Anda di halaman 1dari 2

"Assalamualaikum"

Rabu, 16 Oktober 201g

Judul : Gadis Desa Anak Petani

Ini cerita seorang gadis desa anak petani Namanya mai... lebih lengkapnya khumaira, ya... nama yang
begitu sederhana... sesederhana hidupnya didunia ini, dia hanyalah seorang gadis desa yang
mencoba mencicipi elitnya dunia orang kota. dia lahir tahun 2005, tepatnya di sleman Yogyakarta,
keluarganya bukanlah seorang keturunan kraton, ataupun orang yang berpendidikan tinggi,
keluarganya hanyalah seorang petani biasa, namun orang tuanya tidak menginginkan perjalanan
hidupnya seperti mereka yang hanyalah seorang petani, begitu besar kasih sayang orang tuanya
pada dia hingga mereka rela hidup jauh dariku putri tunggal mereka, demi may dapat menuntut ilmu
yang tinggi ayah dan ibunya menitipkan may pada saudaranya yang tinggal di kota. ketika may
berumur 11 tahun atau ketika dia mulai memasuki bangku sekolah menengah pertama sejak itu may
mulai diasuh saudaranya dan meninggalkan orang tuanya di desa, rasanya berat meninggalkan
mereka sendiri di desa, namun karana ini permintaan mereka may hanya bisa bilang “iya”,

ayah : “udah....jangan nambah sedih bapak ibumu ini semua buat masa depanmu"

ibu : “ bapakmu benar ibu sama bapakmu hanya bisa mendoakan saja dan memberi semangat”
meski may tinggal bersama saudaranya, namun semua kebutuhan may tetap orang tuanya yang
memenuhi. Semua semakin membuat may merasa memiliki tanggung jawab atas kepercayaan serta
mimpi mimpi indah mereka sebagai orang tuanya. Enam tahun sedah berlalu, tahun 2019 may
dinyatan lulus, rasanya saat itu tidak sabar lagi may untuk berbagi kebahagiaan dengan kedua orang
tuanya di kampung yang sudah sekian lama tidak berjumpa. Saat itu pula may kembali ke jogja,
ternyata keadaan ekonomi orang tuanya semakin membaik. Semua semakin membuat orang tua
may bertekat untuk menyekolahkan may ke jenjang yang lebih tinggi lagi

May : ” hemmm rasanya senang sekali mendapat dukungan dari orang tua”. May pun semakin
semangat. Namun ternyata cita cita may dengan cita cita orang tuanya terhadap may sangat jauh
berbeda bahkan bertolak belakang. Orang tua may menginginkan may menjadi seorang pendidik,
sementara may sejak dulu slalu berkeinginnan untuk bisa terjun di dunia kesehatan. Mulai saat itu
may merasa semua hampa, may sempat menolak dan bersi keras untuk tetap melanjutkan sekolah
di STIKES sesuai harapannya. Namun may mengingat pesan seseorang yang pernah menjadi gurunya
“kamu bukan lagi seorang anak kecil, bertambah hari kamu akan bertambah dewasa dan sudah
seharusnya kamu akan lebih mampu lagi untuk menentukan arah jalan hidupmu sendiri, kamu sudah
mampu berfikir a b c mana yang baik dan tidak, mulailah berfikir tentang masa depan, jadikan masa
depan sebagai tumpuan untuk menentukan arah di hari ini dan nanti, tunjukkan pada mereka bahwa
tak selamanya kamu seperti yang mereka fikirkan, kamu bisa! Kamu bisa menjadi lebih baik” berikut
yang slalu diingat may, juga Melihat semua pengorbanan dan kerja keras seorang ibu dan bapak,
yang memeras keringat sedari menyambut sang fajar hingga menghantarkan sang surya kembali
terbenam, may merasa sangat tidak pantas sekali jika dia membantah keinginan ayah ibunya
terlebih mengecewakan mereka meski sesunguhnya sejak dulu tak ada keinginan may untuk menjadi
seorang pendidik. “Merekalah orang tuaku ayah dan ibuku, tak salah bahkan pastas sekali jika
mereka menggantungkan mimpinya padaku, putri mereka. Kepada siapa lagi mereka harus
menggantungkan mimpi mereka jika tidak padaku?” ucap may dalam lamunnya. may slalu minta
dalam doanya ketika itu “Tuhan..jika memang dunia pendidikan lebih baik untukku, masa depanku
dan keluargaku, berikanlah aku keikhlasan untuk dapat menerima dan kelancaran dalam
menjalaninya, terbaik dan terindah adalah milikMu segala bentuk perencanaan tetap Engkaulah
yang berkehendak.” Sejak doa itu dilantunkannya.. sejak itu pula may semakin melangkah pasti di
dunia pendidikan. may merasa ini adalah jawaban Tuhan. Demi orang tua juga masa depannya may
memantapkan langkah melanjutkan sekolahnya di salah satu universitas negri di jogjakarta dan yang
pasti di fakultas pendidikan, walau sesungguhnya jauh sebelum itu may telah diterima di salah satu
sekolah tinggi ilmu kesehatan. sejak saat itu may terus berusaha untuk menciptakan dan
mewujudkan mimpi mimpi barunya menjadi seorang pendidik yang sukses. Kurang lebih 4 tahun
berlalu, dengan toga dikepalanya gelar sarjana pendidikanpun menyertai namanya. Ibu guru may
yang terhormat kini menjadi nama kebesaran didunianya. “ disitu may menyadari bahwa tak
selamnya apa yang ada difikiran kita harus menjadi masa depan yang harus diwujudkan dengan ego
saja, orang tua tak kan pernah menyesatkan masa depan anaknya, karna orang tua kita adalah diri
kita”

>

>

>

By : Nama = Nastiti Lestari

Kelas =9E

No. = 19

Sekolah = MTS N 1 Grobogan

Anda mungkin juga menyukai