Anda di halaman 1dari 3

Ini Loo Asyiknya Mendengarkan Lagu Cengeng

#Tantangangurusiana
Tantangan Hari ke-04 (60)

Di Saat banyak waktu luang di rumah lantaran work from home, iseng-iseng saya menyimak kembali lagi-
lagu nostalgia. Sambil menyusun soal daring, mendengarkan lagu-lagu nostalgia asyik, nih. Lagu Nia
Daniati, Ratih Purwasih, dan Betharia Sonatha, hmmm betapa merdunya. Kata orang sih, lagu cengeng,
he…. Jangan biasa mendengarkan lagu cengeng, lo. Nanti ketularan jadi cengeng! Betulkah?

Membicarakan tentang lagu cengeng tidak bisa dilepasklan dari sosok Harmoko. Ya, Menteri
Penerangan di era orde baru inilah yang pertama kali melontarkan istilah lagu cengeng. Bahkan, beliau
sebagai menteri melarang masyarakat untuk mendengarkan semua lagu-lagu cengeng. Katanya, lagu
cengeng bisa membuat semangat bekerja menjadi kendor. Wah! Karena sabda pak menteri itulah video
lagu cengeng sempat tidak boleh tayang di TVRI saat itu. Modar!

Tapi apakah yang dimaksud cengeng? Istilah lagu cengeng ini bertalian dengan lagu Betharia Sonatha
berjudul Hati yang Luka. Memang bagaimana sih lirik lagunya. Ini dia liriknya.

Hati yang Luka

Berulang kali aku mencoba


s’lalu untuk mengalah
demi keutuhan kita berdua
walau kadang sakit

Lihatlah tanda merah di pipi


bekas gambar tanganmu
sering kau lakukan
bila kau marah menutupi salahmu

Samakah aku
bagai burung disana
yang dijual orang
hingga sesukamu
kau lakukan itu
kau sakiti aku

Kalaulah memang kita berpisah


itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…

Dulu, segenggam emas


kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
di depan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…

(Biar…,
biarkanlah ada duka malam ini
mungkin esok kan kau jelang
bahagia bersama yang lain)

Kalaulah memang kita berpisah


itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…

Dulu, segenggam emas


kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
didepan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…

Namun semua tinggal cerita


hati yang luka…

Videonya bisa dilihat di kanal youtube di sini. https://www.youtube.com/watch?


v=XbBuTL9CRWU

Satu lagi penyanyi yang musiknya cukup mendayu dan asyik didengarkan saat menulis. Ya, saat
menulis mendengarkan lagu Ratih Purwasih berjudul Hati dan Cintamu ini dijamin kita bisa dapat feel
good. Dan pastinya menulis lebih lancar.

Hati dan Cintamu

janganlah jangan lagi


kau kirim bunga untuk dirimu
kalau hati dan cintamu
kau berikan pada dia

janganlah jangan lagi


kau sebut sebut namaku ini
bila yang kau ingat ingat
hanyalah dirinya

untuk apa kau ingin bersanding denganku


di sini aku yang kau rindu
di sana dia yang kau cumbu

janganlah jangan lagi


kau ketuk pintu rumahku ini
bila kau hanya datang
dan ingin cepat pulang

untuk apa cincin ini yang kau berikan


bila hati dan cintamu bukan untuk diriku

jangan samakan diriku bagai secawan anggur


bila habis dalam gelasmu dapat kau tuang lagi
jangan samakan diriku bagai burung di sana
bila suka dapat kau beli sudah jemu kau lepas

jangan samakan diriku bagai burung di sana


bila suka dapat kau beli sudah jemu kau lepas
bila suka dapat kau beli sudah jemu kau lepas

Videonya bisa disaksikan di kanal youtube berikut. https://www.youtube.com/watch?


v=18eAcJH_kl0

Kembali ke soal pelarangan lagu cengeng pas zaman saya sekolah SMP itu Konteksnya memang
masuk akal mungkin, sih. Saat itu tahun 1988. Negara sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan.
Dan kekuasaan orde baru sedang kuat-kuatnya. Pemerintahan Presiden Soeharto memasuki Repelita IV
dengan fokus pada industrialisasi dan penciptaan lapangan kerja. Semua warga negara harus giat
bekerja. Jangan berpangku tangan. Jangan malas-malasan. Tidak boleh lebay, hanyut oleh irama lagu.
Kita sedang gencar-gencarnya membangun, musik cengeng bisa meruntuhkan semangat. Edan.
Ideologis sekali ya!
Sebenarnya, betulkah musik cengeng mempengaruhi pribadi, sih? Menurut saya sih tidak, ya.
Asyik-asyik saja, tuh! Justru di saat mendengarkan musik—cengeng sekali pun— kita bisa mendapatkan
mood untuk bekerja lagi dan lagi. Betul, nggak?

Anda mungkin juga menyukai