nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfgh
TIPS SUKSES
jklzxcvbnmqwertyuiopasdf
MENULIS BUKU NONFIKSI
Oleh :
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
Afin Murtie
pasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
Dipersembahkan oleh: Penulispro.com (Antimainstream Online Media) &
Penulispro.net (Komunitas Penulis Produktif Terbesar Indonesia)
Dari Penulis
Alhamdulillahirobbilalamin penyusunan buku menulis nonfiksi ini bisa terselesaikan
juga. Segala puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
berkah dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menuangkan ide menulis dalam sebuah
buku. Shalawat serta salam tercurah bagi baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menuntun umat Islam menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada ibu dan bapak yang
telah mengasuh dengan penuh sayang dan pengertian. Terima kasih kepada dukungan dan
cinta yang tak henti dari suami Marzuqi Yahya, dan anak-anak Alfons serta Finka.
Terima kasih kepada adik, kakak, dan sahabat yang telah menginspirasi dan menemani saat
sedih dan bahagia. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan tim re! Media Service
(Agensi naskah) dan segala bantuannya selama ini terhadap karier penulis. Semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin YRA.
Menulis, bukanlah sebuah cita-cita yang dulu termasuk dalam daftar capaian yang
hendak menjadi tujuan penulis di masa muda. Namun, hobi dan panggilan jiwa untuk berbagi
hal-hal positif dan bermanfaat menggelitik minat untuk menuangkan semua pengetahuan dan
pengalaman ke dalam buku yang bisa dibaca oleh semua peminatnya.
Inilah mengapa setelah melalui proses yang cukup berliku, akhirnya penulis memilih
menggeluti kepenulisan nonfiksi. Mulai dari psikologi yang sesuai dengan back ground
pendidikan penulis, marketing dan bisnis sebagai aktualisasi diri, parenting dan keluarga yang
ditulis berdasarkan pengalaman selama 16 tahun berumah-tangga, masakan dan ketrampilan
sebagai aplikasi hobby, sampai dengan berbagai buku agama, pengobatan herbal, dan
budidaya yang menggandeng sejumlah narasumber terpercaya.
Akhirnya, bukan karena kebetulan jika saat ini bidang kepenulisan nonfiksi masih
menjadi tantangan bagi penulis untuk senantiasa menaklukkannya. Ada gairah dan
pembelajaran yang sarat arti ketika mulai mengumpulkan bahan, menyusun kata, dan
menampilkannya sebagai tulisan yang layak terbit.
Bukan penulis sendiri yang nanti akan menentukan apakah naskah tersebut memang layak
untuk dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Peran serta agensi, penerbit, editor,
desainer, dan pihak terkait sangat membantu dan mewarnai naskah yang telah tersusun untuk
layak konsumsi.
Ketika ada tawaran untuk menuangkan pengalaman kepenulisan nonfiksi tersebut
dalam sebuah naskah. Penulis dengan senang hati menerima kepercayaan tersebut. Bukan
karena penulis merasa telah mahir menyusun naskah nonfiksi, namun sebagai ungkapan
syukur akan adanya dukungan dan semangat untuk membuatnya menjadi nyata. Buku ini
hadir sebagai gambaran proses kreatif yang selama ini coba penulis jalani dan terapkan.
Pastilah banyak hal yang berbeda dan mungkin kurang sesuai dengan pemikiran serta kondisi
pembaca.
Oleh karenanya penulis mengucapkan maaf sebelumnya apabila ada pendapat dan cara yang
kurang sesuai menurut pembaca. Jika ada hal positif yang bisa diambil dari naskah ini maka
itu datangnya dari Allah SWT. Dan jika ada hal yang kurang berkenan bagi pembaca itu
datangnya dari diri penulis sendiri. Terima kasih dan salam hangat dari Sidoarjo yang tetap
sejuk meskipun sebagian wilayahnya diterjang lumpur.
Januari 2013,
(Penulis)
Daftar Isi
(i)
(ii)
Daftar Isi
Dari Penulis
(iii)
Daftar Pustaka
(iv)
Profil Penulis
BAB I
TERDAMPAR DI BIDANG LITERASI
Buku-buku nonfiksi
Sumber : dokumen pribadi
Tak pernah terbersit sedikitpun dalam pemikiran penulis untuk menggeluti bidang
kepenulisan nonfiksi sebelumnya. Membayangkan menyusun skripsi saat kuliah S1 dulu saja
rasanya begitu menghabiskan energi. Apalagi harus menyusun berbagai buku yang saat ini,
Alhamdulillah telah tersebar di beberapa toko buku dan internet. Namun, penulis yakin
bahwa semua bukanlah kebetulan semata. Adanya rencana Allah SWT diiringi dengan usaha
untuk terus mengembangkan potensi dan memperbaiki diri menjadi kunci kenyamanan
menyusun buku nonfiksi. Lalu, mengapa harus nonfiksi dan apakah sebenarnya inti dari
kepenulisan nonfiksi itu sendiri?
karya nonfiksi sendiri kebanyakan bukan merupakan sarana hiburan. Membaca karya
nonfiksi seharusnya membuat seseorang menjadi bertambah pengetahuannya.
Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi lebih mengerti.
Inilah mengapa sebenarnya ada satu beban mental ketika kita memutuskan untuk menerima
tawaran menulis nonfiksi.
Beban untuk menuliskan segala hal yang memang terjadi secara nyata, beban untuk
mengungkap teori secara benar, beban untuk memengaruhi pembaca agar melakukan saran,
tips, dan aplikasi nyata dari beberapa panduan pada naskah kita. Oleh karenanya sebelum
terjun ke dalam bidang kepenulisan nonfiksi, sepertinya kita perlu mempersiapkan diri untuk
memahami pengertian menulis karya nonfiksi itu sendiri.
Jika kita katakan bahwa karya kepenulisan nonfiksi harus mendasarkan diri pada
fakta, teori, dan pengalaman nyata maka kemudian kita tentu akan berpikir bagaimana
mungkin kita bisa menyusun kata-kata sendiri? Tentu saja di sinilah fungsi dari seorang
penulis nonfiksi, yaitu menyusun semua data, teori, dan pengalaman diri sendiri maupun
orang lain ke dalam bahasa yang mudah dimengerti.
Ketika kita menuliskan tentang strategi marketing untuk orang awam/tidak pernah
bersentuhan langsung dengan marketing misalnya, maka bahasa yang digunakan haruslah
mudah dipahami oleh siapapun pembacanya.
Jika pembaca menjadi paham dan mudah mengaplikasikan tips praktis dalam
menjalankan marketing seperti yang kita tulis, maka dapat dikatakan penyampaian kita cukup
mudah dimengerti. Sebuah tantangan bagi penulis nonfiksi untuk mengungkapkan teori dan
fakta menjadi satu susunan naskah dengan bahasa yang mudah dipahami.
Dari sekilas pengertian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa karya nonfiksi
adalah :
Sebuah karya kepenulisan yang disusun berdasarkan teori, fakta, dan data nyata.
Karya nonfiksi tidak bisa dikarang, direka-reka, dan ditulis dengan sistem kira-kira.
Semua harus melalui pemahaman terhadap teori tertentu yang mendasari adanya
pengetahuan tentang tema sebuah tulisan. Misalnya ketika seseorang menulis tentang
mengasuh anak, maka tidak bisa kemudian mereka menyusun secara kira-kira.
Minimal ada teori tentang pengasuhan anak yang bisa menjadi acuan pokok, meskipun
bisa saja kemudian diberi penambahan, pengurangan, dan pengubahan. Meskipun belum
pernah memiliki anak atau tidak pernah mengasuh anak-anak mereka sendiri, minimal si
penulis tahu hal-hal utama dalam pengasuhan anak. Misalnya jika ada anak yang
menangis keras maka bisa saja ada beberapa hal yang membuat si anak tidak nyaman.
Bisa disusun sendiri atau gabungan beberapa penulis dengan kompetensi seimbang.
Karya nonfiksi bisa disusun oleh satu orang dan bisa juga oleh beberapa orang penulis.
Yang pasti setiap penulis perlu memahami adanya kompetensi seimbang dalam
penyusunan buku tersebut. Karena nantinya nama yang dipakai adalah nama berdua atau
gabungan beberapa orang. Jika salah satu kurang kompeten maka naskah yang dihasilkan
akan terasa timpang dan bisa saja dikembalikan karena kurang layak terbit.
FIKSI
NON
FIKSI
Karya Nonfiksi
kumpulan cerita.
Tidak bertujuan memberi informasi
yang ada.
Bersifat memberi informasi
khayalan
Pembuatan
faktanya
Pembuatan naskah didasarkan atas data
imaginasi penulis
Tokoh dan setting yang dibuat bisa
nyata
Penulis disebut juga sebagai penyusun
naskah
didasarkan
atas
Demikian sekilas beberapa perbedaan karya fiksi dan nonfiksi. Yang pasti karya fiksi
identik dengan roman, novel, cerpen, dan kumpulan cerita. Sedangkan karya nonfiksi identik
dengan buku-buku serius seperti parenting, bisnis, ekonomi, kesehatan, budidaya, pertanian,
dan beberapa bahasan lainnya.
Terdapat perbedaan mendasar antara karya fiksi dan nonfiksi sehingga nantinya terdapat
perbedaan mendasar pula terhadap penulis dan cara menulisnya. Bisa saja sebenarnya
seorang penulis mengarang karya fiksi sekaligus menyusun karya nonfiksi di lain waktu atau
bersamaan.
Namun, nantinya akan terlihat bahwa seorang penulis merasa lebih nyaman mengarang karya
fiksi atau lebih nyaman menyusun karya nonfiksi. Keduanya memiliki dunia yang berbeda,
pembaca yang berbeda, dan kepentingan yang berbeda pula.
Jadi tak ada alasan yang bisa dibuat untuk membuat karya nonfiksi dan fiksi tersebut
bersaing. Jika ada seorang penulis yang bisa membuat kedua karya tersebut sama baiknya
maka dia bisa dikatakan sebagai penulis serba bisa.
Tetapi kebanyakan seorang penulis hanya mampu menjalani salah satu bidang kepenulisan
lebih baik daripada bidang lainnya. Misalnya lebih menghasilkan karya berbobot ketika
menulis buku fiksi atau ketika menulis buku nonfiksi.
Nantinya dalam kepenulisan buku nonfiksi-pun seorang penulis terfokus lagi pada beberapa
tema yang dikuasainya. Baik penguasaan karena adanya latar belakang pendidikan sesuai
dengan tema tersebut, adanya pengalaman, dan adanya data dari pihak lain.
Saat ini di Indonesia biografi banyak dibuat sebagai bentuk pencitraan diri seseorang
yang akan maju pada pilihan kepala daerah atau berbagai jabatan penting lainnya. Jika
biografi ditulis sendiri oleh si tokoh, maka karya tersebut disebut dengan otobiografi.
Di dalam sebuah biografi atau otobiografi ditulislah kisah perjalanan hidup seseorang
mulai dari masa kecil atau bahkan sebelum kelahirannya sampai dengan kisah
suksesnya. Oleh karenanya yang dibuat biografi adalah kisah orang-orang yang
sukses.
Hal ini untuk memberikan inspirasi kepada orang lain agar memiliki semangat yang
sama dalam menempuh kesuksesan hidup. Meskipun pada perkembangan selanjutnya
karya biografi seringkali dibuat sebagai salah satu bentuk pengenalan diri atau
kampanye sebelum maju menjadi sosok pemimpin baik di daerah maupjn tingkat
nasional.
Contoh :
-
Karena di dalamnya memuat hal-hal yang telah dibentuk melalui proses survey atau
penelitian dengan tingkat validitas yang disebutkan juga di dalamnya. Untuk
membuat karya ilmiah ini sebagai salah satu bahan referensi, kita perlu
mencantumkan juga penulis dan lembaga yang menaungi mereka.
Contoh :
- Skripsi mahasiswa fakultas psikologi Unair-Surabaya tahun 1999 tentang
-
Paprika.
Dan sejenisnya.
5) Buku Agama
Buku agama, apapun kepercayaannya dikatakan sebagai karya nonfiksi. Karena buku
agama tidak mungkin disusun berdasarkan khayalan si penulis. Buku agama disusun
berdasarkan ajaran agama yang bersangkutan. Contohnya buku tentang agama Islam
disusun berdasarkan Al Quran, Hadist Rasulullah SAW, dan ijtihad para ulama.
Buku agama bisa ditulis dengan berbagai gaya, mulai dari gaya bercerita sampai
dengan pemakaian poin-poin praktis untuk dipraktekkan. Yang pasti buku agama
menunjang pembelajaran terhadap ketentuan, aturan, dan adab sesuai dengan agama
yang dibahas di dalamnya.
Banyak buku agama yang beredar di pasaran dan biasanya ditulis oleh penulis
nonfiksi yang memiliki bekal pengetahuan tentang agama bersangkutan. Bisa juga
ditunjang oleh keberadaan satu lembaga keagamaan dan narasumber yang
berkompeten.
Contoh :
- Panduan Fiqih Imam Syafii (Ringkasan kitab Kitab Fathul Qorib Al Mujib) oleh
-
6) Buku motivasi
Buku motivasi digolongkan sebagai karya nonfiksi, mengapa? Bukankah buku
motivasi seringkali memuat tentang cerita-cerita yang kadangkala diubah kembali
sesuai dengan selera dan kemampuan seorang penulis?
Buku motivasi dikatakan sebagai karya nonfiksi karena pasti ada kisah nyata yang
melatarbelakangi adanya susunan tulisan yang terangkai menjadi motivasi tersebut.
Tumbuhnya buku motivasi karena adanya kesuksesan yang mendasari. Misalnya
kesuksesan penulis, tokoh inspiratif, maupun hal lain. Sehingga memunculkan ide
untuk berbagi dan memberikan informasi kepada orang lain tentang motivasi yang
mendasari kesuksesan tersebut.
Buku motivasi tidak hanya berisi tentang kisah tokoh yang bisa membuat seseorang
termotivasi saja tetapi juga bisa berisi tentang hal-hal lain yang memunculkan
motivasi. Misalnya tentang cerita dari berbagai belahan dunia, kisah nyata dari
berbagai sumber, sampai dengan cerita binatang dan perilaku mereka.
Contoh :
- 30 Hari Menggapai Kebahagiaan Hidup oleh Marzuqi Yahya, penerbit Al
Maghfirah
7 Keajaiban Rezeki oleh Ippho Santosa, penerbit Elex Media.
7) Buku kewanitaan
Cahaya Atma.
Kreasi Jilbab dan Pashmina oleh Afin Murtie, penerbit Caesar Publishing.
Masakan Korea Paling Populer oleh Afin Murtie, penerbit Pustaka Anggrek.
Dan sejenisnya
8) Arsitektur
Merupakan karya nonfiksi yang memuat tentang interior, eksterior, desain, dan segala
hal yang berhubungan dengan pembangunan rumah, kantor, toko, dan lainnya. Buku
arsitektur banyak menginspirasi para pembaca untuk membuat suasana menarik dan
berbeda terhadap tempat tinggal mereka. Ide kreatif dan tampilan buku yang cantik
seringkali menarik minat para pembaca untuk mengaplikasikannya secara langsung.
Contoh :
- Renovasi, Cara Tepat Mengecat Rumah, oleh Idea Books
- Dan sejenisnya
9) Psikologi populer
Buku-buku prikologi selalu menarik untuk dibaca. Buku psikologi populer
menyangkut berbagai karya nonfiksi yang berhubungan dengan ilmu psikologi.
Seperti psikotes, pengembangan diri, dan berbagai hal terkait. Buku-buku
hypnoterapy, konseling, mind maping, dan semacamnya juga termasuk ke dalam
bidang psikologi populer.
Contoh :
- Tes Potensi Anak oleh Afin Murtie
- Psikotes Kerja oleh Afin Murtie, penerbit Agogos
- Mengenal Baby Blues Dan Pencegahannya oleh Hj Afin Murtiningsih, S.Psi,
-
10) Parenting
Cahaya Atma.
Dan sejenisnya
Sehat
Dan sejenisnya
12) Bisnis
Buku bisnis merupakan karya nonfiksi yang tak pernah henti berkembang dan dicari.
Karena setiap orang dewasa pasti tertarik dengan bisnis untuk dipahami dan bahkan
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Berbagai buku bisnis bukan hanya menambah
pengetahuan tentang bisnis itu sendiri tetapi juga menambah motivasi untuk terjun ke
dunia bisnis.
Contoh :
- 101 Bisnis Online Yang Paling Laris oleh : Ari Kurnia, Afin Murtie, Dian Nafi,
-
13) Budidaya
Buku budidaya terdiri dari berbagai macam pembahasan. Ada yang membahas
pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Berbagai buku budidaya tersebut
ada yang dilandasi oleh bisnis, jadi budidaya sebagai salah satu sarana berbisnis. Dan
ada pula yang didasarkan atas hobby, budidaya sebagai pengembangan kesukaan
seseorang. Buku-buku tentang budidaya juga tidak ada sepinya, banyak hal yang bisa
diungkapkan dan dibentuk sebagai naskah nonfiksi di bidang budidaya.
Contoh :
- Jati Emas Kultur Jaringan oleh Marzuqi Yahya, penerbit Cahaya Atma
- Budidaya Lovebird oleh Afin Murtie, penerbit Cahaya Atma
- Dan sejenisnya
14) Manajemen dan Marketing
Marketing dan manajemen merupakan dua dunia yang saling berhubungan. Karya
nonfiksi yang membahas keduanya juga tak habis untuk dibahas. Dari berbagai segi
dan cara memanaje perusahaan sampai dengan marketing produk dibahas tuntas pada
berbagai buku dengan berbagai teori dan aplikasi masing-masing.
Contoh :
- Belajar Manajemen Dengan Strategi Untuk Awam, oleh Afin Murtie, penerbit
-
Laskar Aksara
7 Kesalahan Marketing Dalam Menjual oleh Afin Murtie, penerbit Laskar Aksara
Dan sejenisnya
15) Kamus
Kamus berbagai bahasa merupakan karya nonfiksi yang bertujuan membantu
seseorang belajar dan mengetahui tentang bahasa negara lain. Bahkan ada pula kamus
yang berisi bahasa daerah di beberapa pulau Indonesia. Menarik, kreatif, dan memiliki
manfaat teramat besar. Apalagi kamus sekarang dilengkapi dengan tata cara
pengucapan dan percakapan sehari-hari dari berbagai negara tersebut.
Contoh :
-
16) Perjalanan/wisata
Naskah tentang perjalanan atau wisata merupakan karya nonfiksi yang bersifat
reportase. Laporan pandangan mata dan pengalaman penulis tertuang dalam sebuah
karya nin fiksi dengan dilengkapi gambar, foto, dan keunikan perjalanan yang
dilakukan. Menarik minat para wisatawan baik domestik maupun asing, apalagi jika
buku ini dibuat dengan disertai bahasa terjemahan dalam bahasa internasional seperti
Inggris dan Mandarin.
Contoh :
Catatan Perjalanan Asia dan Afrika oleh Prof Dr Hok Tanzil, penerbit Alumni
Catatan Perjalanan Awal 1985, Karibia dan Amerika Selatan oleh Prof Dr Hok
Mood lebih identik dengan kemampuan untuk berkhayal dan menuliskan imaginasi
kita ke dalam sebuah naskah fiksi. Namun demikian, apabila kita telah merasa lelah dan
jenuh ada baiknya untuk beristirahat dan mencari kesenangan lainnya. Segera setelah tubuh
terasa segar kembali, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyusun informasi dan data
terkumpul untuk menjadi naskah yang menarik dan inspiratif bagi pembaca.
Kadang seringkali kita mendengar pertanyaan, kapan kepastian naskah saya dimuat?
Atau bahkan kapan ya kira-kira outline yang saya buat disetujui oleh penerbit untuk
kemudian saya buat naskahnya?
Bagi seseorang yang baru terjun ke dunia penerbitan buku dan media, pastilah
berbagai pertanyaan tersebut terus berkecamuk. Belum lagi berbagai prasangka mengapa
outline atau naskah kita belum bisa lolos? Apakah tulisan kita kurang bagus? Ataukah karena
kita belum memiliki nama seperti penulis lainnya?
romantis. Kenyataan bisa saja berbalik dari harapan, semua membutuhkan proses terutama
dari dalam diri kita sendiri untuk lebih mengedepankan pemikiran positif dan semangat agar
tak jenuh memperjuangkan apa yang menjadi tujuan.
Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Bahwa kenyataan apapun harus dihadapi
sebagai seorang penulis nonfiksi? Hal tersebut karena saya sendiri telah mengalami suka
duka menjalani pekerjaan menulis ini. Saya katakan sebagai pekerjaan, bukan hobby.
Karena dengan menganggap bahwa menulis juga merupakan satu pekerjaan, maka ada
rasa tanggung jawab dan komitmen dalam diri saya untuk segera menyelesaikannya apabila
telah dipesan. Jika saya menganggap menulis sebagai hobby, tentu saya akan
menjalankannya ketika ada waktu senggang dan tidak mengganggu pekerjaan lainnya.
Mengapa saya mengatakan harus siap pada kenyataan yang tak selalu manis? Karena
memang dunia menulis sama dengan dunia kerja dan bisnis lainnya. Kadangkala berita
gembira cepat didapat bahwa naskah kita acc atau disetujui untuk diterbitkan. Kadangkala
harus menunggu sampai waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai dua tahun sebelum ada
kata diterima ataukah ditolak. Dan ujungnya sering juga terjadi penolakan atas naskah
apalagi outline.
Lalu, haruskah kita berputus asa? Jika memang kita ingin tetap mewarnai dunia
kepenulisan, jika kita mau belajar untuk lebih baik, jika kita tak jenuh menggali ide-ide
kreatif maka saya rasa tak ada seorangpun yang tak mampu untuk menjadi seorang penulis
nonfiksi. Yang dibutuhkan hanyalah kesabaran dan pengetahuan yang bisa didapatkan
dengan melimpahi diri akan bacaan-bacaan bermanfaat.
Ide dan outline yang tak selalu berhasil memikat hati penerbit
Tak semua ide dan outline yang kita buat menarik dan bisa memikat hati penerbit.
dari sepuluh outline yang saya buat, biasanya kurang dari setengah yang bisa
sampai menjadi naskah. Lalu, harus berputus asakah saya? Tentu tidak, ada
saatnya outline tersebut memang kurang tepat untuk waktu sekarang.
Mungkin akan menarik tiga bulan bahkan setahun kemudian. Pernah ada satu
pengalaman tentang proses kepenulisan naskah tentang Terhindar Dari Jebakan
Kartu Kredit oleh Marzuqi Yahya. Awalnya ide dan outline tersebut dibuat
sampai setahun tak ada kabar apapun. Setelah itu ada kabar diminta menuliskan
naskahnya.
Ternyata setelah kita telaah, setahun sebelumnya masih laris buku tentang
Berbisnis Dengan Kartu Kredit. Maka ide tentang menghindari jebakan kartu
kredit jelas bertentangan di pasar. Oleh karenanya outline kemudian diterima
setelah banyak juga yang tidak bisa menggunakan kartu kredit secara bijak.
Jadi ketika outline kita tidak diterima sekarang, bukan berarti ide tidak menarik
dan outline jelek tetapi mungkin saja saatnya kurang tepat. Outline dan bahkan
naskah jadi tersebut bisa menjadi tabungan di lain waktu apabila ada penerbit
yang menginginkannya.
kepenulisan selesai dan revisi telah dilakukan. Bisa jadi honor datang dalam
waktu lebih dari satu bulan, dua bulan, dan bahkan sampai tiga bulan.
Hal ini perlu untuk diketahui oleh seluruh penulis, agar tidak lantas terus bertanya
kapan honor akan diberikan. Dalam surat kontrak yang telah baku-pun tidak bisa
lantas memperkirakan kapan honor benar-benar akan dikeluarkan oleh penerbit.
Meskipun demikian ada satu pelajaran berharga yang saya petik ketika bergabung
dalam agensi naskah, yaitu bahwa ketika honor kita belum cair maka merekalah
yang mendesak penerbit untuk segera memenuhi kewajibannya. Demikian pula
dengan penghitungan royalti, maka agensi naskah berperan cukup aktif dalam
bertanya tentang buku terjual.
-
Bab II.
BERKENALAN DENGAN DUNIA
PENERBITAN
GRAMEDI
A GROUP
MIZA
N
PENERB
IT LAIN
CAES
AR
PENER
BIT
PUSTAK
A
ANGGR
EK
CAHA
YA
ATMA
LASKA
R
AKSA
RA
Haruskah karya yang dihasilkan oleh penulis itu diterbitkan? Pertanyaan tersebut
rasanya bisa dijawab oleh masing-masing penulis. Ada yang menganggap bahwa karyanya
akan terlihat lebih nyata apabila diterbitkan. Ada penulis spesialis lomba yang hanya mau
mengikutsertakan karya-karyanya dalam lomba saja, tidak perlu diterbitkan asalkan bisa
menang.
Ada yang cukup berpuas diri bisa menulis dengan bagus di blog atau website pribadi, yang
penting tujuannya untuk berbagi telah tercapai. Dan ada yang malu-malu dan hanya
menyimpan tulisannya di laptop. Apapun tujuan kita menulis, sebaiknya kita mengetahui
beberapa hal pokok dalam penerbitan naskah terutama yang berhubungan dengan
penerbitannya.
Telah banyak kita ulas tentang pengertian naskah nonfiksi pada bab sebelumnya. Pada
dasarnya naskah nonfiksi merupakan naskah yang dibuat berdasarkan fakta, nantinya
berbagai metode atau cara bisa digunakan untuk mendapatkan informasi seputar fakta yang
hendak diangkat ke dalam tulisan tersebut.
Tentu saja salah satu cara untuk mendapatkan informasi terkait kepenulisan buku
nonfiksi bisa bersumber dari buku lain/literasi dan juga internet. Kadangkala ada seseorang
yang mengatakan bahwa buku nonfiksi si X semua informasinya ada di google. Coba kita
telaah dulu pembicaraan bernada miring demikian. Benarkah si X menjiplak google?
Naskah nonfiksi, sekali lagi merupakan naskah yang ditulis berdasarkan fakta dan
kumpulan informasi. Dikatakan menjiplak atau plagiat, apabila naskah tersebut mengutip
tanpa menuliskan kembali informasi yang didapatkan dari media lainnya termasuk internet.
Dan naskah seperti ini (plagiat) sangat sulit/bahkan tidak mungkin untuk lolos menjadi
sebuah buku yang diterbitkan.
Karena proses dari naskah yang disusun oleh penulis sampai diterbitkan melalui
beberapa tahapan, termasuk adanya proses editing oleh editor profesional. Nama baik editor
dan penerbit sendiri dipertaruhkan untuk mengeluarkan buku yang naskahnya didapat dari
hasil plagiat atau menjiplak. Maka kita harus lebih berhati-hati untuk menuduh sebuah
naskah disusun sebagai hasil plagiat.
Penulisan kembali dari sumber informasi terpercaya seringkali harus dilakukan oleh
penulis nonfiksi. Coba kita ambil contoh yang sederhana, misalnya kita menulis tentang
budidaya ayam kampung. Di buku dan media apapun yang membahas tentang budidaya ayam
kampung pasti akan mengulas tentang penetasan alami.
Yang berarti si induk mengerami telur di dalam sarang atau petarangan selama +/- 20
hari. Pada kenyataan di lapangan, ketika penulis menemui narasumber peternak ayam
kampung mereka juga memberikan informasi yang sama.
Jadi, sangat logis jika kemudian penulis menyusun naskah dan menjelaskan tentang
penetasan alami tersebut. Dengan informasi yang sama dan bisa didapatkan di semua media.
Begitu pula dengan buku-buku nonfiksi lainnya, seperti buku wisata, sejarah,
rangkuman pengetahuan umum, dan sejenisnya. Semua buku tersebut pastilah memuat
informasi yang sama dengan media lainnya. Misalnya informasi tentang Pancasila, tak
mungkin penulis menambahkan menjadi enam sila atau mengurangi menjadi tiga sila saja.
Inilah dunia karya nonfiksi. Perlu adanya rasa rendah hati, menyingkirkan ego, dan bijaksana
menyikapi anggapan miring yang seringkali muncul dari pihak-pihak lain yang berpikiran
negatif.
Siapkan kita menyikapinya? Membenamkan diri dalam dunia kepenulisan nonfiksi
yang penuh tantangan? Jika jawabannya ya, coba kita teruskan untuk mengulas bab-bab
selanjutnya dengan penuh semangat.
Kreativitas
Penulis nonfiksi dituntut untuk kreatif. Kreatif dalam mencari ide penulisan,
kreatif mengolahnya menjadi tema dan outline memikat, dan kreatif pula
menyusunnya sebagai sebuah naskah informatif. Bagaimanapun, kreatifitas
dibutuhkan agar seorang penulis nonfiksi tetap eksis di bidangnya. Dengan adanya
kreatifitas, maka semua hambatan bisa disingkirkan dalam waktu yang tidak lama.
Lalu, bagaimana memunculkan kreatifitas?
Lakukan hal-hal yang kita sukai, nikmati sensasi dari hal tersebut, maka kreatifitas
akan muncul dengan
mengitari mall karena kebetulan berada di samping kantor. Dari hobby jalan-jalan
ini banyak hal kreatif yang bisa muncul.
Seperti tanggap ketika ada kebutuhan menulis fashion, resep masakan negara
tetangga, sampai dengan membuat mainan anak. Tanggap karena setiap kali
berjalan-jalan ada hal-hal tertentu yang menarik minat saya dan menyimpannya
dalam ingatan untuk dikembangkan menjadi ide sebuah tulisan nonfiksi.
-
Komunitas
Berkumpulah dengan orang baik, maka minimal kita akan tertular kebaikannya.
Oleh karenanya memiliki komunitas dengan anggota yang baik dan saling
mendukung bisa dijadikan sebagai satu kesempatan dan kemungkinan untuk
berkembang menjadi sukses. Komunitas yang saling mendukung juga akan
membentuk sikap terpuji masing-masing anggota. Misalnya berkumpul dengan
komunitas pecinta alam, organisasi, dan bentuk lain asalkan bertujuan untuk
kebaikan dan dilakukan dengan baik pula.
-
Support
Dukungan orang-orang tersayang, suami dan anak-anak, juga beberapa kerabat
dan sahabat membuat kepenulisan nonfiksi menjadi lancar.
Semangat
Semangat untuk berkarya dan menghasilkan
Usaha nyata
Saat ini informasi mudah untuk digali, dari berbagai media dan sumber informasi
lainnya termasuk teman, sahabat, dan saudara. Menentukan profesionalisme
sebuah penerbit bisa kita lakukan dengan melihat performance penerbit tersebut.
Caranya cukup sederhana, datang ke toko buku dan lihat nama penerbit yang ratarata mendisplay buku mereka di sana. Nama penerbit ini ada di bagian belakang
buku dan dilengkapi dengan alamat serta emailnya. Penerbit profesional tentu
mampu mencetak buku terbitan mereka sebanyak @3.000 buah untuk didispalay
di toko buku seluruh Indonesia.
-
Alamat penerbit biasanya tidak terfokus pada pihak berwenang yang menentukan
kelayakan sebuah naskah untuk diterbitkan.
Jika memang kebetulan kita tinggal di kota yang sama dengan perusahaan
penerbitan tersebut, bisa saja kita melacak ke kantor dan menanyakan secara
langsung pihak-pihak yang berwenang menyunting naskah. Biasanya pihak yang
menyunting naskah untuk dinyatakan layak terbit adalah editor yang diketuai oleh
seorang kepala editor. Editor memiliki spesifikasi sendiri, ada bagian fiksi,
nonfiksi, yang nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian khusus lainnya
seperti editor buku agama, bisnis, dan lainnya.
-
Menyunting bahasa
Fungsi utama dan pertama dari seorang editor adalah menyunting bahasa penulis.
Bagaimanapun seorang penulis, fiksi dan nonfiksi tetap perlu memerhatikan tata
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Hanya saja EYD atau ejaan yang disempurnakan memiliki perkembangan yang
cukup berarti dari tahun ke tahun. Sehingga, kadangkala penulis kurang
memahami perkembangan EYD terbaru sehingga dalam beberapa konten tulisan
masih terdapat kesalahan kata maupun tanda baca.
Secara pribadi, saya merasa sangat terbantu dengan para editor. Bagaimanapun
cara dan sikap seorang editor, rata-rata tujuan mereka baik. Ingin membuat naskah
kita layak terbit dan nyaman untuk dibaca. Pernah satu kali tulisan saya penuh
dengan coretan seorang editor. Setelah saya amati dan konsultasikan dengannya,
ternyata bahasa saya memang terlalu panjang dan lebar. Naluri seorang ibu yang
suka bercerita terbawa dalam tulisan tentang parenting.
Dari coretan yang tak terhingga banyaknya tersebut, saya belajar memilah kata.
Belajar menuliskan titik di saat yang tepat. Sehingga pembaca tidak merasa berlari
dan lelah mengikuti gaya bercerita saya.
Jika kita menyambut penyampaian editor dengan baik, Insya Allah tak ada kata
diomelin editor atau mungkin dimusuhi editor. Karena kembali lagi kepada cara
berpikir positif, jika editor mencoret dan meminta kita mengganti naskah itu
berarti karena naskah kita belum layak untuk terbit.
-
Merapikan naskah
Editor bukan hanya berfungsi menyunting bahasa seorang penulis, tetapi mereka
juga turut andil dalam merapikan naskah. Seringkali penulis lupa tentang hirarki
bagi naskahnya. Bagian bab, sub bab, dan keterangan lain diacak penulisannya
sehingga sulit untuk dibedakan.
Pembaca akan merasa bingung apabila melihat pembahasan tentang pakan bebek
misalnya. Tiba-tiba pada tanda kotak berikutnya kita membahas tentang ukuran
telur. Perlu bagi seorang penulis untuk memahami permintaan editor tentang
hirarki.
Namun demikian naskah yang kurang rapi dalam artian tidak terlalu parah, akan
dibenahi oleh si editor dengan senang hati. Terutama apabila naskah tersebut
menarik minat si editor untuk memabacanya. Naskah yang rapi akan lebih mudah
dilayout dan dicetak oleh penerbit.
Penulis karya nonfiksi riskan terkena unsur plagiat. Karena seperti ungkapan saya
pada bab sebelumnya, bagaimana kita akan mengganti teori yang telah baku
adanya. Hanya saja sangat memungkinkan bagi penulis untuk mengubah bahasa
atau menceritakan kembali tentang satu hal yang telah pasti keberadaannya.
Misalnya saja kita menulis tentang mahapatih Majapahit di zaman kejayaannya
yang terkenal dengan sumpah palapa. Maka bisa kita mengubah sedikit bahasanya
menjadi, Sumpah palapa dilakukan oleh seorang mahapatih kerajaan Majapahit
saat pemerintahan raja Hayam Wuruk. Sumpah palapa tersebut kemudian terwujud
dengan luasnya wilayah Majapahit dari ujung barat sampai ke timur Indonesia.
Pengubahan dengan kata-kata sendiri ini tidak termasuk dalam plagiat, namun
kadangkala ada juga orang lain yang menuliskan serupa dengan bahasa kita dalam
menerangkan tentang sumpah palapa. Di sinilah fungsi editor untuk mengecek
benarkan kata-kata si penulis merupakan plagiat ataukah bukan. Jadi, ketika
sebuah buku terbit unsur plagiat yang telah dideteksi diharapkan tak ikut ambil
bagian sehingga memalukan bagi penulis dan penerbit.
-
Membimbing kepenulisan
Seorang editor yang profesional dan baik hati, biasanya mau membimbing
kepenulisan sebuah karya. Apalagi jika penulis yang bekerjasama dengan mereka
tergolong baru. Bimbingan ini lebih pada kelengkapan naskah seperti foto yang
relevan, usulan penambahan atau pengurangan pokok bahasan tertentu, dan hal
lain yang berhubungan dengan buku yang akan diterbitkan.
Pada beberapa penerbit, editor sengaja mengadakan event lomba untuk menjaring
penulis berbakat. Dalam berbagai lomba tersebut biasanya si editor mengadakan
kelas menulis untuk memoles penulis menjadi profesional dan naskahnya lebih
layak jual.
Agensi Naskah:
Dalam melakukan hubungan dengan penerbit, kadangkala penulis perlu menggunakan
jasa agensi naskah. Agensi naskah ini berkembang cukup pesat di tanah air. Sebutlah
beberapa nama yang tersebar di kota Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Solo, dan Surabaya.
Biasanya agensi naskah dibentuk oleh seseorang yang paham tentang dunia penerbitan,
pernah bekerja di perusahaan penerbitan, dan paham tentang tata cara pengumpulan
naskah, editing, sampai dengan menjadi naskah siap cetak. Agensi naskah memiliki
manfaat besar bagi seorang penulis dan juga bagi penerbit.
Berikut beberapa fungsi agensi naskah :
-
Menyediakan ide dan judul bagi sebuah naskah sesuai minat pasar
Agensi naskah membantu penerbit dan penulis dengan cara mengeluarkan ide dan
tema tulisan. Kemudian mereka share kepada penerbit mana ide dan tema yang
sekiranya sesuai dengan minat pasar. Menawarkannya kepada penulis, siapa yang
sekiranya mampu menyusun naskah dengan tema tersebut. Kemudian mengawal
Adanya agensi naskah memiliki peran penting dalam hal pembayaran honor
kepenulisan kepada penulis. Agensi memiliki bargaining tersendiri dengan
penerbit sehingga pihak penulis sebagai pemilik naskah tidak merasa dirugikan.
Biasanya agensi memperjuangkan hak penulis agar tidak terlalu lama keluar dari
rentang waktu selesainya sebuah naskah. Sebab nantinya hal ini akan berhubungan
dengan semangat dan kemauan penulis untuk menyusun naskah kembali di saatsaat berikutnya.
Honor kepenulisan yang lancar secara langsung akan membuat penulis merasa
dihargai dan berbahagia. Sehingga di lain waktu tak ada lagi halangan untuk
kembali menuangkan ide dalam sebuah karya. Karena bagaimanapun sebagai
seorang manusia, tentu penulis juga memerlukan biaya hidup dan membahagiakan
keluarga mereka.
-
Agensi Penulis :
Jika agensi naskah lebih banyak berhubungan dengan naskah, maka agensi penulis tentu
saja lebih banyak berhubungan dengan penulis. Agensi penulis belum umum di
Indonesia, meskipun ada beberapa yang telah menekuni bidang tersebut. Namun, di
negara-negara Eropa dan Amerika peran agensi penulis sangat penting bagi para penulis
buku baik fiksi maupun nonfiksi. Sebutkan karya populer semacam Harry Potter yang
lahir dari tangan seorang penulis dan memercayakan naskah ke agensinya.
Berikut fungsi agensi penulis yang perlu diketahui :
-
Agensi naskah mencari naskah, sedangkan agensi penulis mencari penulis. Seperti
halnya pencari bakat lainnya yang menelusuri jejak-jejak penulis baru yang dirasa
mampu dan memiliki semangat untuk maju. Bakat saja tidak cukup menjadikan
seseorang menjadi penulis handal.
Karena bakat tanpa ditunjang kemauan belajar akan membuat si penulis menjadi
sosok arogan yang sombong. Sedangkan bagi penulis yang mungkin hanya sedikit
memiliki bakat, akan bisa sukses jika ditunjang dengan kemauan keras untuk maju
dan pembelajaran tada henti untuk mencapai kapasitas dan kemampuan yang lebih
baik dari sebelumnya.
-
oleh penerbit untuk menciptakan sekuel atau buku-buku berikutnya yang masih
berhubungan dengan buku pertama.
Bisa juga penulis akan diminta naskah yang berkaitan pembahasannya dengan
buku laris yang dihasilkannya. Oleh karenanya agensi penulis sangat membantu
apabila ikut serta berpromosi. Promosi bisa dilakukan lewat blog, website, toko
buku, jejaring sosial, dan membuat acara bedah buku karya penulis mereka.
-
Dalam memilih penerbit, agensi naskah, maupun agensi penulis hendaknya kita
bijaksana dan berpikiran positif. Jika apa yang kita lakukan diniatkan demi kebaikan maka
yang terjadi adalah hal-hal yang baik pula. Jangan segan untuk bergaul dan mengenal lebih
dekat ketiga pihak yang akan membantu kita menerbitkan naskah tersebut. Dengan mengenal
lebih dekat, mengunjungi kantornya, dan berinteraksi dengan baik maka diharapkan akan
tumbuh sinergi untuk meraih kesuksesan.
EDITOR
AGENCY
PENULI
S
PENUL
IS
PENERB
IT
AGENCY
NASKA
H
Meskipun saya suka memasak, tetapi saya kurang suka membuat kue. Sehingga hasil
kue buatan saya-pun terkesan apa adanya. Bagaimana mungkin saya bisa mengerjakan
pembuatan buku resep kue modern, jika saya sendiri kurang mampu dan jelas tidak bisa
menikmati tahap penyusunannya?
Jika tadi kita berbicara tentang menimang, maka saat ini kita akan beralih
pembicaraan dengan melepaskan naskah. Apabila kita telah memiliki naskah jadi,
lepaskanlah naskah pada penerbit yang tepat. Saat ini banyak keluhan tentang lamanya proses
penerbitan, distribusi naskah, dan pembayaran. Oleh karenanya perlu bagi penulis untuk
berhati-hati melepas naskahnya.
Berikan naskah kepada penerbit yang benar-benar profesional dan beritikad baik.
Pastikan surat perjanjian kerja atau surat kontrak telah diterima sebelum buku diterbitkan.
Bacalah dengan seksama perjanjian tersebut agar tidak merugikan salah satu pihak. Memilih
dan memilah penerbit memang bisa dilakukan sendiri oleh penulis.
Tetapi alangkah sederhananya apabila ada pihak lain yang siap membantu untuk
mencarikan penerbit profesional sekaligus mengawal keberadaan naskah kita. Di sinilah
fungsi agensi naskah dan agensi penulis nampak sangat berarti.
1. Jual Putus
Sistem pembayaran naskah nonfiksi dari penerbit yang pertama adalah jual putus.
Sistem jual putus ini seperti halnya ketika mengirim artikel atau naskah serupa ke
redaksi koran dan majalah.
Berikut hal-hal yang menjadi ciri khas sistem jual putus sebuah naskah :
-
meminta kontrak kepenulisan di awal ketika outline atau naskah kita disetujui dan
akan diterbitkan oleh mereka.
Di dalam kontrak ini tercantum beberapa aturan yang perlu dicermati oleh penulis.
Di antara peraturan tersebut adalah bahwa naskah yang telah dibeli tidak boleh
dipublikasikan kembali. Ada beberapa peraturan yang berbeda antara satu penerbit
dengan lainnya. Ada penerbit yang menentukan jual putus berlaku selamanya,
untuk berapapun cetakan ulang, dan karya terjemahan. Ada pula yang memberi
kompensasi dan honor tambahan ketika naskah berhasil cetak ulang atau
diterjemahkan ke dalam bahasa asing.
-
2. Sistem Royalti
Sistem royalti merupakan sistem pembayaran naskah yang banyak ditawarkan dan
diberikan oleh penerbit. Sistem ini memiliki keunggulan bagi kedua pihak baik
penulis maupun penerbit. Penulis mendapatkan honor sesuai dengan buku mereka
yang terjual. Sedangkan penerbit diuntungkan karena memberikan honor sesuai
penjualan buku tersebut.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi ciri khas pemberian royalti bagi seorang penulis:
-
Ada beberapa hal yang perlu dicermati oleh penulis sehubungan dengan sistem
pembayaran, baik dari agensi maupun langsung penerbit yaitu :
-
Teliti membaca surat kontrak atau surat perintah kerja dari agensi/penerbit
Sebelum menyerahkan naskah kepada agensi atau penerbit, hendaknya penulis
memperhatikan dan membaca dengan teliti surat kontrak atau surat perintah kerja yang
didapatkan. Jangan sampai terjadi naskah telah diterbitkan dan penulis belum
BAB III.
MENGGALI IDE KREATIF.
Berikut keenam indra yang bisa diaktifkan dan dibuka untuk menjaring ide-ide bagi
sebuah karya nonfiksi :
-
Penglihatan/Mata
Allah menganugerahkan mata bagi kita untuk melihat. Bersyukur apabila kita memiliki
mata yang normal. Masih bersyukur juga apabila kita hanya memerlukan bantuan kaca
mata untuk dapat melihat dengan jelas. Karena pandangan mata kita begitu luas
menggapai seluruh isi dunia. Apalagi saat ini banyak media informasi dan komunikasi
yang memungkinkan kita memandang ke seluruh penjuru bumi.
Dari pandangan yang kita sebar tersebut, ada banyak ide bisa dimunculkan. Misalnya
ketika kita pergi ke perkebunan paprika, maka ada ide untuk menulis buku tentang
budidaya paprika. Demikian pula ketika kita melihat ada banyak remaja berpasangpasangan di taman kota, ada ide untuk menuangkannya sebagai buku parenting bagi
orang tua. Pendek kata semua fenomena yang tertangkap oleh pandangan mata kita
menjadi sebuah ide berharga bagi penulis nonfiksi.
Penciuman/Hidung
Indra kedua yang bisa menggali ide-ide kreatif ketika kita mengaktifkannya adalah
hidung. Penciuman kita membuat ide mengalir deras apabila memang kita rasakan
dengan seksama. Berbagai jenis bau bisa tercium apabila hidung kita dalam keadaan
sehat. Oleh karenanya memiliki indra penciuman yang sehat sama pentingnya dengan
indra penglihatan.
Mulai dari bau harum, sedap, asam, sampai dengan busuk bisa tercium oleh hidung
yang sehat. Dari berbagai bau tadi kita bisa menggali ide kreatif. Ketika kita lewat di
depan sebuah gerai masakan Jepang misalnya, tercium bau sedap olahan hasil laut
dengan saus khas dan mayonaisenya.
Maka tumbuhlah ide untuk membuat buku resep masakan Jepang. Demikian juga
ketika kita lewat di depan pembuangan sampah dan tercium bau busuk, bisa jadi ada ide
juga untuk membuat buku pengolahan sampah organik. Semua bisa menjadi ide kreatif
bagi penulis nonfiksi.
Pengecap/Lidah
Indra ketiga yang perlu kita cermati adalah lidah. Bagian pengecap ini berfungsi
mendeteksi berbagai macam rasa seperti asin, manis, asam, pahit, dan campuran rasa
seperti lezat, gurih, atau sedap. Dari berbagai makanan, minuman, obat, dan apapun
yang bisa kita rasakan melalui lidah bisa tumbuh menjadi ide segar bagi kepenulisan
buku nonfiksi.
Contohnya ketika kita disuguhi semangkuk es campur nan lezat. Nampak ada buahbuahan yang dipotong kecil disiram saus gula dan susu kental manis. Namun ada
sesuatu yang berbeda dari buah tersebut. Setelah kita merasakan dengan seksama
ternyata buah-buahan tersebut diolah menjadi manisan terlebih dahulu sebelum dibuat
es campur.
Seorang penulis nonfiksi bisa mengolah sensasi rasa es campur tersebut menjadi buku
resep minuman segar, menjadi buku motivasi yang menceritakan tentang fenomena
kehidupan seperti es campur, dan menjadi berbagai buku lain sesuai dengan kreatifitas
pengolahan idenya.
-
Pendegaran/Telinga
Memiliki telinga, gunakan untuk mendengar tentang kebaikan. Sama halnya dengan
memiliki indra lainnya seperti mata, hidung, dan lidah. Memiliki telinga sehat
merupakan anugrah tak terhingga bagi seorang manusia termasuk para penulis. Telinga
yang digunakan untuk mendengar kebaikan, akan memunculkan ide kreatif dalam
penyusunan naskah.
Misalnya mendengar ceramah agama yang lugas dan lucu, membuat seorang penulis
memiliki ide memunculkan buku humor sufi seperti Abunawas atau Nasrudin Hoja.
Mendengarkan kokok ayam jantan membuat ide di kepala melayang pada pembuatan
buku budidaya ayam serama yang sedang trend. Demikian luas, banyak, dan tak
terhingga sebenarnya ide yang bisa kita gali dari indra sebagai seorang manusia.
Peraba/Kulit
Indra peraba yang dimanifestasikan dengan kulit tubuh juga menjadi sarana penggali
ide yang efektif. Permukaan kasar, halus, lembut, panas, dan dingin menjadi sumber ide
yang tiada habisnya. Coba sesekali kita merasakan apa yang diraba oleh kulit. Misalnya
ketika mencuci muka dan merasakan dinginnya air di Lembang, maka sempat terbersit
ide untuk menulis tentang buku wisata Bandung dan sekitarnya.
Ada lagi ketika kita rasakan permukaan kulit nenek yang masih kenyal di usia 80 tahun,
maka terbersit untuk menulis resep kecantikan kuno ala nenek. Demikian luas dan
banyaknya ide dari rasa yang kita dapat melalui indra, bukan?
Perasa/Hati
Saya menuliskan keenam indra, meskipun yang nampak di permukaan hanyalah lima
indra saja. Bukan bermaksud mengajak pembaca mempercayai tentang hal mistik,
namun indra keenam di sini memang nyata adanya. Indra perasa, begitu saya
menyebutnya adalah hakikat seorang manusia yang memiliki hati nurani. Sehingga bisa
memiliki perasaan dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya.
Misalnya saja ketika kita mengira bahwa seseorang berbuat baik karena ada maunya,
dan kemudian hal tersebut terbukti maka bisa jadi sebuah ide tentang psikologi
komunikasi. Membaca wajah seseorang, membaca sifat seseorang dari tulisannya, dan
berbagai bahasan lainnya. Semua bisa tumbuh dari adanya hati yang merasakan
sekeliling kita.
Mengapa harus baik, bukankah setiap hubungan dengan orang lain bisa memunculkan
ide kreatif? Tak ada salahnya mendekat hanya kepada yang baik dan demi kebaikan. Apalagi
sebagai penulis nonfiksi, kita tak perlu menumbuhkan karakter pada tokoh ciptaan sehingga
tak perlu mengambil contoh karakter yang kurang baik.
Hubungan baik yang dijalin dengan orang-orang di sekitar kita seringkali
memunculkan ide kreatif untuk kemudian dijadikan sebagai sebuah buku. Misalnya
berhubungan dengan teman dari berbagai profesi, ada dokter, pengacara, notaris, polisi, guru,
dan petani.
Semua memiliki nilai tambah bagi seorang penulis nonfiksi. Bukan hanya ide yang
bisa melimpah ketika menjalin hubungan baik dengan multi profesi, multi etnis, dan multi
budaya. Tetapi nantinya kita juga bisa meminta bantuan mereka untuk menulis duet atau
menjadi narasumber bagi buku yang kita susun.
Menjalin hubungan baik dengan siapapun di sekitar kita akan menambah wawasan
tentang berbagai hal. Wawasan dan informasi inilah salah satu sumber bagi naskah nonfiksi.
Katakanlah kita memiliki sahabat seorang dokter yang satu hari membicarakan tentang diet
bagi penderita diabetes.
Maka terpetik dalam pikiran kita untuk mengeluarkan ide tentang membuat buku
masakan diet bagi penderita diabetes. Begitu juga ketika kita menjalin hubungan baik dengan
pebisnis toko online, maka kita akan memiliki ide untuk mengupas tuntas tentang toko online
dalam sebuah buku bisnis. Simpel dan cukup mudah untuk dilakukan.
Bagaimana jika sulit untuk memulai hubungan baik? Tidak ada kata sulit untuk suatu
hal yang baik. Apabila kita berusaha untuk memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu maka
nantinya kita akan dapat menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang baik pula.
Di sinilah inspirasi tentang ide menulis akan tumbuh dengan sendirinya. Tidak perlu
dipaksakan atau terlalu banyak bertanya. Cukup bergaul dengan itikad baik maka ide akan
mengalir dengan sendirinya melihat apa yang dilakukan oleh teman-teman kita tersebut.
Meskipun di sekeliling kita banyak juga orang-orang yang mungkin bermaksud tidak
baik, tetapi kita tetap perlu mengembangkan pemikiran positif. Sebab apabila kita
terkungkung dalam kecurigaan dan pemikiran negatif maka dunia ini akan terasa suram.
Belum lagi ide menulis dan kreatifitas yang akan terhambat begitu kita mengembangkan
pemikiran negatif.
Yang prlu juga untuk kita ingat bahwa hubungan baik bukan untuk diperjual-belikan.
Dalam artian, apabila kita hendak membina hubungan baik dengan orang lain tak perlu ada
ketentuan materi yang dikeluarkan.
Apabila seseorang mau bersahabat dengan kita, pastikan itu bukan karena prestasi
atau materi yang kita miliki. Tetapi karena ketulusan hati ingin berbagi sebagai seorang
teman.
Luas dan banyak ide yang bisa kita keluarkan dan dijadikan sebuah naskah apabila
memang kita mampu melakukannya. Bagaimana jika kurang memenuhi syarat untuk menulis
ide yang dicetuskan tadi?
Nantinya kita membutuhkan beberapa hal untuk menguatkan karya nonfiksi kita
menjadi sumber informasi akurat. Diantaranya adalah teori baku, hasil penelitian, survey, dan
keterangan dari narasumber.
Beberapa peristiwa yang bisa memunculkan ide untuk menulis tema nonfiksi, antara
lain :
-
Peristiwa alam
Ketiksa lumpur Lapindo menenggelamkan beberapa desa di kawasan kecamatan
Porong Sidoarjo, maka banyak bermunculan ide tentang membuat buku. Mulai
dari buku tentang sejarah ibukota Majapahit yang ternyata dulu juga pernah
ditenggelamkan oleh lumpur di daerah porong. Kemudian beranjak pada buku
Usaha Kecil Menengah yang ternyata banyak dilakukan oleh para korban lumpur
tersebut untuk menyambung hidupnya.
Peristiwa sehari-hari
Banyaknya peristiwa yang terjadi dalam keseharian seseorang menumbuhkan ide
menulis bagi kita. Misalnya ketika ada seorang tukang jamu lewat maka terpikir
untuk membuat tulisan tentang pengobatan herbal. Ketika nampak ada seorang
tukang soto maka terpikir untuk membuat buku tentang aneka soto nusantara.
Bisnis
Bisnis yang dijalankan oleh diri sendiri atau orang terdekat bisa menjadi inspirasi
ide bagi penulisan sebuah karya nonfiksi. Seperti bisnis apotek, bisnis rumah
makan, katering, bengkel motor, atau bahkan agensi.
Perjalanan
Seorang penulis nonfiksi bisa menggunakan bahan dari perjalanan yang
dilakukannya sebagai ide menulis. Baik perjalanan tersebut bersifat wisata, religi,
atau perjalanan dinas dan bisnis. Beberapa ide bisa diambil dari wisata ke pulau
Bali, perjalanan dinas ke Jerman, atau bahkan saat menjalani ibadah Haji dan
Umroh.
Pendidikan anak-anak
Pendidikan anak-anak menjadi sumber inspirasi yang tak pernah henti bagi
kepenulisan nonfiksi tentang stimulasi perkembangan anak. Mulai dari pendidikan
anak usia dini sampai remaja tetap menarik dibahas dari sisi manapun pada
kepenulisan nonfiksi. Seperti mengajar bayi calistung, ragam permainan anak,
atau buku-buku stimulasi anak.
buku lain yang sedang trend. Bukan pula ide yang tumbuh karena seringnya kita ke toko buku
dan mengamati berbagai jenis judul di sana.
Ide yang original juga tak harus dibeli, tak perlu ditebus dengan rupiah, dan tak takut
dicuri. Mengapa? Karena ketika kita memiliki sebuah ide, kemudian kita sharing ide tersebut
kepada pihak penerbit atau agensi maka tak ada seorangpun yang mampu menuangkan ide
kita dalam sebuah tulisan kecuali diri kita sendiri sebagai pemilik ide.
Meskipun ada kemungkinan ide kita bisa ditulis oleh orang lain, kita tak perlu
khawatir. Nantinya akan ada saatnya kita bisa menuangkan sendiri ide tersebut ke dalam
sebuah naskah.
Selagi kita mendapatkan ide dengan cara yang baik, maka tak perlu takut jika
kemudian ide kita ternyata dicuri. Kadangkala kita harus bisa menerima kenyataan bahwa
banyak orang yang memiliki ide sama. Hanya saja ide tetaplah akan menjadi ide apabila tidak
diolah menjadi judul dan naskah.
Berikut beberapa rahasia menemukan dan menyematkan ide original kita :
-
pengetahuan, dan
ketrampilan maka ide akan bermunculan dengan sendirinya. Tidak perlu meniru,
semua berjalan sesuai apa yang kita ketahui dan kita kuasai. Jadi, membuat ide
original bisa dilakukan oleh setiap orang. Indahnya menulis nonfiksi.
Sikap empati membuat kita merasa bahwa persaingan dengan sesama penulis
dalam mengeluarkan ide atau menyusun naskah sebagai tambahan semangat untuk
menjadi lebih baik. Bukan lantas menganggap bahwa bersaing akan melumpuhkan
kreatifitas, membuat sakit hati bila kalah, dan perasaan kecewa yang didapat dari
tumbuhnya sikap simpati.
-
Tidak perlu mencontek ide dari orang lain, karena sumber ide itu melimpah
Sumber ide bagi penulis nonfiksi itu melimpah. Banyak hal yang bisa kita gali
secara faktual dari kehidupan sehari-hari. Nantinya butuh kemauan, kemampuan,
dan narasumber jika diperlukan untuk mewujudkannya menjadi sebuah buku sarat
informasi.
Oleh karenanya jangan takut kehabisan ide dan menconteknya dari karya penulis
lain. Olah ide sedemikian hingga nampak unik, menarik, dan patut untuk disusun
menjadi sebuah buku layak terbit.
Jadi, masihkah bingung menunggu datangnya ide?
Oleh karenanya buat judul yang menggambarkan isi buku tersebut, jangan
melenceng. Karena judul yang bagus, dengan isi yang tidak sesuai akan membuat
pembaca menjadi kecewa.
Misalnya ketika kita memiliki tema beternak bebek, maka bolehlah kita memberi
judul Kiat Praktis Budidaya Bebek. Dan isi buku nantinya juga tentang tata cara
beternak bebek mulai awal sampai panen.
Ketika nanti ada bonus cara mengolah daging dan telur bebek, bisa saja disisipkan.
Namun hendaknya bahasan utama dalam buku adalah tentang beternak bebek.
Bukan lantas membahas tentang membuat telur asin, atau tentang budidaya ayam.
Inilah yang dinamakan bahwa judul harus bisa mewakili isi buku.
-
BAB IV.
MEMBUAT KISI-KISI
ide
kisikisi
naska
h
Sebelum memulai untuk menulis naskah nonfiksi, hendaknya kita membuat kisi-kisi
yang merupakan manifestasi tema dan judul yang telah dipilih. Jika tema adalah mutlak
diperlukan di awal kepenulisan, tidak demikian halnya dengan judul. Judul bisa diubah
nantinya setelah naskah selesai ditulis. Dan kisi-kisi merupakan harga mati bagi kepenulisan
nonfiksi. Agar tulisan menjadi teratur, runtut, dan sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
Tema
Pada setiap karya tulis nonfiksi, tema merupakan bagian inti atau terpenting yang
pertama kali harus ditetapkan. Tanpa tema, tulisan seseorang tidak akan fokus
pada satu bidang yang diinginkan. Bisa merembet kemana-mana dan justru
membuat informasi yang disajikan kurang mengena.
Tema bisa dibuat dari ide. Ketika seseorang memiliki ide untuk mengangkat satu
fenomena ke dalam sebuah naskah nonfiksi maka hendaknya dia langsung
membuat temanya. Dengan tema maka nantinya tulisan yang dihasilkan
diharapkan sarat informasi bermanfaat dan tidak keluar dari jalur yang ingin
disampaikan.
Beberapa contoh tema, misalnya :
Masakan Jawa
Kue tradisional Indonesia
Pengasuhan anak usia remaja
Menembus pasar ekspor
Kreasi jilbab dan pashmina modern
dsb
Nama yang dicantumkan dalam outline bisa menggunakan nama asli atau nama
pena. Nama pena bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan jati diri penulis.
Tetapi bagi penulis nonfiksi, nama pena memiliki tujuan untuk mengenalkan diri
secara luas. Daripada harus mencantumkan nama lengkap yang panjang beserta
gelar sekolah dan pemberian.
Namun, pada buku-buku nonfiksi tertentu penulisan nama lengkap beserta gelar
dirasa lebih menjual dan kompeten dibandingkan hanya menyebutkan nama pena.
Misalnya bagi penulis buku psikotes, akan lebih menjual nama yang bergelar
sarjana Psikologi atau magister Psikologi daripada nama pena.
Maka bagi penulis nonfiksi bisa jadi nama yang ada di buku berbeda-beda,
kadangkala memakai nama pena, nama asli, dan nama yang disertai gelar. Semua
itu ditujukan sebagai daya tarik tersendiri bagi buku yang akan diterbitkan.
Sedangkan pencantuman nama narasumber juga dirasa cukup penting untuk
memikat hati penerbit. Seorang ahli pertanian akan terasa pas apabila menulis
buku budidaya bunga hebras, misalnya. Namun karena keterbatasan waktu, maka
mereka memilih hanya menjadi narasumber saja sedangkan penulis bisa
mengambil dari beberapa penulis nonfiksi terpercaya.
Jika demikian, maka si ahli atau si pemilik kebun hebras bisa dituliskan sebagai
narasumber di buku. Nantinya pada bagian bawah narasumber dituliskan keahlian
atau kedudukan beliau sehingga cukup berkompeten apabila diambil menjadi
narasumber.
-
Sinopsis
Sinopsis merupakan ringkasan isi buku yang akan kita tulis. Di dalam sinopsis
hendaknya ada beberapa hal untuk diungkapkan dan menjadi daya tarik karena
nantinya akan disematkan di cover belakang buku kita.
Hal yang perlu disampaikan dalam membuat sinopsis adalah :
Pengertian dari pokok bahasan yang hendak diungkapkan dalam sebuah buku
Sekilas isi buku
Manfaat buku bagi calon pembaca
Ucapan selamat membaca
Contoh sebuah sinopsis buku bertema resep tumpeng :
Tumpeng, identik dengan nasi berbentuk kerucut yang berhiaskan berbagai lauk
serta sayur khas Indonesia.Tak jarang pula tumpeng yang dilengkapi dengan
kerupuk, salah satu makanan favorit di seantero nusantara.
Berbagai acara seringkali menghidangkan varian tumpeng dengan hiasan yang
cantik serta menggugah selera. Mulai dari acara ulang tahun, pernikahan, sampai
dengan kegiatan tasyakuran proklamasi kemerdekaan.Siapapun ternyata bisa
membuatnya sendiri, tentu saja dengan menyisihkan sedikit waktu luang di dapur
Anda.
Buku ini akan memuat tentang berbagai jenis tumpeng, lengkap dengan
pengenalan bahan, alat, dan tips menyajikannya. Buku full colour yang berisikan
foto dan resep tumpeng, menarik untuk dibaca serta mudah untuk
dipraktekkan.Bisa digunakan sebagai inspirasi bagi sajian spesial di hari yang
istimewa.Bisa juga digunakan sebagai penggugah inspirasi pada usaha katering
Anda. Selamat Mencoba
Kelebihan naskah
Kelebihan naskah merupakan hal yang akan membuat naskah kita berbeda dengan
naskah lain sejenis. Kelebihan naskah ini mengungkapkan apa yang hendak dibuat
dengan naskah tersebut. Penambahan konten dan berbagai hal pendukung lain
dijadikan dalam satu point kelebihan naskah.
Berikut contoh kelebihan naskah kreasi tumpeng :
Naskah ini menyajikan perpaduan pengenalan bahan-bahan dan cara memasak
tumpeng khas Nusantara. Baik tumpeng tradisional maupun modern.Disertai
dengan tahapan memasak.
Daftar isi
Daftar isi mutlak diperlukan dalam pembuatan outline atau proposal. Daftar isi
menunjukkan gambaran isi buku yang akan ditulis secara lebih terinci
dibandingkan sinopsis. Dari daftar isi inilah nantinya seorang penulis akan
mengembangkannya menjadi naskah utuh siap edit dan terbit.
Daftar isi memuat hal-hal sebagai berikut :
Halaman judul
Nantinya dibuat dalam dua lembar, halaman judul pada cover depan dan
halaman judul pada cover bagian dalam buku.
Halaman hak cipta
TEMA
Kepenulisan nonfiksi
TARGET PEMBACA
Dewasa ini dunia menulis seakan berkembang tanpa batas.Terutama hal ini terjadi
seiring dengan perkembangan dunia teknologi komunikasi khususnya internet.Penulis-penulis
baru yang berbakat muncul ke permukaan dengan berbagai ide brillian.Selanjutnya ada yang
lebih berkompeten di kepenulisan naskah fiksi, nonfiksi, buku anak, dan ada pula yang
mencoba merambah semuanya.
Masing-masing genre memiliki tuntutan bagi seorang penulis untuk dapat eksis
melangkah.Yang pasti adanya ide kreatif perlu dimiliki oleh seluruh penulis bidang
apapun.Buku ini mencoba mengajak pembaca untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia
kepenulisan, terutama nonfiksi. Di sini penulis akan berbagi sedikit pengalaman setelah
penerbitan beberapa buku nonfiksinya. Selamat membaca.
KELEBIHAN NASKAH
Buku ini ditulis dengan hati berdasarkan apa yang selama ini dialami oleh penulis yang telah
meniatkan diri berkarya di bidang nonfiksi.
Nantinya buku ini akan dilengkapi dengan:
1. Gambar dan foto pendukung
2. Sharing dengan penulis nonfiksi lainnya.
PERKIRAAN FISIK BUKU:
Buku diperkirakan setebal 120 Halaman
OUTLINE ISI BUKU
(v)
(vi)
Daftar Isi
Dari Penulis
A.
B.
C.
D.
(vii)
Daftar Pustaka
(viii)
Profil Penulis
B. Menuangkan Ide.
Kisi-kisi kepenulisan nonfiksi yang tertuang di dalam outline atau proposal
merupakan hasil penuangan ide seorang penulis yang telah dipikirkan dan ditelaah secara
matang. Ide tersebut kemudian dikembangkan menjadi tema dan dari tema terbukalah jalan
untuk membuat proposal tersebut.
Kadangkala tidak mudah bagi seseorang untuk begitu saja menuangkan idenya dalam
sebuah proposal atau outline. Diperlukan beberapa hal untuk bisa menuangkan ide yang telah
ada di kepala, antara lain :
-
Niat baik
Semua pekerjaan yang diniatkan demi kebaikan maka akan berbuah manis juga.
Demikian juga dengan adanya ide di kepala seorang penulis nonfiksi. Apabila niatan
yang ada dalam hatinya baik, maka ide tersebut akan mudah untuk dituangkan
menjadi proposal dan kemudian ditulis menjadi sebuah naskah nonfiksi untuk
diterbitkan. Niat baik ini perlu untuk kembali ditekankan pada saat kapanpun dan
dimanapun.
-
Catatan ide
Buka kembali catatan ide di media yang telah kita miliki sebelumnya. Amati dan
telaah kembali, bisakah ide tersebut diwujudkan ke dalam sebuah naskah nonfiksi?
Dengan memiliki catatan maka kita tak akan lupa apa yang hendak dituliskan dalam
buku.
Dengan catatan ide itu pula kita membuat proposal atau outline untuk ditawarkan
kepada penerbit. Jika mereka tertarik maka kesempatan bagi kita untuk menuangkan
ide tersebut dalam sebuah naskah nonfiksi dan diterbitkan.
lebih sederhana agar kita mampu mewujudkannya sebagai buku. Misalnya ketika kita
memiliki ide untuk menulis pengasuhan terhadap anak berkebutuhan khusus maka
tulislah yang bisa kita jangkau.
Menulis dari sisi pengasuhan orang tua mungkin lebih sederhana daripada menulis
tentang therapy bagi mereka. Peran serta pihak lain seperti narasumber juga sangat
penting sebagai sumber informasi akurat terhadap buku yang akan kita tulis nantinya.
-
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi seseorang untuk bisa menghasilkan
satu karya tulis, baik buku, artikel, maupun hasil penelitian. Karena dengan
adanya dukungan dari orang-orang tersayang inilah maka semnagat bisa berubah
menjadi tenaga positif untuk menyelesaikan sebuah karya.
Oleh karenanya dahulukan kepentingan keluarga, terutama anak dan suami
sebelum kita tenggelam dalam naskah yang sedang ditulis.
Ketika mereka telah berbahagia dan merasa cukup dengan kehadiran dan
ungkapan sayang kita maka akan lebih mudah bagi kita untuk berkarya. Bahkan
tak jarang keluarga merupakan pendukung utama dalam keberadaan karya kita
tersebut. Baik sebagai pengumpul materi, survey, atau minimal menjadi model
foto untuk ditampilkan di dalam buku nonfiksi kita.
Karena teman di lingkungan sekolah atau kuliah biasanya merupakan teman yang
sesungguhnya karena mereka bisa dekat dengan kita tanpa pamrih apapun di saat
masih sama-sama berjuang mencapai cita-cita.
Sedangkan teman yang bertemu di tempat kerja dan lainnya mesti dilihat dulu
kredibilitas, sikap, dan kepentingan yang mendasari untuk dekat dengan kita. Tak
jarang justru orang-orang yang kita anggap sebagai teman dan seperti mendukung
kita ternyata berbalik menjadi orang-orang yang ingin melemahkan potensi kita.
-
Suasana menyenangkan
Suasana menyenangkan atau yang sesuai dengan keinginan serta kebutuhan
penulis sangat menunjang produktifitas dalam berkarya. Dengan suasana
menyenangkan tersebut, misalnya ruangan yang bersuhu tepat, meja kerja rapih
atau justru berantakan sesuai dengan selera akan membuat penulis nyaman
mengegrakkan jari seiring pemikirannya untuk dituangkan dalam naskah.
Inspirasi memang bukan untuk dicari tetapi akan datang seiring rasa nyaman dan
bahagia yang melingkupi diri seseorang, terutama dalam menulis nonfiksi.
Berbeda dengan kepenulisan fiksi yang kadangkala justru membutuhkan suasana
sedih atau tidak nyaman agar naskah yang dihasilkan bisa bernyawa.
Pemacu kreatifitas
Banyak hal yang bisa memacu kreatifitas, dan semua itu datangnya dari
penerimaan diri sendiri terhadap satu kejadian atau pengalaman. Jika ada hal yang
dianggap mampu melecutkan semangat bagi seorang penulis, itulah yang disebut
dengan pemacu kreatifitas.
Ada seorang penulis yang merasa nyaman dan kreatif ketika berada di kaki
gunung, tepi pantai, dalam kamar tidur, atau justru di dalam ruang kantor. Semua
pemacu kreatifitas tersebut perlu diingat dan dilakukan ketika terserang jenuh.
Bisa pula seorang penulis merasa nyaman menulis tema tertentu sehingga perlu
untuk memilih dan memilah tema agar bisa optimal mengerjakannya.
calon pembaca kelak ketika melihat sinopsis buku di cover belakang dan melihat daftar isi
buku di bagian depan.
Jika pada sub bagian sebelumnya kita membicarakan tentang memahami tentang
outline atau proposal, maka di sini kita lebih fokus kepada bagaimana membuat outline
supaya memikat. Outline yang memikat kadangkala bukanlah outline yang rumit namun juga
tidak terlalu sederhana.
Outline yang diminati oleh penerbit tergantung dari masing-masing penerbit,
tergantung tema, dan hal yang ingin diangkat ke permukaan serta layak baca. Pembuatan
outline dari tema dan judul yang telah disediakan oleh penerbit atau agensi biasanya
memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan dengan membuat outline dari tema
yang dimiliki sebagai hasil dari ide pribadi. Mengapa?
Karena tema dan judul yang telah disediakan belum tentu dipahami oleh setiap
penulis. Hanya penulis tertentu yang memang memiliki bidang sesuai dengan tema tersebut
memahami apa yang dimaksudkan.
Penulis lain yang tidak berada pada satu bidang yang sama, bisa jadi akan bingung
untuk menentukan apa yang hendak disampaikannya. Oleh karenanya jika memungkinkan
bagi kita untuk memilih maka pilihlah tema yang berasal dari diri kita sendiri.
Namun, jika memang ternyata tema yang diminta oleh penerbit telah disediakan oleh
mereka atau oleh agensi maka penulis tinggal mengoptimalkan diri untuk membidik mana
yang sesuai. Hal ini akan mempengaruhi hasil outline yang dibuat, apakah terkesan memikat
ataukah terasa hambar.
Beberapa kiat praktis untuk membuat outline yang memikat :
-
Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang tema dan judul yang akan dibahas
Sebelum membuat outline, carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang tema atau
judul yang akan dibuat. Dengan adanya banyak informasi maka akan lebih mudah
bagi kita untuk mengaplikasikannya dalam sebuah outline.
Misalnya tentang tema tumpeng, ketika kita mencari banyak informasi maka akan
tercetuslah nama-nama tumpeng yang unik dengan ubo rampe/pernak pernik lauk dan
sayur yang cukup menarik.
-
Rincilah tiap bagian dengan bahasa yang smart dan mudah dimengerti.
Outline yang menarik bukan hanya terletak di awal dan akhir saja, tetapi pada seluruh
bagiannya. Oleh karenanya buatlah bahasa yang menarik, mudah dimengerti, dan
tidak terkesan kuno pada tiap bagiannya. Setiap bab ditulis dengan jelas sehingga
menunjukkan arah naskah yang akan disusun.
Begitu pula pada setiap sub bagian atau sub bab ditulis pula dengan ringkas dan jelas.
Bahasa yang mudah dimengerti oleh calon pembaca menumbuhkan daya tarik
tersendiri karena nyaman untuk dibaca. Berbeda dengan bahasa teoritis yang kaku dan
sulit dipahami oleh pembaca sehingga naskah nonfiksi yang dihasilkan terkesan
sebagai buku diktat.
BAB V.
MENULIS NONFIKSI
BUKAN BUKU DIKTAT
BUKU
DIKTAT
BUKU
NON
FIKSI
Buku nonfiksi bukanlah buku diktat, semua pembaca juga memahami hal ini. Namun
hubungan keduanya sangatlah erat dan saling melengkapi. Ketika buku diktat menjelaskan
tentang berbagai teori, maka naskah nonfiksi berfungsi sebagai gambaran apabila teori
tersebut diaplikasikan ke dalam kenyataan.
Misalnya saja buku tentang beternak ayam kampung. Banyak teori yang disusun oleh sarjana
peternakan mengungkapkan bagaimana mesti memelihara ayam kampung agar tumbuh sehat,
besar, dan bebas penyakit.
Nah, naskah nonfiksi menyertakan survey lokasi dan keberadaan narasumber yang beternak
ayam kampung. Sehingga teori yang telah disusun pada buku diktat seperti memperoleh
jawaban aplikasinya dalam naskah nonfiksi. Adakalanya pula sebagian tidak sesuai, namun
pada dasarnya ilmu yang dipakai dalam memelihara ayam kampung tetaplah sama.
Memahami
Pokok
Bahasan
Didampingi
buku
tulisan lebih
mengalir
tulisan terasa
kaku
pembahasan
lebih
mendalam
pembahasan
terbatas oleh
literasi
banyak
memberikan
contoh nyata
banyak
memberikan
pengertian/te
ori
produktifitas
tinggi
waktu
pengerjaan
lebih lama
Ketika seseorang penulis dengan memahami pokok bahasan maka tulisan akan terasa
lebih mengalir. Unsur plagiat juga diminimalkan karena apa yang telah dipahami akan diulas
dengan kata-kata sendiri.
Pemahaman terhadap pokok bahasan lebih mendalam sehingga bahasa tidak
menjemukan bagi pembaca. Memahami pokok bahasan juga membuat seorang penulis lebih
banyak menunjukkan contoh-contoh atau aplikasi tema di dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih komunikastif dan membuat pembaca seakan mengalami sendiri berbagai kejadian
yang diungkapkan.
Misalnya : dalam kepenulisan budidaya burung kenari, ketika seorang penulis
memahami tentang beternak burung kenari maka tulisannya akan langsung tertuju pada
praktek. Pembahasan tentang asal mula dan berbagai jenis kenari hasil kawin silang lebih
sedikit dibandingkan pembahasan tentang cara membuat kenari bibit unggul. Oleh karenanya
si pembaca yang kebetulan tertarik dan akan mengembangkan budidaya kenari merasa lebih
sederhana.
Tidak berpikiran bahwa beternak kenari adalah hal yang sulit dan tidak terjangkau
oleh orang awam. Di sinilah fungsi buku nonfiksi yaitu menjembatani antara literasi yang
serba teoritis dengan pembaca awam. Agar apa yang diungkapkan oleh teori lebih bisa
dipahami dan diaplikasikan untuk menjadi karya nyata.
Seperti yang kita ungkapkan pada paragraf sebelumnya, bahwa menulis dengan
memahami terlebih dahulu tentang pokok bahasan akan mengurangi unsur plagiat. Lalu
apakah yang disebut dengan PLAGIAT itu sendiri? Plagiat adalah kepenulisan yang serupa
dengan naskah lain yang telah terlebih dahulu terbit.
Baik dalam bentuk buku, website, artikel, dan lainnya. Dikatakan serupa apabila
tulisan yang dibuat sama secara kontent, bahasa, dan susunan kalimat. Istilah sederhana
untuk plagiat adalah copy-paste, yaitu mengambil dan menuliskan kembali dalam susunan
bahasa yang sama dengan naskah lain.
ORIGIN
AL
PLAG IA
T
Berikut batasan-batasan yang dimiliki oleh penulis untuk mencegah dari tindakan
yang termasuk dalam plagiat :
-
Beberapa waktu lalu saya/penulis sempat tersentak ketika mengetahui judul buku
yang terbit tidak sesuai dengan judul yang saya berikan ke penerbit. Sebenarnya
ada beberapa buku yang tiba-tiba terbit tanpa dikonfirmasi terlebih dahulu.
Namun, kali ini judul yang digunakan oleh penerbit sama dengan judul buku lain
yang terbit terlebih dahulu. Untunglah setelah penulis mengamati lagi ternyata ada
tambahan judul yang menjadi keterangan dari judul awal buku tersebut.
Misalnya : buku berjudul Utak-Atik Mainan Anak bisa jadi akan sama dengan
beberapa buku lain yang memiliki judul serupa. Tetapi dengan penambahan
Utak-Atik Mainan Anak, Pola Asuh Bagi Balita Dengan Cara Bermain, maka
judul tersebut menjadi berbeda dengan judul pada buku lainnya.
Lebih aman memang menulis buku dengan ide dan tema yang dikembangkan
sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan dengan tema yang dikembangkan tim
penerbitpun kita tetap bisa berlaku original dengan sentuhan khas masing-masing
penulis.
-
unik dan khas. Berbeda ketika seorang penulis menyusun naskah dengan disertai
buku di samping kanan dan kirinya serta media internet di depannya.
Rawan sekali bagi mereka untuk membandingkan tulisan dengan naskah lain dan
akhirnya memutuskan mengambil naskah lain tersebut secara mentah-mentah atau
tidak diolah lagi. Inilah yang nantinya terdeteksi sebagai plagiat.
-
Pada intinya plagiat itu tidak diperbolehkan, tidak etis, dan akan melukai harga diri si
penulis sendiri. Oleh karenanya kita perlu sangat berhati-hati terhadap berbagai unsur yang
bisa menjebak kita ke dalam kata-kata mengerikan tersebut. Sebelum setor naskah sebaiknya
dideteksi dulu pada beeberapa website pendeteksi plagiat seperti www.plagiarisma.net
danwww.grammarly.com.
Menghindarkan diri dari berbagai bentuk plagiat akan membuat diri seorang penulis
menjadi lebih tenang, nyaman, dan tulisanpun enak untuk dibaca. Jika terpaksa harus
menggunakan data dari buku dan internet secara utuh maka kita perlu memiliki batasan data
mana yang bisa ditulis secara sama persis dan mana yang harus diretouch/ditulis ulang
dengan bahasa sendiri.
Waspadai juga partner dalam menulis. Bisa jadi memang kita telah berusaha keras
menghindarkan diri dari unsur plagiat tetapi ternyata partner menulis kita, misalnya penulis
tandem, cowriter, dan lainnya mendapatkan naskah dengan cara-cara yang tidak
diperbolehkan/plagiat.
Berikut sebagian data yang bisa ditulis sama persis dengan sumber penulisan (buku/
internet) dan data yang harus ditulis ulang dengan bahasa sendiri :
Boleh ditulis
persis
Perlu Retouch
Cerita rakyat
Sejarah
Aplikasi bisnis, budidaya, dan
lainnya.
B. Mengumpulkan Data
Setelah cukup memahami tentang pokok bahasan yang akan ditulis dalam penyusunan
naskah nonfiksi, maka tugas selanjutnya adalah mengumpulkan data. Bagi penulis nonfiksi,
pengumpulan data tersebut sangat penting untuk menunjang kepenulisan agar lancar,
berbobot, dan tidak terjebak dalam unsur plagiat. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya :
-
Membaca beberapa buku literasi yang berkaitan temanya, minimal tiga buku.
Pengumpulan data bisa dilakukan oleh seorang penulis nonfiksi dengan cara study
literasi. Membaca minimal tiga buku yang temanya berkaitan dengan buku yang
akan disusun membuat pandangan penulis lebih luas dan matang. Cara ini saya
dapatkan ketika bergabung di salah satu agensi yang mengharuskan penulisan
daftar pustaka di awal saya menyerahkan outline.
Waktu itu terasa keberatan dengan aturan mereka. Outline kan belum tentu tembus
atau disetujui, mengapa pula harus mencantumkan daftar pustaka? Namun, setelah
saya telaah ulang tentang aturan tersebut, banyak sisi positif yang bisa didapatkan.
Minimal dengan mengumpulkan daftar pustaka sebelum memulai menulis outline
maka kita lebih dahulu mampu memahami tema yang akan disusun.
Penulisan daftar pustaka ini menggelitik hati saya untuk selalu membaca minimal
seperempat halaman dari setiap buku sebelum saya menyusun outline. Sehingga
ketika kemudian outline disetujui maka sudah ada gambaran di dalam benak kita
untuk menyusun buku tersebut. Keuntungannya buku kita nantinya lebih berisi
dan secara luas membahas tentang tema yang telah diulas dalam outline.
-
C. Wawancara Narasumber
Selain mengumpulkan data secara langsung maupun lewat penyerapan media
informasi, maka wawancara narasumber menjadi pendukung sebuah kepenulisan nonfiksi.
Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai pedoman dalam mencari narasumber sesuai
dengan tema yang akan diangkat dalam naskah :
-
Mencari narasumber dengan lokasi terdekat dengan tempat tinggal atau tempat
lain dalam jangkauan penulis. Dengan menengok kanan dan kiri dan mendapatkan
narasumber dari lokasi terdekat maka berbagai keuntungan bisa didapatkan oleh
seorang penulis. Diantaranya keuntungan tersebut adalah :
Hemat biaya untuk menemui si narasumber
Waktu untuk menemui narasumber lebih fleksibel dan efektif.
Mudah dalam mengakomodasi kepentingan penulisan dengan kesempatan
yang diberikan oleh narasumber.
-
memerlukan waktu, kesempatan, dan tempat yang tepat. Oleh karenanya tidak
sembarang foto yang bisa dimasukkan dalam naskah nonfiksi. Inilah yang
membuat naskah nonfiksi menjadi lebih informatif.
Inilah yang membuat original kepenulisan nonfiksi lebih bisa diusahakan. Dengan
foto original, yang diambil dengan kamera dan kemampuan sendiri atau bantuan
dari seorang fotografer. Misalnya pada foto kreasi jilbab dan masakan yang
mutlak harus diambil sendiri dan hasil kreasi sendiri.
-
Menunjukkan fakta
Foto juga berfungsi untuk menunjukkan fakta yang sebenarnya terjadi terkait
dengan kepenulisan nonfiksi yang dilakukan. Misalnya apabila kita menulis
tentang lumpur lapindo maka dengan adanya foto maka pembaca akan lebih
memahami dan melihat kenyataan bahwa lumpur lapindo memang telah
melumpuhkan kawasan Porong Sidoarjo-Jawa Timur. Di sinilah foto bermanfaat
untuk menunjukkan hal yang sesungguhnya terjadi.
Pemanis tulisan
Naskah nonfiksi biasanya memiliki bahasa dan bahasan yang berat di mata para
pembaca. Oleh karenanya maka foto berkesan menjadi pemanis tulisan yang
terasa berat tersebut. Dengan adanya foto maka pembaca menjadi sejenak
melupakan kejenuhannya dan kembali bersemangat untuk membaca lanjutan dari
buku tersebut. Misalnya foto hewan ternak pada buku budidaya bisa melepaskan
penat setelah membaca tentang cara penanganan kotoran ternak tersebut.
Untuk menghasilkan foto yang sesuai dengan ketentuan pada kepenulisan buku,
maka kita perlu menggunakan kamera yang berkualitas. Kamera berkualitas tidak
selalu kamera DSLR. Gunakan kamera pocket atau presume dengan kualitas baik
untuk foto obyek yang dibutuhkan.
Pada naskah masakan atau kecantikan, foto lebih diteliti lagi agar sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan. Sedangkan pada foto buku nonfiksi dengan cetakan
non warna maka yang diperlukan adalah foto yang utuh/tidak pecah ketika
diperbesar. Oleh karenanya kualitas tetap diperlukan untuk menghasilkan foto
yang layak cetak sebagai isi buku.
-
Perhatikan pencahayaan
Di dalam mengambil foto, seseorang perlu memperhatikan faktor pencahayaan.
Dengan pencahayaan yang baik maka foto yang didapatkan juga memiliki hasil
yang optimal. Pencahayaan ini bisa disiasati dengan selalu mengambil foto di
siang hari atau menggunakan foto studio.
Pada penulisan naskah sejenis masakan maka kita bisa membuat studio mini dari
kardus bekas atau dari papan kayu. Sedangkan jika terpaksa mengambil foto di
malam hari maka usahakan untuk mencari tempat yang cahayanya terang atau
menggunakan kamera yang berkualitas bagus.
Jika kita ingin belajar memotret, maka usaha tak henti untuk mencoba dan lebih
mencermati setiap detail kamera yang dimiliki menjadi bekal memotret dengan
hasil optimal. Bisa juga kita mengikuti kursus fotografi dalam waktu yang tepat
dengan biaya terjangkau.
-
Menabung foto
Hobby memotret secara mutlak harus dimiliki oleh penulis nonfiksi. Apabila tidak
mungkin ada anggota keluarga lain yang hobby memotret sehingga hasilnya bisa
digunakan sebagai pemanis atau kebutuhan foto bagi buku yang ditulisnya. Setiap
bepergian dan ada acara apapun, jangan lupa untuk memotret dan menyimpannya
dengan baik.
Sebab apabila kemudian kita aktif dalam kepenulisan nonfiksi maka secara
otomatis kita akan membutuhkan berbagai jenis foto pada berbagai kesempatan,
lokasi, dan model.
Model di sini bukan berarti kita harus memiliki model berbayar seperti halnya
ketika memotret buku fashion misalnya. Tetapi model di sini bisa diambil dari
kita, anak-anak kita, keluarga kita, dan orang lain yang ada di sekitar kita.
Gambar atau ilustrasi bisa berasal dari penulis, agensi, atau penerbit
Gambar atau ilustrasi bisa diusahakan sendiri oleh penulis, caranya penulis bisa
menggambar langsung pada naskah yang sedang dikerjakannya. Jika kemampuan
ini tidak ada maka penulis bisa bekerjasama dengan ilustrator.
Ilustrator bisa berasal dari teman, kerabat, ataupun ilustrator profesional. Nantinya
ilustrator ini diberi bagi hasil dari honor menulis. Biasanya pada buku jual putus
maka ilustrator juga diberi honor secara jual putus. Sedangkan pada buku royalti,
ilustrator diberi honor sesuai royalti atau bisa juga secara jual putus di awal
kepenulisan.
Usaha pencarian dan pemberian honor bagi ilustrator bisa dilakukan oleh penulis
sendiri dengan menggunakan honor yang diterimanya. Selain itu bisa pula
diusahakan oleh agensi sebagai penghubung penulis dengan penerbit. Ada agensi
yang menyediakan ilustrator sekaligus dengan honornya.
Ada pula agensi yang menyediakan honor tetapi tidak menyediakan ilustrator dan
penulis diminta mencari ilustrator sendiri. Dan ada pula agensi yang menyediakan
ilustrator tetapi memotongkan honor yang diberikan dari honor si penulis.
Demikian juga dengan penerbit. Ada penerbit yang menyediakan ilustrator dan
ada yang meminta penulis mencarinya sendiri.
Rata-rata saat ini ilustrator terkenal memiliki standard honor sekitar Rp50.000,00
Rp250.000,00 per halaman sesuai dengan kesulitan dan nama yang dimilikinya.
Sedangkan untuk ilustrator baru bisa dinego sesuai dengan tingkat kesulitan dan
bagus/tidaknya sebuah gambar yang dibuatnya.
-
Gambar atau ilustrasi berfungsi sebagai penunjang materi dari naskah yang
disampaikan.
Gambar atau ilustrasi bisa dibuat sebagai penunjang materi dari naskah. Misalnya
ketika kita berbicara tentang situasi peletakan wadah pakan untuk kalkun pada
sebuah kandang maka kita bisa menggambarkan kandangnya dalam bentuk
ilustrasi lengkap dengan wadah pakan di satu sudutnya. Sama seperti apa yang
kita utarakan dalam naskah tentang budidaya kalkun tersebut.
Menuliskan fakta
Menulis dengan hati bagi seorang penulis naskah nonfiksi berarti juga menuliskan
fakta dan bukan imaginasi. Sebab naskah nonfiksi disusun berdasarkan fakta yang
terjadi dan dialami oleh penulis maupun orang-orang yang ada di sekitarnya.
Menuliskan fakta ini akan lebih lancar dan berhasil dengan baik apabila cukup
dalam mengumpulkan data dan informasi dari berbagai pihak yang berkompeten.
Di dalam menuliskan fakta, kadangkala bisa terjadi adanya satu pertentangan
antara teori satu dengan teori lainnya. Apabila naskah nonfiksi yang ditulis bukan
membahas tentang satu teori tertentu boleh saja semua disajikan apa adanya. Nanti
pembaca yang akan memutuskan untuk memercayai teori yang mana. Juga apabila
naskah bukan dilandaskan atas hasil survey dan penelitian sendiri tetap sebutkan
narasumber yang bersangkutan.
-
F.Self Editing
Sebelum menyerahkan naskah yang ditulis kepada editor, perlu bagi seorang penulis
untuk melakukan self editing. Self editing ini meminimalkan kesalahan yang terjadi pada
penggunaan huruf dan tanda baca. Sedangkan kontent atau isi buku tergantung dari siapa dan
kepentingan apa yang melihatnya.
Sebuah resep masakan lodeh misalnya, bisa jadi akan beragam bumbu yang
dimasukkan antara satu koki dengan lainnya. Demikian pula dengan naskah nonfiksi lainnya.
Meskipun nantinya peran editor teramat penting bagi layaknya naskah yang akan diterbitkan,
namun self editing tetap perlu untuk dilakukan.
Beberapa langkah self editing yang bisa menunjang performance naskah kita yaitu :
-
Membaca kembali naskah yang telah ditulis setelah menyelesaikan satu bagian
atau bab.
Lebih mudah bagi kita untuk melakukan self editing dengan cara membacanya
setelah selesai menulis satu bagian. Membaca ulang tulisan yang selesai
dikerjakan pada satu bagian bukan hanya menghemat tenaga dan waktu, tetapi
juga membuat kita lebih waspada ketika menulis bagian selanjutnya. Waspada
dalam artian meminimalkan kesalahan redaksional ataupun kesalahan isi karena
telah dilihat pada bagian awal/sebelumnya.
Setelah selesai menjalani proses self editing barulah naskah bisa kita kirimkan ke
editor. Naskah yang telah melalui proses self editing biasanya tidak akan banyak revisi dan
hal ini memudahkan penulis juga nantinya. Selain itu naskah yang melalui self editing akan
terlihat lebih berbobot dan cantik sehingga editor atau penerbit tak segan meminta kembali
kepada kita untuk menulis naskah dengan tema dan judul lainnya.
Dimanapun dan kapanpun seorang penulis nonfiksi perlu meneguhkan niat baik
pada diri sendiri. Agar apapun yang kita tulis dan kita lakukan kepada orang lain
tidak berdasarkan atas niat buruk dan mencelakakan. Niatan baik ini tentu datang
dari hati yang bersih dan pemikiran positif.
Menjalani semua prosedur pekerjaan menulis dengan wajar. Tidak memiliki niat
memanfaatkan orang lain, mencelakakan orang lain, dan berbagai niat buruk
lainnya. Perlu setiap hari selesai berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta, kita meluruskan niat lagi bahwa menulislah dengan baik, untuk
kebaikan, dan dengan cara yang baik pula.
-
selalu berkata sopan. Bukan berarti kita harus berpura-pura, tetapi justru
membiasakan diri untuk menjadi seseorang yang baik dan sopan.
Kata-kata yang kasar, jelek, mencemooh orang lain, merendahkan orang lain,
menghina, dan berbagai kata buruk lainnya sebaiknya dihilangkan dari alam
pikiran kita. Meskipun hal ini merupakan kebiasaan sejak kecil, tetapi rasanya
masih bisa diubah setelah kita dewasa. Mengganti kata-kata buruk dengan
kalimat yang sopan, baik, penuh motivasi, dan menunjukkan keikhlasan hati
jauh lebih baik daripada terbelenggu dengan keluhan dan makian kepada orang
lain atau keadaan.
Kata-kata sopan juga berarti tidak memuji secara berlebihan, tidak menyindir,
dan mengungkapkan keadaan dengan bahasa yang wajar. Perkataan sopan ini
bukan hanya perlu dilakukan ketika kita bertatap muka dan berkomunikasi
dengan orang lain. Tetapi kata-kata sopan perlu juga dipikirkan ketika akan
menulis status di jejaring sosial atau mengirim surat dalam bentuk apapun.
Contohnya : ketika kita melihat status seorang penulis semacam Asma Nadia,
maka yang ada dalam pikiran kita adalah betapa tangguh dan baiknya
attitudenya. Tanpa mengenal beliaupun saya langsung bisa kagum karena katakata dalam setiap tulisannya pasti sopan dan menginspirasi.
Berperilaku sopan
Perilaku sopan juga perlu dimiliki oleh setiap penulis nonfiksi. Tak perlulah
kita menganggap diri sebagai artis sehingga perlu membuat kontroversi yang
akan meningkatkan kapasitas penjualan buku tulisan kita. Justru dengan
perilaku yang sopan dan tulus, maka pembaca akan bisa melihat sendiri
bagaimana kualitas pribadi penulisnya.
Perilaku sopan di sini bisa dilihat dari cara tersenyum dan menyapa orang lain,
cara berbicara, dan cara memperlakukan orang lain. Tatapan mata
seseorangpun bisa menunjukkan bagaimana dia berperilaku. Karena ada
tatapan mata yang selalu sinis, penuh curiga, dan tidak ramah. Ada pula
tatapan mata yang ramah, ikhlas, dan penuh ketulusan.
Mestikah dipelajari? Sebenarnya untuk berperilaku sopan sudah tertanam dari
kebiasaan waktu kecil.
Tetapi jika memang masa kecil tak memungkinkan kita mempelajari hal
tersebut, maka kini saatnya kita bisa menimba ilmu tentang perilaku sopan
tersebut. Ada banyak sekolah kepribadian diantaranya adalah JRP (John
Robert Powers) dan Ratih Sang yang siap membantu seseorang lebih bisa
memiliki perilaku sopan dan keseluruhan attitude yang baik.
-
Memiliki komitmen
Seorang penulis nonfiksi perlu memiliki komitmen kuat dalam hal penyusunan
naskah yang tengah dilakukannya. Komitmen di sini bukan hanya tepat deadline.
Tetapi juga adanya komunikasi yang baik dan terbuka kepada editor jika ada satu
atau dua hal yang menghalangi kita untuk menulis dan untuk tepat deadline
tersebut.
Komitmen juga harus ditunjukkan dari kemauan seorang penulis untuk merevisi
naskahnya. Menulis saja tidak cukup jika kita tidak mau merevisi naskah dari
editor. Karena revisi tersebut mutlak diperlukan agar naskah kita bisa layak terbit
dan layak baca. Sesuai juga dengan selera pembaca yang ada di saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Bambang Trim, Taktis Menyunting Buku, Maximalis, Bandung, 2009
Bambang Trim, The Art of Stimulating Idea, Metagraf Tiga Serangkai, Solo, 2011
Drs Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Psikologi Komunikasi, Remadja Karya, Bandung, 1994
Hasan Pambudi, Pedoman Dasar Penerbitan Buku, Sinar Harapan, Jakarta, 1996
Soetarlinah Soekadji, Modifikasi Perilaku, Liberty, Yogyakarta, 1983
DAFTAR ISTILAH
Akurat, nyata dan memiliki validitas tinggi
Budidaya, pengolahan sumber daya alam baik tumbuhan maupun hewan ternak untuk diambil
manfaatnya
Fakta, logis atau nyata dengan bukti-bukti dan data yang menyertai
Faksi, kisah nyata yang dibumbui dengan sedikit imaginasi
Fee, honor kepenulisan
Kompetensi, kemampuan seseorang
Kreatif, mengolah kemampuan dan kemauan menjadi satu tindakan yang menghasilkan
Literasi, buku
Narasumber, seseorang yang berkompeten dan mau memberikan keterangan terkait dengan
buku yang akan kita tulis
Nonosoft, software kepenulisan bahasa Arab yang standard untuk naskah nonfiksi tema
agama
Outline, proposal atau kisi-kisi naskah sebelum dilanjutkan dalam bentuk kepenulisan.
Penelitian, meneliti satu hal untuk menemukan kenyataan dari teori yang dibuat
Referensi, sumber data untuk kepenulisan nonfiksi
Roman, kisah percintaan
Strategi, cara untuk melakukan suatu hal
Study pustaka, belajar dari buku-buku yang telah terbit
Survey, datang langsung ke sebuah tempat untuk mengambil data terkait
Teori, rumusan baku tentang satu hal tertentu
PROFIL PENULIS
Afin Murtie, seorang ibu berputra dua yang tinggal di Sidoarjo-Jawa Timur. Lulusan
fakultas psikologi Universitas Airlangga yang berkecimpung di dunia perdagangan berjangka
dan komoditi ini suka menulis semenjak SD dan seakan menemukan dunia impiannya setelah
bergabung dengan beberapa agensi naskah untuk menelurkan karya-karya nonfiksi. Beberapa
buku tentang psikologi, parenting, masakan, fesyen, budidaya, herbal, dan agama telah
diterbitkan oleh beberapa penerbit mayor. Memiliki motto selalu ingin belajar dan bermanfaat
sebagai istri, ibu, dan seorang perempuan bagi sekelilingnya.
Afin dengan senang hati bisa ditemui di afin234@gmail.com apabila ada satu hal
yang ingin didiskusikan seputar kepenulisan.