Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
#Tantangangurusiana
Tantangan Hari ke-04 (60)
Di Saat banyak waktu luang di rumah lantaran work from home, iseng-iseng saya menyimak kembali lagi-
lagu nostalgia. Sambil menyusun soal daring, mendengarkan lagu-lagu nostalgia asyik, nih. Lagu Nia
Daniati, Ratih Purwasih, dan Betharia Sonatha, hmmm betapa merdunya. Kata orang sih, lagu cengeng,
he…. Jangan biasa mendengarkan lagu cengeng, lo. Nanti ketularan jadi cengeng! Betulkah?
Membicarakan tentang lagu cengeng tidak bisa dilepasklan dari sosok Harmoko. Ya, Menteri
Penerangan di era orde baru inilah yang pertama kali melontarkan istilah lagu cengeng. Bahkan, beliau
sebagai menteri melarang masyarakat untuk mendengarkan semua lagu-lagu cengeng. Katanya, lagu
cengeng bisa membuat semangat bekerja menjadi kendor. Wah! Karena sabda pak menteri itulah video
lagu cengeng sempat tidak boleh tayang di TVRI saat itu. Modar!
Tapi apakah yang dimaksud cengeng? Istilah lagu cengeng ini bertalian dengan lagu Betharia Sonatha
berjudul Hati yang Luka. Memang bagaimana sih lirik lagunya. Ini dia liriknya.
Samakah aku
bagai burung disana
yang dijual orang
hingga sesukamu
kau lakukan itu
kau sakiti aku
(Biar…,
biarkanlah ada duka malam ini
mungkin esok kan kau jelang
bahagia bersama yang lain)
Satu lagi penyanyi yang musiknya cukup mendayu dan asyik didengarkan saat menulis. Ya, saat
menulis mendengarkan lagu Ratih Purwasih berjudul Hati dan Cintamu ini dijamin kita bisa dapat feel
good. Dan pastinya menulis lebih lancar.
Kembali ke soal pelarangan lagu cengeng pas zaman saya sekolah SMP itu Konteksnya memang
masuk akal mungkin, sih. Saat itu tahun 1988. Negara sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan.
Dan kekuasaan orde baru sedang kuat-kuatnya. Pemerintahan Presiden Soeharto memasuki Repelita IV
dengan fokus pada industrialisasi dan penciptaan lapangan kerja. Semua warga negara harus giat
bekerja. Jangan berpangku tangan. Jangan malas-malasan. Tidak boleh lebay, hanyut oleh irama lagu.
Kita sedang gencar-gencarnya membangun, musik cengeng bisa meruntuhkan semangat. Edan.
Ideologis sekali ya!
Sebenarnya, betulkah musik cengeng mempengaruhi pribadi, sih? Menurut saya sih tidak, ya.
Asyik-asyik saja, tuh! Justru di saat mendengarkan musik—cengeng sekali pun— kita bisa mendapatkan
mood untuk bekerja lagi dan lagi. Betul, nggak?