Pranoto
Redaksi
Semasa tinggal di Australia, sebetulnya Naning belum terpikir untuk hidup menjadi penulis.
Saat itu, ia bahkan ingin menjadi peneliti dan akademisi. Sampai suatu saat, “Teman saya
sastrawan yang juga memiliki usaha penerbitan di Magelang, ingin membukukan cerita
bersambung karya saya yang dimuat di media.”
Menurut Naning, kabar ini mengubah haluan hidupnya. Sesaat kemudian, ia memilih pulang
ke Indonesia. Ia mengaku luar biasa antusias ketika buku pertama Mumi Beraroma Minyak
Wangi benar-benar diterbitkan penerbit Indonesia Tera pada 2001. Dari karya pertama,
menyusul novel berikutnya juga terbit. “Saya juga dihubungi penerbit di lingkungan
Gramedia untuk membukukan cerpen-cerpen saya,” papar Naning.
Naning mengaku begitu antusias ketika karya pertamanya berhasil terbit. “Bangga luar
biasa. Dalam sehari saya ke toko buku Gramedia sampai sepuluh kali. Bagi saya, puncak
pekerjaan menulis, ya, ketika karya kita terbit dan dipajang di toko buku,” katanya.
Tak sekadar menulis, Naning juga berbagi ilmu. Berbekal kemampuannya, sudah beberapa
tahun belakangan ini Naning mengajar menulis kreatif di berbagai sekolah. Ia juga kerap
memberikan workshop penulisan di berbagai acara. “Bukan bermaksud sombong, tapi
sudah ribuan sastrawan muda lahir lewat kegiatan creative writing ,” ujar peraih gelar master
di bidang Chinese Studies dari Bond University, Australia.
Selain itu, Naning juga mengajar para pedagang pasar di lima kota di Indonesia. “Saya
mengajari mereka membuat tulisan untuk majalah dinding. Lengkap dengan rubrik-
rubriknya,” papar Naning.
Berbekal pengalamannya yang segudang di bidang penulisan, Naning pun berbagi ilmu
tentang bagaimana menjadi sorang penulis. Bagi Naning, menulis merupakan pekerjaan
yang penting. Bahkan ia mengatakan, “Tuhan menghendaki orang untuk menulis. Sebuah
hadis juga mengatakan orang yang menulis dan menuntut ilmu, saat ke luar rumah akan
ditaburi bunga oleh malaikat”.
Menulis juga bisa menjadi upaya untuk membasuh jiwa. ”Saya pernah mewawancarai Dian
Syarif, seorang penderita lupus. Ia mengaku, dengan menulis ia bisa melupakan rasa sakit
yang menyerangnya. Sungguh luar biasa.”
BACA : PROSES KREATIF DAN MENGOLAH KATA
Dengan menulis pula, lanjut Naning, orang bisa mengungkapkan unek-uneknya. Dengan
demikian, “Menulis juga merupakan sebuah terapi jiwa,” kata Naning seraya mengatakan,
pahlawan nasional RA Kartini bisa dikenang sampai sekarang, salah satunya lewat surat-
suratnya. Tulisannya yang dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang tenar
sampai kini. Bayangkan saja kalau dia enggak menulis,” jelas Naning.
Dengan kemampuannya itulah, Naning membagi jurus-jurus jitu menjadi penulis yang baik.
Inilah tahap-tahapnya.
– Modal Kedua: Banyak membaca berbagai buku bacaan untuk menambah pengetahuan
dan memperluas wawasan.
– Modal Ketiga: banyak bergaul atau bersosialisasi untuk menyelami kehidupan yang lebih
baik.
– Modal Kelima: mempunyai sarana untuk menulis. Misalnya, komputer atau laptop. Jika
tidak, “Pakai buku tulis atau kertas belanja pun jadi,” ujar Naning.
”Buku terbit diwarnai launching buku, merupakan puncak dari proses aktivitas seorang
penulis,” ujar Naning.
Karya Andrea itu merupakan karya fiksi berbentuk novel. Fiksi lainnya antara lain cerpen,
naskah drama, skenario film, lirik lagu, puisi, dan seterusnya.
Cabang kedua nonfiksi, papar Naning, bahan tulisan murni dari data dan fakta yang akurat.
Termasuk dalam bagian ini antara lain biografi, esai, memoar, laporan perjalanan, jurnalistik
sastrawi. Nah, Anda tinggal memilih pohon apa yang ingin dijadikan materi tulisan.
Lantas dari mana memulai tulisan? Gampang saja. “Dari mana saja. Bahkan, bila Anda ingin
memulai dengan mengumpat, menjerit, menangis, atau bersyukur. Letupkan saja
kemarahan Anda. Misalnya, dimulai dengan kata “Gilaaa!!” Enggak apa-apa. Tuliskan saja
dulu, apa yang menjadi kemarahan Anda. Ini nanti malah bisa menerapi Anda. Anda bisa
curhat lewat tulisan. Nah, setelah itu baru Anda perbaiki kata-kata yang sekiranya kasar
tadi.”
Bagi seorang karyawan, papar Naning, tiap pekan ia bisa saja menuliskan kepenatannya
pada suasana kantor. Antara lain ketidaksukaannya pada pimpinan. “Itu bisa mengurangi 70
persen dari beban mental. Ini, kan, terapi mental,” kata Naning. Jika persoalan kantor ini bisa
ditulis dengan baik, tidak mustahil menjadi tulisan yang menarik. Bahkan bisa jadi buku
tentang bagaimana mengatasi persoalan di kantor. Tulisan ini pun menjadi tulisan nonfiksi.
Bila Anda ingin berimajinasi tentang situasi hati Anda, bisa dikembangkan menjadi fiksi.
Bagi Naning, aktivitas keseharian ibu-ibu juga menarik menjadi bahan tulisan. “Misalnya
Anda punya anak yang berhasil jadi sarjana, Anda bisa menuliskan bagaimana cara
mendidik anak sampai sukses. Bayangkan, bila ada 10 ibu menulis pengalamannya, pasti
bisa jadi buku. Toh, pengalaman masing-masing ibu pasti berbeda satu dengan yang lain.”
Naning juga memberi contoh, betapa aktivitas belanja yang ibu-ibu biasa lakukan juga bisa
menjadi materi tulisan yang menarik. “Lihat saja buku Miss Jinjing, Belanja Sampai Mati .
Buku itu, kan, berasal dari catatan harian penulisnya tentang pengalamannya berbelanja,”
ujar Naning yang sebelumnya kenyang pengalaman menjadi wartawan.
Ternyata, buku yang diangkat dari catatan belanja penulisnya, Amelia Masniari, bisa menjadi
buku laris. Padahal, buku itu berawal dari catatan sang penulis yang semula ditulis di blog
pribadi.
Kembali Naning memberi ide. “Tak ada salahnya juga ibu-ibu menulis tentang kegiatan
arisan. Tentu saja bukan sembarang arisan. Misalnya dalam arisan itu ada kegiatan lain yang
bermanfaat. Arisan tak hanya ngerumpi tapi ada kegiatan yang bermakna,” ujar Naning
seraya mengatakan, kumpulan resep pun bisa menjadi bahan tulisan. “Banyak, kan, buku
resep yang ada di toko buku. Anda bisa menuliskan, misalnya, resep tradisi keluarga.”
Tahap Ketiga: Menulis yang Baik
Naning menyebutkan ada beberapa bentuk tulisan. Yaitu asal menulis saja, lebih teratur
sedikit yang disebut fun writing, tulisan yang agak unik, dan melangkah berikut ke tingkat
sastra.
Dikatakan Naning, belakangan ini dengan semakin populernya jejaring sosial, “Ini
merangsang orang untuk menulis. Enggak apa-apa menulis seperti ini. Namun untuk proses
berikutnya, alangkah baiknya bila bisa menulis dengan baik. Misalnya bikin kalimat dengan
bahasa yang enak. Yang dikemukakan sederhana tapi bisa menyentuh.”
Tak kalah penting pemilihan penggunaan kata, kalimat, dan tanda baca yang baik. Juga cara
membuat judul yang baik. Di titik ketika Anda mulai serius, Anda bisa belajar menulis di
lembaga penulisan yang belakangan ini banyak ditawarkan. “Saya menyarankan, hati-hati
memilih lembaga menulis yang baik. Lihat dulu kredibilitas orang yang membuat lembaga
itu.”
Naning mengatakan, belajar tidak hanya lewat kursus. “Bisa juga menimba pengalaman
kreatif dari para pengarang dan penulis yang telah berkarya. Atau juga bisa belajarsendiri
melalui buku-buku teori creative writing.” Semakin rajin meluangkan waktu menulis, Anda
pun akan bisa menulis dengan baik.
Saat ini, menurut Naning, merupakan era emas dan kesempatan besar untuk menjadi
penulis. “Sekian tahun lalu, biasanya penerbit hanya mau menerbitkan karya penulis yang
sudah punya nama. Sekarang ini siapa pun bisa, asalkan materinya menarik.”
Selain itu, sekarang juga banyak penerbit yang membutuhkan materi tulisan. “Saya sendiri
punya setidaknya relasi 90 penerbit. Dengan makin banyaknya penerbit, tentu peluang
bagus bagi seorang penulis.”
Bahkan, Anda tak perlu menggantungkan diri pada penerbit. “Zaman sekarang tidak ada
yang sulit. Menerbitkan buku sendiri juga gampang. Banyak, kok, percetakan yang bisa
diajak kerja sama. Mau cetak dalam jumlah belasan eksemplar juga bisa,” kata Naning.
Naning juga mengingatkan, jangan buru-buru berpikir soal honor dari hasil tulisan. “Nama
tenar dan materi hanya imbas dari profesi sebagai penulis. Yang penting cobalah berkarya
dulu.” Nah, tahap demi tahap sudah dipaparkan Naning Pranoto. Anda pun bisa segera jadi
penulis!