Oleh :
Seperti burung
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 00.43 2 komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Dedap Durhaka
Oleh :
Semase dulu di selat bengkalis
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 00.42 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Cecah Inai
Oleh : NN
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 07.11 2 komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Burung Nuri
Oleh :
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 07.09 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Nirmala
Pabila berkata
Tika terdengarkan
Aduhai...
Meracun imannya
Suara...
Temukan azimat)
(Kasih gundah gerhana
Sesungguhnya berkasihlah
Di antara manusia
Tanpa dusta
Meracun imannya
Temukan azimat
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 07.08 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Laila Canggung
Tawar rasanya….
Kasih pujaan…..
Tawar rasanya….
Kasih pujaan…..
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 07.07 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Selayang Pandang
Lirik : Hamiedhan AC
Mengenang kasih jauh dimata Layang-layang selayang pandang hati Didalam rasa bergoncang
Boleh kita menumpang mandi Kalaulah ada umurku panjang Bolehlah kita bertemu lagi
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.56 5 komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Pucuk Pisang
Oleh :
Seroja
Oleh : S. Effendi
Oh sekadar saja
Pada asmara...
Pada asmara...
Zaman bermenung
Sekarang bukan bermenung
Zaman bermenung
Memetik bunga...
Memetik bunga...
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.50 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Hang Tuah
Oleh :
Tudung Periuk
Oleh :
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.46 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Isabella
Oleh :
Isabella adalah
Terbayang lambaiannya
Dunia di penuhi
Mentari menyepi
Dia Isabella
Terpisah kerana
Back To *
Haluan hidupku
Terpisah dengan Isabella
Moga dibukakan
Oh! Isabella....
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.45 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Cindai
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.43 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Soleram
Oleh : NN
Soleram… soleram…
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.08 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Lancang Kuning
Oleh : NN
Diposting oleh Kumpulan Lagu - Lagu Melayu di 06.06 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Lagu Melayu
Pelipur hati
Pelipur lara
Jadi terkesan
Hilang dibumi
(Repeat 2X)
Pada masa itu daerah Deli dikenal dengan kesuburannya. Hasil-hasil buminya meliputi lada, cengkeh,
tembakau, dan tanaman lainnya. Suku bangsa lain yang sejak lama telah mempunyai hubungan
dengan orang Melayu adalah orang Karo, yang wilayah tempat tinggalnya paling dekat dengan Deli.
Keahlian orang Karo dalam menanam tembakau mengundang bangsa Belanda untuk membuka
perkebunan tembakau secara besar-besaran di daerah ini.
Pembukaan perkebunan tembakau ini akhirnya menyebabkan semakin banyaknya pendatang suku
bangsa lain ke daerah ini, di antaranya orang Aceh melalui perbatasan utara, orang Bugis melalui
pantai Timur Sumatera orang Minangkabau dari arah selatan, dan orang Jawa yang sengaja
didatangkan sebagai buruh perkebunan. Bahkan untuk memenuhi tenaga kerja, pemerintah Belanda
juga mendatangkan pekerja orang Tionghoa dari Semenanjung (Singapura) dan orang India. Berbagai
suku bangsa pendatang ini kemudian menetap di wilayah ini, sehingga penduduk Melayu asli
semakin terdesak dan mulai menyingkir ke daerah pinggiran.
Sesudah masa kemerdekaan kota Medan berkembang menjadi pesat perdagangan hasil bumi
Sumatera Utara, sedangkan kaum pendatang menjadi lebih besar jumlahnya dibandingkan orang
Melayu sebagai penduduk asli. Bahasa seperti halnya bahasa orang Melayu lainnya, bahasa Melayu
Deli mempunyai hubungan erat dengan bahasa melayu Malaysia. Bahasa Melayu ini memiliki
sumbangan besar bagi perkembangan Bahasa Indonesia. Perbedaan yang dapat dilihat diantara
berbagai orang Melayu yang terpisah-pisah berdasarkan wilayah tempat tinggalnya tersebut adalah
dalam hal dialek bahasa.
Dialek bahasa yang berkembang di kalangan orang Melayu Deli di pengaruhi oleh dialek dari bahasa
suku bangsa lain yang berdiam di sekitar mereka. Salah satu ciri yang mencolok pada dialek Melayu
Deli adalah, penggunaan huruf e. Walaupun pengucapannya berbeda secara garis besar arti katanya
tidak berbeda dengan bahasa melayu dialek lainnya. Pada masa lalu di kalangan masyarakat
kesultanan Deli terdapat semacam pembagian antara bahasa di kalangan Ningrat keturunan Sultan
dan bahasa rakyat biasa. Pembedaan ini juga terlihat dalam bentuk-bentuk kesenian yang terdapat
dikalangan penghuni istana dengan bentuk kesenian rakyat biasa. Kini pemakaian bahasa Melayu
Deli di kalangan generasi muda mulai menghilang. Orang Melayu Deli, yang berdiam di daerah
pinggiran kota sebagian besar mengembangkan mata pencaharian sebagai petani dan
mengusahakan perkebunan buah-buahan. Yang tinggal di daerah kota umumnya menjadi pegawai
negeri dan mengembangkan industri kecil. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai sebagian besar
menjadi nelayan.
Pada masa lalu pola perkampungan orang Melayu Deli, seperti halnya dengan orang Melayu lainnya,
disesuaikan dengan alur sungai atau jalan yang sudah ada sebelumnya. Antara pekarangan satu
rumah dan rumah lain tidak dibatasi pagar. Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa tanah yang
ada adalah milik masyarakat secara bersama-sama, sehingga tidak dapat diwariskan atau diperjual
belikan hingga sekarang desa-desa kediaman orang Melayu Deli sering terkena banjir luapan sungai-
sungai yang mengalir di daerah ini, misalnya sungai Deli, sungai Ular, dan sungai Padang.
Kepemimpinan tradisional dalam kampung berada di tangan seorang penghulu, seorang imam,
seorang bilal dan seorang khatib. Para pemimpin ini terutama terdiri atas orang-orang yang ahli
dalam agama Islam. Keislaman mereka juga ditunjukkan dengan terdapatnya mesjid atau surau di
setiap desa. Ciri khas lainnya dalam sebuah desa orang Melayu di masa lalu adalah tersedianya
gelanggang olahraga, dua buah tempat pemandian yang masing-masing dikhususkan untuk pria dan
wanita, serta sebuah tanah wakaf umum. Selain itu, dalam sebuah perkampungan biasanya juga
terdapat sebuah balai tempat bermusyawarah bagi orang-orang tua. Balai ini juga berfungsi sebagai
tempat tidur bagi anak-anak muda.
Rumah-rumah pada masa lalu umumnya didirikan di atas tiang dan mempunyai kolong. Tujuannya
selain menyelamatkan diri dari bahaya banjir dan serangan binatang buas, adalah agar penghuninya
terhindar dari kelembaban udara. Dalam membangun rumah orang Melayu mengenal aturan-aturan
tersendiri, MIsalnya rumah di dirikan menghadap ke arah matahari agar mendapat cukup udara dan
sinar matahari serta mengundang banyak rejeki. Hiasan atau ukiran yang terdapat pada bagian
rumah biasanya bermotif bunga seroja.
Rumah orang Melayu pada umumnya tidak memiliki banyak kamar, karena biasanya satu rumah
hanya di diami oleh satu keluarga batih. Setiap ruangan memilik fungsi tersendiri. Bagian serambi
depan merupakan ruangan untuk menerima tamu, bagian serambi tengah yang dibuat lebih tinggi
berfungsi sebagai tempat menerima tamu resmi atau yang disegani, tempat makan bersama, dan
tempat tidur bersama, bagian atas yang disebut jura merupakan tempat berdiamnya anak gadis
(dara), bagian serambi belakang merupakan tempat menerima tamu para wanita dan untuk
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Sekarang rumah-rumah bertiang khas orang melayu sudah
jarang terdapat di daerah Deli.
Orang Melayu adalah pemeluk agama Islam. Boleh dikatakan hanya agama Islamlah yang diakui oleh
orang Melayu. Oleh sebab itu di kalangan masyarakat sering dikatakan bahwa apabila seseorang
telah memasuki agama Islam, orang tersebut telah menjadi orang Melayu. Sebelum masuknya
agama Islam ke daerah ini, kepercayaan orang Melayu bersifat animisme. Mereka meyakini adanya
dewa atau jin yang tidak berasal dari manusia. Karena dewa, jin dan alam gaib dianggap dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, mereka harus dipuja, antara lain melalui upacara-upacara
tertentu.
Upacara-upacara tradisional yang dilakukan berkaitan dengan lingkaran hidup seseorang. Upacara-
upacara tersebut meliputi upacara dari masa yang mengandung dan melahirkan sampai upacara
perkawinan dan kamatian. Tetapi kini orang Melayu Deli sudah jarang yang melaksanakan berbagai
upacara tersebut sesuai dengan aturan-aturan seperti masa silam. Apalagi kebanyakan orang
Melayu Deli berdiam di sekitar wilayah perkotaan yang sudah banyak mendapat pengaruh
kebudayaan luar lainnya.
Sistem Kekerabatan dan Sistem Pelapisan Sosial Suku Deli
Garis keturunan pada masyarakat Melayu Deli umumnya diperhitungkan secara bilateral, tetapi
pada golongan tertentu lebih cenderung bersifat patrilineal, yaitu melalui garis laki-laki. Penarikan
garis keturunan melalui laki-laki terutama kelihatan pada golongan bangsawan yang masih berusaha
mempertahankan tradisi turun-temurunnya. Adat menetap sesudah nikah umumnya di kediaman
keluarga pihak istri (uksorilokal) sampai lahirnya anak pertama, baru kemudian menetap di
kediaman yang baru (neolokal). Tetapi masyarakat Melayu Deli kini lebih bebas menentukan tempat
tinggal sesudah menikah.
Orang Melayu juga mengenal pengelompokkan kerabat gabungan keluarga luas (klen kecil) yang
merasakan dirinya berasal dari keturunan satu nenek moyang. Pada masyarakat Melayu Deli
anggota kelompok semacam ini biasanya merasa terikat melalui garis keturunan laki-laki
(patrileneal). Mereka juga mengenal bentuk kekerabatan lain yang terjadi akibat adanya
perkawinan. Kelompok kekerabatan yang lebih luas sifatnya (kindred) biasanya sudah tidak jelas lagi
batas-batasnya karena sudah terlalu luas. Kelompok kerabat semacam ini dapat mencakup saudara
sepupu ayah atau ibu, saudara istri, bahkan kaum kerabat dari satu tingkat di atas seseorang. Selain
tingkatan sosial yang dibedakan berdasarkan garis keturunan, di dalam masyarakat Melayu Deli kini
dikenal pula sistem pelapisan sosial berdasarkan hal-hal lain, seperti jabatan, keagamaan, dan
pendidikan.
Pada masa lalu, keturunan bangsawan merupakan golongan yang paling atas dan paling berkuasa.
Golongan bangsawan yang sangat dihormati dalam masyarakat biasanya menyandang gelar-gelar
kehormatan, misalnya, raja, sultan, tengku, wan dsb. Walaupun gelar kebangsawanan masih dipakai
oleh para keturunannya masyarakat Melayu, sekarang umumnya juga mempertimbangkan faktor-
faktor lain dalam menentukan status seseorang. Dengan demikian, seseorang yang pada masa lalu di
golongkan sebagai "orang kebanyakkan., kini dapat pula dianggap tinggi statusnya dalam masyarakat
karena berhasil dalam bidang pendidikan.
Kesenian yang berkembang di kalangan orang Melayu Deli umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur
agama Islam. Sebagian besar bentuk keseniannya memiliki kesamaan dengan kesenian orang Melayu
Malaysia. Jenis-jenis kesenian orang Melayu, diantaranya adalah marhabban, kasidah, gambus,
joget, dan ronggeng, serta berbagai tarian, seperti tari Serampang Dua belas, Tari Tudung Periuk dsb.
Salah satu bentuk kesenian yang terkenal dari daerah ini adalah Ronggeng Deli, yaitu pertunjukkan
tari dan nyanyi dengan melantunkan bait-bait pantun Melayu. Musik pengiringnya adalah gendang,
biola, dan akordion. Tetapi sekarang Ronggeng Deli sudah termasuk bentuk kesenian yang langkah
dan jarang ditemui di daerah Deli.
MAKANAN
Roti jala,rasidah,kue bangkit
Es Laksamana Mengamuk
es_laksamana_mengamuk
Instagram by @qhiqhio
Makanan dan minuman khas Melayu Riau sangat banyak macamnya. Salah satunya adalah es
laksamana mengamuk. Walaupun memiliki nama yang terdengar menyeramkan, tetapi minuman es
laksamana mengamuk terasa menyegarkan. Es laksamana mengamuk terbuat dari potongan
mangga, kelapa muda, biji selasih, es batu dan air santan sebagai bahan untuk mencampurkan
semua buah-buahan yang telah siap, jangan lupa di beri sirup agar es laksamana mengamuk terasa
lebih manis
es_air_mata_pengantin
Instagram by @warungbaksopaktogar
Minuman khas yang satu ini disajikan dengan menarik dan terihat menyegarkan. warna es air mata
pengantin yang berwarna merah segar yang dicampur dengan agar-agar putih dan sebagai
pelengkap menggunakan biji selasih menjadikannya terlihat sangat menyegarkan dan ingin segera
menghabiskan minuman es air mata pengantin, apalagi pada waktu siang hari saat cuaca sedang
terik, tentunya dahaga yang drisakan akan hilang seketika saat meminum es air mata pengantin.
Mie Sagu
mie_sagu
Instagram by @aruaiskha
Makanan khas Melayu Bengkalis yaitu mie sagu menjadi makanan favorit bagi masyarakat setempat
yang selalu menjadi makanan sehari-hari dari zaman dulu sampai sekarang ini. Ciri khas mie sagu
buatan masyarakat Melayu Bengkalis terletak pada tambahan penyedap mie sagu seperti ikan teri,
potongan daun kucai dan tauge. Mie sagu akan terasa lebih kenyal jika dibandingkan dengan mie
yang kerap kita jumapi yang terbuat dari terigu.
Ikan Salai
ikan_salai_balado
Instagram by @tiaapusvita
Makanan ikan salai menjadi lauk favorit masyarakat Riau. Makanan ikan salai atau dalam bahasa
Indonesia yang berarti ikan asap khas Melayu menggunakan ikan limbat sebagai bahan utamanya.
Cara memasaknya dengan cara ikan limbat dimasak dengan kuah santan kental dan dicampurkan
dengan bumbu rempah yang khas hingga kuah ikan salai akan terlihat berwarna kuning kemerahan
dan sangat kental.
cik_puan
Teknologi yang dikuasai masyarakat Melayu Riau antara lain membuat rumah dan atapnya yang
terbuat dari daun-daunan, maupun membuat sejenis keranjang untuk mengangkut hasil pertanian
yang bentuk dan jenisnya beragam. Masyarakat
Melayu juga menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini
Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan
dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain
menunjukkan bahwa ditinjau dari segi mata pencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang
sekali bergantung pada satu mata pencaharian , sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis
teknologi. Keragaman mata pencaharian masyarakat Melayu dibagian daratan Sumatera ( Riau
Daratan) dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat.
Setiap jenis mata pencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara
penggunannya akan menampakkan teknologinya.
Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumberdaya yang akan di olah,
sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau
mempunyai fungsi yang sama, tapi teknologi tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami
bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus
mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi
tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut
lebih menguntungkan dan mudah diterapkan , seperti teknologi dalam pertanian.
Alat-alat pertanian
Pada dasarnya pertanian didaerah ini adalah pertanian dengan sistem ladang. Disamping itu ada
pula usaha perkebunan karet rakyat. Alat-alat yang digunakan untuk perladangan ini sangatlah
sederhananya, terdiri dari : beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau ani-ani,
bakul, lesung, dan antan (alu), dan nyiru (tampah).
Pertanian dengan sistem ladang ini, cara pengolahan tanahnya sangat sederhana, tidak memerlukan
cangkol atau pacul. Hutan yang dianggap subur, ditebang dengan menggunakan beliung dan parang.
Pohon yang besar-besar ditebang dan setelah rebah lantas ditutuh, yaitu dahan-dahannya dipotong
supaya gampang nantinya dimakan api. Sebelumnya di sekeliling tempat yang akan dibakar itu di
“landing” terlebih dahulu, yaitu dibersihkan dari kayu dan daundaun kering supaya api tidak
menjalar ke hutan sekitarnya. Pembakaran dimulai
dari atas angin, sehingga dengan bantuan angin api akan menjalar keseluruh lapangan.
Setelah abu pembakaran tersebut dingin, biasanya pada hari kedua atau ketiga setelah dibakar, bibit
padi pun mulai disemai. Menanam bibit ini ada dua cara, yaitu: untuk tanah bencah atau basah, bibit
padi ditaburkan ditanah. Kalau padi sudah tumbuh dan mencapai tinggi kira-kira tiga puluh
centimeter, lalu di “ubah”, yaitu anak-anak padi tersebut dicabut kembali dan setelah dibersihkan
akar-akarnya ditanam kembali secara teratur. Prinsipnya hampir sama dengan penanaman di sawah.
Penanaman padi ini biasanya pada akhir kemarau, karena begitu padi ditanam musim hujan pun
tiba. Adapun alat-alat yang digunakan, yaitu: alat-alat yang terbuat dari besi, seperti mata beliung,
mata parang dan mata ani-ani dibeli dipasar dan gagangnya dibuat sendiri. Lain pula halnya bagi
petani karet, yang keadaannya pun sederhana juga. Umunya di Riau petani ladang jika sudah panen
tanah bekas ladangnya itu ditanami karet. Sehingga daerah perladangan makin lama jadi semakin
jauh, karena tanah-tanah yang dekat dengan kampung telah diisi karet.
Karet yang ditanam itu dibiarkan tumbuh sendiri tanpa dirawat dan tumbuh bersama belukar. Kalau
sudah mencapai umur empat atau lima tahun, yaitu saat karetnya telah boleh disadap, barulah
didatangi kembali dan dibersihkan. Alat-alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet
tersebut terdiri dari:
1. Sudu getah, yaitu semacam talang kecil terbuat dari seng yang dipantelkan ke pohon karet untuk
mengalirkan getah.
2. Mangkok getah, terbuat dari tembikar kasar, tetapi sekarang banyak digunakan tempurung
kelapa.
3. Pisau getah, disebut juga “pisau toreh”, yaitu pisau untuk menorah kulit pohon, dan ada juga
menyebutnya pisau lait”.
4. Ember atau kaleng, digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil getah berbentuk susu
ke tempat pengolahan.
1. Kepok: yaitu tempat menyimpan padi berbentuk cylinder dengan garis tengah 11/2 meter dan
tinggi 1 meter. Terbuat dari kulit kayu dan disimpan di dalam rumah.
a. Sangkar tempat penyimpan ikan, terbuat dari anak kayu yang dijalin dengan rotan dan ditendam
dalam air.
b. Sangkar ayam atau burung terbuat dari rotan atau anaka kayu. Ada yang diletakkan di dalam
rumah dan ada pula yang digantungkan
2. Labu yaitu tempat air, terbuat dari buah labu yang dikeringkan dan dibuang isinya
3. Bakul yaitu tempat bahan makanan sehari-hari terbuat dari pandan anyaman
4. Sumpit yaitu semacam karung, terbuat dari panda yang dianyam, untuk menyimpan beras, ubi
kering atau sagu rending lain-lain
1. Bangking yaitu tempat pakaian-pakaian halus dari kayu kapok berasal dari Cina
3. Peti kayu yaitu berukuran lebih besar dari peri besi, juga berasal dari Cina. Tempat menyimpan
barang-barang berharga
4. Bintang yaitu terbuat dari kuningan, ada yang bundar dan ada pula yang bersegi delapan. Pakai
tutup biasanya unyuk menyimpan alat-alat keperluan wanita.
RUMAH ADAT
Rumah adat suku Melayu Deli adalah rumah panggung, dengan tiang setinggi 2 meter. Pola
kekeluargaan suku Melayu Deli ini laki-laki dan perempuan memiliki hak dan suara yang sama di
dalam keluarga, sehingga laki-laki dan perempuan akan memperoleh warisan yang sama,
masyarakat Melayu Deli memiliki mata pencarian sebagai petani, nelayan, lalu juga berdagang.
ADAT ISTIADAT
Pernikahan dalam melayu deli juga sangat menarik karena memiliki tahapan-tahapan adat yang
harus dilalui olah pasangan pengantin, yang pertama disebut dengan “Risik Kecil”, dimana risik kecil
ini adalah mengutus seseorang atau dua orang untuk mencari tau keadaan sigadis, merisik biasanya
dilakukan oleh pihak terdekat keluarga laki-laki. Merisik dilakukan secara tidak resmi dimana hal
yang dicari au adalah bagaimana kepribadian sigadis terhadap teman-temannya, dan keluarganya.
Merisik ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi agar pihak laki-laki tidak malu bila ditolak nantinya.
Tahapan kedua yaitu “Meminang” apabila merisik telah dilakukan dan pihak perempuan juga sudah
melakukan merisik terhadap silaki-laki maka masuklah pada tahap peminangan, pihak laki-laki harus
segera menetapkan hari peminangan. Urusan peminangan dilakukan untuk menyatakan tujuan yang
sebenarnya secara resmi. Apabila sudah disepakati bersama maka akan ditentukan tanggal
pertunangan.
Tahapan yang ketiga yaitu “Ikat Janji” dimana acara pengambilan keputusan untuk dibuat sebagai
pengikat janji, isi dari ikat janji itu diantaranya adalah, berapa besar uang hantaran, berapa
besarnnya untuk biaya peralatan pengantin perempuan, ikat tanda biasanya diberi cincin, pada hari
pernikahan berlangsung sejumlah uang juga harus disiapkan, seperti untuk uang buka hampang
pintu. Selanjutnya adalah “akad nikah” merupakan acara paling penting dalam perkawinan
masyarakat Melayu yang rata-rata beragama Islam. Kemudian “Malam Berinai” dimana pihak
perempuan mengantar inai kepada pihak pengantin laki-laki. Malam ini dimeriahkan dengan bunyi-
bunyian dan tari-tarian.
Selanjutnya masuk pada tahapan “Mengantar Pengantin Laki-laki” yaitu mengiringi pengantin laki-
laki dari rumahnya menuju rumah pengantin perempuan. Setelah itu “Hempang Pintu” dimana dua
pria berdiri di kiri dan kanan pintu memegang ujung kain panjang yang direntangkan bertujuan pihak
keluarga perempuan menghadang pengantin laki-laki di depan pintu untuk meminta sesuatu sebagai
syarat. Dan setelah itu acara “Bersanding” yaitu kedua mempelai duduk bersandingan di pelaminan.
Kemudian memberikan “Tepung Tawar” yang bermakna memberikan doa restu bagi kedua
pengantin dan seluruh keluarganya agar mendapatkan kebahagiaan, keselamatan dan
kesejahteraan. Setelah itu upacara “Makan Nasi Hadap-Hadapan” yang dihadiri oleh perempuan saja
dari kedua belah pihak keluarga pengantin, sedangkan laki-laki tidak boleh ikut.
KEKERABATAN MELAYU
Dalam Melayu dikenal yang namanya strata sosial, yang menyebut pemimpinnya itu adalah Sulthan.
Disebut Sulthan, karena kalau sudah Sulthan pasti akidah, keyakinan daripada dalam hal yang
menyangkut pemerintahannya tentu berazaskan Islam. Di dalam Melayu ini ada tingkatan –
tingkatan dalam keluarga Kesulthanan; Pemimpin Kesulhtanan disebut dengan Sulthan; Satu garis di
bawah Sulthan ada gelar yang namanya “Tengku”, gelar ini diberikan kepada anak Sulthan baik yang
laki – laki maupun yang perempuan; Di bawah Tengku ada gelar yang disebut “Datuk”, Datuk ini
adalah gelar yang diperuntukkan kepada cucu Sulthan dan juga bisa diberikan kepada pemuka
masyarakat, bisa dibilang lebih kepada sebutan untuk raja yang menguasai sebuah daerah (sekarang
seperti bupati dan walikota); Di bawah Datuk ada gelar yang namanya Megat, gelar ini dikhususkan
kepada laki – laki; di bawah Megat ada gelar yang namanya Wan, gelar ini bisa ditujukan kepada laki
– laki dan perempuan; Di bawah Wan ada gelar yang namanya OK (huruf “o” besar dan “k” besar),
yang berarti Orang Kaya; dan yang di bawah sekali ada Ok (huruf “o” besar dan “k” kecil), Orang
Kecil, ini seperti penghulu, kepala desa.
“Sulthan” tentu sebagai kepala pemerintahan, seperti Presiden (sekarang). Anak – anak Sulthan
diberikan gelar “Tengku” karena ini adalah gelar Kebangsawanan. Juga di gelar “Tengku” ini juga bisa
disandingkan dengan nama gelar- gelar yang lain, seperti Tengku Pangeran, Tengku Laksmana,
Tengku Raja Muda, dan Tengku Temenggung. “Datuk” adalah gelar yang diperuntukkan kepada
Kepala –Kepala Suku yang merupakan penduduk asli Kerajaan Deli di daerah, dalam Kesulthanan Deli
ada dikenal “Datuk Empat Suku”, Datuk Sukapiring, Datuk Senembah, Datuk Serbanyaman, dan
Datuk Sepuluh Dua Kuta (tugasnya seperti bupati, sekarang). Di bawahnya, ada “Megat”, gelar
“Megat” ini diperuntukkan kepada seseorang yang Ibunya adalah seorang bangsawan (bergelar
tengku) menikah dengan laki – laki biasa dan melahirkan seorang anak laki - laki, maka anak yang
lahir ini bisa diberikan gelar “Megat”. Gelar “Wan” diperuntukkan kepada anak laki – laki dan
perempuan yang ibunya merupakan seorang bangsawan (bergelar Tengku) menikahi seorang laki –
laki bangsawan yang tidak bergelar “Tengku”, anak yang dilahirkan ini lah berhak menerima gelar
“Wan”. OK (“o” besar dan “k” besar) adalah orang – orang kaya, pengusaha, yang berada di suatu
kampung, maka bisa diberikan gelar OK oleh Sulthan, karena sang OK ini adalah seorang tokoh
masyarakat. Ok (“o” besar dan “k” kecil) adalah orang – orang yang menjadi pemuka di sebuah
kampung, seperti penghulu, tuan kadi. Namun Ok zaman sekarang ini sudah sangat jarang ditemui,
karena sekarang ini banyak orang yang menggunakan gelar “Ok” mereka diubah menjadi “OK”, dan
mereka yang tidak mengerti gelar ini akan menganggap ini hanya sebuah nama.
Bahasa melayu deli lebih penekanan pada huruf vokal aiueo dan lebih kepada huruf vokal e. Seperti
menanyakan “hendak kemana” (menjadi “nak kemane” dengan vokal e lemah). Beda dengan
daerah Asahan dengan ibukotanya Tanjung Balai yang disebut dengan Kesultanan Asahan yang lebih
menekankan pada huruf vokal o menjadi “nak kemano”.
Kerabat sehari – hari menggunakan bahasa melayu yang artinya bahasa melayu ini sangat menjadi
bahasa yang secara komunalnya bisa dipahami, yang bisa cepat dimengerti dan bisa menjadi
penghubung kata – kata dari beberapa kata – kata apa suatu derah yang sedang tren. Seperti kata
“coy” pada orang Medan yang tidak dimengerti oleh orang luar, tapi “kemana coy” digunakan juga di
bahasa Melayu dan dapat menjadi penghubung itu. Artinya bahasa orang Melayu Deli ini yang juga
terdapat di beberapa daerah ini sangatlah berharga karena bahasa Indonesia sendiri adalah
mengambil bahasanya itu dari bahasa Melayu. Kepada masyarakat pun menggunakan Melayu.
Simbol apa yang dimiliki Sulthan Deli dengan simbol kerajaan - kerajaan Melayu di seluruh dunia itu
hampir sama, yang membedakannya adalah dalam hal adat. Karena simbol warna kuning, semua
khas Sulthan - Sulthan Melayu, menggunakan warna kuning. Kemudian seperti simbol tepak, tepak
sirih juga dimana - mana Kesulthanan Melayu memiliki tepak sirih. Tepak sirih ini sebagai wadah
pada adat perkawinan untuk memberikan sambutan selamat datang, yang artinya dalam tepak ini
ada makanan yang bermacam – macam yang bisa dimakan. Yang membedakannya hanya adatnya
karena setiap Kesulthanan memiliki adat masing - masing. Seperti balay, merinjis (tepung tawar).
Yang membedakannya hanya adatnya. Misalnya adat pengangkatan Tengku menjadi Sultan Deli,
berbeda dengan adat pada acara lain. Misalnya Sulthan Deli meninggal, berbeda dengan adat - adat
Kesulthanan Deli yang lain. Contoh, apabila berkabung di Melayu Deli, para penduduk Istana dan
masyarakat Deli menggunakan kain hitam - hitam seperti sarung, tidak boleh kain bertabur
(songket), baju hitam - hitam dengan peci dengan lis putih. Perempuan dengan pakaian hitam -
hitam dengan jilbab putih. Berbeda dengan adat Kesultanan Deli yang lain, seperti Kesultanan
Serdang. Apabila Kesulthanan Serdang berkabung, Masyarakat yang terkait menggunakan pakaian
putih - putih, baju putih celana putih, dengan kain sarung hitam, peci hitam bercampur putih, begitu
juga dengan adat.
Masyarakat Melayu identik dengan daerah pesisir, yang berartikan pekerjaan mereka adalah
nelayan. Dalam perkembangan – perkembangan masa zamannya seperti di daerah Pada masa
Sulthan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alamsyah menjabat sebagai Sulthan Deli, Kesulthanan Deli
menjalin hubungan dengan Pemerintah Belanda untuk bekerjasama dalam pembukaan lahan
tembakau di daerah Kerajaan Deli. Tembakau ini lah yang lebih dikenal dengan Tembakau Deli, yang
terdapat di Polonia, Sampali, Percut. Karena penyebaran daerah tembakau ini mulai dari sungai
Percut Sei Tuan sampai dengan sungai Wampu. Tapi seiring perkembangan zaman, orang Melayu
Deli sendiri tidak terpatri hanya sebatas sebagai pencarian di laut dan didataran, di kebun. Sekarang
orang Melayu Deli ada yang bekerja di bidang birokrasi, di bidang pendidikan, dll. Sekarang
tergantung kepada bagaimana orang melayu berperan di tengah – tengah masyarakatnya dalam hal
berkembang profesinya untuk mendapatkan rezekinya.
Dalam hal peralatan hidup Kesulthanan Deli, karena ada masyarakat Kesulthanan ada yang hidup di
daerah pesisir, tentu peralatan - peralatan seperti apa yang dibutuhan seorang nelayan, pasti itu
mereka miliki dengan keterampilannya. Apabila dikaitkan dengan teknologi, dimana orang Melayu
juga hampir sama dengan orang Bugis. Karena orang Bugis itu dikenal daerah bagian timurnya itu
dengan melaut, begitu juga dengan orang melayu yang sangat pandai membaca navigasi, arah angin.
Seperti halnya dahulu, dalam hal navigasi laut dan segala macam, orang Melayu sangat piawai
dengan melaut. Pada masa itu mungkin mereka bisa melihat arah angin, matahari dan bulan yang
ditentukan dengan navigasi mereka, bisa menentukan dengan kecepatan yang dibutuhkan untuk
sampai tujuan. Kalau zaman sekarang tentu orang - orang melaut sudah bisa menggunakan
teknologi, tinggal tekan sudah bisa dapat informasi dimana lokasi yang banyak ikan. Kalau dulu
mungkin disentuhnya terlebih dahulu air itu, baru mereka bisa tau dimana ada banyak ikan.
Orang melayu identik dengan Islam yang fanatik. Makanya apabila ada pertanyaan “Orang apa?”,
apa bila yang ditanya menjawab “Orang Melayu”, jadi tidak perlu ditanya lagi agamanya apa,
adatnya apa, pasti lebih ke Islam. Apabila ada orang melayu yang keluar dari islam, itu bisa
disejajarkan dengan “Murtad”. Karena melayu berasal dari islam. Kalau sudah keluar dari itu, sesuai
dengan hukum firaidnya, kewarisannya di Islam, dia tidak bisa menerima haknya, dan secara
otomatis, gelar apapun yang disandangnya, termasuk apabila ia menyandang gelar “Tengku”, itu
secara hakekatnya menghilang. Namun secara hanya sekedar pakai namanya saja,tidak masalah.
Karena orang melayu identik dengan Islam. Malah pada zaman dulu itu orang Islam itu disebut
dengan orang Melayu. Karena sanking besarnya makna yang tekandung ini jadi sebuah jati diri
melayu ini.
Diantara ruang tengah dan ruang makan Istana terdapat 2(dua) buah kamar yang dahulunya
digunakan oleh Sulthan untuk beristirahat. Saat ini tidak jarang kita temui ada orang – orang yang
seperti melakukan hal – hal ritual untuk menghormati sesuatu disana. Berikut penjelasannya ; Istana
Maimun dalam kawasan ini bukan lah daerah main - main. Kalau secara kasat mata memang kita
tidak melihat ada apa2, gersang. Tapi secara ghaib, karena ghaib tidak bisa dilepaskan dari orang
Islam, sesuai dengan Rukun Iman yang salah satunya adalah Iman kepada Alam Ghaib. Dimana
memang orang – orang yang memiliki indra keenam, orang – orang yang bisa merasakan sesuatu hal
– hal yang tidak bisa dirasakan orang – orang biasa, bisa jadi ia bisa melihat sesuatu (lokasinya
adalah di kamar di sebelah kiri dekat dengan ruang makan Istana,yang isinya adalah barang –
barang). Tapi artinya memang wilayah ini adalah wilayah yang sakral. Karena ini adalah daerah
tempat pilihan.
Dalam sebuah perkawinan pada adat Melayu, ada 1(satu) yang dilihat, dengan melihat bibit, bebet,
dan bobotnya. Memang secara daripada orang melayu menilai akan baiklah jika kita melihat siapa
yang akan menjadi bagian keluarga kita. Artinya dalam kasta – kasta yang dikenal seperti dalam
belahan dunia lain seperti India, kalau dalam melayu ini hanya beberapa mungkin bermasalah pada
bibit, bebet, dan bobot. Contohnya Sulthan Deli yang menikah dengan seorang bangsawan, anak
yang dilahirkan nantinya disebut dengan “Anak Graha”. Anak Graha ini adalah anak yang terlahir dari
rahim istri seorang Sulthan dari kaum bangsawan yang disebut darah biru. Tetapi ada satu sisi,
dimana ia tidak serta merta bisa menjadi Sulthan berikutnya. Karena lebih dikedepankan kepada
adab. Kenapa adab, karena ada yang lebih tua lagi bukan dari ibu seorang anak bangsawan yang
terlahirkan tapi tidak bisa lepas dari darah Sulthan Deli. Karena adabnya dia lebih tua, berarti dia
yang lebih dilihat bibit bebet bobotnya untuk menjadi sultan yang berikutnya. Dalam hal perkawinan
orang melayu ada yang seperti itu, inilah yang membuat populasi masyarakat melayu tidak seperti
masyarakat lain seperti suku – suku lain. Tetapi sekarang masyarakat melayu sudah berbaur, arti
berbaur itu tidak lagi mengacu kepada orang melayu harus menikah dengan orang melayu. Kalau
zaman dulu itu penyebabnya salah satu faktornya adalah agar harta tidak jatuh ke orang lain.
Sekarang tidak bisa lagi diterapkan yang seperti itu karena zaman sudah berubah. Kalau sesama
melayu menikah, karena memandang harta yang sudah banyak, ia akan malas bekerja. Ini yang
menjadi perubahan pemikiran masyarakat melayu sekarang banyak orang melayu yang menikah
dengan masyarakat. Seperti batak, aceh, karo, minang, dan juga kepada orang – orang pendatang
yang bukan dari nusantara kita, Arab, Cina, India, dll. Jadi bisa dibilang dia ada seperti perubahan
pada pola pikir orang melayu. Seperti halnya Sulthan Deli XIII yang mana ayah dari Sultan Deli yang
sekarang, dimana Sultan Deli XII ini memperistri orang bangsawan Makassar anak dari Kerajaan
Bone.
Acara – acara yang berlangsung oleh Kesulthanan Deli sampai saat ini yang paling pasti
diselenggarakan itu adalah “Junjung Duli”, yang biasa dikenal dengan open house. Dimana acara
Junjung Duli ini diselenggarakan selesai Sholat Id Iduk Fitri maupun Idul Adha. Sulthan Deli dan
keluarga akan menerima masyarakat dan keluarganya untuk saling memberikan Selamat Hari Raya
dan saling maaf – memaafkan. Ada juga acara yang tidak tiap tahun dilaksanakan tetapi juga harus
dilaksanaakan seperti acara “Hari Keputraan” atau yang lebih dikenal dengan hari ulang tahun.
Namun, acara ini hanya dikhususkan untuk ulang tahun Sulthan. Ada juga yang disebut Majelis
Emberian Darjah Gelar Adat. Ini adalah acara adat dimana Sulthan Deli memberikan gelar kepada
masyarakat yang memiliki sumbangsih materil, moril untuk melayu, untuk kota medan, sumut,
bahkan sekarang utnuk RI. Dimana gelar – gelar itu diberikan Sulthan untuk laki – laki adalah
Pangeran atau Datuk, kalau perempuan adalah Datin. Ada juga acara yang namanya Majelis
Bersanding, ini adalah acara perkawinan yang bisa diselenggarakan oleh Sulthan dan keluarganya,
acara perkawinan.
MITOS YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT
Ada mitos yang berkembang di masyarakat yang mengatakan bahwa kolam yang berada di taman Sri
Deli adalah kolam tempat Putri Hijau mandi. Itu hanyalah mitos belaka, penjelasannya adalah ;
Kolam di sebelah mesjid raya bukan lah tempat pemandian putri hijau. Cerita Tempat pemandian
Putri Hijau berada di Delitua itulah yang disebut dengan daerah Patumbak. Kalau itu adalah taman
dengan konsep mengikuti gaya daripada bangunan – bangunan Eropa karena disetiap Istana tidak
jauh ada tamannya. Mulanya, kolam ini diberi nama “Deli Khanpak”. Sulthan Deli tidak suka kata –
kata yang kebarat - baratan, jadi beliau menamainya dengan nama, “Taman Khadidjah”. Sekarang
lebih dikenal dengan nama “Taman Sri Deli”. “Khan” adalah nama marga dari India, “Pak” adalah
taman.
PANTUN