Anda di halaman 1dari 2

Sulit Membaca Atasi dengan Menulis

Oleh: Ansar Salihin

Setiap orang dilahirkan ke dunia ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, hal
tersebut merupakan anugrah yang diberikan tuhan yang maha kuasa kepada setiap manusia.
Dengan kelebihan dan kekurangan inilah kita sebagai makhluk sosial saling membutuhkan
antara satu dengan lainnya. Setiap kelebihan yang diberikan kepada kita harus beryukur dan
menggunakan kelebihan tersebut sebagai upaya menuju kesuksesan dan menutupi
kekurangan. Kemudian setiap kekurangan yang dimiliki mencoba untuk menerima dan tetap
berusaha untuk melakukan perubahan agar kekurangan tertutupi.
Sejak saya sekolah di tingkat SMP saya baru menyadari ada satu kekurangan dalam diri saya
yaitu sulit untuk membaca buku. Kekurangan ini mungkin disebabkan karena kurang terbiasa
sejak SD untuk membaca, hal ini mengakibatkan setiap membaca buku, sebelum sampai lima
menit membaca sudah mulai bosan, pusing dan mudah mengantuk. Namun kelebihan saya
saat itu suka mengerjakan soal matematika baik tugas sekolah maupun bukan tugas sekolah.
Setiap masalah dan hambatan yang dihadapi pasti ada solusinya, agar masalah itu tidak
menjadi beban dalam hidup. Belajar dari pengalaman kawan yang mendapatkan juara kelas,
salah satu rahasia belajarnya adalah menulis ringkasan materi belajar menjadikannya satu
buku dan menuliskannya kembali lebih ringkas lagi menjadi catatan kecil. Setiap ujian dia
hanya membaca buku catatan kecil itu yang isinya hanya tiga sampai lima lembar setiap mata
pelajaran.
Mulai dari situlah saya mencoba mengikuti kebiasaan kawan yang setiap semester juara
kelas. Saya beli buku Doble Folio dan buku berukuran kecil (notes) kemudian meminjam
buku cetak ke perpustakaan setiap seminggu sekali satu atau dua buku. Mulai membuat
ringkasan catatan semua mata pelajaran dalam satu buku, dan dapat diselesaikan dalam
jangka waktu tiga bulan untuk 12 mata pelajaran. Setelah siap membuat ringkasan tersebut
dilanjutkan dengan membuat ringkasan lebih pendek lagi di buku notes, setiap bab hanya
membuthkan satu halaman kertas menulisnya. Hal ini memudahkan saya mempelajari materi
dalam belajar. Bahkan tidak perlu lagi membaca saat ujian karena sudah dikuasai sebelumnya
saat membuat ringkasan.
Berdasarkan pengalaman tersebut mulai saya merasakan bahwa ada kelebihan dalam diri
saya, bahwa saya menyukai pekerjaan menulis walaupun kurang suka membaca. Namun
setelah mulai rutin menulis dengan sendirinya minat membaca akan timbul, apalagi menulis
ringkasan, mau tidak mau harus dimulai dengan membaca. Sejak itulah bakat menulis itu
muncul, namun tidak ada ruang untuk mengekspresikannya. Sehingga sampai tamat SMK
saya hanya menulis ringkasan mata pelajaran.
Saat kuliah bergabung dengan Komunitas Seni Kuflet Padangpanjang Sumatera Barat mulai
belajar menulis karya, mulai dari puisi, berita, esay, artikel dan sebagainya. Kurang lebih 4
tahun sampai saya menyelesaikan S1 belajar di Komunitas tersebut belajar menulis. Di tahun
pertama saya mulai menerbitkan karya puisi dan berita di koran, di tahun kedua saya mulai
menjadi wartawan di komunitas tersebut, dan di tahun ketiga saya dapat tawaran menjadi
wartawan dari daerah tempat kelahiran saya bertugas di Padang dan sekitarnya. Sejak itulah
menjadikan menulis sebagai profesi. Sampai menjadikan guru pun profesi menulis tidak saya
tinggalkan, ilmu kepenulisan terus di dalami baik menulis di media maupun di blog.
Setiap hambatan pasti ada solusinya, susah membaca cobalah mulai menulis solusinya,
rasakan perubahannya.

Anda mungkin juga menyukai