkala
harus menunggu sampai waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai dua tahun sebelum ada
kata diterima ataukah ditolak. Dan ujungnya sering juga terjadi penolakan atas naskah
apalagi outline.
Lalu, haruskah kita berputus asa? Jika memang kita ingin tetap mewarnai dunia
kepenulisan, jika kita mau belajar untuk lebih baik, jika kita tak jenuh menggali ide-ide
kreatif maka saya rasa tak ada seorangpun yang tak mampu untuk menjadi seorang penulis
nonfiksi. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan pengetahuan yang bisa didapatkan
dengan melimpahi diri akan bacaan-bacaan bermanfaat.

Beberapa kenyataan tak manis itu :


-

Komunikasi Kurang Lancar


Kadangkala sebagai seorang penulis kita terhambat adanya komunikasi yang
lancar dengan agensi atau penerbit. Apalagi di zaman internet saat ini dimana
hubungan antara penulis dengan penerbit terjalin lewat email, telfon, dan surat.
Jarang sekali penulis tahu dengan pasti wajah-wajah para editor dan pimpinan
sebuah penerbitan.
Hal ini karena jarak antara kediaman penulis dengan penerbit cukup jauh. Banyak
penulis yang masih setia tinggal di daerahnya, seperti saya yang masih nyaman

tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Sedangkan penerbit dan agensi biasanya berada di


kota lain seperti Jogjakarta, Solo, Bandung, dan Jakarta.
Oleh karena itu butuh kesabaran apabila pihak agensi atau penerbit lambat
merespon pertanyaan kita sebagai penulis. Bisa jadi tidak setiap waktu juga
mereka online dan ada jadwal tertentu untuk menjawab pertanyaan dari para
penulisnya.
-

Ide dan outline yang tak selalu berhasil memikat hati penerbit
Tak semua ide dan outline yang kita buat menarik dan bisa memikat hati penerbit.
dari sepuluh outline yang saya buat, biasanya kurang dari setengah yang bisa
sampai menjadi naskah. Lalu, harus berputus asakah saya? Tentu tidak, ada
saatnya outline tersebut memang kurang tepat untuk waktu sekarang.
Mungkin akan menarik tiga bulan bahkan setahun kemudian. Pernah ada satu
pengalaman tentang proses kepenulisan naskah tentang Terhindar Dari Jebakan
Kartu Kredit oleh Marzuqi Yahya. Awalnya ide dan outline tersebut dibuat
sampai setahun tak ada kabar apapun. Setelah itu ada kabar diminta menuliskan
naskahnya.
Ternyata setelah kita telaah, setahun sebelumnya masih laris buku tentang
Berbisnis Dengan Kartu Kredit. Maka ide tentang menghindari jebakan kartu
kredit jelas bertentangan di pasar. Oleh karenanya outline kemudian diterima
setelah banyak juga yang tidak bisa menggunakan kartu kredit secara bijak.
Jadi ketika outline kita tidak diterima sekarang, bukan berarti ide tidak menarik
dan outline jelek tetapi mungkin saja saatnya kurang tepat. Outline dan bahkan
naskah jadi tersebut bisa menjadi tabungan di lain waktu apabila ada penerbit
yang menginginkannya.

Kepenulisan naskah tak selalu mulus


Meskipun kita telah mengantongi surat kontrak kerja dari penerbit dan outline kita
disetujui tetapi adakalanya kepenulisan naskah tersebut tak selalu mulus. Bisa jadi
ada faktor internal semacam sakit, keluarga sakit, pekerjaan lain yang lebih
penting, dan beberapa hal lain sebagai penghalangnya.
Namun bisa jadi juga faktor eksternal yang menghalangi semacam kurangnya
sumber informasi, sulitnya menemukan materi yang berkaitan dengan tema, dan
sejenisnya.

Pencarian data dan narasumber yang cukup sulit


Telah disebutkan di atas adanya faktor penghambat kegiatan menulis, diantaranya
pencarian data dan narasumber yang cukup sulit. Memang kadangkala kenyataan
bisa tak semanis perkiraan. Kita sudah meminta izin semenjak awal pada sebuah
lembaga atau perorangan untuk dijadikan sebagai narasumber, ternyata saat
penulisan berlangsung mereka sibuk sehingga tidak ada waktu bagi kita sebelum
deadline untuk menemuinya.
Hal lain yang bisa menghambat adalah pencarian data yang cukup sulit. Bisa jadi
buku yang senada dengan tulisan kita belum ada, karena ide kita termasuk baru.
Misalnya saat menulis tentang lovebird di tahun 2011, burung mungil tersebut
belum terlalu tenar.
Sehingga buku tentang lovebird juga belum banyak beredar. Mencari referensi di
berbagai toko buku tak semudah yang dibayangkan. Akhirnya bisa juga mencari
data lewat narasumber dan ada beberapa artikel tentang burung lovebird tersebut.

Revisi berulang kali


Setelah naskah selesai disusun, proses menulis tidak lantas selesai. Adakalanya
kita harus revisi naskah berulang kali sampai naskah tersebut dianggap layak
terbit. Bisa revisi karena bahasanya yang kurang tepat, kontent atau isinya yang
kurang mengena, atau gambar yang kurang besar ukuran mega pixcelnya. Semua
menjadio pekerjaan rumah (PR) bagi seorang penulis nonfiksi.
Ada beberapa penulis yang enggan merevisi naskahnya. Hal ini bisa
mengakibatkan buku tidak bisa melalui proses cetak dengan cepat dan menjadikan
penerbit atau agensi mencari penulis lain untuk merevisi naskah tersebut.
Merepotkan, bukan?
Namun ketika kita pandai mengambil hikmahnya, proses revisi ini justru
merupakan pembelajaran bagi penulis. Dengan adanya revisi, secara tidak
langsung kita belajar untuk lebih bijak menyusun naskah. Mempelajari lagi EYD
yang saat ini berlaku, memahami tema yang ditulis, dan lebih teliti menggunakan
tanda baca. Cukup membantu jika kita mau belajar dari berbagai revisi yang
dialami.

Pembayaran tak bisa langsung dipegang


Honor atau fee menulis tak seperti ketika kita berbisnis lain seperti membuka toko
atau bekerja formal. Honor untuk menulis tak mesti datang sebulan setelah

kepenulisan selesai dan revisi telah dilakukan. Bisa jadi honor datang dalam
waktu lebih dari satu bulan, dua bulan, dan bahkan sampai tiga bulan.
Hal ini perlu untuk diketahui oleh seluruh penulis, agar tidak lantas terus bertanya
kapan honor akan diberikan. Dalam surat kontrak yang telah baku-pun tidak bisa
lantas memperkirakan kapan honor benar-benar akan dikeluarkan oleh penerbit.
Meskipun demikian ada satu pelajaran berharga yang saya petik ketika bergabung
dalam agensi naskah, yaitu bahwa ketika honor kita belum cair maka merekalah
yang mendesak penerbit untuk segera memenuhi kewajibannya. Demikian pula
dengan penghitungan royalti, maka agensi naskah berperan cukup aktif dalam
bertanya tentang buku terjual.
-

Royalti tanpa tahu penghitungan penjualan


Pernah satu kali seorang teman penulis mengeluh bahwa selama ini dia terima
royalti tanpa tahu penghitungan penjualan bukunya. Hal ini menjadikan satu
tantangan tersendiri bagi mereka yang akan terjun di dunia kepenulisan. Bersabar
dan berpikiran positif menjadi satu-satunya cara menghadapi royalti yang kita
sendiri tak mengetahui pasti penghitungannya.
Anggaplah hitungan penerbit benar, maka hati akan terasa lebih tenang.
Bagaimana tidak? Komentar di jejaring sosial bahwa banyak yang akan dan telah
membeli buku kita juga bukan lantas menjadi jaminan mereka benar-benar
membeli. Survey langsung ke toko buku juga tidak bisa kita lakukan ke seluruh
Indonesia. Paling-paling kita hanya bisa melakukan cek penjualan buku di kota
kita.

Kiriman Email dari pembaca yang tak selalu baik


Kiriman email dari pembaca dan orang lain akan banyak bermunculan ketika buku
kita ternyata banyak yang membeli. Namun, diantara banyak email tersebut ada
satu atau dua yang mungkin bernada kurang baik, melemahkan, dan bahkan
menyalahkan tulisan kita.
Sebagai seorang penulis buku nonfiksi kita perlu membuang jauh emosi marah
saat menghadapi pembaca yang demikian. Balaslah email dengan kata-kata sopan
sehingga lama-kelamaan mereka akan berpikir ulang untuk mengirim kata-kata
buruk kepada kita. Anggaplah protes dan cercaan sebagai lecutan bagi kita untuk
bisa menghasilkan karya yang lebih baik di masa mendatang.

Meskipun demikian, email dari pembaca menunjukkan bahwa animo mereka


sangat besar terhadap buku kita. Dari email yang masuk tersebut, kita bisa
mengambil berbegai pelajaran berharga, bisa merendahkan hati, dan mengingat
kembali tujuan kita menulis sebuah buku. Ada pembaca yang kemudian sering
curhat setelah membaca buku parenting saya. Ada rasa senang karena dibutuhkan,
bahagia bisa berbagi, meskipun butuh waktu tentunya untuk menjawab semuanya.
-

Persaingan antar penulis


Merasa atau tidak, ternyata banyak terjadi persaingan antar penulis dan peluang
untuk merasa harus berlomba dengan penulis lain. Mulai dari berbagai
perlombaan menulis sampai dengan persaingan dengan judul dan outline yang
memikat hati penerbit. Seperti halnya pada bidang pekerjaan lainnya, persaingan
ini perlu disikapi dengan bijak.
Bahwa masing-masing penulis memiliki kemampuan khusus yang bisa saja
berbeda. Ada penulis yang memiliki kemampuan di bidang kepenulisan fiksi atau
nonfiksi dengan jenis tertentu. Sadar akan kemampuan diri adalah lebih baik dan
membuat kita merasa ringan apabila ternyata kita kalah dalam perlombaan
menulis atau belum bisa memikat hati penerbit.
Jika setiap penulis sadar akan kemampuan diri dan berbesar hati untuk menerima
persaingan ini sebagai lecutan semangat agar lebih baik ke depannya. Maka tidak
akan ada lagi black campaign atau rasa iri hati yang tercetus secara frontal di
berbagai media.

Bab II.
BERKENALAN DENGAN DUNIA
PENERBITAN

GRAMEDI
A GROUP

MIZA
N

PENERB
IT LAIN

CAES
AR

PENER
BIT

PUSTAK
A
ANGGR
EK

CAHA
YA
ATMA

LASKA
R
AKSA
RA

Haruskah karya yang dihasilkan oleh penulis itu diterbitkan? Pertanyaan tersebut
rasanya bisa dijawab oleh masing-masing penulis. Ada yang menganggap bahwa karyanya
akan terlihat lebih nyata apabila diterbitkan. Ada penulis spesialis lomba yang hanya mau
mengikutsertakan karya-karyanya dalam lomba saja, tidak perlu diterbitkan asalkan bisa
menang.
Ada yang cukup berpuas diri bisa menulis dengan bagus di blog atau website pribadi, yang
penting tujuannya untuk berbagi telah tercapai. Dan ada yang malu-malu dan hanya
menyimpan tulisannya di laptop. Apapun tujuan kita menulis, sebaiknya kita mengetahui
beberapa hal pokok dalam penerbitan naskah terutama yang berhubungan dengan
penerbitannya.

A. Bedah Dapur Buku Nonfiksi

Telah banyak kita ulas tentang pengertian naskah nonfiksi pada bab sebelumnya. Pada
dasarnya naskah nonfiksi merupakan naskah yang dibuat berdasarkan fakta, nantinya
berbagai metode atau cara bisa digunakan untuk mendapatkan informasi seputar fakta yang
hendak diangkat ke dalam tulisan tersebut.
Tentu saja salah satu cara untuk mendapatkan informasi terkait kepenulisan buku
nonfiksi bisa bersumber dari buku lain/literasi dan juga internet. Kadangkala ada seseorang
yang mengatakan bahwa buku nonfiksi si X semua informasinya ada di google. Coba kita
telaah dulu pembicaraan bernada miring demikian. Benarkah si X menjiplak google?
Naskah nonfiksi, sekali lagi merupakan naskah yang ditulis berdasarkan fakta dan
kumpulan informasi. Dikatakan menjiplak atau plagiat, apabila naskah tersebut mengutip
tanpa menuliskan kembali informasi yang didapatkan dari media lainnya termasuk internet.
Dan naskah seperti ini (plagiat) sangat sulit/bahkan tidak mungkin untuk lolos menjadi
sebuah buku yang diterbitkan.
Karena proses dari naskah yang disusun oleh penulis sampai diterbitkan melalui
beberapa tahapan, termasuk adanya proses editing oleh editor profesional. Nama baik editor
dan penerbit sendiri dipertaruhkan untuk mengeluarkan buku yang naskahnya didapat dari
hasil plagiat atau menjiplak. Maka kita harus lebih berhati-hati untuk menuduh sebuah
naskah disusun sebagai hasil plagiat.
Penulisan kembali dari sumber informasi terpercaya seringkali harus dilakukan oleh
penulis nonfiksi. Coba kita ambil contoh yang sederhana, misalnya kita menulis tentang
budidaya ayam kampung. Di buku dan media apapun yang membahas tentang budidaya ayam
kampung pasti akan mengulas tentang penetasan alami.
Yang berarti si induk mengerami telur di dalam sarang atau petarangan selama +/- 20
hari. Pada kenyataan di lapangan, ketika penulis menemui narasumber peternak ayam
kampung mereka juga memberikan informasi yang sama.
Jadi, sangat logis jika kemudian penulis menyusun naskah dan menjelaskan tentang
penetasan alami tersebut. Dengan informasi yang sama dan bisa didapatkan di semua media.
Begitu pula dengan buku-buku nonfiksi lainnya, seperti buku wisata, sejarah,
rangkuman pengetahuan umum, dan sejenisnya. Semua buku tersebut pastilah memuat
informasi yang sama dengan media lainnya. Misalnya informasi tentang Pancasila, tak

mungkin penulis menambahkan menjadi enam sila atau mengurangi menjadi tiga sila saja.
Inilah dunia karya nonfiksi. Perlu adanya rasa rendah hati, menyingkirkan ego, dan bijaksana
menyikapi anggapan miring yang seringkali muncul dari pihak-pihak lain yang berpikiran
negatif.
Siapkan kita menyikapinya? Membenamkan diri dalam dunia kepenulisan nonfiksi
yang penuh tantangan? Jika jawabannya ya, coba kita teruskan untuk mengulas bab-bab
selanjutnya dengan penuh semangat.

Pada intinya dapur seorang penulis nonfiksi berisikan hal-hal


sebagai berikut :
-

Kreativitas
Penulis nonfiksi dituntut untuk kreatif. Kreatif dalam mencari ide penulisan,
kreatif mengolahnya menjadi tema dan outline memikat, dan kreatif pula
menyusunnya sebagai sebuah naskah informatif. Bagaimanapun, kreatifitas
dibutuhkan agar seorang penulis nonfiksi tetap eksis di bidangnya. Dengan adanya
kreatifitas, maka semua hambatan bisa disingkirkan dalam waktu yang tidak lama.
Lalu, bagaimana memunculkan kreatifitas?
Lakukan hal-hal yang kita sukai, nikmati sensasi dari hal tersebut, maka kreatifitas
akan muncul dengan

sendirinya. Misalnya saya yang suka berjalan-jalan

mengitari mall karena kebetulan berada di samping kantor. Dari hobby jalan-jalan
ini banyak hal kreatif yang bisa muncul.
Seperti tanggap ketika ada kebutuhan menulis fashion, resep masakan negara
tetangga, sampai dengan membuat mainan anak. Tanggap karena setiap kali
berjalan-jalan ada hal-hal tertentu yang menarik minat saya dan menyimpannya
dalam ingatan untuk dikembangkan menjadi ide sebuah tulisan nonfiksi.
-

Komunitas
Berkumpulah dengan orang baik, maka minimal kita akan tertular kebaikannya.
Oleh karenanya memiliki komunitas dengan anggota yang baik dan saling
mendukung bisa dijadikan sebagai satu kesempatan dan kemungkinan untuk
berkembang menjadi sukses. Komunitas yang saling mendukung juga akan
membentuk sikap terpuji masing-masing anggota. Misalnya berkumpul dengan

komunitas pecinta alam, organisasi, dan bentuk lain asalkan bertujuan untuk
kebaikan dan dilakukan dengan baik pula.
-

Support
Dukungan orang-orang tersayang, suami dan anak-anak, juga beberapa kerabat
dan sahabat membuat kepenulisan nonfiksi menjadi lancar.

Semangat
Semangat untuk berkarya dan menghasilkan
Usaha nyata

B. Pahami Hubungan Dengan Penerbit


Jika memilih melanjutkan profesi sebagai penulis naskah nonfiksi, berarti kita telah
siap untuk berhubungan dengan penerbit. Mengapa mesti penerbit? Karena penerbitlah yang
memiliki kemampuan untuk menerbitkan sebuah buku. Karena penerbit memiliki jaringan
distribusi dan marketing yang akan menyebarkan buku kita ke seluruh nusantara. Baik lewat
toko buku, toko online, sampai dengan disebarkan ke sekolah-sekolah dengan berbayar
maupun gratis karena adanya proyek pemerintah. Lalu, apakah kita tidak bisa menerbitkan
sendiri?
Sebenarnya saat ini sudah banyak penerbitan indie yang menawarkan kita
menerbitkan buku sendiri secara mandiri. Jadi biaya pembuatan buku, mulai dari menulis,
layout, desain, sampai dengan mencetak kita tanggung. Nantinya hasil penjualan buku juga
kita terima secara utuh setelah dipotong berbagai biaya tersebut.
Namun kendala kemudian ada pada distribusi dan promosi buku yang kurang merata.
Karena penerbitan indie maksimal hanya akan memasang buku mereka di internet. Untuk
dapat didisplay pada seluruh tokoh buku di Indonesia, sebuah buku perlu dicetak sebanyak
minimal 3000 ekslempar.
Di sinilah perlunya kita memahami hubungan dengan penerbit. Berhubungan dengan
penerbit secara langsung maupun melalui pihak lain tetap bisa kita lakukan sebagai penulis
karya nonfiksi. Untuk dapat menembus ke dalam dunia penerbitan ada beberapa hal yang
perlu kita pertimbangkan :
-

Mencari tahu profesionalisme penerbit.

Saat ini informasi mudah untuk digali, dari berbagai media dan sumber informasi
lainnya termasuk teman, sahabat, dan saudara. Menentukan profesionalisme
sebuah penerbit bisa kita lakukan dengan melihat performance penerbit tersebut.
Caranya cukup sederhana, datang ke toko buku dan lihat nama penerbit yang ratarata mendisplay buku mereka di sana. Nama penerbit ini ada di bagian belakang
buku dan dilengkapi dengan alamat serta emailnya. Penerbit profesional tentu
mampu mencetak buku terbitan mereka sebanyak @3.000 buah untuk didispalay
di toko buku seluruh Indonesia.
-

Menggali informasi tentang genre naskah yang dibutuhkan oleh si penerbit


Setiap penerbit memiliki spesialisasi sendiri atas naskah-naskah yang
dikeluarkannya. Meskipun tak jarang ada juga penerbit mayor yang mengeluarkan
berbagai jenis naskah mulai dari fiksi sampai nonfiksi. Mulai dari buku kesehatan
sampai dengan bisnis.
Namun ada juga penerbit yang lebih mengkhususkan diri menerbitkan buku-buku
tertentu. Misalnya khusus menerbitkan buku kesehatan, arsitektur, bisnis,
budidaya, atau genre lainnya. Di sinilah kita perlu memantau apabila berhubungan
dengan salah satu penerbit tersebut. Melihat kebutuhan penerbit dan mengirimkan
naskah sesuai kebutuhan tersebut.

Mengetahui selera pasar


Jika ingin karya nonfiksi kita diterbitkan dan dinikmati banyak pembaca, maka
perlu bagi kita untuk selalu melihat selera pasar. Mengetahui dan mempelajari
trend buku yang saat ini banyak dicari dan disukai. Sebab, menulis buku yang
tidak ada peminatnya tentu saja sulit untuk mendapatkan respon positif.
Padahal respon positif tersebut sangat diperlukan untuk keberlangsungan profesi
menulis kita. Jika respon pasar positif maka selanjutnya buku kita akan dinanti
atau minimal ada yang berminat untuk membacanya. Misalnya saat ini sedang
trend tentang budidaya lovebird maka membuat buku tentang burung cantik
tersebut merupakan pilihan tepat dan dicari oleh pasar.

Berhubungan dengan pihak yang tepat dan berwenang dalam penerbitan


Alamat penerbit memang bisa kita dapatkan dari buku-buku mereka yang beredar
di toko buku. Namun, tidak sesederhana itu apabila kita ingin berhubungan
langsung dengan penerbit dalam rangka menawarkan naskah yang telah ditulis.

Alamat penerbit biasanya tidak terfokus pada pihak berwenang yang menentukan
kelayakan sebuah naskah untuk diterbitkan.
Jika memang kebetulan kita tinggal di kota yang sama dengan perusahaan
penerbitan tersebut, bisa saja kita melacak ke kantor dan menanyakan secara
langsung pihak-pihak yang berwenang menyunting naskah. Biasanya pihak yang
menyunting naskah untuk dinyatakan layak terbit adalah editor yang diketuai oleh
seorang kepala editor. Editor memiliki spesifikasi sendiri, ada bagian fiksi,
nonfiksi, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian khusus lainnya
seperti editor buku agama, bisnis, dan lainnya.
-

Mengetahui peraturan tertulis dan kebiasaan yang berlangsung dalam


penerbitan naskah di sebuah penerbit.
Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam dunia penerbitan naskah, alangkah
baiknya apabila kita terlebih dahulu mengetahui rule atau aturan yang berlaku di
bidang ini. Seperti pihak-pihak mana yang seharusnya berkompeten menangani
penerbitan naskah, bagaimanakah naskah yang dikatakan layak terbit, perolehan
informasi akurat, menghindari plagiat, dan beberapa hal lainnya.
Seperti layaknya berada pada situasi dan kondisi baru dimana kita belum
mengenal medan maka bertanya dan mencari informasi dari berbagai sumber
terpercaya menjadi sarana untuk mengetahui seluk beluk penerbitan. Hanya saja
kita juga tetap perlu pandai memilah untuk bertanya hanya kepada pihak-pihak
terkait yang sekiranya bisa memberikan informasi secara akurat.

C. Fungsi Editor, Agensi Naskah, dan Agensi Penulis


Editor :
Penulis dan editor seperti dua sisi mata uang yang saling berhubungan erat. Apalagi bagi
naskah nonfiksi, yang penuh dengan informasi terkait pembahasan tema bersangkutan.
Berikut fungsi seorang editor bagi penulis dan naskah nonfiksi yang disusunnya :
-

Menyunting bahasa
Fungsi utama dan pertama dari seorang editor adalah menyunting bahasa penulis.
Bagaimanapun seorang penulis, fiksi dan nonfiksi tetap perlu memerhatikan tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Hanya saja EYD atau ejaan yang disempurnakan memiliki perkembangan yang
cukup berarti dari tahun ke tahun. Sehingga, kadangkala penulis kurang
memahami perkembangan EYD terbaru sehingga dalam beberapa konten tulisan
masih terdapat kesalahan kata maupun tanda baca.
Secara pribadi, saya merasa sangat terbantu dengan para editor. Bagaimanapun
cara dan sikap seorang editor, rata-rata tujuan mereka baik. Ingin membuat naskah
kita layak terbit dan nyaman untuk dibaca. Pernah satu kali tulisan saya penuh
dengan coretan seorang editor. Setelah saya amati dan konsultasikan dengannya,
ternyata bahasa saya memang terlalu panjang dan lebar. Naluri seorang ibu yang
suka bercerita terbawa dalam tulisan tentang parenting.
Dari coretan yang tak terhingga banyaknya tersebut, saya belajar memilah kata.
Belajar menuliskan titik di saat yang tepat. Sehingga pembaca tidak merasa berlari
dan lelah mengikuti gaya bercerita saya.
Jika kita menyambut penyampaian editor dengan baik, Insya Allah tak ada kata
diomelin editor atau mungkin dimusuhi editor. Karena kembali lagi kepada cara
berpikir positif, jika editor mencoret dan meminta kita mengganti naskah itu
berarti karena naskah kita belum layak untuk terbit.
-

Merapikan naskah
Editor bukan hanya berfungsi menyunting bahasa seorang penulis, tetapi mereka
juga turut andil dalam merapikan naskah. Seringkali penulis lupa tentang hirarki
bagi naskahnya. Bagian bab, sub bab, dan keterangan lain diacak penulisannya
sehingga sulit untuk dibedakan.
Pembaca akan merasa bingung apabila melihat pembahasan tentang pakan bebek
misalnya. Tiba-tiba pada tanda kotak berikutnya kita membahas tentang ukuran
telur. Perlu bagi seorang penulis untuk memahami permintaan editor tentang
hirarki.
Namun demikian naskah yang kurang rapi dalam artian tidak terlalu parah, akan
dibenahi oleh si editor dengan senang hati. Terutama apabila naskah tersebut
menarik minat si editor untuk memabacanya. Naskah yang rapi akan lebih mudah
dilayout dan dicetak oleh penerbit.

Cek unsur plagiat

Penulis karya nonfiksi riskan terkena unsur plagiat. Karena seperti ungkapan saya
pada bab sebelumnya, bagaimana kita akan mengganti teori yang telah baku
adanya. Hanya saja sangat memungkinkan bagi penulis untuk mengubah bahasa
atau menceritakan kembali tentang satu hal yang telah pasti keberadaannya.
Misalnya saja kita menulis tentang mahapatih Majapahit di zaman kejayaannya
yang terkenal dengan sumpah palapa. Maka bisa kita mengubah sedikit bahasanya
menjadi, Sumpah palapa dilakukan oleh seorang mahapatih kerajaan Majapahit
saat pemerintahan raja Hayam Wuruk. Sumpah palapa tersebut kemudian terwujud
dengan luasnya wilayah Majapahit dari ujung barat sampai ke timur Indonesia.
Pengubahan dengan kata-kata sendiri ini tidak termasuk dalam plagiat, namun
kadangkala ada juga orang lain yang menuliskan serupa dengan bahasa kita dalam
menerangkan tentang sumpah palapa. Di sinilah fungsi editor untuk mengecek
benarkan kata-kata si penulis merupakan plagiat ataukah bukan. Jadi, ketika
sebuah buku terbit unsur plagiat yang telah dideteksi diharapkan tak ikut ambil
bagian sehingga memalukan bagi penulis dan penerbit.
-

Menghubungkan penulis dengan penerbit


Ketika kita akan mengirimkan naskah kepada penerbit, maka jalan terlogis yang
perlu dilakukan adalah menawarkan naskah kita kepada editor penerbitan tersebut.
Sebab, editor memiliki peranan cukup penting dalam menentukan apakah naskah
yang diterimanya tersebut menarik dan layak terbit.
Oleh karenanya tak jarang editor mengikuti pameran yang diadakan oleh asosiasi
penerbit untuk mencari bibit-bibit penulis baru yang fresh dengan ide-ide segar
dan layak untuk dijadikan sebuah buku.
Meskipun berfungsi menghubungkan penulis dengan penerbit, tetapi proses
pembayaran dan royalti biasanya dilakukan oleh bagian akunting sebuah
perusahaan penerbitan. Penulis tidak bisa serta merta menagih fee atau honor
menulis kepada editor mereka.

Membimbing kepenulisan
Seorang editor yang profesional dan baik hati, biasanya mau membimbing
kepenulisan sebuah karya. Apalagi jika penulis yang bekerjasama dengan mereka
tergolong baru. Bimbingan ini lebih pada kelengkapan naskah seperti foto yang

relevan, usulan penambahan atau pengurangan pokok bahasan tertentu, dan hal
lain yang berhubungan dengan buku yang akan diterbitkan.
Pada beberapa penerbit, editor sengaja mengadakan event lomba untuk menjaring
penulis berbakat. Dalam berbagai lomba tersebut biasanya si editor mengadakan
kelas menulis untuk memoles penulis menjadi profesional dan naskahnya lebih
layak jual.

Agensi Naskah:
Dalam melakukan hubungan dengan penerbit, kadangkala penulis perlu menggunakan
jasa agensi naskah. Agensi naskah ini berkembang cukup pesat di tanah air. Sebutlah
beberapa nama yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, dan Surabaya.
Biasanya agensi naskah dibentuk oleh seseorang yang paham tentang dunia penerbitan,
pernah bekerja di perusahaan penerbitan, dan paham tentang tata cara pengumpulan
naskah, editing, sampai dengan menjadi naskah siap cetak. Agensi naskah memiliki
manfaat besar bagi seorang penulis dan juga bagi penerbit.
Berikut beberapa fungsi agensi naskah :
-

Menjembatani kerjasama antara penulis dengan penerbit.


Agensi naskah berfungsi untuk menjembatani hubungan antara penerbit dengan
penulis. Jika selama ini penerbit biasa menyebar editornya untuk mencari penulispenulis yang memiliki naskah layak terbit. Maka boleh dikatakan agensi naskah
membantu kinerja para editor dari berbagai penerbitan untuk berburu naskah dari
penulis yang berkompeten.
Kerjasama antara penulis dengan penerbit yang dilakukan lewat agensi naskah
biasanya lebih mudah dan transparan. Karena pihak agensi berada di tengahtengah. Jadi agensi nas secara obyektif bisa memilih naskah yang bagus dan layak
terbit. Kemudian dengan penulis pihak agensi juga bisa memilihkan penerbit yang
transparan dan pembayaran fee atau honornya lancar.

Menyediakan ide dan judul bagi sebuah naskah sesuai minat pasar
Agensi naskah membantu penerbit dan penulis dengan cara mengeluarkan ide dan
tema tulisan. Kemudian mereka share kepada penerbit mana ide dan tema yang
sekiranya sesuai dengan minat pasar. Menawarkannya kepada penulis, siapa yang
sekiranya mampu menyusun naskah dengan tema tersebut. Kemudian mengawal

penulis dalam penyusunan naskahnya sampai kemudian kembali lagi diserahkan


kepada penerbit untuk dicetak.
-

Membantu penerbit untuk mencari naskah sesuai dengan tema yang


diinginkan
Adakalanya penerbit tertentu memiliki kekhususan dalam menerbitkan naskah
dengan genre tertentu pula. Misalnya penerbit yang khusus menerbitkan naskah
tentang kesehatan, budidaya, hobby, arsitektur, atau psikologi. Nah, penerbit yang
demikian memiliki beberapa tema untuk dijadikan sebuah buku. Maka agensi
naskah yang telah menjalin hubungan kerjasama dengan mereka akan membantu
mencari naskah sesuai tema tersebut.

Membantu penerbit mencari penulis yang sesuai dengan standard penerbitan


sebuah buku
Agensi naskah sebenarnya lebih banyak membantu penerbit, tetapi di samping itu
agensi naskah juga membantu penulis yang ingin berkarya. Di sinilah ada sebuah
simbiosis mutualisme antara agensi naskah dengan penerbit dan juga dengan
penulis. Bagi penerbit, agensi naskah bermanfaat membantu mereka mencari
penulis handal yang sesuai dengan standard penerbitan buku atau media lainnya.
Penulis-penulis yang tergabung pada sebuah agensi naskah biasanya memiliki jam
terbang lebih tinggi, siap dikejar deadline, dan tak henti menempa pengetahuan.
Baik yang didapatkan dari agensi naskah bersangkutan, maupun dengan sharing
antar penulis dalam agensi tersebut. Oleh karenanya penulis lebih mampu
menyelesaikan naskah yang diminta sesuai waktu dan standard yang diberlakukan
oleh penerbit.

Memanaje dan mempercantik naskah


Agensi naskah memiliki editor yang siap menyunting dan mempercantik naskah
dari penulis. Memanaje naskah dalam artian mencari penulis yang tepat bagi
proposal atau outline terpilih, membuat schedule kepenulisan, dan mengawal
sampai naskah tersebut siap diterbitkan.
Nantinya agensi naskah juga yang akan mengatur kapan naskah selesai dibuat,
mengedit naskah supaya nampak rapi dan layak terbit, dan bahkan kadangkala ikut
juga mendesain dan melakukan lay out terhadap si naskah.

Mengatur pembayaran honor kepenulisan

Adanya agensi naskah memiliki peran penting dalam hal pembayaran honor
kepenulisan kepada penulis. Agensi memiliki bargaining tersendiri dengan
penerbit sehingga pihak penulis sebagai pemilik naskah tidak merasa dirugikan.
Biasanya agensi memperjuangkan hak penulis agar tidak terlalu lama keluar dari
rentang waktu selesainya sebuah naskah. Sebab nantinya hal ini akan berhubungan
dengan semangat dan kemauan penulis untuk menyusun naskah kembali di saatsaat berikutnya.
Honor kepenulisan yang lancar secara langsung akan membuat penulis merasa
dihargai dan berbahagia. Sehingga di lain waktu tak ada lagi halangan untuk
kembali menuangkan ide dalam sebuah karya. Karena bagaimanapun sebagai
seorang manusia, tentu penulis juga memerlukan biaya hidup dan membahagiakan
keluarga mereka.
-

Ikut serta promosi buku yang telah diterbitkan


Agensi memiliki fungsi ganda sebagai tim promosi atas buku-buku yang telah
dihasilkan oleh penulis mereka. Waktu dan kesempatan agensi untuk promo buku
tentu lebih banyak daripada penulis. Apalagi dengan sebuah tim solid yang
bekerjasama dalam membesarkan agensi tersebut.
Oleh karenanya sangat dimungkinkan bagi agensi naskah untuk ikut serta promosi
buku-buku penulisnya. Misalnya dengan membuat website, upload di jejaring
sosial, dan memberikan fasilitas diskon bagi penulis yang akan membeli bukunya
sendiri untuk berbagai keperluan.

Agensi Penulis :
Jika agensi naskah lebih banyak berhubungan dengan naskah, maka agensi penulis tentu
saja lebih banyak berhubungan dengan penulis. Agensi penulis belum umum di
Indonesia, meskipun ada beberapa yang telah menekuni bidang tersebut. Namun, di
negara-negara Eropa dan Amerika peran agensi penulis sangat penting bagi para penulis
buku baik fiksi maupun nonfiksi. Sebutkan karya populer semacam Harry Potter yang
lahir dari tangan seorang penulis dan memercayakan naskah ke agensinya.
Berikut fungsi agensi penulis yang perlu diketahui :
-

Mencari penulis-penulis berbakat dan berkemauan untuk maju

Agensi naskah mencari naskah, sedangkan agensi penulis mencari penulis. Seperti
halnya pencari bakat lainnya yang menelusuri jejak-jejak penulis baru yang dirasa
mampu dan memiliki semangat untuk maju. Bakat saja tidak cukup menjadikan
seseorang menjadi penulis handal.
Karena bakat tanpa ditunjang kemauan belajar akan membuat si penulis menjadi
sosok arogan yang sombong. Sedangkan bagi penulis yang mungkin hanya sedikit
memiliki bakat, akan bisa sukses jika ditunjang dengan kemauan keras untuk maju
dan pembelajaran tada henti untuk mencapai kapasitas dan kemampuan yang lebih
baik dari sebelumnya.
-

Menempa para penulisnya sehingga menjadi terasah dan trampil menyusun


naskah
Agensi penulis berfungsi untuk turut serta membentuk karakter seseorang dalam
menghasilkan karya tulis. Membimbing dengan sabar dan ikhlas agar penulis yang
ditempanya dapat memiliki kemampuan yang lebih baik dari hari ke hari
berikutnya.menunjukkan trik untuk menulis dengan baik, mengajarkan EYD,
memandu munculnya ide, dan menyemangati si penulis agar memiliki kemauan
untuk maju bersama.

Menjembatani hubungan penulis dengan penerbit


Setelah merasa bahwa penulis yang bernaung di bawah agensinya memiliki
kemampuan untuk membuat naskah layak terbit, maka selanjutnya agensi penulis
menawarkannya kepada penerbit. Mencari peluang untuk dapat menulis sesuai
dengan tema yang diminta oleh si penerbit. Menawarkannya kembali pada si
penulis, dan membuat kesepakatan untuk bekerjasama.

Mengawal penyusunan buku oleh penulis


Agensi penulis berfungsi untuk mengawal penyusunan buku oleh si penulis yang
berada di bawah naungan mereka. Mulai dari pembuatan kerangka tulisan,
penyusunan naskah tiap bab yang perlu untuk direview, sampai dengan
memberikan informasi terkait dengan kualitas foto. Semua dilakukan oleh agensi
penulis untuk memudahkan para penulis mereka berkreasi dan memiliki naskah
yang memenuhi standard terbit.

Mengawal promosi buku


Penulisan dan penjualan buku sangat erat kaitannya. Jika penjualan sebuah buku
lancar dan bahkan best seller, maka selanjutnya si penulis akan diminta kembali

oleh penerbit untuk menciptakan sekuel atau buku-buku berikutnya yang masih
berhubungan dengan buku pertama.
Bisa juga penulis akan diminta naskah yang berkaitan pembahasannya dengan
buku laris yang dihasilkannya. Oleh karenanya agensi penulis sangat membantu
apabila ikut serta berpromosi. Promosi bisa dilakukan lewat blog, website, toko
buku, jejaring sosial, dan membuat acara bedah buku karya penulis mereka.
-

Melejitkan potensi penulis


Meskipun bisa, tidak semua orang sabar untuk menjadi penulis. Oleh karenanya
kemampuan dan kemauan tersebut perlu dilejitkan dengan cara-cara potensial.
Agensi penulis memiliki peran penting dalam melejitkan penulis-penulis yang ada
di bawah naungan mereka. Jika nantinya penulis tersebut terkenal, bukunya best
seller, maka agensi penulis juga ikut meraih keuntungan karena adanya kerjasama
antara penulis dengan mereka.

Dalam memilih penerbit, agensi naskah, maupun agensi penulis hendaknya kita
bijaksana dan berpikiran positif. Jika apa yang kita lakukan diniatkan demi kebaikan maka
yang terjadi adalah hal-hal yang baik pula. Jangan segan untuk bergaul dan mengenal lebih
dekat ketiga pihak yang akan membantu kita menerbitkan naskah tersebut. Dengan mengenal
lebih dekat, mengunjungi kantornya, dan berinteraksi dengan baik maka diharapkan akan
tumbuh sinergi untuk meraih kesuksesan.

EDITOR

AGENCY
PENULI
S

PENUL
IS

PENERB
IT

AGENCY
NASKA
H

D. Menimang dan Melepas Naskah


Seorang penulis nonfiksi perlu mempertimbangkan masak-masak sebelum menimang
dan melepaskan naskah yang telah disusunnya. Naskah ibarat seorang bayi yang kita
lahirkan. Ada unsur merawat dan keikhlasan di sana. Merawat si naskah sampai menjadi
sebuah buku dan mengikhlaskannya untuk dinikmati oleh banyak pembaca ketika kita
arahkan untuk diterbitkan.
Saat kita memperoleh kesempatan menyusun sebuah naskah, maka pergunakanlah
kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Kecuali memang kita tidak pernah tertarik untuk
mengambil kesempatan tersebut. Jika memang demikian, relakanlah orang lain untuk
menyusun naskah dimana kita enggan melakukannya.
Jika perlu bimbinglah mereka agar mampu menghasilkan naskah berkualitas layak
terbit. Apa gunanya? Setiap perbuatan baik pasti akan berbalas baik, meskipun bukan orang
yang bersangkutan akan membalasnya. Dan jika belum terbalas di dunia, Insya Allah Tuhan
menjanjikannya dengan pahala. Bagaimanapun perbuatan baik akan menampakkan hikmah
besar bagi kebaikan hidup kita. Inilah mengapa tak ada salahnya bagi kita untuk saling
berbagi dengan penulis lain.
Kembali lagi ke dalam permasalahan menimang naskah. Mengingat tujuan awal
menulis merupakan langkah terbaik untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya yang
bisa ditempuh. Jika awalnya kita bertujuan mencari materi, maka sertakanlah tujuan lain yaitu
untuk berbagi agar naskah yang kita buat tetap berbobot.
Jika awalnya kita menulis untuk berbagi maka sertakanlah dengan pencarian fee
karena kita akan lebih bisa menghargai kesempatan dan deadline yang ditetapkan oleh pihak
penerbit. Setelah mengingat dan memahami kembali tujuan kita menulis, maka selanjutnya
kita bisa menentukan langkah selanjutnya dalam menimang naskah. Timanglah naskah yang
kita suka dan kita kuasai, minimal kita mengenal narasumber dan mengetahui letaknya bagi
penulis nonfiksi semacam buku budidaya.
Berhati-hati untuk menerima naskah yang bahkan diri kita merasa enggan
menuliskannya, bertentangan dengan hati nurani, dan tidak ada kemampuan dari dalam diri
kita untuk menyusunnya. Misalnya saja saya yang tak akan pernah menyentuh dan meminang
naskah pembuatan kue-kue modern.

Meskipun saya suka memasak, tetapi saya kurang suka membuat kue. Sehingga hasil
kue buatan saya-pun terkesan apa adanya. Bagaimana mungkin saya bisa mengerjakan
pembuatan buku resep kue modern, jika saya sendiri kurang mampu dan jelas tidak bisa
menikmati tahap penyusunannya?
Jika tadi kita berbicara tentang menimang, maka saat ini kita akan beralih
pembicaraan dengan melepaskan naskah. Apabila kita telah memiliki naskah jadi,
lepaskanlah naskah pada penerbit yang tepat. Saat ini banyak keluhan tentang lamanya proses
penerbitan, distribusi naskah, dan pembayaran. Oleh karenanya perlu bagi penulis untuk
berhati-hati melepas naskahnya.
Berikan naskah kepada penerbit yang benar-benar profesional dan beritikad baik.
Pastikan surat perjanjian kerja atau surat kontrak telah diterima sebelum buku diterbitkan.
Bacalah dengan seksama perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak. Memilih
dan memilah penerbit memang bisa dilakukan sendiri oleh penulis.
Tetapi alangkah sederhananya apabila ada pihak lain yang siap membantu untuk
mencarikan penerbit profesional sekaligus mengawal keberadaan naskah kita. Di sinilah
fungsi agensi naskah dan agensi penulis nampak sangat berarti.

E. Waspada Dengan Jenis dan Sistem Pembayaran


Apabila seseorang telah menjadikan dunia menulis sebagai sumber pendapatan
tambahan atau bahkan sumber penghasilan utama, maka prosedur pembayaran harus benarbenar diperhatikan. Karena di dalam dunia kepenulisan nonfiksi, pembayaran naskah
memiliki dua sistem utama yaitu :

1. Jual Putus
Sistem pembayaran naskah nonfiksi dari penerbit yang pertama adalah jual putus.
Sistem jual putus ini seperti halnya ketika mengirim artikel atau naskah serupa ke
redaksi koran dan majalah.
Berikut hal-hal yang menjadi ciri khas sistem jual putus sebuah naskah :
-

Ada kontrak tertulis di awal kepenulisan atau setelah naskah diserahkan.


Masing-masing penerbit dan agensi memiliki kebijakan tersendiri maslah kontrak
kerja tersebut. Namun, sebagai seorang penulis saya menyarankan agar kita

meminta kontrak kepenulisan di awal ketika outline atau naskah kita disetujui dan
akan diterbitkan oleh mereka.
Di dalam kontrak ini tercantum beberapa aturan yang perlu dicermati oleh penulis.
Di antara peraturan tersebut adalah bahwa naskah yang telah dibeli tidak boleh
dipublikasikan kembali. Ada beberapa peraturan yang berbeda antara satu penerbit
dengan lainnya. Ada penerbit yang menentukan jual putus berlaku selamanya,
untuk berapapun cetakan ulang, dan karya terjemahan. Ada pula yang memberi
kompensasi dan honor tambahan ketika naskah berhasil cetak ulang atau
diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
-

Honor dihitung per halaman atau per paket.


Pada sistem pembayaran jual putus, honor dihitung berdasarkan dua hal. Ada yang
dihitung per halaman yang jumlahnya sesuai dengan tingkat kesulitan naskah.
Rata-rata honor per halaman antara Rp10.000,00 Rp50.000,00. Biasanya honor
yang diberikan untuk penulis nonfiksi sudah termasuk foto dan gambar
pendukung, kecuali ilustrasi yang dihandel sendiri oleh agensi dan penerbit.
Selain honor per halaman juga ada honor yang dihitung per paket. Karya nonfiksi
yang biasanya mendapatkan honor per paket adalah buku masakan, ketrampilan,
psikotes, soal Unas, Toefl, kamus, dan arsitektur. Honor per paket ini berkisar
antara Rp2.000.000,00 Rp50.000.000,00 tergantung dari tingkat kesulitan
naskah dan biaya yang mungkin dikeluarkan oleh si penulis.

Jangka waktu pemberian honor.


Pemberian honor penjualan putus termasuk cepat. Setelah naskah selesai disusun
dan diedit maka biasanya honor akan segera turun. Meskipun naskah belum
dicetak. Jangka waktu antara selesainya naskah disusun dengan turunnya honor
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan.

Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran jual putus :

2. Sistem Royalti
Sistem royalti merupakan sistem pembayaran naskah yang banyak ditawarkan dan
diberikan oleh penerbit. Sistem ini memiliki keunggulan bagi kedua pihak baik
penulis maupun penerbit. Penulis mendapatkan honor sesuai dengan buku mereka
yang terjual. Sedangkan penerbit diuntungkan karena memberikan honor sesuai
penjualan buku tersebut.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi ciri khas pemberian royalti bagi seorang penulis:
-

Adanya surat kontrak pembelian naskah secara royalti


Baik dalam sistem jual putus maupun royalti, penulis tetap perlu mendapatkan
surat kontrak pembelian naskah yang telah disusunnya. Kontrak royalti ini
menyebutkan bahwa penulis akan mendapatkan sekian persen dari harga buku
yang terjual. Biasanya royalti yang diberikan adalah 10% dari harga buku.
Misalnya harga buku Rp50.000,00 maka seorang penulis mendapatkan 10% x
Rp50.000,00 = Rp5.000,00 per buku terjual. Dalam cetakan pertama penerbit
biasanya mengeluarkan sekitar 3000 buku untuk disebar ke toko buku seluruh
nusantara.

Pemberian uang muka/DP


Tidak semua penerbit memberikan uang muka/DP atas naskah yang telah
diterbitkan. Hanya beberapa penerbit mayor yang memberikan DP sejumlah 2030% dari total royalti yang seharusnya diterima jika penjualan buku cetakan
pertama kita habis. Misalnya buku kita dicetak 3000 buah dengan harga
Rp50.000,00 per buah. Maka DP yang akan diterima adalah 30%x 30.000 x
(50.000 x 10%) = 30% x 3.000 x 5.000 = Rp4.500.000,00.

Jangka waktu pembayaran royalti


Pembayaran royalti dilakukan oleh penerbit dalam waktu tertentu, sesuai dengan
penghitungan mereka terhadap total penjualan buku. Biasanya pembayaran royalti
dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan atau 6 bulan sekali. Bagi yang menerima
uang muka/DP di awal penerbitan maka royalti pertama dikurangkan oleh DP
tersebut. Namun bagi yang tidak menerima DP maka royalti seutuhnya menjadi
milik penulis tanpa pengurangan lagi.

Contoh surat kontrak kepenulisan dengan sistem pembayaran royalti :


Bagi penulis yang menggunakan jasa agensi naskah atau agensi penulis untuk
berhubungan dengan penerbit, maka honor atau fee naskah yang kita ulas di atas biasanya
mendapat pengurangan. Pengurangan tersebut terbilang wajar sebagai biaya administrasi dan
jasa penghubung, bimbingan, ide, penyuntingan sampai dengan desain dari naskah yang
hendak diterbitkan.
Besarnya biaya administrasi yang dikenakan oleh agensi tidaklah sama, tergantung
masing-masing agensi dan perjanjian dengan penulis. Rata-rata agensi mengenakan biaya
antara 20% - 30% dari total pendapatan atau honor penulis. Apabila penulis mendapatkan
kontrak jual putus, agensi langsung memotongnya dari honor yang turun melalui mereka.
Namun, pada kontrak royalti, biasanya ada perjanjian tiga pihak antara penulis, penerbit, dan
agensi agar pembagian royalti langsung diserahkan kepada masing-masing pihak yaitu agensi
dan penulis.
Contoh surat kontrak penulisan dengan sistem pembayaran royalti :

Ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh penulis sehubungan dengan sistem
pembayaran, baik dari agensi maupun langsung penerbit yaitu :
-

Teliti membaca surat kontrak atau surat perintah kerja dari agensi/penerbit
Sebelum menyerahkan naskah kepada agensi atau penerbit, hendaknya penulis
memperhatikan dan membaca dengan teliti surat kontrak atau surat perintah kerja yang
didapatkan. Jangan sampai terjadi naskah telah diterbitkan dan penulis belum

mendapatkan surat kontrak.


Tanyakan dengan jelas tentang sistem pembayaran yang dipakai
Carilah informasi tentang sistem pembayaran yang akan digunakan oleh agensi atau
penerbit. Apabila di dalam surat kontrak tidak disebutkan, jangan segan untuk bertanya.
Tanyalah langsung pada pihak berwenang daripada menanyakannya kepada sesama
penulis yang mungkin saja mendapatkan pengalaman berbeda-beda.

BAB III.
MENGGALI IDE KREATIF.

Deretan buku nonfiksi di sana lahir dari ide kreatif


Sumber : dokumen pribadi
Ide kreatif merupakan kunci pertama yang membuka jalan seseorang untuk berkiprah
menjadi seorang penulis nonfiksi. Ide ini tidak bisa datang dari imaginasi, namun dari fakta
yang ada di sekitar kita. Bisa dari pengetahuan karena latar belakang pendidikan, dari
pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, survey, penelitian, dan berbagai sumber
informasi terpercaya. Semua bisa menjadi ide kreatif untuk menghasilkan karya layak terbit
di tangan seorang penulis nonfiksi. Maka beberapa hal yang menjadi sub bab di bawah ini
mungkin bisa sedikit menjabarkan tentang penggalian ide kreatif tersebut.

A. Membuka Keenam Indra


Sebuah ide bagi seorang penulis sangatlah berharga. Apalagi jika ide tersebut ternyata
memikat untuk diterbitkan. Ide memang bisa saja datang sewaktu-waktu ketika kita sedang
diam atau sedang melakukan satu pekerjaan tertentu. Namun, sesungguhnya ide tersebut
bukan datang dengan sendirinya. Ada proses di balik datangnya satu ide di kepala seorang
penulis. Proses pertama adalah membuka keenam indra kita sebagai seorang manusia.
Dengan membuka keenam indra, kita menjadi lebih peka dan tergerak untuk menjadikan
semua informasi yang diterima sebagai ide kreatif.

Berikut keenam indra yang bisa diaktifkan dan dibuka untuk menjaring ide-ide bagi
sebuah karya nonfiksi :
-

Penglihatan/Mata
Allah menganugerahkan mata bagi kita untuk melihat. Bersyukur apabila kita memiliki
mata yang normal. Masih bersyukur juga apabila kita hanya memerlukan bantuan kaca
mata untuk dapat melihat dengan jelas. Karena pandangan mata kita begitu luas
menggapai seluruh isi dunia. Apalagi saat ini banyak media informasi dan komunikasi
yang memungkinkan kita memandang ke seluruh penjuru bumi.
Dari pandangan yang kita sebar tersebut, ada banyak ide bisa dimunculkan. Misalnya
ketika kita pergi ke perkebunan paprika, maka ada ide untuk menulis buku tentang
budidaya paprika. Demikian pula ketika kita melihat ada banyak remaja berpasangpasangan di taman kota, ada ide untuk menuangkannya sebagai buku parenting bagi
orang tua. Pendek kata semua fenomena yang tertangkap oleh pandangan mata kita
menjadi sebuah ide berharga bagi penulis nonfiksi.

Penciuman/Hidung
Indra kedua yang bisa menggali ide-ide kreatif ketika kita mengaktifkannya adalah
hidung. Penciuman kita membuat ide mengalir deras apabila memang kita rasakan
dengan seksama. Berbagai jenis bau bisa tercium apabila hidung kita dalam keadaan
sehat. Oleh karenanya memiliki indra penciuman yang sehat sama pentingnya dengan
indra penglihatan.
Mulai dari bau harum, sedap, asam, sampai dengan busuk bisa tercium oleh hidung
yang sehat. Dari berbagai bau tadi kita bisa menggali ide kreatif. Ketika kita lewat di
depan sebuah gerai masakan Jepang misalnya, tercium bau sedap olahan hasil laut
dengan saus khas dan mayonaisenya.
Maka tumbuhlah ide untuk membuat buku resep masakan Jepang. Demikian juga
ketika kita lewat di depan pembuangan sampah dan tercium bau busuk, bisa jadi ada ide
juga untuk membuat buku pengolahan sampah organik. Semua bisa menjadi ide kreatif
bagi penulis nonfiksi.

Pengecap/Lidah
Indra ketiga yang perlu kita cermati adalah lidah. Bagian pengecap ini berfungsi
mendeteksi berbagai macam rasa seperti asin, manis, asam, pahit, dan campuran rasa
seperti lezat, gurih, atau sedap. Dari berbagai makanan, minuman, obat, dan apapun

yang bisa kita rasakan melalui lidah bisa tumbuh menjadi ide segar bagi kepenulisan
buku nonfiksi.
Contohnya ketika kita disuguhi semangkuk es campur nan lezat. Nampak ada buahbuahan yang dipotong kecil disiram saus gula dan susu kental manis. Namun ada
sesuatu yang berbeda dari buah tersebut. Setelah kita merasakan dengan seksama
ternyata buah-buahan tersebut diolah menjadi manisan terlebih dahulu sebelum dibuat
es campur.
Seorang penulis nonfiksi bisa mengolah sensasi rasa es campur tersebut menjadi buku
resep minuman segar, menjadi buku motivasi yang menceritakan tentang fenomena
kehidupan seperti es campur, dan menjadi berbagai buku lain sesuai dengan kreatifitas
pengolahan idenya.
-

Pendegaran/Telinga
Memiliki telinga, gunakan untuk mendengar tentang kebaikan. Sama halnya dengan
memiliki indra lainnya seperti mata, hidung, dan lidah. Memiliki telinga sehat
merupakan anugrah tak terhingga bagi seorang manusia termasuk para penulis. Telinga
yang digunakan untuk mendengar kebaikan, akan memunculkan ide kreatif dalam
penyusunan naskah.
Misalnya mendengar ceramah agama yang lugas dan lucu, membuat seorang penulis
memiliki ide memunculkan buku humor sufi seperti Abunawas atau Nasrudin Hoja.
Mendengarkan kokok ayam jantan membuat ide di kepala melayang pada pembuatan
buku budidaya ayam serama yang sedang trend. Demikian luas, banyak, dan tak
terhingga sebenarnya ide yang bisa kita gali dari indra sebagai seorang manusia.

Peraba/Kulit
Indra peraba yang dimanifestasikan dengan kulit tubuh juga menjadi sarana penggali
ide yang efektif. Permukaan kasar, halus, lembut, panas, dan dingin menjadi sumber ide
yang tiada habisnya. Coba sesekali kita merasakan apa yang diraba oleh kulit. Misalnya
ketika mencuci muka dan merasakan dinginnya air di Lembang, maka sempat terbersit
ide untuk menulis tentang buku wisata Bandung dan sekitarnya.
Ada lagi ketika kita rasakan permukaan kulit nenek yang masih kenyal di usia 80 tahun,
maka terbersit untuk menulis resep kecantikan kuno ala nenek. Demikian luas dan
banyaknya ide dari rasa yang kita dapat melalui indra, bukan?

Perasa/Hati

Saya menuliskan keenam indra, meskipun yang nampak di permukaan hanyalah lima
indra saja. Bukan bermaksud mengajak pembaca mempercayai tentang hal mistik,
namun indra keenam di sini memang nyata adanya. Indra perasa, begitu saya
menyebutnya adalah hakikat seorang manusia yang memiliki hati nurani. Sehingga bisa
memiliki perasaan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya.
Misalnya saja ketika kita mengira bahwa seseorang berbuat baik karena ada maunya,
dan kemudian hal tersebut terbukti maka bisa jadi sebuah ide tentang psikologi
komunikasi. Membaca wajah seseorang, membaca sifat seseorang dari tulisannya, dan
berbagai bahasan lainnya. Semua bisa tumbuh dari adanya hati yang merasakan
sekeliling kita.

Biasakan menjadi anak-anak yang selalu membuka semua indra mereka


untuk menyerap informasi
Sumber : dokumen pribadi

B. Hebatnya Hubungan Baik


Ide bisa didapat dimana saja dan kapan saja. Tergantung apakah seorang penulis
mampu mengambil hikmah dari semua perjalanan dan pertemuan yang dilakukannya dengan
orang lain. Menjalin hubungan baik dengan pasangan, anak-anak, saudara, keluarga, teman,
sahabat, dan bahkan orang lain yang baru dikenal bisa membuncahkan ide menjadi sebuah
tema kreatif siap tulis. Hubungan baik yang didasari oleh niat yang baik, dijalani dengan
penuh kebaikan, dan tentu saja dengan orang-orang yang baik.

Mengapa harus baik, bukankah setiap hubungan dengan orang lain bisa memunculkan
ide kreatif? Tak ada salahnya mendekat hanya kepada yang baik dan demi kebaikan. Apalagi
sebagai penulis nonfiksi, kita tak perlu menumbuhkan karakter pada tokoh ciptaan sehingga
tak perlu mengambil contoh karakter yang kurang baik.
Hubungan baik yang dijalin dengan orang-orang di sekitar kita seringkali
memunculkan ide kreatif untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah buku. Misalnya
berhubungan dengan teman dari berbagai profesi, ada dokter, pengacara, notaris, polisi, guru,
dan petani.
Semua memiliki nilai tambah bagi seorang penulis nonfiksi. Bukan hanya ide yang
bisa melimpah ketika menjalin hubungan baik dengan multi profesi, multi etnis, dan multi
budaya. Tetapi nantinya kita juga bisa meminta bantuan mereka untuk menulis duet atau
menjadi narasumber bagi buku yang kita susun.
Menjalin hubungan baik dengan siapapun di sekitar kita akan menambah wawasan
tentang berbagai hal. Wawasan dan informasi inilah salah satu sumber bagi naskah nonfiksi.
Katakanlah kita memiliki sahabat seorang dokter yang satu hari membicarakan tentang diet
bagi penderita diabetes.
Maka terpetik dalam pikiran kita untuk mengeluarkan ide tentang membuat buku
masakan diet bagi penderita diabetes. Begitu juga ketika kita menjalin hubungan baik dengan
pebisnis toko online, maka kita akan memiliki ide untuk mengupas tuntas tentang toko online
dalam sebuah buku bisnis. Simpel dan cukup mudah untuk dilakukan.
Bagaimana jika sulit untuk memulai hubungan baik? Tidak ada kata sulit untuk suatu
hal yang baik. Apabila kita berusaha untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu maka
nantinya kita akan dapat menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang baik pula.
Di sinilah inspirasi tentang ide menulis akan tumbuh dengan sendirinya. Tidak perlu
dipaksakan atau terlalu banyak bertanya. Cukup bergaul dengan itikad baik maka ide akan
mengalir dengan sendirinya melihat apa yang dilakukan oleh teman-teman kita tersebut.
Meskipun di sekeliling kita banyak juga orang-orang yang mungkin bermaksud tidak
baik, tetapi kita tetap perlu mengembangkan pemikiran positif. Sebab apabila kita
terkungkung dalam kecurigaan dan pemikiran negatif maka dunia ini akan terasa suram.
Belum lagi ide menulis dan kreatifitas yang akan terhambat begitu kita mengembangkan
pemikiran negatif.
Yang prlu juga untuk kita ingat bahwa hubungan baik bukan untuk diperjual-belikan.
Dalam artian, apabila kita hendak membina hubungan baik dengan orang lain tak perlu ada
ketentuan materi yang dikeluarkan.
Apabila seseorang mau bersahabat dengan kita, pastikan itu bukan karena prestasi
atau materi yang kita miliki. Tetapi karena ketulusan hati ingin berbagi sebagai seorang
teman.

Hubungan baik, sumber inspirasi


sumber : dokumen pribadi

C. Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa


Terjadinya satu peristiwa, baik menyenangkan maupun menyedihkan tentu memiliki
hikmah bagi setiap manusia. Termasuk kita sebagai seorang penulis. Setiap peristiwa yang
terjadi pada diri kita, bisa diambil sebagai ide menuliskan naskah nonfiksi.
Misalmya peristiwa kehamilan yang bisa dibuat berbagai buku bertema serupa.
Peristiwa pernikahan yang juga bisa dijadikan ide membuat buku tentang pencarian jodoh.
Dan banyak lagi peristiwa yang bisa mencuatkan ide kreatif untuk mengulas sebagai sebuah
buku.
Peristiwa yang bisa dijadikan sebagai sumber ide, bukan hanya dari kejadian yang
kita alami saja. Tetapi semua peristiwa yang ada di dunia ini bisa dijadikan sebagai sebuah
ide kreatif. Misalnya saja kasus maraknya kawin-cerai di kalangan artis, bisa dijadikan ide
untuk membuat buku rahasia perkawinan bahagia.
Peristiwa jatuhnya indeks saham di wall street bisa dijadikan sebagai buku ulasan
pasar modal. Pendek kata banyak sekali ide yang bisa kita cetuskan sebagai penulis nonfiksi.
Hanya saja nantinya kita tetap perlu memilah dan memilih mana ide yang sekiranya sanggup
kita kerjakan dan susun sebagai sebuah buku, mana yang hanya bisa disusun sebagai sebuah
artikel, dan mana yang bisa kita sharing ke penulis lain untuk dijadikan buku olehnya.
Mengapa mesti memilah dan memilih ide? Karena setiap penulis nonfiksi memiliki
kemampuan berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang pendidikan, budaya, pengalaman
hidup, dan pekerjaan yang tengah ditekuni.

Luas dan banyak ide yang bisa kita keluarkan dan dijadikan sebuah naskah apabila
memang kita mampu melakukannya. Bagaimana jika kurang memenuhi syarat untuk menulis
ide yang dicetuskan tadi?
Nantinya kita membutuhkan beberapa hal untuk menguatkan karya nonfiksi kita
menjadi sumber informasi akurat. Diantaranya adalah teori baku, hasil penelitian, survey, dan
keterangan dari narasumber.
Beberapa peristiwa yang bisa memunculkan ide untuk menulis tema nonfiksi, antara
lain :
-

Trend yang terjadi di sekitar kita


Trend yang terjadi di sekitar penulis bisa memunculkan ide untuk menulis buku
nonfiksi. Bukan hanya trend fashion seperti model jilbab, baju batik, sanggul, dan
riasan ala Korea misalnya. Bisa jadi trend hobby seperti ayam serama, lovebird,
kenari, dan hobby lain juga bisa menginspirasi untuk dijadikan sebuah buku.
Maka berbahagialah sebagai penulis nonfiksi karena banyak hal yang bisa
diangkat sebagai ide menulis tanpa perlu plagiat atau meniru ide orang lain.

Peristiwa alam
Ketiksa lumpur Lapindo menenggelamkan beberapa desa di kawasan kecamatan
Porong Sidoarjo, maka banyak bermunculan ide tentang membuat buku. Mulai
dari buku tentang sejarah ibukota Majapahit yang ternyata dulu juga pernah
ditenggelamkan oleh lumpur di daerah porong. Kemudian beranjak pada buku
Usaha Kecil Menengah yang ternyata banyak dilakukan oleh para korban lumpur
tersebut untuk menyambung hidupnya.

Peristiwa sehari-hari
Banyaknya peristiwa yang terjadi dalam keseharian seseorang menumbuhkan ide
menulis bagi kita. Misalnya ketika ada seorang tukang jamu lewat maka terpikir
untuk membuat tulisan tentang pengobatan herbal. Ketika nampak ada seorang
tukang soto maka terpikir untuk membuat buku tentang aneka soto nusantara.

Kejadian di tempat kerja


Seorang penulis kadangkala merupakan pekerjaan sampingan, karena hasilnya
yang tak selalu manis. Salah satunya adalah dengan bekerja di sektor lainnya,
seperti di kantor, pabrik, rumah sakit, sekolah, dan tempat lainnya. Nah, berbagai
kejadian yang ada di tempat kerja tersebut bisa dijadikan sebagai sumber ide.
Misalnya tentang marketing, manajemen, kepribadian, psikotes kerja, dan
sejenisnya.

Bisnis
Bisnis yang dijalankan oleh diri sendiri atau orang terdekat bisa menjadi inspirasi
ide bagi penulisan sebuah karya nonfiksi. Seperti bisnis apotek, bisnis rumah
makan, katering, bengkel motor, atau bahkan agensi.

Perjalanan
Seorang penulis nonfiksi bisa menggunakan bahan dari perjalanan yang
dilakukannya sebagai ide menulis. Baik perjalanan tersebut bersifat wisata, religi,
atau perjalanan dinas dan bisnis. Beberapa ide bisa diambil dari wisata ke pulau
Bali, perjalanan dinas ke Jerman, atau bahkan saat menjalani ibadah Haji dan
Umroh.

Pendidikan anak-anak
Pendidikan anak-anak menjadi sumber inspirasi yang tak pernah henti bagi
kepenulisan nonfiksi tentang stimulasi perkembangan anak. Mulai dari pendidikan
anak usia dini sampai remaja tetap menarik dibahas dari sisi manapun pada
kepenulisan nonfiksi. Seperti mengajar bayi calistung, ragam permainan anak,
atau buku-buku stimulasi anak.

D. Rahasia Sumber Ide Yang Original.

Ide original itu anugerah


Sumber : clip art
Begitu banyaknya hal yang bisa membuat aliran ide kita deras. Justru dari hal-hal
yang ada pada diri kita sendiri. Dari adanya indra yang sempurna, dari adanya hubungan baik
dengan orang di sekitar kita, dan kemampuan diri untuk mengambil hikmah dari setiap
peristiwa.
Ide yang diperoleh berdasarkan kemampuan diri mengelola berbagai sumber ide yang
ada di sekitar kita inilah justru sumber ide yang original. Bukan ide yang timbul karena ada

buku lain yang sedang trend. Bukan pula ide yang tumbuh karena seringnya kita ke toko buku
dan mengamati berbagai jenis judul di sana.
Ide yang original juga tak harus dibeli, tak perlu ditebus dengan rupiah, dan tak takut
dicuri. Mengapa? Karena ketika kita memiliki sebuah ide, kemudian kita sharing ide tersebut
kepada pihak penerbit atau agensi maka tak ada seorangpun yang mampu menuangkan ide
kita dalam sebuah tulisan kecuali diri kita sendiri sebagai pemilik ide.
Meskipun ada kemungkinan ide kita bisa ditulis oleh orang lain, kita tak perlu
khawatir. Nantinya akan ada saatnya kita bisa menuangkan sendiri ide tersebut ke dalam
sebuah naskah.
Selagi kita mendapatkan ide dengan cara yang baik, maka tak perlu takut jika
kemudian ide kita ternyata dicuri. Kadangkala kita harus bisa menerima kenyataan bahwa
banyak orang yang memiliki ide sama. Hanya saja ide tetaplah akan menjadi ide apabila tidak
diolah menjadi judul dan naskah.
Berikut beberapa rahasia menemukan dan menyematkan ide original kita :
-

Bekali diri dengan ilmu dan ketrampilan


Membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan menjadi syarat mutlak
seorang penulis nonfiksi. Membekali diri dengan ilmu bukan hanya dengan
membaca saja, tetapi bisa dengan meneruskan sekolah, mengikuti kursus, dan
menyerap pengetahuan dari berbagai media serta informasi terpercaya. Membuka
mata, membuka hati, dan membuka pikiran terhadap hal-hal positif.
Membuang jauh hal negatif serta menenggelamkan diri dalam keinginan untuk
terus belajar. Merendahkan hati untuk menerima masukan dan nasehat dari orang
yang lebih pintar dan berpengalaman. Tidak perlu memintanya karena mereka
akan datang dan membagi ilmunya jika melihat kita bersifat baik.
Membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan juga membuka wawasan seorang
penulis menjadi lebih luas. Dengan wawasan yang luas,

pengetahuan, dan

ketrampilan maka ide akan bermunculan dengan sendirinya. Tidak perlu meniru,
semua berjalan sesuai apa yang kita ketahui dan kita kuasai. Jadi, membuat ide
original bisa dilakukan oleh setiap orang. Indahnya menulis nonfiksi.

Mengikuti seminar dan bedah buku,


salah satu cara menambah pengetahuan
Sumber : dokumen pribadi
-

Tumbuhkan sikap empati


Mengembangkan sikap empati, bukan simpati. Simpati berarti kita akan terlalu
banyak mengurusi orang lain. Ada hal apapun pada diri orang lain, kita seakan
berhak menilai, berhak ikut campur, dan berhak meluapkan emosi.
Usahakan sikap simpati seperti itu tidak hadir dalam kehidupan kita sebagai
penulis nonfiksi. Gantilah sikap simpati menjadi sikap empati. Empati membuat
diri kita merasa lebih bebas dan lega mengekspresikan ide. Empati membuat kita
mampu belajar dari keadaan dan kejadian yang menimpa orang lain tanpa terlalu
dalam ikut terhanyut.
Sikap empati tidak lalu mematikan hati nurani, tetapi membuat seseorang lebih
logis untuk bergaul, bersenda gurau, bersahabat, yang kesemuanya bermuara pada
kebaikan dan niat baik semata.

Sikap empati membuat kita merasa bahwa persaingan dengan sesama penulis
dalam mengeluarkan ide atau menyusun naskah sebagai tambahan semangat untuk
menjadi lebih baik. Bukan lantas menganggap bahwa bersaing akan melumpuhkan
kreatifitas, membuat sakit hati bila kalah, dan perasaan kecewa yang didapat dari
tumbuhnya sikap simpati.
-

Pahami satu ide sebelum menuangkannya dalam catatan


Mengasah diri untuk menelurkan ide original bukanlah hal yang sulit. Didasari
dengan niat baik dan pengasahan terhadap kemampuan dan kepekaan, maka
seorang penulis nonfiksi mudah menemukan ide dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Hanya saja, kadangkala ide tersebut menjadi mentah dan tinggal hanya
sebagai ide apabila kurang adanya pemahaman tentang maksud dan arah ide
tersebut akan dibawa menjadi sebuah naskah.
Sebelum mencatat ide yang berjalan di kepala, ada baiknya untuk memahami
terlebih dahulu arah ide tersebut nantinya. Misalnya ketika kita menghadiri resepsi
pernikahan kerabat, dimana banyak sekali tamu undangan yang mengenakan
sanggul modern maka terbersit sartu ide di kepala untuk membuat buku
kecantikan tentang sanggul.
Hanya saja ide tersebut tetap harus dimengerti dan diarahkan untuk membuat
sanggul yang seperti apa? Sanggul sehari-hari, sanggul pesta, atau justru sanggul
pengantin? Inilah yang dinamakan dengan pemahaman sebelum mencatat ide yang
telah ada di kepala.

Catat ide pada media yang mudah terbaca


Setelah memahami ide dan arah yang akan dilakukan, maka kita perlu
mencatatnya dalam sebuah media yang mudah dilihat dan dibaca. Misalnya saja
jika kita memiliki notes atau buku catatan kecil yang sering dibuka, maka catatlah
ide tersebut di sana. Atau misalnya jika kita sering melihat gadget, maka catatlah
ide di gadget tersebut. Semua catatan itu akan sangat bermanfaat ketika kita
membutuhkannya untuk dikenalkan ke penerbit atau agensi.
Ketika penerbit atau agensi memerlukan buku-buku tentang kecantikan, maka kita
tinggal membuka catatan ide tentang buku pembuatan sanggul atau perawatan
rambut dan sebagainya.

Tidak perlu mencontek ide dari orang lain, karena sumber ide itu melimpah

Sumber ide bagi penulis nonfiksi itu melimpah. Banyak hal yang bisa kita gali
secara faktual dari kehidupan sehari-hari. Nantinya butuh kemauan, kemampuan,
dan narasumber jika diperlukan untuk mewujudkannya menjadi sebuah buku sarat
informasi.
Oleh karenanya jangan takut kehabisan ide dan menconteknya dari karya penulis
lain. Olah ide sedemikian hingga nampak unik, menarik, dan patut untuk disusun
menjadi sebuah buku layak terbit.
Jadi, masihkah bingung menunggu datangnya ide?

E. Memilih Judul Yang Mengena


Memiliki banyak ide tetap akan menjadi ide apabila kita tidak mengerucutkannya
menjadi sebuah tema, kemudian dari tema tersebut dibuat judul yang menarik dan mengena.
Mengapa harus dibuat judul yang menarik? Karena hal ini berhubungan dengan ketertarikan
penerbit yang berarti juga ketertarikan pasar yaitu para pembaca.
Penerbit memiliki standard dan tim marketing yang menilai bagaimana prospek buku
dengan tema tertentu di pasaran. Namun tentu saja tema tersebut harus diolah terlebih dahulu
menjadi judul yang mengena sehingga mencapai target penjualan yang diinginkan.
Berikut hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk memilih judul yang menarik dan
mengena di hati calon pembaca :
-

Judul dapat mewakili isi buku


Pilihlah judul yang dapat mewakili isi buku kita nantinya. Memilih judul bukan
hanya sekedar memilih kata untuk display cover sebuah buku. Pemilihan judul ini
sangat penting. Bagaimanapun sebuah buku tetap dilihat pertama kali oleh calon
pembaca dari kulitnya. Di samping desain cover yang menarik, nampaknya pilihan
judul menjadi salah satu alternatif penting untuk membuat calon pembaca tertarik
membeli buku tersebut.
Di sinilah pentingnya sebuah judul dibuat, untuk mengungkapkan apa yang ada
dan dibahas di dalam buku. Apalagi untuk karya nonfiksi, dimana seorang calon
pembaca sangat berharap mendapatkan informasi akurat dan lebih banyak bagi
bidang yang ingin dimengerti oleh mereka.

Oleh karenanya buat judul yang menggambarkan isi buku tersebut, jangan
melenceng. Karena judul yang bagus, dengan isi yang tidak sesuai akan membuat
pembaca menjadi kecewa.
Misalnya ketika kita memiliki tema beternak bebek, maka bolehlah kita memberi
judul Kiat Praktis Budidaya Bebek. Dan isi buku nantinya juga tentang tata cara
beternak bebek mulai awal sampai panen.
Ketika nanti ada bonus cara mengolah daging dan telur bebek, bisa saja disisipkan.
Namun hendaknya bahasan utama dalam buku adalah tentang beternak bebek.
Bukan lantas membahas tentang membuat telur asin, atau tentang budidaya ayam.
Inilah yang dinamakan bahwa judul harus bisa mewakili isi buku.
-

Buat judul dengan kata-kata ringkas dan mudah dimengerti


Judul dengan kata-kata ringkas dan mudah dimengerti terbukti mampu menarik
minat pembaca untuk membeli buku tersebut. Karena kata-kata ringkas dan umum
tidak hanya mengambil pangsa pembaca dari kalangan akademisi atau ahli dalam
bidang bersangkutan seperti buku diktat kuliah.
Buku yang disusun seorang penulis nonfiksi diharapkan mampu menjembatani
teori baku dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Sehingga buku tersebut bisa
dimengerti dan diaplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya pemilihan judul Anakku, Sahabatku akan lebih menarik daripada
judul Ilmu Mengasuh Anak Usia Remaja.

Pilih judul yang akan membuat calon pembaca penasaran


Memilih judul juga hendaknya mempertimbangkan keinginan calon pembaca
untuk membeli buku kita kelak. Meskipun promosi yang dilakukan sudah gencar,
baik di jejaring sosial, toko online, sampai dengan bedah buku tetapi penjualan
buku tetap tergantung dari selera pembaca.
Judul yang membuat calon pembaca penasaran lebih diminati untuk dibeli
daripada yang tidak. Untuk membuat judul yang akan membuat calon pembaca
penasaran, diperlukan survey dan kejelian dalam mengartikan informasi untuk
dikaitkan dengan emosi.
Misalnya judul 7 Kesalahan Marketing akan lebih membuat pembaca penasaran
daripada judul Menjadi Marketing Yang Baik. Utak-atik judul dan berikan
beberapa alternatif bagi judul kita.

Lengkapi judul dengan keterangan tambahan seperlunya


Agar judul kita semakin mudah dimengerti dan menampakkan isi buku yang bisa
membuat calon pembaca tertarik, biasanya disertakan pula keterangan tambahan.
Keterangan tambahan ini memiliki huruf yang berbeda dan lebih kecil dari judul
utama.
Biasanya keterangan tambahan berisikan tentang pengertian luas tentang judul
yang dipilih atau pemberitahuan adanya keunggulan di dalam buku tersebut.
Misalnya disertai dengan bonus, disertai dengan CD, disertai dengan kunci
jawaban, dan sejenisnya.

BAB IV.
MEMBUAT KISI-KISI

ide

kisikisi

naska
h

Sebelum memulai untuk menulis naskah nonfiksi, hendaknya kita membuat kisi-kisi
yang merupakan manifestasi tema dan judul yang telah dipilih. Jika tema adalah mutlak
diperlukan di awal kepenulisan, tidak demikian halnya dengan judul. Judul bisa diubah
nantinya setelah naskah selesai ditulis. Dan kisi-kisi merupakan harga mati bagi kepenulisan
nonfiksi. Agar tulisan menjadi teratur, runtut, dan sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

A. Memahami Outline Atau Proposal


Menuliskan naskah sebuah buku sama dengan menulis skripsi atau karya tulis
nonfiksi lainnya. Masing-masing membutuhkan proposal atau istilahnya dalam dunia
penerbitan adalah outline. Outline merupakan gambaran buku yang hendak dibuat si penulis.
Dari outline tersebut diharapkan pihak penerbit atau agensi mengerti tema, arah penulisan,
dan bisa memperkirakan hasil jadi naskah yang hendak ditulis.
Berikut bagian-bagian dari outline atau proposal :
-

Tema
Pada setiap karya tulis nonfiksi, tema merupakan bagian inti atau terpenting yang
pertama kali harus ditetapkan. Tanpa tema, tulisan seseorang tidak akan fokus
pada satu bidang yang diinginkan. Bisa merembet kemana-mana dan justru
membuat informasi yang disajikan kurang mengena.
Tema bisa dibuat dari ide. Ketika seseorang memiliki ide untuk mengangkat satu
fenomena ke dalam sebuah naskah nonfiksi maka hendaknya dia langsung
membuat temanya. Dengan tema maka nantinya tulisan yang dihasilkan
diharapkan sarat informasi bermanfaat dan tidak keluar dari jalur yang ingin
disampaikan.
Beberapa contoh tema, misalnya :
Masakan Jawa
Kue tradisional Indonesia
Pengasuhan anak usia remaja
Menembus pasar ekspor
Kreasi jilbab dan pashmina modern
dsb

Nama penulis dan narasumber (jika diperlukan)


Biasakan untuk mencantumkan nama penulis dan narasumber pada proposal atau
outline kita. Nama penulis di sini menunjukkan jati diri kita, bahwa outline yang
dibuat adalah karya kita. Sehingga nantinya kita harapkan kita pulalah yang akan
menulisnya sesuai dengan gambaran umum di dalam outline atau proposal
tersebut.

Nama yang dicantumkan dalam outline bisa menggunakan nama asli atau nama
pena. Nama pena bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan jati diri penulis.
Tetapi bagi penulis nonfiksi, nama pena memiliki tujuan untuk mengenalkan diri
secara luas. Daripada harus mencantumkan nama lengkap yang panjang beserta
gelar sekolah dan pemberian.
Namun, pada buku-buku nonfiksi tertentu penulisan nama lengkap beserta gelar
dirasa lebih menjual dan kompeten dibandingkan hanya menyebutkan nama pena.
Misalnya bagi penulis buku psikotes, akan lebih menjual nama yang bergelar
sarjana Psikologi atau magister Psikologi daripada nama pena.
Maka bagi penulis nonfiksi bisa jadi nama yang ada di buku berbeda-beda,
kadangkala memakai nama pena, nama asli, dan nama yang disertai gelar. Semua
itu ditujukan sebagai daya tarik tersendiri bagi buku yang akan diterbitkan.
Sedangkan pencantuman nama narasumber juga dirasa cukup penting untuk
memikat hati penerbit. Seorang ahli pertanian akan terasa pas apabila menulis
buku budidaya bunga hebras, misalnya. Namun karena keterbatasan waktu, maka
mereka memilih hanya menjadi narasumber saja sedangkan penulis bisa
mengambil dari beberapa penulis nonfiksi terpercaya.
Jika demikian, maka si ahli atau si pemilik kebun hebras bisa dituliskan sebagai
narasumber di buku. Nantinya pada bagian bawah narasumber dituliskan keahlian
atau kedudukan beliau sehingga cukup berkompeten apabila diambil menjadi
narasumber.
-

Judul dan alternatif judul


Meskipun nantinya bisa diubah, judul juga perlu dicantumkan dalam penulisan
outline atau proposal. Buatlah lebih dari satu judul sebagai alternatif bagi penerbit
atau agensi untuk menetapkan mana yang terbaik dan menarik. Beberapa hal yang
perlu dipikirkan ketika membuat judul telah kita bahas di bab sebelumnya.
Beberapa contoh judul dari tema yang kita sebut di atas antara lain :
30 Masakan Jawa Paling Populer
Ragam Kue tradisional Indonesia, dari Sabang sampai Merauke
Anakku, Sahabatku
Tata Cara Menembus Pasar Ekspor (Bagi Pebisnis UKM)
25 Kreasi jilbab dan Pashmina Modern
dsb

Sinopsis
Sinopsis merupakan ringkasan isi buku yang akan kita tulis. Di dalam sinopsis
hendaknya ada beberapa hal untuk diungkapkan dan menjadi daya tarik karena
nantinya akan disematkan di cover belakang buku kita.
Hal yang perlu disampaikan dalam membuat sinopsis adalah :
Pengertian dari pokok bahasan yang hendak diungkapkan dalam sebuah buku
Sekilas isi buku
Manfaat buku bagi calon pembaca
Ucapan selamat membaca
Contoh sebuah sinopsis buku bertema resep tumpeng :
Tumpeng, identik dengan nasi berbentuk kerucut yang berhiaskan berbagai lauk
serta sayur khas Indonesia.Tak jarang pula tumpeng yang dilengkapi dengan
kerupuk, salah satu makanan favorit di seantero nusantara.
Berbagai acara seringkali menghidangkan varian tumpeng dengan hiasan yang
cantik serta menggugah selera. Mulai dari acara ulang tahun, pernikahan, sampai
dengan kegiatan tasyakuran proklamasi kemerdekaan.Siapapun ternyata bisa
membuatnya sendiri, tentu saja dengan menyisihkan sedikit waktu luang di dapur
Anda.
Buku ini akan memuat tentang berbagai jenis tumpeng, lengkap dengan
pengenalan bahan, alat, dan tips menyajikannya. Buku full colour yang berisikan
foto dan resep tumpeng, menarik untuk dibaca serta mudah untuk
dipraktekkan.Bisa digunakan sebagai inspirasi bagi sajian spesial di hari yang
istimewa.Bisa juga digunakan sebagai penggugah inspirasi pada usaha katering
Anda. Selamat Mencoba

Kelebihan naskah
Kelebihan naskah merupakan hal yang akan membuat naskah kita berbeda dengan
naskah lain sejenis. Kelebihan naskah ini mengungkapkan apa yang hendak dibuat
dengan naskah tersebut. Penambahan konten dan berbagai hal pendukung lain
dijadikan dalam satu point kelebihan naskah.
Berikut contoh kelebihan naskah kreasi tumpeng :
Naskah ini menyajikan perpaduan pengenalan bahan-bahan dan cara memasak
tumpeng khas Nusantara. Baik tumpeng tradisional maupun modern.Disertai
dengan tahapan memasak.

Nantinya buku ini akan dilengkapi dengan :


1. Pengenalan bahan
2. Foto hasil masakan
3. Saran penyajian di tiap-tiap resep masakan
-

Bentuk dan ukuran buku


Kita bisa mencantumkan jumlah halaman serta ukuran kertas cetak buku yang
akan disusun. Gambaran global ini memudahkan penerbit untuk mengartikan
kemauan kita sebagai seorang penulis tentang penampakan bukunya. Di sana bisa
ditetapkan jumlah halaman (biasanya merupakan kelipatan 4) sesuai dengan
percetakannya. Misalnya 40 halaman, 56 halaman, 120 halaman, atau 160
halaman.
Bentuk buku bisa disebutkan hard cover ataukah soft cover dengan berbungkus
plastik tipis. Penulis juga bisa menyebutkan usulan tentang warna buku, misalnya
full colour, black and white, atau semi. Kemudian sebutkan pula ukuran buku
yang hendak dibuat, caranya dengan mengukur buku yang sekiranya sesuai.
Misalnya ukuran A4, 13 x 20 cm, atau ukuran lain sesuai selera penulis.
Nantinya memang penerbit tidak serta merta menuruti kemauan penulis untuk
memiliki buku dengan ukuran tertentu. Namun setidaknya penulis juga boleh turut
andil mengusulkan bentuk buku yang disusunnya. Dengan ikut mengusulkan
bentuk, ukuran, warna, dan jumlah halaman maka akan menjadi pertimbangan
berharga bagi penerbit untuk mengakomodasikannya apabila dirasa memang
cukup relevan.

Daftar isi
Daftar isi mutlak diperlukan dalam pembuatan outline atau proposal. Daftar isi
menunjukkan gambaran isi buku yang akan ditulis secara lebih terinci
dibandingkan sinopsis. Dari daftar isi inilah nantinya seorang penulis akan
mengembangkannya menjadi naskah utuh siap edit dan terbit.
Daftar isi memuat hal-hal sebagai berikut :
Halaman judul
Nantinya dibuat dalam dua lembar, halaman judul pada cover depan dan
halaman judul pada cover bagian dalam buku.
Halaman hak cipta

Nantinya berisikan undang-undang hak cipta, ISBN, dan keterangan tentang


penerbit, cetakan ke berapa buku tersebut dibuat, sampai dengan deretan nama
penulis, editor, dan desainer.
Dari penulis
Bisa juga disebut sebagai pengantar, kata pengantar, atau dibagi menjadi dua
yaitu kata pengantar dan ucapan terima kasih. Nantinya halaman yang memuat
pengantar ini berisikan tentang sapaan penulis kepada para pembacanya.
Daftar Isi
Nantinya berisikan daftar isi dari tulisan yang dibuat dalam buku tersebut.
Bab, sub bab, dan keterangan.
Bagian bab memuat tentang pokok-pokok bahasan dalam buku yang dibagi ke
dalam beberapa bagian disebut dengan BAB. Sedangkan sub bab berisikan
tentang penjabaran dari pokok bahasan pada setiap bab tersebut. Bab dan sub
bab ini bisa dijelaskan secara global. Maksudnya yaitu menerangkan apa yang
akan ditulis pada tiap-tiap bagian bab dan sub bab tersebut.
Daftar pustaka
Daftar pustaka ini bisa disebutkan di awal penulisan outline atau proposal
karena ada beberapa penerbit dan agensi yang mensyaratkan demikian. Namun
bisa juga daftar pustaka dibuat ketika selesai menyusun sebuah buku. Nantinya
daftar pustaka bukan hanya berisi buku yang menjadi referensi kepenulisan
karya nonfiksi tersebut, tetapi juga berisi media lain seperti internet dan media
cetak yang mungkin digunakan juga sebagai referensi.
Indeks dan glosarium
Indeks dan glosarium adalah kata-kata sulit dan artinya yang nanti dibuat
setelah menyelesaikan penyusunan sebuah naskah nonfiksi. Karena tidak
semua bahasa dalam kepenulisan nonfiksi dimengerti oleh setiap pembaca.
Profil penulis
-

Profil penulis dan narasumber (jika diperlukan)


Dalam pembuatan outline atau proposal, profil penulis dan narasumber (jika ada)
sangatlah penting. Karena dari profil tersebut bisa diperkirakan kualitas penulis
yang akan menyusun karya nonfiksi tersebut. Penulis yang berkompeten biasanya
dipilih dari latar belakang pendidikan sesuai naskah, pengalaman, ketrampilan,
pekerjaan, dan keikutsertaan narasumber.
Oleh karenanya apabila hendak menuliskan naskah nonfiksi sedangkan kita tidak
memiliki latar belakang pendidikan, ketrampilan, pengalaman, dan pekerjaan di
bidang tersebut maka kehadiran narasumber sangat dibutuhkan. Carilah

narasumber yang benar-benar berkompeten dan terjun langsung ke dalam


pembahasan di dalam naskah tersebut.
Contoh narasumber kompeten :
Dokter, bidan, perawat, apoteker, untuk naskah kesehatan
Petani untuk naskah budidaya pertanian dan perkebunan
Peternak untuk naskah budidaya peternakan
Pebisnis untuk naskah manajemen perusahaan dan bisnis
Psikolog untuk naskah parenting
Pemilik salon kecantikan untuk naskah kecantikan
Pemilik katering atau guru tata boga untuk naskah masakan
Dsb

Contoh outline lengkap :


OUTLINE
JUDUL :
TIPS SUKSES MENULIS NONFIKSI
Oleh :
Afin Murtie

TEMA

Kepenulisan nonfiksi
TARGET PEMBACA

Segala usia, laki-laki dan perempuan.


SINOPSIS

Dewasa ini dunia menulis seakan berkembang tanpa batas.Terutama hal ini terjadi
seiring dengan perkembangan dunia teknologi komunikasi khususnya internet.Penulis-penulis
baru yang berbakat muncul ke permukaan dengan berbagai ide brillian.Selanjutnya ada yang
lebih berkompeten di kepenulisan naskah fiksi, nonfiksi, buku anak, dan ada pula yang
mencoba merambah semuanya.

Masing-masing genre memiliki tuntutan bagi seorang penulis untuk dapat eksis
melangkah.Yang pasti adanya ide kreatif perlu dimiliki oleh seluruh penulis bidang
apapun.Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia
kepenulisan, terutama nonfiksi. Di sini penulis akan berbagi sedikit pengalaman setelah
penerbitan beberapa buku nonfiksinya. Selamat membaca.
KELEBIHAN NASKAH

Buku ini ditulis dengan hati berdasarkan apa yang selama ini dialami oleh penulis yang telah
meniatkan diri berkarya di bidang nonfiksi.
Nantinya buku ini akan dilengkapi dengan:
1. Gambar dan foto pendukung
2. Sharing dengan penulis nonfiksi lainnya.
PERKIRAAN FISIK BUKU:
Buku diperkirakan setebal 120 Halaman
OUTLINE ISI BUKU
(v)
(vi)

Daftar Isi
Dari Penulis

Bab I. Sekilas Tentang Karya Nonfiksi


A. Pemahaman Karya Kepenulisan Nonfiksi
B. Perbedaan Mendasar Antara Karya Fiksi dan Nonfiksi
C. Berbagai Bidang Karya Nonfiksi
Bab II. Terdampar Di Bidang Literasi
A. Sengaja dan Tidak Sengaja
B. Mendoktrin Diri Dengan Niat Baik
C. Siap Pada Kenyataan Yang Tak Selalu Manis
Bab III. Menggali Ide Kreatif.

A.
B.
C.
D.

Membuka Keenam Indra


Hebatnya Hubungan Baik
Ambil Hikmah Dari Setiap Peristiwa
Rahasia Sumber Ide Yang Original.

Bab IV. Membuat Kisi-Kisi


A. Memahami Outline Atau Proposal
B. Menuangkan Ide.
C. Mencari Sistem Pendukung
Bab V. Menulis Nonfiksi Bukan Buku Diktat
A. Pahami Pokok Bahasan
B. Mengumpulkan Data
C. Wawancara Narasumber
D. Mengambil Foto Pendukung
E. Menulis Dengan Hati
Bab VI. Karya Anda, Identitas Diri Yang Tersampaikan
A. Keseimbangan Diri Seorang Penulis.
B. Manajemen Waktu
C. Menata Performance
D. Menghargai Setiap Kesempatan

(vii)

Daftar Pustaka

(viii)

Profil Penulis

B. Menuangkan Ide.
Kisi-kisi kepenulisan nonfiksi yang tertuang di dalam outline atau proposal
merupakan hasil penuangan ide seorang penulis yang telah dipikirkan dan ditelaah secara
matang. Ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi tema dan dari tema terbukalah jalan
untuk membuat proposal tersebut.
Kadangkala tidak mudah bagi seseorang untuk begitu saja menuangkan idenya dalam
sebuah proposal atau outline. Diperlukan beberapa hal untuk bisa menuangkan ide yang telah
ada di kepala, antara lain :
-

Niat baik
Semua pekerjaan yang diniatkan demi kebaikan maka akan berbuah manis juga.
Demikian juga dengan adanya ide di kepala seorang penulis nonfiksi. Apabila niatan
yang ada dalam hatinya baik, maka ide tersebut akan mudah untuk dituangkan
menjadi proposal dan kemudian ditulis menjadi sebuah naskah nonfiksi untuk

diterbitkan. Niat baik ini perlu untuk kembali ditekankan pada saat kapanpun dan
dimanapun.
-

Catatan ide
Buka kembali catatan ide di media yang telah kita miliki sebelumnya. Amati dan
telaah kembali, bisakah ide tersebut diwujudkan ke dalam sebuah naskah nonfiksi?
Dengan memiliki catatan maka kita tak akan lupa apa yang hendak dituliskan dalam
buku.
Dengan catatan ide itu pula kita membuat proposal atau outline untuk ditawarkan
kepada penerbit. Jika mereka tertarik maka kesempatan bagi kita untuk menuangkan
ide tersebut dalam sebuah naskah nonfiksi dan diterbitkan.

Berbagai alat pencatat ide


Sumber : dokumen pribadi
-

Mengubah ide menjadi tema


Ide yang telah dicatat akan melalui beberapa proses terlebih dahulu sebelum dijadikan
sebuah naskah nonfiksi. Pertama mengubah ide tersebut menjadi tema. Dengan
adanya tema maka lebih mudah bagi penulis untuk meneruskannya menjadi sebuah
buku. Karena tema merupakan inti dari sebuah buku.

Bercermin akan kemampuan diri


Ide boleh besar, namun hendaknya kita juga bercermin atas kemampuan diri
mengolahnya menjadi sebuah naskah yang layak diterbitkan. Buatlah ide menjadi

lebih sederhana agar kita mampu mewujudkannya sebagai buku. Misalnya ketika kita
memiliki ide untuk menulis pengasuhan terhadap anak berkebutuhan khusus maka
tulislah yang bisa kita jangkau.
Menulis dari sisi pengasuhan orang tua mungkin lebih sederhana daripada menulis
tentang therapy bagi mereka. Peran serta pihak lain seperti narasumber juga sangat
penting sebagai sumber informasi akurat terhadap buku yang akan kita tulis nantinya.
-

Berpikir cerdas dan cepat


Pemikiran yang cerdas dan cepat sangat diperlukan dalam rangka menuangkan sebuah
ide menjadi naskah nonfiksi. Tanpa pemikiran yang cerdas dan cepat, maka ide akan
tinggal menjadi sebuah ide tanpa pernah terealisasi. Kecepatan dan kecerdasan
berpikir juga menumbuhkan rasa percaya diri pada seorang penulis.
Tak perlu lagi membandingkan diri dengan penulis lain, merasa minder, dan akhirnya
tumbuh menjadi rasa iri. Seorang yang cerdas akan menempa dirinya agar menjadi
pantas untuk menuangkan ide yang telah dimiliki. Menempa dengan ilmu,
pengetahuan, informasi, teknologi, dan hubungan baik dengan para narasumber.

C. Mencari Sistem Pendukung


Seorang penulis, seperti halnya profesi lainnya membutuhkan sistem pendukung agar
bisa menghasilkan karya nyata dan bukan sekedar ide semata. Sistem pendukung ini datang
dari dua arah yaitu dari dalam diri penulis itu sendiri dan dari lingkungan sekitarnya.
Kadangkala sistem pendukung telah tersedia di depan mata dan seseorang tidak
menyadarinya. Namun bisa jadi sistem pendukung tersebut perlu dicari agar bisa membuat
apa yang menjadi tujuan sebagai seorang penulis menjadi nyata,
Berikut letak dan cara mencari sistem pendukung bagi seorang penulis nonfiksi :
-

Peralatan untuk menulis


Peralatan untuk menulis merupakan faktor pendukung produktifitas seseorang
untuk menghasilkan karyanya. Saat ini alat untuk menulis ini bisa berupa
komputer PC, laptop, notebook, netbook, tablet, sampai blackberry. Saat belum
ada miscrosoft word atau linux dan android, maka seorang penulis harus
bersahabat dengan mesin ketik.
Sedangkan bagi seorang ilustrator, program tertentu/software khusus diperlukan
untuk menghasilkan karya ilustrasi. Selain itu ada juga ilustrator yang masih

menggunakan gambar tangan dengan sarana pensil dan perlengkapan gambar


lainnya.
-

Kesempatan untuk menulis


Kesempatan menulis merupakan sistem pendukung bagi seseorang yang ingin
menghasilkan karya. Kesempatan ini mungkin datangnya sama diantara beberapa
orang penulis, tetapi ada yang bisa memanfaatkannya dan ada yang tidak.
Kesempatan menulis bisa datang di mana saja dan kapan saja, sejauh kita bisa
membuat semangat dalam diri untuk terus berkarya.
Misalnya saat menunggu anak sekolah, saat jam istirahat kantor, dan saat malam
hari ketika insomnia melanda. Asalkan cukup energi dan istirahat maka
sesudahnya kita bisa mengambil kesempatan untuk menulis dengan lancar.
Syaratnya tentu saja ide sudah tertanam di kepala dan telah termanifestasi menjadi
sebuah tema dan kisi-kisi naskah.

Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi seseorang untuk bisa menghasilkan
satu karya tulis, baik buku, artikel, maupun hasil penelitian. Karena dengan
adanya dukungan dari orang-orang tersayang inilah maka semnagat bisa berubah
menjadi tenaga positif untuk menyelesaikan sebuah karya.
Oleh karenanya dahulukan kepentingan keluarga, terutama anak dan suami
sebelum kita tenggelam dalam naskah yang sedang ditulis.
Ketika mereka telah berbahagia dan merasa cukup dengan kehadiran dan
ungkapan sayang kita maka akan lebih mudah bagi kita untuk berkarya. Bahkan
tak jarang keluarga merupakan pendukung utama dalam keberadaan karya kita
tersebut. Baik sebagai pengumpul materi, survey, atau minimal menjadi model
foto untuk ditampilkan di dalam buku nonfiksi kita.

Dukungan teman dan sahabat


Teman dan sahabat adalah orang-orang dekat yang selama ini membuat kita
merasa nyaman dan saling membantu. Teman-teman yang saling mengerti, tanpa
pamrih, dan memahami kebutuhan masing-masing yang akan mendukung kita.
Berhati-hati memilih teman ternyata memang perlu diterapkan, terutama jika kita
berkenalan dengan orang-orang baru selain di lingkungan sekolah.

Karena teman di lingkungan sekolah atau kuliah biasanya merupakan teman yang
sesungguhnya karena mereka bisa dekat dengan kita tanpa pamrih apapun di saat
masih sama-sama berjuang mencapai cita-cita.
Sedangkan teman yang bertemu di tempat kerja dan lainnya mesti dilihat dulu
kredibilitas, sikap, dan kepentingan yang mendasari untuk dekat dengan kita. Tak
jarang justru orang-orang yang kita anggap sebagai teman dan seperti mendukung
kita ternyata berbalik menjadi orang-orang yang ingin melemahkan potensi kita.
-

Suasana menyenangkan
Suasana menyenangkan atau yang sesuai dengan keinginan serta kebutuhan
penulis sangat menunjang produktifitas dalam berkarya. Dengan suasana
menyenangkan tersebut, misalnya ruangan yang bersuhu tepat, meja kerja rapih
atau justru berantakan sesuai dengan selera akan membuat penulis nyaman
mengegrakkan jari seiring pemikirannya untuk dituangkan dalam naskah.
Inspirasi memang bukan untuk dicari tetapi akan datang seiring rasa nyaman dan
bahagia yang melingkupi diri seseorang, terutama dalam menulis nonfiksi.
Berbeda dengan kepenulisan fiksi yang kadangkala justru membutuhkan suasana
sedih atau tidak nyaman agar naskah yang dihasilkan bisa bernyawa.

Pemacu kreatifitas
Banyak hal yang bisa memacu kreatifitas, dan semua itu datangnya dari
penerimaan diri sendiri terhadap satu kejadian atau pengalaman. Jika ada hal yang
dianggap mampu melecutkan semangat bagi seorang penulis, itulah yang disebut
dengan pemacu kreatifitas.
Ada seorang penulis yang merasa nyaman dan kreatif ketika berada di kaki
gunung, tepi pantai, dalam kamar tidur, atau justru di dalam ruang kantor. Semua
pemacu kreatifitas tersebut perlu diingat dan dilakukan ketika terserang jenuh.
Bisa pula seorang penulis merasa nyaman menulis tema tertentu sehingga perlu
untuk memilih dan memilah tema agar bisa optimal mengerjakannya.

D. Cerdas Dengan Outline Memikat


Meskipun memiliki tema yang aktual dan bagus karena terlahir dari ide brilian, tetapi
seorang penulis harus juga mampu menyusun sebuah outline yang memikat. Memikat di sini
bukan hanya membuat agensi atau penerbit tertarik. Tetapi memikirkan juga ketertarikan

calon pembaca kelak ketika melihat sinopsis buku di cover belakang dan melihat daftar isi
buku di bagian depan.
Jika pada sub bagian sebelumnya kita membicarakan tentang memahami tentang
outline atau proposal, maka di sini kita lebih fokus kepada bagaimana membuat outline
supaya memikat. Outline yang memikat kadangkala bukanlah outline yang rumit namun juga
tidak terlalu sederhana.
Outline yang diminati oleh penerbit tergantung dari masing-masing penerbit,
tergantung tema, dan hal yang ingin diangkat ke permukaan serta layak baca. Pembuatan
outline dari tema dan judul yang telah disediakan oleh penerbit atau agensi biasanya
memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan dengan membuat outline dari tema
yang dimiliki sebagai hasil dari ide pribadi. Mengapa?
Karena tema dan judul yang telah disediakan belum tentu dipahami oleh setiap
penulis. Hanya penulis tertentu yang memang memiliki bidang sesuai dengan tema tersebut
memahami apa yang dimaksudkan.
Penulis lain yang tidak berada pada satu bidang yang sama, bisa jadi akan bingung
untuk menentukan apa yang hendak disampaikannya. Oleh karenanya jika memungkinkan
bagi kita untuk memilih maka pilihlah tema yang berasal dari diri kita sendiri.
Namun, jika memang ternyata tema yang diminta oleh penerbit telah disediakan oleh
mereka atau oleh agensi maka penulis tinggal mengoptimalkan diri untuk membidik mana
yang sesuai. Hal ini akan mempengaruhi hasil outline yang dibuat, apakah terkesan memikat
ataukah terasa hambar.
Beberapa kiat praktis untuk membuat outline yang memikat :
-

Pahami tema dan judul yang tersedia


Membuat outline menjadi penuh daya tarik perlu adanya pemahaman terhadap judul
dan tema yang telah tersedia. Hal ini akan lebih mudah apabila tema berasal dari ide
pribadi seorang penulis. Namun, apabila bukan maka pahami dulu tema dan judul
yang disediakan untuk dibuatkan outline dan naskahnya.
Misalnya saja tema tentang aneka tumpeng, maka pahamilah esensi dari masakan
tumpeng itu sendiri. Setelah kita paham bahwa tumpeng itu adalah nasi yang dicetak
berbentuk kerucut dengan aneka lauk, maka barulah kita bisa membuat outline
memikat.

Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang tema dan judul yang akan dibahas
Sebelum membuat outline, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang tema atau
judul yang akan dibuat. Dengan adanya banyak informasi maka akan lebih mudah
bagi kita untuk mengaplikasikannya dalam sebuah outline.

Misalnya tentang tema tumpeng, ketika kita mencari banyak informasi maka akan
tercetuslah nama-nama tumpeng yang unik dengan ubo rampe/pernak pernik lauk dan
sayur yang cukup menarik.
-

Kumpulkan literasi atau daftar pustaka


Membuat perbandingan dengan buku lain yang bertema mirip akan membuat kita
mengetahui gambaran pasar atau calon pembaca. Sehingga akan lebih mudah bagi kita
untuk mengembangkannya menjadi satu outline memikat.
Ketika kita telah membaca daftar pustaka yang kira-kira bisa dijadikan sebagai salah
satu sumber informasi aktual mengenai buku yang akan dirulis, maka lebih lancar
pula bagi kita untuk mengembangkannya menjadi pokok bahasan baru dengan tema
yang hampir sama.

Cari info tentang keberadaan narasumber (apabila pembahasan di luar bidang


yang kita kuasai)
Bagaimanapun penulis nonfiksi tak akan pernah terlepas dari narasumber, terlebih
apabila tema yang disusunnnya tidak berkaitan dengan latar belakang pendidikan.
Narasumber memiliki fungsi yang krusial dalam keberlangsungan penulisan naskah
nonfiksi dengan materi penuh informasi.
Kadangkala teori yang telah baku dan dianut oleh sebagian besar pembaca justru
sedikit berbeda dengan aplikasi langsung yang dialami oleh narasumber. Misalnya
tentang budidaya jamur, antara teori yang ada di dalam buku literasi berbeda jauh
dengan aplikasi narasumber. Dengan perombakan tertentu justru hasil budidaya bisa
lebih melimpah.

Rincilah tiap bagian dengan bahasa yang smart dan mudah dimengerti.
Outline yang menarik bukan hanya terletak di awal dan akhir saja, tetapi pada seluruh
bagiannya. Oleh karenanya buatlah bahasa yang menarik, mudah dimengerti, dan
tidak terkesan kuno pada tiap bagiannya. Setiap bab ditulis dengan jelas sehingga
menunjukkan arah naskah yang akan disusun.
Begitu pula pada setiap sub bagian atau sub bab ditulis pula dengan ringkas dan jelas.
Bahasa yang mudah dimengerti oleh calon pembaca menumbuhkan daya tarik
tersendiri karena nyaman untuk dibaca. Berbeda dengan bahasa teoritis yang kaku dan
sulit dipahami oleh pembaca sehingga naskah nonfiksi yang dihasilkan terkesan
sebagai buku diktat.

Berikan keterangan terkait dengan bahasan yang hendak diungkapkan.


Pemberian keterangan pada setiap sub bab merupakan cara terbaik untuk menjelaskan
maksud dan arah kepenulisan naskah nonfiksi tersebut. Karena satu kalimat saja
kadang kurang mewakili maksud yang ingin diutarakan oleh penulis.
Misalnya pada outline tumpeng, tertulis Tumpeng Lanjaran maka berikan
keterangan bahwa tumpeng lanjaran adalah tumpeng yang dihias dengan kacang
panjang melintang dan berisi nasi putih, urap-urap sayur, lodeh kluweh, telur bumbu
bali, dan rempeyek kacang. Keterangan semacam itu sangat membantu bagi pihak
editor untuk memahami arah kepenulisan nonfiksi kita nantinya.

BAB V.
MENULIS NONFIKSI
BUKAN BUKU DIKTAT

BUKU
DIKTAT

BUKU
NON
FIKSI

Buku nonfiksi bukanlah buku diktat, semua pembaca juga memahami hal ini. Namun
hubungan keduanya sangatlah erat dan saling melengkapi. Ketika buku diktat menjelaskan

tentang berbagai teori, maka naskah nonfiksi berfungsi sebagai gambaran apabila teori
tersebut diaplikasikan ke dalam kenyataan.
Misalnya saja buku tentang beternak ayam kampung. Banyak teori yang disusun oleh sarjana
peternakan mengungkapkan bagaimana mesti memelihara ayam kampung agar tumbuh sehat,
besar, dan bebas penyakit.
Nah, naskah nonfiksi menyertakan survey lokasi dan keberadaan narasumber yang beternak
ayam kampung. Sehingga teori yang telah disusun pada buku diktat seperti memperoleh
jawaban aplikasinya dalam naskah nonfiksi. Adakalanya pula sebagian tidak sesuai, namun
pada dasarnya ilmu yang dipakai dalam memelihara ayam kampung tetaplah sama.

A. Pahami Pokok Bahasan


Sebelum menyusun naskah nonfiksi sebaiknya penulis memang memahami betul
pokok bahasan yang hendak ditulis atau disusunnya. Apabila masih dirasa kurang
pemahaman kita tentang pokok bahasan tersebut, maka perlu bagi kita untuk menambah
pengetahuan tentang bahasan yang akan ditulis. Berbeda antara menulis dengan didampingi
sebuah buku (saat menulis) dan menulis setelah memahami sebuah tema dengan baik.
Berikut perbedaan antara keduanya :

Memahami
Pokok
Bahasan

Didampingi
buku

tulisan lebih
mengalir

tulisan terasa
kaku

pembahasan
lebih
mendalam

pembahasan
terbatas oleh
literasi

banyak
memberikan
contoh nyata

banyak
memberikan
pengertian/te
ori

produktifitas
tinggi

waktu
pengerjaan
lebih lama

Ketika seseorang penulis dengan memahami pokok bahasan maka tulisan akan terasa
lebih mengalir. Unsur plagiat juga diminimalkan karena apa yang telah dipahami akan diulas
dengan kata-kata sendiri.
Pemahaman terhadap pokok bahasan lebih mendalam sehingga bahasa tidak
menjemukan bagi pembaca. Memahami pokok bahasan juga membuat seorang penulis lebih
banyak menunjukkan contoh-contoh atau aplikasi tema di dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih komunikastif dan membuat pembaca seakan mengalami sendiri berbagai kejadian
yang diungkapkan.
Misalnya : dalam kepenulisan budidaya burung kenari, ketika seorang penulis
memahami tentang beternak burung kenari maka tulisannya akan langsung tertuju pada
praktek. Pembahasan tentang asal mula dan berbagai jenis kenari hasil kawin silang lebih
sedikit dibandingkan pembahasan tentang cara membuat kenari bibit unggul. Oleh karenanya
si pembaca yang kebetulan tertarik dan akan mengembangkan budidaya kenari merasa lebih
sederhana.
Tidak berpikiran bahwa beternak kenari adalah hal yang sulit dan tidak terjangkau
oleh orang awam. Di sinilah fungsi buku nonfiksi yaitu menjembatani antara literasi yang

serba teoritis dengan pembaca awam. Agar apa yang diungkapkan oleh teori lebih bisa
dipahami dan diaplikasikan untuk menjadi karya nyata.
Seperti yang kita ungkapkan pada paragraf sebelumnya, bahwa menulis dengan
memahami terlebih dahulu tentang pokok bahasan akan mengurangi unsur plagiat. Lalu
apakah yang disebut dengan PLAGIAT itu sendiri? Plagiat adalah kepenulisan yang serupa
dengan naskah lain yang telah terlebih dahulu terbit.
Baik dalam bentuk buku, website, artikel, dan lainnya. Dikatakan serupa apabila
tulisan yang dibuat sama secara kontent, bahasa, dan susunan kalimat. Istilah sederhana
untuk plagiat adalah copy-paste, yaitu mengambil dan menuliskan kembali dalam susunan
bahasa yang sama dengan naskah lain.

ORIGIN
AL
PLAG IA
T

Berikut batasan-batasan yang dimiliki oleh penulis untuk mencegah dari tindakan
yang termasuk dalam plagiat :
-

Memilih tema dan judul


Tema atau judul yang dipilih bisa dianggap sebagai tiruan dari judul lain apabila
sama persis. Menjadi berbeda apabila kita ubah judul menjadi bahasa kita sendiri,
atau ditambahkan dengan kata-kata lain yang menerangkan bahwa keberadaan
buku tersebut berbeda dengan buku lainnya.
Kadangkala penulis memang tidak diberi kabar jika judulnya diubah sesuai
dengan minat pasar. Namun, pada beberapa penerbit mayor hal ini telah
diantisipasi dengan memberikan naskah fixed yang akan diterbitkan untuk
diperiksa kembali kesesuaian judul dan isi dengan kehendak penulis.

Beberapa waktu lalu saya/penulis sempat tersentak ketika mengetahui judul buku
yang terbit tidak sesuai dengan judul yang saya berikan ke penerbit. Sebenarnya
ada beberapa buku yang tiba-tiba terbit tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu.
Namun, kali ini judul yang digunakan oleh penerbit sama dengan judul buku lain
yang terbit terlebih dahulu. Untunglah setelah penulis mengamati lagi ternyata ada
tambahan judul yang menjadi keterangan dari judul awal buku tersebut.
Misalnya : buku berjudul Utak-Atik Mainan Anak bisa jadi akan sama dengan
beberapa buku lain yang memiliki judul serupa. Tetapi dengan penambahan
Utak-Atik Mainan Anak, Pola Asuh Bagi Balita Dengan Cara Bermain, maka
judul tersebut menjadi berbeda dengan judul pada buku lainnya.
Lebih aman memang menulis buku dengan ide dan tema yang dikembangkan
sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan tema yang dikembangkan tim
penerbitpun kita tetap bisa berlaku original dengan sentuhan khas masing-masing
penulis.
-

Memilih sumber penulisan


Memilih sumber penulisan perlu diantisipasi oleh para penulis nonfiksi. Karena
tidak semua buku nonfiksi adalah buku diktat sehingga korelasinya dengan naskah
yang akan kita susun juga perlu dipertimbangkan.
Oleh karenanya sumber penulisan yang akan digunakan sebaiknya dari buku
diktat, jurnal penelitian, media cetak terkemuka, dan media internet yang memiliki
validitas tinggi. Pemilihan sumber penulisan atau daftar pustaka ini sangat
diperlukan agar tulisan kita tidak terkesan mencontoh begitu saja dari naskah yang
sudah terlebih dahulu terbit.

Cara menyusun naskah


Penyusunan naskah inilah unsur yang paling penting dalam mencegah adanya
anggapan plagiat. Penyusunan naskah dengan terlebih dahulu memahami pokok
bahasan akan jauh lebih mudah daripada penyusunan naskah dengan didampingi
buku literasi.
Dengan membaca, meneliti, survey, dan cara pengumpulan data lainnya untuk
kemudian dituangkan menjadi naskah maka penulis nonfiksi akan terhindar dari
unsur menjiplak. Karena masing-masing penulis memiliki bahasa sendiri yang

unik dan khas. Berbeda ketika seorang penulis menyusun naskah dengan disertai
buku di samping kanan dan kirinya serta media internet di depannya.
Rawan sekali bagi mereka untuk membandingkan tulisan dengan naskah lain dan
akhirnya memutuskan mengambil naskah lain tersebut secara mentah-mentah atau
tidak diolah lagi. Inilah yang nantinya terdeteksi sebagai plagiat.
-

Mengambil foto atau gambar


Jika satu tahun lalu penerbit masih membolehkan pengambilan gambar melalui
internet asalkan disebutkan sumbernya maka saat ini penerbit lebih berhati-hati
lagi. Penulis disarankan memiliki gambar atau foto sendiri baik foto pribadi,
keluarga, teman, dan orang lain dengan menggunakan kamera sendiri. Cara ini
memang lebih aman daripada mengambil lewat internet baik di website maupun
jejaring sosial.

Pada intinya plagiat itu tidak diperbolehkan, tidak etis, dan akan melukai harga diri si
penulis sendiri. Oleh karenanya kita perlu sangat berhati-hati terhadap berbagai unsur yang
bisa menjebak kita ke dalam kata-kata mengerikan tersebut. Sebelum setor naskah sebaiknya
dideteksi dulu pada beeberapa website pendeteksi plagiat seperti www.plagiarisma.net
danwww.grammarly.com.
Menghindarkan diri dari berbagai bentuk plagiat akan membuat diri seorang penulis
menjadi lebih tenang, nyaman, dan tulisanpun enak untuk dibaca. Jika terpaksa harus
menggunakan data dari buku dan internet secara utuh maka kita perlu memiliki batasan data
mana yang bisa ditulis secara sama persis dan mana yang harus diretouch/ditulis ulang
dengan bahasa sendiri.
Waspadai juga partner dalam menulis. Bisa jadi memang kita telah berusaha keras
menghindarkan diri dari unsur plagiat tetapi ternyata partner menulis kita, misalnya penulis
tandem, cowriter, dan lainnya mendapatkan naskah dengan cara-cara yang tidak
diperbolehkan/plagiat.
Berikut sebagian data yang bisa ditulis sama persis dengan sumber penulisan (buku/
internet) dan data yang harus ditulis ulang dengan bahasa sendiri :

Boleh ditulis
persis

Perlu Retouch

Ayat Al Qur'an dan Hadist/Kitab


suci agama lain

Pengertian tentang sesuatu hal

Pancasila, UUD 45, dan UndangUndang lainnya

Cerita rakyat

Teks lagu (mencantumkan


pengarang)
Tanggal bersejarah, nama
tokoh/pahlawan, rumus
matematika, dan teori baku
lainnya

Sejarah
Aplikasi bisnis, budidaya, dan
lainnya.

B. Mengumpulkan Data
Setelah cukup memahami tentang pokok bahasan yang akan ditulis dalam penyusunan
naskah nonfiksi, maka tugas selanjutnya adalah mengumpulkan data. Bagi penulis nonfiksi,
pengumpulan data tersebut sangat penting untuk menunjang kepenulisan agar lancar,
berbobot, dan tidak terjebak dalam unsur plagiat. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya :
-

Membaca beberapa buku literasi yang berkaitan temanya, minimal tiga buku.
Pengumpulan data bisa dilakukan oleh seorang penulis nonfiksi dengan cara study
literasi. Membaca minimal tiga buku yang temanya berkaitan dengan buku yang
akan disusun membuat pandangan penulis lebih luas dan matang. Cara ini saya
dapatkan ketika bergabung di salah satu agensi yang mengharuskan penulisan
daftar pustaka di awal saya menyerahkan outline.
Waktu itu terasa keberatan dengan aturan mereka. Outline kan belum tentu tembus
atau disetujui, mengapa pula harus mencantumkan daftar pustaka? Namun, setelah
saya telaah ulang tentang aturan tersebut, banyak sisi positif yang bisa didapatkan.
Minimal dengan mengumpulkan daftar pustaka sebelum memulai menulis outline
maka kita lebih dahulu mampu memahami tema yang akan disusun.
Penulisan daftar pustaka ini menggelitik hati saya untuk selalu membaca minimal
seperempat halaman dari setiap buku sebelum saya menyusun outline. Sehingga
ketika kemudian outline disetujui maka sudah ada gambaran di dalam benak kita

untuk menyusun buku tersebut. Keuntungannya buku kita nantinya lebih berisi
dan secara luas membahas tentang tema yang telah diulas dalam outline.
-

Melakukan observasi lapangan


Observasi atau peninjauan ke lapangan sangat diperlukan oleh penulis nonfiksi
untuk memberikan naskah berbobot kepada pembaca. Observasi bisa dilakukan
dengan cara melihat langsung, menemui narasumber, atau study dari beberapa
kasus yang telah ada sebelumnya.
Dalam observasi yang dilakukan perlu dicatat hal-hal penting penunjang
kepenulisan nonfiksi. Jadi dalam melakukan observasi perlu bagi seorang penulis
untuk membawa hal-hal sebagai berikut :
Buku catatan atau gadget praktis untuk mencatat keterangan yang didapat.
Brosur, kartu nama, dan bahan penulisan lain yang bisa didapatkan dari lokasi
observasi.
Foto atau gambar yang diambil di lokasi tersebut.
Observasi lapangan bisa dilakukan sendiri oleh penulis nonfiksi dan bisa juga
dilakukan oleh orang lain (keluarga, teman, dan sahabat) yang kebetulan dekat
secara lokasi dengan tempat observasi yang strategis. Pemilihan tempat observasi
yang strategis didasarkan atas ketersediaan data atau bahan kepenulisan secara
akurat dan mudah untuk dituliskan dalam sebuah naskah nonfiksi.
Hal ini berkaitan dengan izin pemilik lokasi dan kemampuan lobby yang bisa
dilakukan oleh penulis nonfiksi. Saat ini ditekankan untuk selalu melengkapi diri
dengan izin tertulis agar di kemudian hari tidak ada kesalahpahaman tentang
pemberian izin observasi di satu tempat tertentu sebagai bahan penyusunan buku.

Melakukan survey atau penelitian kecil


Untuk mengumpulkan data sebagai bahan kepenulisan nonfiksi kita bisa
melakukan survey atau penelitian kecil. Misalnya survey dengan membuat
kuisioner untuk beberapa orang dalam beberapa kesempatan yang berkaitan. Bisa
juga dengan survey mengisi data sendiri dengan melihat kecenderungan atau
perilaku orang lain di sekitar kita.
Jika seorang penulis terbiasa melakukan survey atau penelitian kecil memang
kesannya repot dan seperti mengulang saat skripsi. Tetapi hasilnya cukup
menyenangkan karena kita memiliki panduan sendiri yang akan memberikan
warna khas pada naskah nonfiksi tersebut.

Mencari berbagai informasi terkait lewat media


Berbagai bahan kepenulisan nonfiksi bisa didapatkan lewat media. Bukan hanya
media cetak yang saat ini telah berkembang pesat ke dalam beberapa judul dan
bermacam tema. Tetapi data juga bisa didapatkan di media internet asalkan
meneliti terlebih dahulu validitasnya berkaitan dengan naskah yang akan disusun.
Salah satu caranya adalah menelfon si pemilik website atau blog yang akan
dijadikan sebagai data. Dengan menelfon mereka maka ada dua keuntungan yang
bisa dikantongi oleh seorang penulis nonfiksi, yaitu secara langsung meminta izin
untuk menggunakan data dalam websitenya dan kedua kita mendapatkan data
secara nyata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika mengambil referensi dari media
adalah :
Pilih media yang memiliki originalitas dan profesional
Banyak media yang beredar di dunia nyata yaitu media cetak dan juga di dunia
maya yaitu website atau blog. Berbagai media tersebut memiliki
penanggungjawab masing-masing yang bisa dilihat profesionalitasnya.
Apabila media dijalankan dengan itikad baik dan menampilkan tulisan original
maka pilihlah media tersebut sebagai salah satu sumber referensi. Ada banyak
media yang langsung berhubungan dengan naskah nonfiksi untuk tema
tertentu. Misalnya tabloid Trubus untuk naskah pertanian.
Pastikan tanggal pemuatan berita tidak terlalu lama/kadaluwarsa
Mengambil sumber dari media juga perlu memperhatikan tanggalnya,
benarkan berita tersebut masih hangat dan tidak kadaluwarsa. Memilih berita
dari kejadian satu bulan terakhir masih bisa dikatakan belum kadaluwarsa.
Sebutkan sumbernya apabila mengutip langsung isi berita
Jika memang mengutip langsung isi media maka sebutkan sumbernya, lengkap
dengan tanggal media tersebut terbit. Hal ini menunjukkan bahwa kita mampu
menghargai karya orang lain.

C. Wawancara Narasumber
Selain mengumpulkan data secara langsung maupun lewat penyerapan media
informasi, maka wawancara narasumber menjadi pendukung sebuah kepenulisan nonfiksi.
Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam mencari narasumber sesuai
dengan tema yang akan diangkat dalam naskah :
-

Menengok narasumber dengan lokasi terdekat

Mencari narasumber dengan lokasi terdekat dengan tempat tinggal atau tempat
lain dalam jangkauan penulis. Dengan menengok kanan dan kiri dan mendapatkan
narasumber dari lokasi terdekat maka berbagai keuntungan bisa didapatkan oleh
seorang penulis. Diantaranya keuntungan tersebut adalah :
Hemat biaya untuk menemui si narasumber
Waktu untuk menemui narasumber lebih fleksibel dan efektif.
Mudah dalam mengakomodasi kepentingan penulisan dengan kesempatan
yang diberikan oleh narasumber.
-

Cari narasumber yang berkompeten di bidangnya


Mencari narasumber yang berkompeten di bidangnya memiliki tingkat kesulitan
yang cukup tinggi. Beberapa kali penulis menemui narasumber yang ternyata
kurang memahami bidang yang digelutinya. Misalnya seorang petani jenis sayur
tertentu yang ternyata mengembangkan kebunnya dengan berbekal kata orang.
Namun demikian narasumber tersebut tetap bisa kita gunakan informasinya
asalkan dibandingkan atau dilengkapi dengan informasi lain yang benar-benar
menunjukkan kompetensi seseorang di bidang yang digelutinya.
Berikut hubungan antara profesi dengan pemilihan sebagai narasumber buku
nonfiksi bertema tertentu :
Buku kesehatan dengan narasumber dokter, perawat, bidan, dan sarjana
kesehatan masyarakat.
Buku herbal dengan narasumber apoteker, penggiat pengobatan herbal, dan
pengguna obat herbal.
Buku masakan dengan barasumber pemilik katering, kantin, rumah makan,
dan guru tata boga di sekolah kejuruan.
Buku kecantikan dengan barasumber pemilik salon, lulusan sekolah
kecantikan, model, dan perempuan cantik dari berbagai usia.
Buku parenting dengan narasumber psikolog, guru, penggiat seminar
parenting, dan orang tua yang terlihat sabar dan berhasil mengawal
perkembangan anak-anaknya.
Buku arsitektur dengan narasumber arsitek, kontraktor, pemilik gerai desain
eksterior dan interior.
Buku fashion dengan narasumber pemilik butik, pengamat kecantikan, dan
publik figure.
Buku pertanian dengan narasumber sarjana pertanian, petani, dan pemilik
lahan yang digunakan untuk menanam sesuai tema yang akan ditulis.
Buku budidaya/peternakan dengan narasumber sarjana peternakan, peternak,
dan pemilik peternakan sesuai dengan tema.

Buku bisnis dengan narasumber pengusaha, sarjana ekonomi aplikatif, dan


penggiat bisnis.
Buku agama dengan narasumber pemilik pondok pesantren, guru/ustadz yang
bergerak dalam bidang pengajian, dan penggiat agam lainnya.
Dan sebagainya.
-

Pergunakan sistem kekerabatan untuk mendekati si narasumber


Penggunaan sistem pertemanan dan kekeluargaan lebih mengena untuk
mendapatkan seorang narasumber yang mau membantu kepenulisan kita. Minimal
memberikan keterangan ketika kita membutuhkan dan bersedia difoto sebagai
salah satu isi buku kita nantinya.
Hanya saja perlu dipertegas lagi bagaimana nanti si narasumber dicantumkan di
dalam buku. Komunikasi yang terbuka dan baik akan membuat si penulis nyaman
dan narasumber juga merasa nyaman.

Pastikan kemauan untuk menjadi narasumber dengan dokumen tertulis


Meskipun menggunakan sistem kekerabatan, saran saya perlu bagi kita untuk
membuat dokumen tertulis terkait dengan kesediaan seorang narasumber
mewarnai buku nonfiksi yang kita susun. Karena komunikasi secara lisan
kadangkala kurang efektif dan menimbulkan ketidaknyamanan di kemudian hari
ketika salah satu pihak, terutama dari narasumber merasa keberatan terhadap
pemuatan nama atau datanya.

D. Mengambil Foto Pendukung


Foto atau gambar merupakan salah satu pendukung dalam karya nonfiksi. Dengan
adanya foto pendukung maka sebuah karya nonfiksi menjadi lebih menarik dan aplikatif.
Menarik untuk dibaca dan mudah dipahami oleh si pembaca. Apalagi jika foto tersebut
memang berkaitan benar dengan si karya.
Misalnya foto tentang kandang burung kenari yang tentu saja menambah informasi
bagi pembaca apabila akan memilih kandang bagi ternak kenarinya. Demikian juga foto
masakan yang sangat krusial pada buku resep masakan. Karena foto tersebut merupakan
daya tarik bagi si buku.

Berikut manfaat adanya foto pada buku nonfiksi :


-

Menunjukkan originalitas kepenulisan


Foto bagi seorang penulis nonfiksi menunjukkan tingkat originalitas karya
tersebut. Mengambil foto sesuai dengan tema yang dibahas di dalam buku

memerlukan waktu, kesempatan, dan tempat yang tepat. Oleh karenanya tidak
sembarang foto yang bisa dimasukkan dalam naskah nonfiksi. Inilah yang
membuat naskah nonfiksi menjadi lebih informatif.
Inilah yang membuat original kepenulisan nonfiksi lebih bisa diusahakan. Dengan
foto original, yang diambil dengan kamera dan kemampuan sendiri atau bantuan
dari seorang fotografer. Misalnya pada foto kreasi jilbab dan masakan yang
mutlak harus diambil sendiri dan hasil kreasi sendiri.
-

Mendukung materi dan contoh yang disebutkan dalam kepenulisan


Adanya doto pada buku nonfiksi berfungsi sebagai pendukung materi dan aplikasi
yang dijelaskan dalam bahasa tulisan. Dengan adanya foto maka pembaca lebih
memiliki gambaran nyata tentang berbagai hal yang diterangkan.
Misalnya foto kandang ayam model batrei yang menunjukkan bagaimana
penampakan kandang tersebut. Bukan hanya sekedar tulisan bahwa kandang
model batrei dibuat secara bersusun dari bahan-bahan bambu atau kayu yang
dipaku dan diberikan jendela kecil.

Menunjukkan fakta
Foto juga berfungsi untuk menunjukkan fakta yang sebenarnya terjadi terkait
dengan kepenulisan nonfiksi yang dilakukan. Misalnya apabila kita menulis
tentang lumpur lapindo maka dengan adanya foto maka pembaca akan lebih
memahami dan melihat kenyataan bahwa lumpur lapindo memang telah
melumpuhkan kawasan Porong Sidoarjo-Jawa Timur. Di sinilah foto bermanfaat
untuk menunjukkan hal yang sesungguhnya terjadi.

Pemanis tulisan
Naskah nonfiksi biasanya memiliki bahasa dan bahasan yang berat di mata para
pembaca. Oleh karenanya maka foto berkesan menjadi pemanis tulisan yang
terasa berat tersebut. Dengan adanya foto maka pembaca menjadi sejenak
melupakan kejenuhannya dan kembali bersemangat untuk membaca lanjutan dari
buku tersebut. Misalnya foto hewan ternak pada buku budidaya bisa melepaskan
penat setelah membaca tentang cara penanganan kotoran ternak tersebut.

Cara mengambil foto yang disarankan :


-

Gunakan kamera berkualitas.

Untuk menghasilkan foto yang sesuai dengan ketentuan pada kepenulisan buku,
maka kita perlu menggunakan kamera yang berkualitas. Kamera berkualitas tidak
selalu kamera DSLR. Gunakan kamera pocket atau presume dengan kualitas baik
untuk foto obyek yang dibutuhkan.
Pada naskah masakan atau kecantikan, foto lebih diteliti lagi agar sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan. Sedangkan pada foto buku nonfiksi dengan cetakan
non warna maka yang diperlukan adalah foto yang utuh/tidak pecah ketika
diperbesar. Oleh karenanya kualitas tetap diperlukan untuk menghasilkan foto
yang layak cetak sebagai isi buku.
-

Ambil angel terbaik


Pengambilan foto untuk buku nonfiksi tetap membutuhkan angel terbaik. Di saatsaat ada satu peristiwa yang layak untuk difoto, seperti keceriaan anak-anak,
remaja yang tengah berangkat sekolah, wisata, dan peristiwa lain maka jangan
pernah diabaikan.
Hanya saja perlu berhati-hati apabila memotret peristiwa menyedihkan. Usahakan
untuk tidak mengeksploitasi peristiwa menyedihkan ke dalam naskah kita. Karena
buku nonfiksi tidak mengharuskan adanya foto tersebut. Berbeda dengan reportase
yang dilakukan oleh wartawan dari tempat kejadian secara langsung.

Perhatikan pencahayaan
Di dalam mengambil foto, seseorang perlu memperhatikan faktor pencahayaan.
Dengan pencahayaan yang baik maka foto yang didapatkan juga memiliki hasil
yang optimal. Pencahayaan ini bisa disiasati dengan selalu mengambil foto di
siang hari atau menggunakan foto studio.
Pada penulisan naskah sejenis masakan maka kita bisa membuat studio mini dari
kardus bekas atau dari papan kayu. Sedangkan jika terpaksa mengambil foto di
malam hari maka usahakan untuk mencari tempat yang cahayanya terang atau
menggunakan kamera yang berkualitas bagus.

Minta bantuan fotografer/yang lebih berpengalaman memotret


Apabila dirasa kita membutuhkan foto yang berkualitas tinggi seperti pada naskah
fashion maka bolehlah meminta bantuan fotografer agar hasilnya bisa maksimal.
Hanya saja perlu diperhitungkan tentang pembayaran atau bagi hasil dari hasil
honor atau fee dari naskah yang ditulis tersebut.

Jika kita ingin belajar memotret, maka usaha tak henti untuk mencoba dan lebih
mencermati setiap detail kamera yang dimiliki menjadi bekal memotret dengan
hasil optimal. Bisa juga kita mengikuti kursus fotografi dalam waktu yang tepat
dengan biaya terjangkau.
-

Menabung foto
Hobby memotret secara mutlak harus dimiliki oleh penulis nonfiksi. Apabila tidak
mungkin ada anggota keluarga lain yang hobby memotret sehingga hasilnya bisa
digunakan sebagai pemanis atau kebutuhan foto bagi buku yang ditulisnya. Setiap
bepergian dan ada acara apapun, jangan lupa untuk memotret dan menyimpannya
dengan baik.
Sebab apabila kemudian kita aktif dalam kepenulisan nonfiksi maka secara
otomatis kita akan membutuhkan berbagai jenis foto pada berbagai kesempatan,
lokasi, dan model.
Model di sini bukan berarti kita harus memiliki model berbayar seperti halnya
ketika memotret buku fashion misalnya. Tetapi model di sini bisa diambil dari
kita, anak-anak kita, keluarga kita, dan orang lain yang ada di sekitar kita.

Perihal Gambar atau Ilustrasi :


Selain foto kadangkala penulis nonfiksi membutuhkan gambar/ilustrasi sebagai
bagian dari buku mereka. Yang banyak menggunakan gambar/ilustrasi adalah buku anak.
Karena anak lebih tertarik pada gambar daripada naskahnya sendiri.
Jika gambarnya bagus dan menarik, maka anak-anak akan menyukai buku tersebut
dan mau membacanya. Berikut beberapa hal tentang gambar/ilustrasi yang perlu dipahami
oleh seorang penulis nonfiksi :
-

Gambar atau ilustrasi bisa berasal dari penulis, agensi, atau penerbit
Gambar atau ilustrasi bisa diusahakan sendiri oleh penulis, caranya penulis bisa
menggambar langsung pada naskah yang sedang dikerjakannya. Jika kemampuan
ini tidak ada maka penulis bisa bekerjasama dengan ilustrator.
Ilustrator bisa berasal dari teman, kerabat, ataupun ilustrator profesional. Nantinya
ilustrator ini diberi bagi hasil dari honor menulis. Biasanya pada buku jual putus
maka ilustrator juga diberi honor secara jual putus. Sedangkan pada buku royalti,

ilustrator diberi honor sesuai royalti atau bisa juga secara jual putus di awal
kepenulisan.
Usaha pencarian dan pemberian honor bagi ilustrator bisa dilakukan oleh penulis
sendiri dengan menggunakan honor yang diterimanya. Selain itu bisa pula
diusahakan oleh agensi sebagai penghubung penulis dengan penerbit. Ada agensi
yang menyediakan ilustrator sekaligus dengan honornya.
Ada pula agensi yang menyediakan honor tetapi tidak menyediakan ilustrator dan
penulis diminta mencari ilustrator sendiri. Dan ada pula agensi yang menyediakan
ilustrator tetapi memotongkan honor yang diberikan dari honor si penulis.
Demikian juga dengan penerbit. Ada penerbit yang menyediakan ilustrator dan
ada yang meminta penulis mencarinya sendiri.
Rata-rata saat ini ilustrator terkenal memiliki standard honor sekitar Rp50.000,00
Rp250.000,00 per halaman sesuai dengan kesulitan dan nama yang dimilikinya.
Sedangkan untuk ilustrator baru bisa dinego sesuai dengan tingkat kesulitan dan
bagus/tidaknya sebuah gambar yang dibuatnya.
-

Gambar atau ilustrasi dibuat berdasarkan rekomendasi penulis yang


dinyatakan dalam sebuah kalimat
Ilustrator berusaha menerjemahkan keinginan penulis ke dalam sebuah gambar
sebagai penunjang cerita atau naskah nonfiksi mereka. Caranya ketika penulis
membutuhkan ilustrator, maka bisa membuat kalimat yang menggambarkan
keinginannya atas gambar yang ada di dalam halaman tersebut.
Contoh :
Ilustrasi :
Seorang anak perempuan berambut hitam pendek model
bob sedang membuka laptop. Wajahnya tersenyum dengan
baju santai.
Maka si ilustrator bisa menerjemahkannya sebagai gambar berikut :

Terjemahan kalimat dari penulis oleh seorang ilustrator


Sumber : ilustrasi by Dewii
-

Gambar atau ilustrasi berfungsi sebagai daya tarik naskah


Gambar atau ilustrasi bisa berfungsi sebagai daya tarik naskah. Hal ini terutama
pada buku anak yang naskahnya sendiri lebih sedikit dibandingkan dengan
ilustrasinya. Dengan adanya ilustrasi pada sebuah karya nonfiksi maka diharapkan
ada nilai lebih pada karya tersebut sehingga layak untuk diterbitkan.

Gambar atau ilustrasi berfungsi sebagai penunjang materi dari naskah yang
disampaikan.
Gambar atau ilustrasi bisa dibuat sebagai penunjang materi dari naskah. Misalnya
ketika kita berbicara tentang situasi peletakan wadah pakan untuk kalkun pada
sebuah kandang maka kita bisa menggambarkan kandangnya dalam bentuk
ilustrasi lengkap dengan wadah pakan di satu sudutnya. Sama seperti apa yang
kita utarakan dalam naskah tentang budidaya kalkun tersebut.

E. Menulis Dengan Hati


Seorang penyusun karya naskah nonfiksi bukanlah robot yang hanya menuliskan
kembali teori-teori baku pada bukunya. Kita hendaklah tetap memahami esensi dan arah
naskah yang hendak ditulis. Dengan memahaminya maka kita akan dapat menulis dengan
hati. Selain itu ada beberapa hal yang perlu direnungkan sebagai seorang penulis naskah
nonfiksi terkait dengan menulis dengan hati tersebut, antara lain :
-

Memahami apa yang ditulis


Poin pertama agar bisa menulis dengan hati adalah memahami apa yang hendak
ditulis. Dengan adanya pemahaman tersebut maka kita lebih bisa menulis dengan
lebih natural, mengerahkan kemampuan diri, dan lebih bernyawa.
Begitu istilahnya bagi tulisan yang mudah dipahami, menginspirasi, dan tidak
membuat pembaca menjadi jenuh atau jengah. Pemahaman terhadap materi
naskah ini bisa dilakukan jauh hari sebelum penulisan dimulai. Saat mendapatkan
ide dan mengubahnya menjadi tema serta kisi-kisi tentunya.
Bayangkan apabila kita menulis tentang buku masakan sedangkan kita sendiri
tidak mengetahui apa itu bawang putih, kunyit, atau dandang. Memahami terlebih
dahulu alat serta bahan memasak barulah kita bisa mudah menulis buku masakan.
Khusus untuk buku agama Islam yang menyisipkan ayat Al Quran dan Hadist
dalam bahasa Arab, penulis disarankan untuk menggunakan program Nonosoft.
Program ini adalah software penulisan bahasa Arab yang bisa dibeli di toko buku
atau lewat website. Nantinya penulis harus mampu mengetik dalam bahasa Arab
sesuai dengan ketentuan yang ada pada nonosoft tersebut.

Menuliskan fakta
Menulis dengan hati bagi seorang penulis naskah nonfiksi berarti juga menuliskan
fakta dan bukan imaginasi. Sebab naskah nonfiksi disusun berdasarkan fakta yang
terjadi dan dialami oleh penulis maupun orang-orang yang ada di sekitarnya.
Menuliskan fakta ini akan lebih lancar dan berhasil dengan baik apabila cukup
dalam mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak yang berkompeten.
Di dalam menuliskan fakta, kadangkala bisa terjadi adanya satu pertentangan
antara teori satu dengan teori lainnya. Apabila naskah nonfiksi yang ditulis bukan
membahas tentang satu teori tertentu boleh saja semua disajikan apa adanya. Nanti
pembaca yang akan memutuskan untuk memercayai teori yang mana. Juga apabila

naskah bukan dilandaskan atas hasil survey dan penelitian sendiri tetap sebutkan
narasumber yang bersangkutan.
-

Tidak memiliki perilaku yang bertentangan dengan tulisannya


Menjadi seorang penulis yang bisa menggunakan hati dalam berkarya, bukan
berarti harus berperilaku seperti yang dituliskan. Tetapi sebaliknya hendaknya apa
yang ditulis tersebut merupakan perilaku atau kebiasaan yang dijalani dalam
keseharian.
Kecuali apabila tulisannya membahas tentang satu permasalahan tertentu dengan
informasi dari data dan narasumber tertentu. Hal ini terutama perlu dipikirkan bagi
penulisan buku motivasi, how to, dan buku anak. Sebab ketiga buku tersebut bisa
mempengaruhi kehidupan pembaca yang benar-benar memercayainya.
Misalnya pembahasan tentang kerendahan hati akan lebih bermakna dan mengena
apabila ditulis oleh seseorang yang rendah hatinya. Akan terasa janggal jika
bahasan tentang kerendahan hati ditulis oleh seseorang yang ternyata congkak atau
sombong, suka membanggakan diri, dan suka mencela orang lain. Demikian juga
dengan naskah lain yang perlu dibahas sesuai dengan sifat dan sikap dari
penulisnya.
Jika kita memahami menulis dengan hati ini pada kisah tentang nabi yang ditulis
oleh para sufi, maka mereka terlebih dahulu berpuasa dan berdoa mohon petunjuk
kepada Allah SWT sebelum mengisahkan kembali tentang teladan para nabi.
Sungguh karya yang sulit ditandingi oleh penulis di masa kini kecuali kita mau
belajar dari keberhasilan mereka dan orang lain di sekitar kita.

F.Self Editing
Sebelum menyerahkan naskah yang ditulis kepada editor, perlu bagi seorang penulis
untuk melakukan self editing. Self editing ini meminimalkan kesalahan yang terjadi pada
penggunaan huruf dan tanda baca. Sedangkan kontent atau isi buku tergantung dari siapa dan
kepentingan apa yang melihatnya.
Sebuah resep masakan lodeh misalnya, bisa jadi akan beragam bumbu yang
dimasukkan antara satu koki dengan lainnya. Demikian pula dengan naskah nonfiksi lainnya.
Meskipun nantinya peran editor teramat penting bagi layaknya naskah yang akan diterbitkan,
namun self editing tetap perlu untuk dilakukan.

Beberapa langkah self editing yang bisa menunjang performance naskah kita yaitu :
-

Membaca kembali naskah yang telah ditulis setelah menyelesaikan satu bagian
atau bab.
Lebih mudah bagi kita untuk melakukan self editing dengan cara membacanya
setelah selesai menulis satu bagian. Membaca ulang tulisan yang selesai
dikerjakan pada satu bagian bukan hanya menghemat tenaga dan waktu, tetapi
juga membuat kita lebih waspada ketika menulis bagian selanjutnya. Waspada
dalam artian meminimalkan kesalahan redaksional ataupun kesalahan isi karena
telah dilihat pada bagian awal/sebelumnya.

Membaca kembali naskah yang telah ditulis secara keseluruhan


Meskipun telah membaca ulang naskah yang telah selesai ditulis per bagian, tetapi
kita tetap perlu membacanya kembali secara keseluruhan. Setelah semua naskah
selesai dibuat, maka usahakan untuk membacanya kembali. Hal ini untuk
mempercantik naskah kita. Apabila editor marasa tugasnya lebih ringan tatkala
mengedit naskah kita maka tentu mereka akan dengan senang hati menerima
naskah kita di lain waktu.

Membenahi kesalahan huruf dan tanda baca


Self editing bukan berarti hanya membaca saja. Pengetahuan tentang EYD terbaru
juga mesti terus diasah. Dengan begitu ketika kita membaca ulang ada beberapa
huruf, tanda baca, atau bahkan kalimat yang perlu diperbaiki langsung bisa
terdeteksi. Setelah sadar ada yang perlu diperbaiki, kita bisa segera
memperbaikinya.
Hal ini bukan hanya untuk meringankan kerja editor tetapi juga demi performance
naskah kita sendiri. Dengan sedikit mungkin kesalahan redaksional apalagi isi
naskah, maka naskah kita akan menjadi layak terbit dan pantas untuk dibaca oleh
siapapun.

Menambah atau mengurangi isi naskah yang dirasa perlu


Dengan membaca kembali naskah yang kita tulis secara per bagian atau
keseluruhan maka akan memudahkan bagi kita apabila ingin menambah atau
mengurangi isinya.
Misalnya ada hal yang kita anggap perlu untuk ditambahkan maka kita bisa
menambahkannya tanpa perlu revisi dari editor. Apabila ada hal yang perlu
dikurangi dan terasa tidak sesuai juga bisa langsung dikurangi saat kita

membacanya kembali. Demikian bermanfaatnya self editing bagi cantiknya


naskah kita yang akan dicetak oleh penerbit.
-

Mencoba opini lain dengan meminta orang terdekat untuk membacanya


Self editing juga bisa menggunakan cara dengan meminta orang lain membaca
naskah yang selesai kita tulis. Opini atau pendapat mereka sangat berarti sebagai
orang terdekat yang bisa mengemukakan kelebihan dan kekurangan naskah kita.
Syukur apabila opini mereka bisa membuat kita terinspirasi untuk membuat
naskah sebaik dan semenarik mungkin. Sehingga ketika mereka membacanya,
maka kita menjadi lebih percaya diri.

Menambah foto atau gambar yang diperlukan


Self editing juga bisa dilakukan dengan menambah atau mengurangi foto dan
gambar pada naskah. Foto dan gambar memang bermanfaat bagi karya nonfiksi.
Oleh karenanya self editing bisa melihat kembali kebutuhan foto dan gambar
tersebut. Apakah ada foto dan gambar yang bisa dimasukkan kembali? Ataukah
ada yang perlu dikurangi.

Setelah selesai menjalani proses self editing barulah naskah bisa kita kirimkan ke
editor. Naskah yang telah melalui proses self editing biasanya tidak akan banyak revisi dan
hal ini memudahkan penulis juga nantinya. Selain itu naskah yang melalui self editing akan
terlihat lebih berbobot dan cantik sehingga editor atau penerbit tak segan meminta kembali
kepada kita untuk menulis naskah dengan tema dan judul lainnya.

G. Attitude, Penunjang Kesuksesan Menulis


Menjadi seorang penulis yang pintar dan pandai mengolah kata saja tidak cukup untuk
membuat diri kita nyaman berada di dunia kepenulisan naskah nonfiksi. Karena untuk
membuat sebuah buku bisa mencari referensi dan data dari pihak-pihal lain yang terkait dan
berkompeten.
Tidak lantas penulis tidak boleh pintar, bukan itu maksudnya. Namun di atas semua
kepintaran tersebut, seorang penulis harus memiliki attitude atau kepribadian yang baik.
Karena setiap orang yang memiliki attitude baik, jalan terang dan terbuka selalu ada buat
mereka.
Berikut beberapa hal yang perlu dipikirkan dan dicermati sebagai seorang penulis
dalam hubungan dengan attitude :
-

Memiliki niatan baik

Dimanapun dan kapanpun seorang penulis nonfiksi perlu meneguhkan niat baik
pada diri sendiri. Agar apapun yang kita tulis dan kita lakukan kepada orang lain
tidak berdasarkan atas niat buruk dan mencelakakan. Niatan baik ini tentu datang
dari hati yang bersih dan pemikiran positif.
Menjalani semua prosedur pekerjaan menulis dengan wajar. Tidak memiliki niat
memanfaatkan orang lain, mencelakakan orang lain, dan berbagai niat buruk
lainnya. Perlu setiap hari selesai berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta, kita meluruskan niat lagi bahwa menulislah dengan baik, untuk
kebaikan, dan dengan cara yang baik pula.
-

Memiliki sopan santun atau tata krama


Sopan santun atau tata krama adalah jiwa utama kita sebagai bangsa Indonesia
yang menggunakan adat ketimuran dengan berbagai macam agama yang saling
bertoleransi. Sopan santun memang harus dimiliki oleh setiap orang, tak terkecuali
oleh penulis naskah nonfiksi. Karena dengan sopan santun maka lebih mudah bagi
kita untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Baik hubungan pertemanan,
kekeluargaan, dan hubungan kerja.
Beberapa hal terkait dengan sopan santun yang perlu dicermati :
Berpikir sopan
Kesopanan seseorang diawali dari pikiran yang sopan. Pikiran yang sopan
adalah pikiran positif yang mendasari orang untuk melakukan kegiatan sehariharinya. Berpikir bahwa setiap orang adalah baik tanpa mengurangi
kewaspadaan. Berpikir bahwa apa yang kita lakukan akan menuai dampak
bagi diri dan orang lain. Hal-hal semacam ini yang nantinya membuat
seseorang sanggup meredam negatif thinking dan mengubahnya menjadi
positif thinking.
Berkata sopan
Seseorang yang membenamkan pikirannya dengan sesuatu hal kebaikan maka
pengungkapannya juga pasti mengandung hal-hal yang baik. Perkataan
seseorang mencerminkan isi hati dan pikirannya.
Oleh karenanya perlu bagi seorang penulis naskah nonfiksi, apalagi jika kita
telah menghasilkan karya di bidang buku anak, agama, dan parenting untuk

selalu berkata sopan. Bukan berarti kita harus berpura-pura, tetapi justru
membiasakan diri untuk menjadi seseorang yang baik dan sopan.
Kata-kata yang kasar, jelek, mencemooh orang lain, merendahkan orang lain,
menghina, dan berbagai kata buruk lainnya sebaiknya dihilangkan dari alam
pikiran kita. Meskipun hal ini merupakan kebiasaan sejak kecil, tetapi rasanya
masih bisa diubah setelah kita dewasa. Mengganti kata-kata buruk dengan
kalimat yang sopan, baik, penuh motivasi, dan menunjukkan keikhlasan hati
jauh lebih baik daripada terbelenggu dengan keluhan dan makian kepada orang
lain atau keadaan.
Kata-kata sopan juga berarti tidak memuji secara berlebihan, tidak menyindir,
dan mengungkapkan keadaan dengan bahasa yang wajar. Perkataan sopan ini
bukan hanya perlu dilakukan ketika kita bertatap muka dan berkomunikasi
dengan orang lain. Tetapi kata-kata sopan perlu juga dipikirkan ketika akan
menulis status di jejaring sosial atau mengirim surat dalam bentuk apapun.
Contohnya : ketika kita melihat status seorang penulis semacam Asma Nadia,
maka yang ada dalam pikiran kita adalah betapa tangguh dan baiknya
attitudenya. Tanpa mengenal beliaupun saya langsung bisa kagum karena katakata dalam setiap tulisannya pasti sopan dan menginspirasi.

Berperilaku sopan
Perilaku sopan juga perlu dimiliki oleh setiap penulis nonfiksi. Tak perlulah
kita menganggap diri sebagai artis sehingga perlu membuat kontroversi yang
akan meningkatkan kapasitas penjualan buku tulisan kita. Justru dengan
perilaku yang sopan dan tulus, maka pembaca akan bisa melihat sendiri
bagaimana kualitas pribadi penulisnya.
Perilaku sopan di sini bisa dilihat dari cara tersenyum dan menyapa orang lain,
cara berbicara, dan cara memperlakukan orang lain. Tatapan mata
seseorangpun bisa menunjukkan bagaimana dia berperilaku. Karena ada
tatapan mata yang selalu sinis, penuh curiga, dan tidak ramah. Ada pula
tatapan mata yang ramah, ikhlas, dan penuh ketulusan.
Mestikah dipelajari? Sebenarnya untuk berperilaku sopan sudah tertanam dari
kebiasaan waktu kecil.

Tetapi jika memang masa kecil tak memungkinkan kita mempelajari hal
tersebut, maka kini saatnya kita bisa menimba ilmu tentang perilaku sopan
tersebut. Ada banyak sekolah kepribadian diantaranya adalah JRP (John
Robert Powers) dan Ratih Sang yang siap membantu seseorang lebih bisa
memiliki perilaku sopan dan keseluruhan attitude yang baik.
-

Memiliki komitmen
Seorang penulis nonfiksi perlu memiliki komitmen kuat dalam hal penyusunan
naskah yang tengah dilakukannya. Komitmen di sini bukan hanya tepat deadline.
Tetapi juga adanya komunikasi yang baik dan terbuka kepada editor jika ada satu
atau dua hal yang menghalangi kita untuk menulis dan untuk tepat deadline
tersebut.
Komitmen juga harus ditunjukkan dari kemauan seorang penulis untuk merevisi
naskahnya. Menulis saja tidak cukup jika kita tidak mau merevisi naskah dari
editor. Karena revisi tersebut mutlak diperlukan agar naskah kita bisa layak terbit
dan layak baca. Sesuai juga dengan selera pembaca yang ada di saat ini.

Memiliki kerendahan hati


Seseorang boleh menyimpan kepuasan atas apa yang telah dicapainya. Namun
hendaknya kepuasan tersebut tidak lantas tercetus sebagai sebuah kesombongan.
Kerendahan hati sangat diperlukan untuk menunjang karir kita sebagai seorang
penulis.
Rendah hati bukan berarti menutup diri dari pergaulan di luar. Tetapi lebih pada
menyadari bahwa di atas langit masih ada langit. Apa yang mungkin kita capai
saat ini patut disyukuri tetapi bukan untuk disombongkan. Apalagi dengan
membandingkan diri dan mencemooh penulis lainnya. Kerendahan hati membuat
kita selalu merasa bersyukur dan menyadari bahwa masih ada DIA yang Maha
segalanya.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Bambang Trim, Taktis Menyunting Buku, Maximalis, Bandung, 2009
Bambang Trim, The Art of Stimulating Idea, Metagraf Tiga Serangkai, Solo, 2011
Drs Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1994
Hasan Pambudi, Pedoman Dasar Penerbitan Buku, Sinar Harapan, Jakarta, 1996
Soetarlinah Soekadji, Modifikasi Perilaku, Liberty, Yogyakarta, 1983

DAFTAR ISTILAH
Akurat, nyata dan memiliki validitas tinggi
Budidaya, pengolahan sumber daya alam baik tumbuhan maupun hewan ternak untuk diambil
manfaatnya
Fakta, logis atau nyata dengan bukti-bukti dan data yang menyertai
Faksi, kisah nyata yang dibumbui dengan sedikit imaginasi
Fee, honor kepenulisan
Kompetensi, kemampuan seseorang
Kreatif, mengolah kemampuan dan kemauan menjadi satu tindakan yang menghasilkan
Literasi, buku
Narasumber, seseorang yang berkompeten dan mau memberikan keterangan terkait dengan
buku yang akan kita tulis
Nonosoft, software kepenulisan bahasa Arab yang standard untuk naskah nonfiksi tema
agama

Outline, proposal atau kisi-kisi naskah sebelum dilanjutkan dalam bentuk kepenulisan.
Penelitian, meneliti satu hal untuk menemukan kenyataan dari teori yang dibuat
Referensi, sumber data untuk kepenulisan nonfiksi
Roman, kisah percintaan
Strategi, cara untuk melakukan suatu hal
Study pustaka, belajar dari buku-buku yang telah terbit
Survey, datang langsung ke sebuah tempat untuk mengambil data terkait
Teori, rumusan baku tentang satu hal tertentu

PROFIL PENULIS

Afin Murtie, seorang ibu berputra dua yang tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Lulusan
fakultas psikologi Universitas Airlangga yang berkecimpung di dunia perdagangan berjangka
dan komoditi ini suka menulis semenjak SD dan seakan menemukan dunia impiannya setelah
bergabung dengan beberapa agensi naskah untuk menelurkan karya-karya nonfiksi. Beberapa
buku tentang psikologi, parenting, masakan, fesyen, budidaya, herbal, dan agama telah
diterbitkan oleh beberapa penerbit mayor. Memiliki motto selalu ingin belajar dan bermanfaat
sebagai istri, ibu, dan seorang perempuan bagi sekelilingnya.
Afin dengan senang hati bisa ditemui di afin234@gmail.com apabila ada satu hal
yang ingin didiskusikan seputar kepenulisan.

Anda mungkin juga menyukai