Anda di halaman 1dari 16

http://www.sudutpandang.

com/2008/03/menulis-itu-gampang/ Posted on March 4, 2008 Semenjak saya rutin menulis blog Internet Marketing, Strategy & Business di blog korporat Virtual Consulting, banyak yang bertanya bagaimana sih cara menulis yang baik. Saya sesungguhnya bukan penulis piawai. Kalau dibandingkan dengan tulisan renyah sesama blogger, Yodhia Antariksa, yang mengasuh blog Strategi+Manajemen, tulisan saya terasa hambar. Atau, bandingkan dengan Ucu Agustin, yang begitu puitis dan dalam. Atau bandingkan dengan Vandi yang masih SMP kelas 2 saat ini, tulisan saya biasa saja. Jadi agak malu juga berbagi di sini. Tapi, daripada menjawab satu-satu dan personal, saya coba tuliskan di sini, siapa tahu lebih bermanfaat bagi yang lain. Syukur-syukur kedua orang yang saya sebutkan di atas mau berbagi di sini juga. Jika Arswendo pernah menulis buku Mengarang itu Gampang dalam kaitannya dengan penulisan buku, cerpen, dan sejenisnya, maka saya ingin menulis Menulis itu Gampang dalam kaitannya dengan blog, bisnis dan sejenisnya. Menulis itu sama pentingnya dengan berkomunikasi lewat ucapan. Bahkan dalam beberapa hal, komunikasi tulisan jauh lebih mengena ketimbang ucapan. Menulis konsep, proposal, minutes meeting, laporan, perjanjian kerja sama atau membuat presentasi dan segudang keharusan menulis sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kerja kita sekarang ini. Tak jarang, kita bisa menilai kemampuan mitra kerja, anak buah, mitra bisnis, dari tulisan mereka. Pernah dalam sebuah meeting, saya minta semuanya membuat minutes meeting. Hasilnya seperti yang saya duga: yang pintar mampu membuat minutes meeting yang ringkas, tepat dan gampang dimengerti. Yang kurang pintar, sebaliknya.

Tak jarang saya menemukan orang pintar yang tidak lolos seleksi tahap awal lamaran kerja karena surat lamarannya biasa-biasa saja. Sering saya menemukan kasus proposal yang ditulis dengan baik dan menarik berhasil menyingkirkan proposal lain yang meski konsepnya sama namun ditulis kurang baik. Menulis memang kelihatannya sepele. Tapi mengapa bagi kebanyakan orang, menulis merupakan hal yang sulit meski dalam bercakap-cakap mereka tidak mengalami hambatan? Mengapa kita sering menemukan kesalahpahaman terhadap tulisan orang daripada percakapan orang? Mengapa kita merasa lebih mudah mengungkapkan dengan kata-kata ketimbang dengan tulisan? Apakah kemampuan menulis itu memang bakat, seperti halnya orang bakat bicara, pidato, negosiasi dan lain-lain? Bagaimana kita bisa lancar menuliskan apa yang ada di otak kita?

http://www.sudutpandang.com/2008/03/menulis-itu-gampang-mulailah-sejak-dini/ Posted on March 15, 2008 Bagi sebagian orang, menulis itu dianggap sebagai kemampuan yang bisa diasah. Bukan sekadar bakat. Bakat kalah dengan latihan keran dan rutin. Maka, kalau ingin bisa gampang menulis, mulailah sejak usia dini. Kebetulan saya mengenal seorang peblog kelas 3 SMP di SMP I Blitar, yang ngeblog sejak tahun lalu. Vandy Rahmat Pradiktya namanya. Banyak blognya. Namun hanya satu yang saat ini jadi blog pujaannya: Vandi165. Angka 165 ia pilih karena terinspirasi oleh ESQWay165 Ary Ginanjar. Saya meminta sudut pandangnya mengenai topik Menulis itu Gampang. Inilah sudutpandang Vandi yang dipersembahkan khusus untuk Sudutpandang.com. Blitar, 14 Maret 2008. Menulis adalah hal yang mudah jika kita memulainya sejak kecil. Biasakan menulis hal hal kecil setiap hari seperti menulis catatan harian setiap hari. Jika sejak kecil kita sudah terbiasa menulis, maka saat kita dewasa nanti menulis merupakan hal yang mudah dan sudah biasa layaknya berbicara dengan orang lain. Jadi mulailah menulis sejak kecil *kalo kamu udah besar ya mulai dari sekarang*. Cara terbaik untuk mulai menulis menurut versiku adalah dengan membaca. Menurutku, menulis itu berawal dari membaca. Saat kita membaca, maka sebenarnya kita sedang belajar menulis. Sebagian besar ide yang kita tulis pasti berasal dari membaca. Kesimpulannya, agar menulis menjadi lebih mudah, kita harus lebih banyak membaca. Selain membaca, kita juga harus mencari cara menyampaikan informasi atau style tulisan kita. Membuat style tulisan kita sendiri adalah hal yang sangat sulit, namun jika berhasil, ini adalah jurus yang ces-pleng J. Untuk membuat tulisan yang bagus tidak perlu membuat style kita sendiri *kalo bisa ya gak papa sih malah lebih bagus*. Kita cuma perlu menyatukan style tulisan-tulisan orang lain menjadi sebuah style baru *kan = bikin style baru*. So, Mulai sekarang, bikin style baru !!!

Cara memulai menulis yang paling gampang adalah menulis yang pendek-pendek. Praktek yang paling gampang adalah dengan menulis posting kron di layanan microblogging. Yang bikin gampang, layanan ini membatasi jumlah karakter dalam posting kita hanya 140 karakter. Dengan jumlah yang sedikit itu, kita tidak perlu terlalu banyak mencari ide, sehingga akan lebih mudah untuk belajar menulis. Tulis posting kron sebanyak banyaknya sampai kita merasa kurang tempat untuk menulis. Inilah saat yang tepat untuk berpindah ke blog yang sebenarnya. Ini tips yang mungkin sebagian orang tidak suka tapi bisa membuat banyak orang tertarik untuk terus membaca. Yaitu menggunakan emoticon. Jika kamu menulis menggunakan text 100%, tulisanmu akan terasa hambar, kecuali style mu memang bagus. Emoticon akan menggambarkan emosimu saat menulis, memberi warna pada tulisanmu, dan menambah rasa pada tulisanmu. Sekarang, mari kita gabungkan keempat tips diatas. 1. Pertama baca referensi untuk hal yang akan kamu tulis. Semakin banyak referensi, semakin berkualitas pula tulisanmu. 2. Lalu, cari beberapa style tulisan yang kamu anggap bagus lalu gabungkan. Buat style mu seunik mungkin namun tetap mudah dipahami *ini contohnya*. 3. Mulai menulis posting-posting kron yang disertai emoticon atau smiley yang sesuai Semakin lama, tulisanmu akan semakin panjang. Ketika mencapai panjang maksimum, berpindahlah ke layanan blogging yang sebenarnya *bukan kron lagi*. .

http://www.sudutpandang.com/2008/03/menulis-itu-gampang-mulailah-dengan-blog/ Posted on March 9, 2008

Sebelum jauh-jauh membahas tips dan lain-lainya mengenai Menulis Itu Gampang, lakukan hal sederhana ini: mulailah menulis. Sementara waktu, lupakan bahwa kita tidak bisa menulis. Persetankan rumus-rumus menulis yang baik. Menulislah untuk diri sendiri dulu. Menulis apa saja yang kita mau, tidak peduli dianggap jelek atau baik, kapan saja kita mau. Khusus di dunia maya, dengan kata lain, menulislah di blog. Jadilah blogger. Kalau masih malu, boleh pakai nama samaran. Semangat blog adalah menulis dengan gaya kita sendiri. Ada gaya korporasi semacam Yodhia Antariksa dan Roni Yuzirman. Ada gaya nyleneh asyik semacam Mbelgedez dan TikaBanget. Ada gaya sastra ala Rumputeki. Ada gaya bertutur ala Fanabis. Serta berbagai gaya lainnya jika kita sering blogwalking ke mana-mana. Macam-macamlah. Yang jelas, para blogger ini bebas menjadi diri sendiri melalui tulisan yang sesuai dengan karakter masing-masing. Tidak heran jika semangat blog yang seperti itu, para blogger menulis dengan begitu menulis ringan, riang dan penuh semangat. Menulis adalah pekerjaan yang mudah bagi mereka. Padahal, sebelumnya, kebanyakan dari blogger bukanlah penulis. Kalau pun penulis, awalnya mereka bukanlah penulis yang bagus. Blog ternyata mampu membuka kungkungan banyak orang yang tidak bisa menulis menjadi rajin menulis. Maka saran saya, langsung action saja. Cobalah buat blog sendiri dan tulislah apa saja di sana. Sudah banyak situs web yang menyediakan fasilitas blogging secara gratis. Boleh pilih

yang di luar negeri seperti Blogpsot, WordPress, Vox, Multiply atau yang lainnya. Tapi saya sarankan buat saja di situs lokal seperti Dagdigdug agar aksesnya cepat di sini. Masuk saja ke penyedia fasilitas blogging tersebut dan mulailah membuat blog. Sangat gampang membuat blog di sana. Tak perlu kemampuan programming HTML atau PHP dan lain-lainnya. Asal pernah browsing di Internet, dan sedikit mengetahui bahasa Inggris, dengan mengklik menu-menu di sana, pasti bisa membuat blog. Kalau Anda seorang CEO, eksekutif perusahaan, dan berniat menulis blog sesuai dengan keahlian di bidang Anda, blog saya ini Sudutpandang.com dengan senang hati memberikan fasilitas blog untuk Anda dengan desain khusus yang sesuai dengan visi dan selera Anda. Saya sempat memperhatikan beberapa blogger Indonesia sejak awal. Dari situ saya bisa menyimpulkan, semakin hari kemampuan menulisnya semakin hebat. Tulisan Roni Yuzirman, pendiri Tangan Di Atas, di awal ia menulis blog (2005) sangat beda dengan sekarang. Di awal, ia menulis blog seperti menulis artikel. Sekarang lebih rileks, interaktif dan mencoba membangun komunikasi dua arah. Jelas, tulisan bos Manet ini makin yahud. Ketika orang boleh menulis sebebas mungkin, tanpa rasa takut, tanpa kungkungan aturan-aturan baku, lahirlah manusia-manusia baru. Banyak hal yang selama ini terpendam dalam diri orang kelihatan terpancar begitu dituangkan dalam tulisan, terutama via blog ini. Mereka bisa menulis semudah mereka bercakap-cakap secara lisan. Tentu blog bukanlah satu-satunya cara. Kalau masih enggan juga memulai di blog, mulailah menulis apa saja yang kita mau di mana saja. Lagi ngopi habis makan siang, boleh saja iseng2 nulis di laptop sebelum mulai kerja lagi. Atau sore hari ketika menunggu macetnya jalanan Jakarta, sambil browsing Internet, iseng-isenglah menulis. Hal itu biasa saya lakukan. Bahkan ketika di perjalanan ke kantor saya sering membuka laptop dan menulis. Anak saya pun sejak kecil sudah biasa menulis. Setiap habis melakukan aktivitas yang unik, misalnya pulang kampung dan bertemu keluarga atau teman-teman baru, ia menuliskan pengalamannya dalam dua lembar kertas. Ketika menggambar pun tak lupa ia sisipkan kata-kata. Tak mengherankan jika kemampuan menulisnya lumayan bagus.

Memang, kita akan ketemu orang-orang yang begitu berbakat menulis. Namun, menulis itu juga skill, sebuah kecakapan yang akan semakin bagus jika diasah terus menerus. Maka, cara termudah agar bisa menulis bagus adalah menulislah segera!

http://www.sudutpandang.com/2008/03/menulis-itu-mudah-menulis-itu-bukan-bakat-namunkompetensi/ Posted on March 14, 2008 Menulis jika dilakukan secara benar, tak ada bedanya dengan kegiatan bercakap-cakap (Laurence Sterne novelis) Banyak membaca saja tidak cukup. Itu kesimpulan saya setelah mendapat jawaban yang nyaris seragam dari para penulis senior. Waktu itu saya menanyakan bagaimana membuat tulisan yang menarik, pertama kalinya ngeblog. Membaca baru merupakan langkah awal mengumpulkan data-data yang nanti akan memperkaya tulisan. Menyodorkan data-data mengenai pengalaman apa telah yang dilihat, didengar dan dipelajari apa adanya tentu saja kurang menarik. Ini tak ada bedanya dengan straight news di sebuah portal berita.

Terhadap suatu peristwa kita harus menafsirkan atau memaknainya dengan sudut pandang yang belum pernah di lakukan penulis lain. Misalnya waktu itu banyak orang berdemostrasi menolak perayaan valentine day. Tentu kurang menarik andai kita menuliskan hanya dengan menceritakan apa yang dilakukan para pendemo. Membaca peristiwa itu Mumu telah menuliskannya dengan sudut pandang yang sangat unik. Dia menafsirkan, ulah para demonstran itu merupakan bentuk dukungan kepada pemilik modal. Karena peristiwa yang sebenarnya biasa-biasa saja itu akhirnya mengingatkan orang untuk segera berbondong-bondong berangkat ke mal membeli coklat. Sebagai penulis yang baik harus kritis. Kalau perlu mempertanyakan semua hal. Ya, semua hal. Termasuk misalnya kenapa kau diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan misalnya. Agak kurang waras? Mungkin. Karena bisa saja apa yang tampaknya hanya gejala umum, bagaimanapun tidak begitu umum atau sebaliknya. Apa yang tampaknya sebagai sebab, sebenarnya adalah akibat (dan sebaliknya). Apa yang tampaknya saling berhubungan secara positif sebenarnya saling berhubungan secara negatif atau sebaliknya dan seterusnya

Andai sudah memilih sudut pandang yang tepat apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan ke pembaca selebihnya tinggal menuliskannya. Just do it. Tumpahkan semua isi kepala sampai tuntas. Tak perlu memperhatikan pilihan kata, ejaan yang salah, susunan kalimat dan lainya. Buruk? Tentu saja. Tugas berikutnya adalah mengedit. Inilah saatnya di tuntut untuk benar-benar berpikir. Kita harus bisa mengubah tumpahan itu menjadi tulisan paling indah versi masingmasing penulis. Caranya kita harus pintar menyusun kalimat dengan baik. Artinya gunakan kalimat yang ringkas, pendek, jelas dan tak bersayap. Hingga pada sebuah kalimat nyaris tak ada kata-kata yang siasia. Kita sekarang hidup di belantara teks, pembaca tak mau berlama-lama memboroskan waktu untuk membaca tulisan yang bertele-tele. Pembaca yang kritis akan terus melanjutkan membacanya atau tidak tergantung dari paragaf pertamanya. Agar tak membosankan, hindari kata-kata yang terlalu biasa dan kurang kuat yang telah sering dipergunakan orang. Misalnya kata membawa, tentu akan lebih kuat jika kita menggantinya dengan menjinjing atau memanggul misalnya. Yang tak kalah pentingnya adalah detail. Detail yang pas akan memperkuat apa yang kita diskripsikan dalam tulisan. Namun harus hati-hati, detail yang tak sesuai dosis juga akan membuat pembaca segera mengklik link ke website lain. Hal paling memalukan dilakukan oleh penulis adalah ketika dia berlindung di balik kalimat yang dianggapnya sakti, ..tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Percayalah itu hanya dilakukan oleh penulis yang malas berpikir dan mencari tahu. Meski memang benar, bahasa tak sanggup mewakili semua suasana atau perasaan seseorang. Namun tugas penulis adalah menyampaikan pesan sehingga pembaca mendapatkan sesuatu dari apa yang telah kita sampaikan.

Menulis itu tidak sulit, namun juga tak begitu mudahnya. Seperti profesi lain, bisa dipelajari. Dan ini tak ada hubungannya dengan bakat, namun kompetensi, kata Yayan Sopyan (pendiri Jakarta School).

http://www.sudutpandang.com/2008/03/menulis-itu-gampang-memberi-roh-pada-tulisan/ Posted on March 11, 2008 Ini sudut pandang Mumu Rumputeki mengenai Menulis itu Gampang.

Arswendo Atmowiloto adalah orang yang paling bertanggung jawab atas meluasnya keyakinan bahwa menulis itu gampang. Masalahnya, keyakinan semacam itu sebenarnya tidak banyak membantu dalam praktiknya kecuali sekedar menjadi jargon yang menghibur. Faktanya, menulis tetaplah sesuatu yang sulit, setidaknya bagi sebagian orang. Bagi sebagian yang lain lagi? Memang tidak sulit, melainkan sangat sulit. Oke, lupakan saja. Ketika kita tiba-tiba menghadapi suatu zaman yang memungkinkan semua orang bisa menjadi penulis (lewat teknologi blog), maka sudah tidak diperlukan jargon apapun dalam soal menulis itu sendiri. Sehingga, masalahnya sekarang tinggal, bagaimana menulis dengan bagus, itu saja.

Kita sering memuji orang lain, atau sebaliknya, mendengar orang lain memuji kita, Tulisan lu bagus deh! Tapi, ketika diminta merumuskan tulisan yang bagus itu seperti apa, kita kelimpungan. Mungkin ini isyarat bahwa tulisan yang bagus memang tak ada rumusnya, atau tak perlu (atau tak bisa?) dirumuskan. Melainkan, hanya bisa dirasakan. Ah, tapi pernyataan seperti ini pasti bohong juga. Sebab, paling tidak secara teknis, pasti ada semacam kriteria atau katakanlah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sebuah tulisan bisa disebut bagus. Dan, kita mungkin memang harus merumuskannya, untuk memudahkan pemahaman dan praktik. Baiklah, mari kita coba rumuskan sama-sama. Nanti, yang keberatan atau tidak setuju langsung saja tunjuk jari. 1. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang jujur, hasil dari penggalian yang tak henti terhadap gaya sendiri, dikembangkan dari kepekaan personal sesuatu yang tidak bisa ditiru dari (dan oleh) orang lain, karena datang dari dalam diri. 2. Itu filosofinya. Praktiknya, tulisan yang bagus dalam bahasa Srimulat adalah tulisan yang tunjep poin alias langsung menukik ke pusat inti masalah, atau kadang bahkan langsung ke dampak suatu masalah. 3. Atau, kalau Srimulat terlalu ngocol untuk urusan menulis, saya pinjam rumusan kritikus sastra Nirwan Dewanto deh biar lebih puas: tulisan yang bagus itu dimulai dari tengah. Oke, sampai di sini, untuk sementara, kita sudah menemukan satu rumusan: menulis dari tengah. Artinya apa? Jangan pernah memulai tulisan dengan pernyataan-pernyataan atau klaim-klaim atau premis-premis yang klise. Kata Kholid Hussaini (penulis novel best seller The Kite Runner): hindari klise seperti kau menghindari penyakit menular. Contoh pembukaan tulisan yang klise: Seiring dengan kemajuan teknologi.atau, Di zaman globalisasi seperti sekarang iniatau, Seperti kita ketahui bersama kita hidup di era informasi

Pangkas habis klise-klise seperti itu. Mengatakan sesuatu yang sudah teramat-sangat jelas hanya akan membuat perut kembung dan akhirnya muntah-muntah. Plis, jangan siksa pembaca tulisanmu! 4. Yang bagus itu bukanlah isinya, melainkan cara menyampaikannya. Menulis tentang pengalaman cinta pertama tidak lebih hina atau pun lebih hebat ketimbang misalnya kenangan seputar peristiwa G 30 S/PKI. Semua tema, materi, pengalaman, perasaan dan sebagainya punya tempat dan derajat yang sama dalam tulisan; yang membedakannya adalah bagaimana semua itu dituturkan. Ya, jadi, bagaimana semua itu harus dituturkan agar menjadi tulisan yang bagus? Gunakan sudut pandang yang berbeda, unik, orisinal, detail. Ibaratnya, melihat sebuah pohon dari atas batu dengan dari helikopter yang terbang tentu hasil penglihatannya akan berbeda. Perkaya, pertajam dan perkuat dengan kosa kata yang terjaga. Banyak-banyaklah membaca puisi. Chairil Anwar, Rendra, Sitor Situmorang tentu wajib. Rekomendasi: Goenawan Mohamad, Dina Oktaviani. Lainnya: cari sendiri. Beri sentuhan lain: humor nyaris selalu diperlukan. Kontradiksi-kontradiksi dan ironi-ironi memberikan kedalaman pada tulisan. Sinisme kadang-kadang membuat tulisan bercahaya seperti kristal. Sarkasme, bitchy bisa asik asal sesuai dosis. Pertimbangkan aspek visual yang memungkinkan pembaca seolah-olah merasakan sendiri atau hadir, dan bukannya sekedar memberi tahu mereka.

Bisakah anda mengatakan kepada diri anda sendiri bahwa saya pasti bisa mengarang, sebab mengarang adalah ketrampilan sekolah dasar ?

- mengarang hanya bisa gampang kalau ada tujuan, visi dan sasaran yang membangkitkan motivasi juang

- rajinlah mengunyah-ngunyah pertanyaan, dan anda akan mudah menemukan ide-ide yang bisa ditulis, sehingga mengarang bisa jadi gampang

apa yang ingin saya katakan adalah bahwa mengarang bisa gampang kalau kita punya cinta. Segampang seorang remaja belia menulis puisi-puisi romantis ketika merasa jatuh cinta

- pendek kata, pemicu ide ada dimana-mana. Yang dibutuhkan hanyalah suasana hati yang kondusif dan kebiasaan mengamati sekitar

- nah, bagi siapa saja yang baru tahap belajar mengarang, ingatlah pesan mardjuki ini : mengamati, meniru dan menambahkan

mengarang bisa gampang kalau kita punya komitmen, kesungguhan hati, determinasi atau tekad bulat. Mengarang bisa gampang kalau kita punya keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi bahwa kita bisa. Mengarang bisa gampang kalau kita punya minat dan ambisi yang kuat untuk membuktikan sesuatu yang kita yakini sebagai kebenaran atau sekurang-kurangnya lebih dekat dengan kebenaran itu. - jadi mengarang bisa gampang kalau ada komitmen, janji pada diri sendiri tentu saja, kalau komitmen itu diniatkan untuk benar-benar ditepati. Kalau janji dibiarkan tinggal janji, mungkin lebih baik jadi politisi. Iya kan ?

- mengarang bisa gampang kalau anda membiasakan diri untuk membaca

khusus untuk para sarjana yang sempat menuliskan skripsi dikampus dulu, saya ingin

mengatakan bahwa sekurang-kurangnya anda berpotensi menjadi pengarang - jadi sepanjang anda bersedia belajar untuk memahami pengertian mutu dari berbagai media dan penerbit yang anda incar, serta mampu memahami selera pasar dari segmen pembaca yang disasar, yakinlah bahwa karangan anda akan dimuat/diterbitkan. Dampak dari keyakinan ini adalah munculnya kegairahan dalam proses mengarang, sehingga mengarang bisa jadi gampang

- sekalipun saat ini penghasilan seorang pengarang umumnya belum cukup baik, namun arahnya semakin baik di era knowledge economy ini. masyarakat makin disadarkan akan pentingnya pengetahuan

pada tahap awal sangat diperlukan buku-buku referensi seerti kamus dan ensiklopedia. Bukan Cuma kamus bahasa, mungkin juga kamus ilmu social, kamus perbankan, kamus filsafat, kamus teologi dan sebagainya

- rasa ingin tahu harus di pelihara dan ditingkatkan ke arah survey atau riset sederhana, entah di toko buku, dilapangan, atau di internet. Lalu semua topic yang muncul di inventarisasikan untuk memperoleh gambaran yang lebih luas dan jelas - sebuah judul karangan sedikitnya harus diyakini mampu menjalankan tugasnya , yakni menarik perhatian sambil menggelitik minat pembaca dan menjelaskan secara singkat inti gagasan yang ingin disampaikan

kalau tak saya beritahu, mungkin anda tidak akan pernah berpikir bahwa artikel ini dimulai dengan menuliskan alinea terakhir lebih dulu, bahkan sebelum ada judulnya

- kita perlu mengetahui tempat atau situasi dan aktivitas yang dapat memicu ide kreatif untuk mengarang

terakhir, bangun keyakinan dan sikap dasar bahwa bagi anda pun menulis mengarang bisa gampang.

Diatas bangunan tersebut tambahkan secara bertahap dan kontinyu pengetahuan dan wawasan di seputar soal tulis menulis dan ide-ide pokok yang ingin anda tulis sesuai dengan minat dan ambisi anda masing-masing. selebihnya adalah praktek, praktek dan praktek.

Sumber: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1866354-agar-menulismengarang-bisa-gampang/#ixzz1tUl14nq2

http://www.andriasharefa.com/agar-menulismengarang-bisa-gampang/2009/03 March 8, 2009 Dengan membaca buku Agar Menulis/Mengarang Bisa Gampang, Penulis: Andrias Harefa, Anda dapat membangun keyakinan dan sikap dasar (beliefs and basic attitude) bahwa bagi Anda pun menulis-mengarang bisa gampang. Di atas bangunan keyakinan dan sikap dasar itu Anda perlu menambahkan secara bertahap dan kontinu pengetahuan dan wawasan di seputar soal tulis menulis dan ide-ide pokok yang ingin anda tulis sesuai dengan minat dan ambisi anda masingmasing. Selebihnya adalah praktek, praktek dan praktek. Dari kacamata pembelajaran yang saya anut, proses belajar mengarang itu selalu dimulai dari munculnya kesadaran atas suatu ketidakmampuan (consciousincompetent). Artinya, Anda bisa belajar sungguh-sungguh kalau anda sadar bahwa anda belum kompeten. Kalau Anda berada pada posisi tidak sadar bahwa Anda tidak atau belum kompeten (unconsciousincompetent), maka Anda tidak bisa belajar. Hanya posisi sadar bahwa tidak dan belum mampu yang dapat mendorong proses pembelajaran. Dan dengan belajar, sungguh-sungguh belajar, maka Anda dapat bergerak dari posisi conscious incompetent menuju ke posisi conscious competent (sadar bahwa Anda mampu). Sebagaimana saya uraikan dalam master piece saya yang pertama, buku Menjadi Manusia Pembelajar (Kompas, 2000), harus dibedakan antara belajar tentang dengan belajar itu sendiri.

Belajar tentang artinya memahami teori, sedangkan belajar hakikatnya adalah praktek, melakukan. Dengan pengertian ini, apa yang sesungguhnya anda lakukan saat membaca buku ini adalah belajar tentang (teori) dan belum belajar (praktek). Kalau tidak dilanjutkan dengan mempraktekkan apa yang telah dikemukakan dalam buku ini, maka Anda hanya sampai tahap tahu tapi belum mampu. Jadi, praktekkanlah. Jika Anda benar-benar belajar (praktek) mengarang, dan terus menerus mempraktekkan apa yang telah saya sampaikan di muka, maka Anda dimungkinkan untuk bergerak dai posisi conscious competent menuju posisi yang lebih tinggi, yakni unconscious competent (tak sadar tapi kompeten). Pada tahap inilah Anda akan mengalami (bukan mengetahui) bahwa menulis dan mengarang memang gampang. Saya harap Anda akan sampai ke tahap itu. Inilah tahap penulis profesional. Tahap dimana soal menulis dan mengarang semudah menggerakkan kaki dan tangan. Akhirnya, mudah-mudahan buku sederhana ini dapat ikut mendorong lahirnya penulis-pengarang baru yang memang sangat dinanti-nantikan untuk mengisi atau memberi makna terhadap ide tentang Indonesia Baru. Salam hangat-hangat kuku.

Anda mungkin juga menyukai