Anda di halaman 1dari 3

MENULIS UNTUK BELAJAR MENULIS

Menulis merupakan kegiatan yang sama tuanya dengan peradaban manusia. Selain
menulis, ada juga kegiatan berbicara yaitu media penyampaiannya menggunakan lisan.
Keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai alat komunikasi. Namun, yang
membedakan adalah media yang digunakan, menulis menggunakan media tulis seperti
(kertas, Batu, daun dll), sedangkan berbicara menggunakan media lisan untuk
berkomunikasi.
Disini saya tidak akan membahas keduanya, tetapi akan membahas tentang menulis.
Tulisan ini bukan untuk memberikan bagaimana cara menulis yang baik dan benar. Namun,
tulisan ini merupakan tulisan pertama saya untuk belajar menulis. Mungkin nanti isi tulisan
ini lebih banyak curhatan saya tentang menulis.
Lalu pertanyaannya kenapa tidak menulis topik lain sebagai topik pembahasan?.
Alasannya sederhana yaitu pertama, saya tidak memiliki topik yang saya kuasai untuk
menarik dibahas. Sebenarnya banyak di otak saya hal menarik yang ingin saya tuangkan.
Mungkin kedepan saya akan menulis berbagai macam topik menurut saya menarik. Kedua,
Saya teringat dengan guru Bahasa Indonesia waktu SMA dahulu. Ia bercerita soal
pengalaman ia bagaimana memulai untuk menulis. Sampai saat ini pun saya teringat dengan
ungkapan beliau. “ketika tidak ada bahan untuk ditulis, coba tulislah apa yang membuat
sulit untuk menulis”. Maka dari itu saya menulis ini untuk berlatih menulis.
Ketika pertama kali memulai menulis yang dirasakan adalah kesulitan mencari topik
apa yang menarik untuk ditulis. Mungkin sudah menemukan topik yang akan ditulis, kendala
selanjutnya adalah mulai darimakah untuk menulis. Serasa tiba-tiba otak terasa nge-blank
dengan topik yang akan dibahas. Godaan selanjutnya adalah mengganti topik lain yang
menurut kita lebih gampang untuk dibahas. Begitu terus sampai tidak jadi untuk menulis.
Lalu saya mencoba mencari tahu ke orang-orang yang sudah terbiasa menulis.
Tujuan saya hanya satu mencari tahu bagaimana caranya mereka menulis sehingga
menelurkan karya tulisan yang bagus. Namun, jawaban mereka hampir sama yaitu disuruh
banyak-banyaklah membaca. Mereka sendiri tidak bisa memberi tips khusus agar bisa
menulis. Ia hanya menyarankan untuk banyak membaca.
“Semakin banyak membaca, maka kamu akan mudah untuk menulis. Tanpa
membaca maka akan sulit untuk menulis. Jangankan untuk menulis bagus, memulainya saja
sulit jika tidak pernah membaca.” ungkapnya.
Dari wejangan itu saya mencoba untuk membaca apa saja, mulai dari artikel, berita,
buku, novel, walaupun masih belum banyak yang tuntas. Awalnya saya mencoba mencari
ebook gratis yang tersedia di google untuk bahan bacaan. Ternyata banyak aplikasi di
playstore yang menyediakan ebook gratis seperti aplikasi ipusnas. Di aplikasi itu banyak
sekali ebook bermacam kategori yang bisa diakses secara gratis. Sistemnya seperti
meminjam buku di perpustakaan, jika sudah 4 atau 5 hari akan otomatis dikembalikan.
Namun, tidak berhenti disitu, setelah mencoba membaca kendala selanjutnya adalah
muncul kegamangan untuk memulai menulis. Bukan hanya soal rasa malas, namun masih
ada bagaimana mengawali menulis. Menentukan topik apa yang mau ditulis yang menarik
ditulis, takut akan nanti tulisan tidak bagus. Semuanya secara tidak sadar membuat hilang
semangat saya untuk memulai menulis. Masih terjadi perdebatan antara diri sendiri dalam
benak saya bagaimana bisa memulai untuk memulai menulis.
Ketidak percayaan diri untuk menulis semakin diperparah dengan tidak berani untuk
menulis status di sosial media pribadi. Ketika ingin post foto di Instagram misalnya untuk
menulis caption foto yang akan dipost masih meminta penilaian ke istri apakah caption yang
saya tulis sudah layak untuk dipost yang mana istri sudah menelurkan banyak karya novel
bahkan sudah diterbitkan. Namun, benak saya pribadi merasa tidak nyaman jika terus-
terusan harus meminta penilaian istri hanya sekedar soal tulisan untuk sosmed sendiri. Bagi
saya itu hal yang sebenarnya sudah bisa saya bisa atasi sendiri.
Akibatnya adalah sosmed hanya seperti akun mati yang tidak ada aktivitas sama
sekali. Mungkin sesekali share berita atau video yang mungkin bagi saya menarik tanpa
menulis caption apapun. Kadang merasa iri dengan orang di sosmed yang menulis caption
menarik, ringan, sekaligus dibumbui dengan humor. Saya ambil contoh adalah Instagram
Agus Mulyadi di @agusmagelangan saya merasa kagum dengan dia ketika menulis caption
di Instagram. Captionya bukan soal hal yang berat-berat, namun keseharian dia apa yang dia
rasakan di kesehariannya sesekali kejadian lucu Bersama istrinya yaitu Kalis Mardiasih.
Ketika membaca secara spontan tersenyum sendiri sembari merasa kok bisa ya dia menulis
seperti itu?
Lalu saya mencari siapa sebenarnya Agus Mulyadi itu. Saya mencoba searching untuk
mencari lebih jauh siapa sebenarnya Agus Mulyadi. Ternyata dia merupakan seorang bloger
yang pernah memenangkan banyak kontes bloger, bahkan sudah pernah diwawancara oleh
stasiun televisi nasional. Selain itu saya menemukan dia diwawancarai dalam salah satu
podcats saya lupa podcast siapa. Dia mengatakan bahwa ia menulis terinpirasi dengan
tulisan Almarhum Prie GS. Lalu saya mencari buku buku Prie GS. Ternyata benar gaya tulisan
Agus dan Prie GS hampir mirip meskipun tulisan Agus memiliki ciri khas dia sendiri.
Dari membaca tulisan Mas Prie GS dan Agus Mulyadi itu merubah anggapan saya
bahwa menulis bukan melulu membahas yang berat-berat. Apa yang terjadi di sekitar bisa
menjadi bahan tulisan yang menarik jika mengemasnya dengan baik. Namun dibutuhkan
kepekaan untuk menangkap kejadian yang unik di sekitar.
Dari situ membangkitkan kembali untuk semangat besar untk memulai belajar
menulis. Menulis apapun yang menarik untuk ditulis. Saya membuang jauh-jauh kata takut
jelek, tidak bagus. Yang terpenting adalah saya memulai menulis. Dan hasilnya adalah
Tulisan ini. Masalah bagus atau tidak biarkan orang yang menilai. Saya percaya untuk
mengetahui karya kita bagus atau tidak jika kita mewujudkan karya itu. Tanpa mewujudkan
karya mustahil akan tahu kekurangan dan kelebihannya. Maka dari itu saya membuat
tulisan ini untuk belajar menulis bukan untuk memberikan tips menulis.
Dengan mewujudkan tulisan ini setidaknya saya bisa melawan kemalasan saya untuk
belajar menulis. Dan di Akhir tulisan ini saya bisa mengatakan “Oh, begini rasanya menulis”.
Mungkin tidak bisa saya jelaskan, itu merupakan pengalaman pribadi yang tidak bisa
diungkapkan. Mungkin pengalaman saya belajar menulis ini berbeda dengan orang lain.
Untuk mengetahui bagaimana rasanya menulis maka dengan mulai menulis. Tidak ada cara
lain selain memulai. Tidak harus dengan pembahasan yang rumit, apa yang dirasakan, apa
yang terjadi di sekitar, bisa dijadikan sebagai bahan tulisan. Intinya adalah belajar menulis
dengan tema apapun. Namanya juga belajar, kan?
Tulisan ini bukan akhir dari proses belajar, bukan berarti juga saya sudah bisa
menulis, namun ini awal untuk proses menulis selanjutnya. Menjadi penyemangat untuk
menulis selanjutnya. Harapannya adalah bisa konsisten untuk menulis sebagai proses
belajar. Proses belajar tentang kehidupan. Maka beruntunglah jika memiliki kesadaran
tentang pentingnya menulis. Semoga terus Konsisten Belajar.

Anda mungkin juga menyukai