Anda di halaman 1dari 14
REFLEKSI PROTO-AUSTRONESIA PADA BAHASA LAMPUNG. Sudirman AM FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Lampung Abstract This study aims to describe the number of prota-Austronesian reflects in Lampungnese because each proto-language has a generation remaining the same and a changing one. ‘The discussion is on proto-Austronesian reflects in Lampungnese, as part of a research study on Geographical Dialects of Lampungnese in Southern Sumatera. One of the aspects deals with a diachronic study on the data of Lampungnese dialects using the top down method to verify a hypothesis that Lampungnese is one of the proto-Austron generations. ‘The analytical finding describes proto-Austronesian reflects both as retention and innovation to verify that Lampungnese is one ofthe prote-Austronesian. descendants. There are conservative and innovative facts in Lampungnese. The innovative ones are ‘characterized by split and extension. Key word: reconstruction, analysis, reflection A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Bahasa Austronesia atau Melayu Polinesia adalah nama rumpun bahaca yang wilayahnya torsobar fuse di kawasan Asia Tenggara-Pasifik. Rumpun bahasa ini merupakan rumpun bahasa yang terluas wilayah hahacanya —dihandingkan dengan rumpun bahasa lain di dunia (Fernandez, 1995:29) Studi tentang masalah sejarah bahasa-bahasa Austronesia Barat telah mengalami perkembangan pesat yang dilakukan oleh para ahli. Para ahli di bidang Linguis-tik Historis Komparatif tentang Austronesia Barat telah berhasil merekonstruksi_sejumlah protobahasa pada peringkat yang lebih rendah. Sejumlah disertasi_ yang —_khusus menelaah —sejarah —_bahasa-bahasa sekerabat di kawasan Austronesia Barat ini, misalnya Nothofer 1975, Mills 1975, Sneddon 1978, Adelaar 1985, dan Usup 1986 (Fernandez, 1996:14). Salah satu bahasa dari kawasan Austronesia Barat yang menjadi tumpuan porhatian pada malalah ini, adalah bahasa Lampung. Kepustakaan yang membahas bahasa Lampung dari kumpulan data Van der Tuuk (1872) dalam kajian Tinguistik Historie Komparatif telah dilakukan oleh Nothofer (1996) dalam makalahnya “Dialek — Kampung Ayer dalam Perbandingan dengan Dialek/Bahasa Austronesia Barat yang lain”. Jauh sebelum itu. bahasa Lampung telah dianalisis oleh Dyen (1965) dalam ka- jian _leksikostatistik _ mengenai hubungan bahasa Lampung dan bahasa Melayu berada pada taraf vang iauh, yakni 39,9 % (196526). Kemudian pada __periode berikutnya, Walker telah melakukan kajian leksikal terhadap dua belas titik pengamatan di wilayah pemakaian 21 222 bahasa Lampung dengan perhitungan Kuantitatif Jokcikootatictik. Salah oat indikator yang kontroversial dalam analisisnya itu, ihwalnya _isolek Komering dengan dialek-dialek bahasa Tampnng menipakan kerahat hahaca yang diperlihatkan oleh __hasil perhitungan 70% (Wal-ker,1975:11), berbeda dengan hasil yang dilakukan Dyen 89.1% (status perbedaan dialek). Oleh Walker disarankan agar hipotesis, kerja awal itu dilanjutkan dengan kajian kualitatif aspek fonologis dan gramatikal untuk membuktikan hipotesis yang dicapai_ melalui pendekatan kuantitatif itu (1975:12) Kajian dari segi linguistik deskriptif telah banyak dilakukan oleh sarjana Indonesia dan Barat. Namun penelitian —linguistik _struktural deskriptif yang telah dilakukan oleh para sarjana Indonesia dan Barat tersebut tidak banyak memberikan sumbangan tentang keragaman bahasa Lampung itu sendiri. Pembahasin yang _disajikan dalam makalah int mengenat retlekst proto-Austronesia terhadap _bahasa Lampung yang diangkat dani salah satu aspek hasil temuan dalam perelitian Geografl Dialek panasa Lampung ai Sumatera Bagian Selatan yang dilakukan oleh Sudirman AM.(2005), yakni uraian yang terbatas pada penibahasan kajian digktonis yang, menggunakan metode “top down”. 2. Tujuan Penulisan ‘Adapun —tujuan _ penulisan makalah ini untuk =mengungkapkan seberapa banyak refleksi proto- ‘Austronesia yang ditemukan pada bahhaca Lampung. Litera, Volume 4, Nomor 2, Jul 2005 3, Landasan Teori Secuai dengen —_bidang Linguistik Historis Komparatif, dalam aitannya dengan presedur rekonstruksi bahasaasal, salah satu dari matnde kamparatif yang hereifat kualitatif dapat dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah “top- down reconstruction” (Fernandez, 1996:29). Metode kualitatif dengan pendekatan dari atas ke bawah ini untuk mengamati hubungan dua peringkat yang berbeda, peringkat yang tertinggi proto-Austronesia (*PAN) dan peringkat yang lebih rendah bahasa Lampung yang dilaksanakan secara deduktif. Teknik ini pernah diterapkan Dempwolf (1938) dalam karangannya Austronesisches Worterver-teichnis, yakni penambahan sampel pada bahasa lain dalam memperoleh dukungan evidensi atas etimon “PAN yang rekonstruksi- nya mencerminkan teknik tersebut. B, Metode Penelitian Metode penelitian ini untuk menganalisis secara komparatif atau perbanding-an *PAN sebagai bahasa induknya dengan BL sebagai bahasa generasi_ turunannya yang di- Tekonstrukst dan atas ke bawan “top down reconstruction” untuk mengidenti- fikas! refleks proto-bahasa pada evidensi bahasa yang ada masa kini. Sebagaiaplikasi dari metode tersebut ditempuh langkah-langkah Derikut i. (1) Pen perangkat-perangkat kognat dari bahasa-bahasa yang diteliti, dilan- jutkan dengan penelusuran sejumlah peraughat hognat young penentuan protofonem tertentu yang dirckonstruksi, (2) Penctapan etimon protobahasa berdasar-kan _perangkat kognat yang ada, dilanjutkan dengan pengamatan korespondensi fonem dan mrcsunjang, penetapan formulasi sejumlah kaidah perubahan bunyi atau korespondensi fonem, dan (3) Penetapan daftar protofonem serta formulasi kaidah perubahan fonem, yang diikuti dengan penetapan etimon-etimon protobahasa dalam rekonstruksi leksikal (Kompilalsi dari Femandez, 1996:30). Selanjutnya dalam rekonstruksi dari atas ke bawah dapat ditemukan refleksi_ "PAN tethadap bahasa Lampung (BL) baik yang berupa unsur bunyi yang bertahan sebagai retensi, maupun unsur bunyi yang mengalami Pembaharuan sebagai inovasi. Dalam teknik pelaksanaannya data BL dlakronis dianalisis secara kualitatif dengan metode padan dengan teknik dasar teknik pilaf unsur penentu disertai teknik —hubung banding mmembedalun dan teknik hubung banding menyamakin dimanfaat-kan sebagai teknik lanjutannya (Mahsun1995:135) Adapun data BL diakronis diana-lisis dengan metode top down untuk mengamati dan mendeskripsikan refleks Prote- Austionesia tethadap dialek-dialek BL sebagai upaya untuk menguji _keterangan__beberapa pendapat, BL turunan dari Proto Auctronesia. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Refleksi *PAN Refleks prato-Austronesia pada BL yang dilakukan ini untuk mongidentifikact roflekei hahaes prirbs (proto-bahasa) pada BL dianalisis- Komparatif-kan dengan rekonstruksi dari atas ke bawah “top down reconstructinn’” Sesuai dengan tujuan penulisan ini untuk mengungkapkan seberapa banyak refleksi *PAN terhadap evidensi BL yang dicerminkan oleh bentuk relik dan _inovasi-nya 223 Selanjutnya, perubahan yang bersifat diakronis dikaitkan dengan penielasan- penjelasan aspek fonologi, morfologi, dan leksikal. Dalam analisis aspek- aspek itu, tinjauan tehadap fonologis dan leksikon akan diuraikan lebih dominan dari pada aspek morfologis. Karena perbedaan aspek fonologis yang ditemukan dalam leksikon mem- perlihatkan sejumlah kaidah perubahan bunyi atau Korespondensi bunyi pada varian-varian BL. Selain itu, kores- pondensi bunyi juga memperlihatkan penanda varian sebagai dasar penanda varian antardialek. Berian yang di- perolch dalam leksikon itu dikumpul- kan dan diperbandingkan_mengenat perubahan elemen-elemen bahasa yang terjadi. Jangkauan rekonstruksi bahasa purba dalam dialektologi mengandung dua hal yang sangat prinsipil (1) rekonstruksi bahasa purba dalam dialektologiperlu dilakukan, Karena hhubungan antara (sub)dialek dengan bahasainduk yang menurun-kannya dapat ditelusud mengenei (oub)dialck yang inovatif, dan konservatif; dan (2) baik dalam dialektologi maupun linguistik historis komparatif dilakukan rokonetruksi bahaca purba (Mshoun, 1992). Perbandingan ‘PAN dengan evidensi BL secara deduktif berikut ini diuraikan dengan meninjan aspek fonologis yaitu fonem-fonem secara diakronis Baik pada fonem konsonan fonem vokal, maupun pada fonem afiks BL sebagai berikut. a. Refleksi ‘PAN Pada Fonem Konsonan Bahasa Lampung Dalam uraian ini dikemukakan analisis konsonan sesuai dengan urutan data sinkronis yang terdapat dalam BL yang ada relevansinya dengan *PAN. Refleksi Proto-Austronesia pada Bahasa Lampung 224 1) Untuk korespondensi_ [R/X] = [2] 7 posisi_awal setelah jeda BL direalisasikan dalam leksikon dan *PAN yang merefleksiken bahasa turunannya sebagai berikut. SPAN Reflesi pada BL ios Bt Kawa “ox! 2orwou, Quwou,Bewo ‘dua’ Zola huRun,huXun,huwan “an sabus’ Run uxun, Ouwun “han poe berdasarkan —_kognainya data tersebut, dijumpai korespondensi fonem konsonan *d > R, X, 0; dan *Z>h,@ / pada posisi awal setelah jeda sebagai refleks penurunan yang bersifat inovas. 2) Korespondensi bunyi fonem [Rl (ow) /- postst antarvokal BL direalisasikan dalam leksikon dan PAN yang merefleksikan bahasa turunannya berikut ini SPAN Reflekei pads BL Coe at ‘dip huRi?, MUX, huwi?——“hidup! studuy tuRUy,tuXUy,tuwUy —“tidur kognat data tersebut memperlihatkan korespondensi bunyi fonem *d > R, X, w / pada posisi antarvokal sebagai refleks penurunan yang bersifat inovasi. 3) Korespondensi bunyi _fonem homorgan dengan geminasi ( {nt [td ) /. posisi antarvokal BL direalisasikan dalam leksikon dan *PAN yang merefleksikan bahasa unig UntOR, Canon bioR, batoR berdasarkan kognat data di atas, dijumpai korespondensi *nt > nt, dan tt: diperlihatkan oleh evidensi di atas, bahwa ‘nt > nt sebagai retensi, dan *nt > tt sebagai inovasi. ‘bets 4) Korespondensi bunyi —_fonem homorgan dengan fonem geminasi (Io) = [kk] ) / posisi antarvokal BL Liters, Volume 4, Nomor 2, Juli 2005 5) 9 direalisasikan dalam leksikon dan "PAN yang merefleksikan bahasa turunannya berikut ini SPAN» Reflesi pada BL ios o1 stoke _tupk fh ang berdasarkan kognat data tersebut dijumpai Loreopondonei *pk > 9k, kk; telah diperlihatkan oleh evidensi di atas, bahwa "9k > ok sebagai retensi, dan "yk > kk sebagai inovasi. Korespondensi bunyi fonem [X] = IR] / posisi akhir sebelum jeda BL direalisasikan dalam leksikon dan *PAN yang merefleksikan bahasa turunannya berikut ini. SPAN Refleksi pada BL sqaweR awok JawoK, wouK ‘aur kawox ‘aur ognat data tersebut telah dijumpai korespondensi unsur bunyi*R > R, X; telah diperlihatkan oleh evidensi di atas, bahwa *R > R sebagai retensi, dan *R > X sebagai inovasi. Refleks *R > R, X _merupakan refleks yang mengalami pengem- bangan (split) yang dapat digambarkan sebagai berikut z R << x en {1 / posisi akhir sebelum jeda BL yang direal-sasikan dalam leksikon dan "PAN yang merefleksikan bahasaturunannye sepert bent Glos Bt SPAN. Refleksipads BL Glos BI indy ‘it berdasarkan kognat data itt telah dijumpaikorespondensiunsur bunyi *? 2 2, y, telah diperlihatken oleh evidensi di atas, bahwa *? > 7 sebagai retensi, dan *? > y sebagai inovasi. Refleks “7 > 2% y ‘merupakan refleks yang mengalami pongem-hangan (eplit) yang dapat digambarkan sebagai berikut ~y b. Refleksi “PAN Pada Fonem Vokal Bahasa Lampung Dalam uraian ini, urutan data sinkronis yang terdapat dalam bahasa Lampung ada relevansinya dengan “PAN. 1) Korespondensi bunyi fonem [o] = IO] / posisi awal setelah jeda BL, yang diroa-lieacilan dalam lobeilon dan “PAN yang merefleksikan bbahasa turunannya berikut ini SPAN Refleksi pada BL os Bt “en of, R0, nou ‘pa dilihat dari Kognat data itu telah dijumpai korespondensi *e > 0, O / posisi awal setelah jeda sebagat refleks penurunan yang bersifat inovasi. 2) Korespondensi bunyi fonem [i] = Wel / posist awal setelan jeda DL yang direalisasikan dalam leksikon dan “PAN yang merefleksikan bahasa turunannya ‘ikst ko, ha ko? “iat berdasarkan kognat data itu dijumpai korespondensi *i > i, € / posisi awal setelah jeda. Fvidensi tersebut memperlihatkan ‘i > i, cohagai rotonci, dan ti > © cohagai inovasi. Refleks *i > i, e merupakan refleks yang _——_-mengalami pengembangan (split) yang. dapat igambarkan sebagai herikut _— —. 25 3) Korespondensi bunyi fonem [al = [on] / posit penultima tertutup BL yang direalisasikan dalam leksikon dan °PAN yang merefleksikan bahasa turunannya berikut ini. *PAN Refleksi pada Bl. Glos BI onbaq embay, ambay, umbay ‘nenek’ berdasarkan kognat data di atas ijumpai korespondensi *e > 9, a, u_/ posisi_penultima tertutup. Evidensi tersebut memperlihatkan, bahwa "e > 0 sebagai retensi, dan *e > a, u sebagai inovasi. Refleks "9 > 2, a, u merupakan refleks yang mengalami pengembangan (plit)_yang dapat digambarkan sebagai berikut au 4) Korespondensi bunyi fonem {al [o,oueuE] / posisi ultima terbuka BL yang direalisasikan dalam leksikon dan *PAN yang merefleksikan bahasa turunannya berikut ini, "PAN Refleksi pada BL ‘ramah sia stm, sou berdasarkan kognat data di atas dijumpai_korespondensi * aooueu.E / pada posisi ultima (erbuka. | Evidensi —tersebut memperlihatkan bahwa *a > a sebagai retensi, dan *a > o,ou,cuE sebagai inovasi. Refleks *a > 2,0,0%ewE merupakon refleko yang mengalami pengembangan (eplit) yang dapat digambarkan sebagai berikut ssa sey, SWE Refleksi Proto-Austronesia pada Bahasa Lampung 26 ‘a ou 8) Korespondensi bunyi fonem [a] = foou.E] / posisi ultima terbuka BL yang direalisasikan dalam leksikon dan “PAN yang merefleksikan bbahasa turunannya SPAN Refleksi pada BL Glos Bt ‘aya buha,buho,butou, bukE ‘buaya’ siima ima, timo, lineu, ian. Time ‘dada dada, dado, dadou, dadE ‘dads’ ‘mata mata, mato,matou, matE ‘mata’ berdasarkan kognat’ data tersebut dijumpai Korespondensi ‘a > a, 0, ou, E / pada posisi ultima terbuka Evidensi itu memperlihatkan bahwa "a >a sebagai retensi, dan ‘a > 0, ou, E sebagai inovasi Refleks *a > a,0,0u,E merupakan refleks yang _——_-mengalami pengembangan (split) yang dapat digambarkan berikut ini a 0 “a ou & 6) Korespondensi bunyi fonem [u] = loueul / posist ultima terbuka BL yang direalisasikan dalam leksikon dan’ "PAN yang merefleksikan bahasa turunannnya berikut ini. ecient pe iso fu, abou, adeu bu" dagu,dagou dagen dag’ fob iow, halea “hepa in eat tas pak? berdasarkan kognat data di atas dijumpai korespondensi *u > u, ou, eu / pada posisi ultima terbuka. _Evidensi —_tersebut memperlihatkan, bahwa *u > u Titers, Volume 4, Nomor 2, Juli 2005 8) sebagai retensi, dan *u > ov, ew sebagai inovasi. Refleks "u > u, ou, eu merupakan refleks yang mengalami perengkahan (split) yang dapat digambarkan berikut ini, _ <—* Korespondenst bunyi fonem [u] [U,oujua] / posist ultima tertutup BL yang direalisasikan dalam leksikon | dan "PAN yang merefieksihan Deltas turuntaiuiya berikut ini SPAN, Refleaipads BL Clos “balay balun,” Bull, ulouy, bulsan “aun berdasarkan kognat data tersebut dijumpai korespondensi *u > u, U, ou, ua / pada posist ultima fertutup. _Evidensi _tersebut memperlihatkan bahwa ‘u > u sebagai retensi, dan *u > U, ou, ua sebagal Inuvasl. Refleks “u > u, U, ou, ua merupakan refleks yang mengalami perengkahan (split) yang dapat digambarkan sebagai Lesihut. yu Ze vo ou ua Korespondensi bunyi fonem [i] lie ial / posisi ultima tertutup BL yang direali-sasikan dalam leksikon dan *PAN yang merefleksikan bbahasa turunannya sebagai berikut. SPAN Reflelsipada BL Glos BI “eupin copineupien.cupin—“tellngs berdasarkan kognat data itu, dijumpai korespondensi “i> i ie, ia J pada posisi ultima tertutup. Evidensi terscbut_memperlihathan *i>i sebagai retensi, dan ‘i> ie, ia sebagai inovasi. Refleks *i >i, ic, ia merupakan refleks yang mengalami perengkahan (eplit) yang dapat digambarkan seperti berikut. ©. Refleksi *PAN Pada Fonem Afiks Bahasa Lampung Dalam deskripsi_ berikut ini yang diperikan berups afike BL yang terdapat korespondensi fonemnya, yang direalisasikan dalam afiks (+ leksikon) dan *PAN yang menurunkan bahasa turamannya 1) _Afiks *ba- telah dijelaskan Adelaar (1992:163) berasal dari Melayu Kontemporer. Melayu kuno telah mempertahankan Melayu Polynesia *maR- (bahasa Melayu Purba sebagai *mAr-) dan dalam bentuk- bentuk lain dalam isolek melayik *m>b dibawah pengaruh *r yang mengikutinya. Karena sebagian Jeksem *mAr- diprefikskan pada leksem yang bersuku dua dan tidak pernah diberi tekan-an, maka Dentuk itu mungkin’ telah direalisasikan sebagai gugus Konsonan seperti halnya yang terjadi dalam Melayu Baku {bar-) dan sebagainya. Persoalan ini mungkin telah menimbulkan [b], mungkin melalui tahap tengahan ketika +m masih direalisasikan —tetapi_—_telah memperoleh epentesis +b, yaitu *mAr-> +m(A)r-> ¢mbAr- > 4bAr- > bar > ba- dan sebagainya. Perkembangan konsonan hambat 2) 207 epeniesis bahasa Iban dan BMPD Slunasale 2 (DMIN) — timburu, (bahasa Arab) jumlah > (BM Jakarta) jursbale, Dalam BL dijumpai (ba-l, yakni "be. > (BE-/be-/be-] = [bu] ‘iber yang menimbulkan korespondensi bunyi fonem vokal [E]/{el/Lal = {ul tanpa mengubah bentuk awal kata dasa yang dilekatinya, kognat prefiks itu dijumpai korespon-densi dalam leksikon sebagai berikut ini (bESiIE/ —_bosila/ basilal = (busila} (sedang)bersila’ {bEbuRu/ bobuRu(ou)/ babuRu(eu)) = (bubuRu(ou)}‘isedang)berburu’ {bEguway/ boguway/ baguwayl z (buguway} (sedang)bekerja’ Evidensi *ba- > (bE-/bo-/ba-] = {bu-] diperlihatkan oleh refleks "a>E, 0, a,u. Refleks ‘a>a sebagai retensi, dan *a > E, 2, u sebagai inovasi. Seperti yang telah dijelaskan oleh Adelaar (1992-154) bahwa dalam BM dijumpai prefiks ta-, dan te- < tor, ¢ far. Dalam BL dijumpai penurunan yang serupa, yakni prefiks *tAr-> *tor->1E-, tor, ta, tic ‘Afiks ini tidak hanya mengandung makna pasif tetapi juga aki Lehih lanjut dijelaskan oleh Adelaar, jika afiks it ditambahkan pada vetha intransitif dinamis — (misalnya tabuka, tobawa, tatidur) akan membentuk aktif intransitif, dan jika ditambahkan pada verha aktif akan membentuk verba aktif/pasif tergantung —pada_—_konteks pemunculannya. Variasi tE-, to-,ta- tie "a sebagai perimbangan *a yang merefleksikan a > 90> E> i. sehingga nampaklah refleks ‘a > a sebagai retensi, dan refleks ta > o> E> i sebagai inovasinya. 3) Oleh Adelaar (1992:159) dijelaskan, bahwa prefiks N- sebagai reduksi dari prefiks *meN- menjadi *N- Dalam BL prefiks N- dapat direalisasikan menjadi m- dan 1- dalam korespondensi afiks {mo- E+}, {ma-/mu-} = {me-], dan {na-| ={n2-1. Bila prefiks itu melekat pada bentuk —dasamnya menimbulkan makna ‘menjadi atau ‘meN-...’- mengikuti bentuk dasamya. Misalnya a) {ma-}={ mE-] yang direalisasikan dalam afiks(+leksikon) {malo(a)tup} ( mElo(o)tup J‘meletus’ {mealamon} 2 t mElamon | ‘membanyak’ itera, Volume 4 Nomor 2, Jul 2005 4) yang dircalicacikan dalam lekoikon {makelom) /{mukalom|= {mokolom|‘(menjadi) kelam’ {maliyom|/{muliyom} {meliyorn|/(menjadi) malu’ ©) Ina-) ={pe-) yang direalisasikan dalam lekcikon (vado(o)ail = {nedo(o)ni Vmendengae’ {paluhot) = {gsluhot}‘memesan’ Berdasarkan kognat tersebut telah dijumpai refleke penurunan *N > N >m->9- pada BL Ikhwalnya variasi sufiks {-kon} = o(n)/-Gon} BL, Adelaar (1992147) yang telah merekonstruksi sufiks {- ka, -ko) bahasa Seaway. <-kan BMPb <‘akAn, ‘-akan PAN; sufiks is telah mengalami kontraksi dari bentuk protonya. Begitu juga halnya (-kan} = {-ko(n)/-on} BL bila direkonstruksi akan nampak *- akan, takan > -kan > -kan > -ko(n) > -Bon. Semua sufiks itu melekat pada bentuk dasar berkategori verba, dapat menimbulkan fungsi dan makna imperatif benefaktif. Dan juga dapat menimbulkan korespondensi bunyi [a] = fo] / ada yang (tidak)di-ikuti_penghilangan fonem konsonan (awallakhir afiks. Prihal itu dapat dijumpai pada data afiks(+leksikon) berikut ini {tumpo?kan} : (tumpo?ko{n)/tumpo?@ony {tu mpahkan|’ (aku?ken} =. fakutko(n)/ aku?on} ——_“{ambilkan|’ (suwalkon} = —_[suwalko(n)/ suwalOon) —‘{sisirkan)’ 5) §) Jai, refleks "-akAn > *akan > -kan CPAN) 7 hott 7 hola) 7 Bon (BL) dijumpai korespondensi ‘a > 2 > 0. sebagai reflcks inovasi dari protonya Menganalogi pada cara kerjanya ‘Adelaar (1992:146) mengenai sufiks yang berupa Kliks bahasa Melayu, fio, -no, -o, -¢; maka dalam BL yang mirip dengan -no yaitu {- na/-ni] = [-nou). Hal itu, bila direkonstruksi dengan analogi yang sama, maka akan diperoleh uraian sebagai berikut. "fia > fin > ana > -nomt > -na>-ni, dari uraian ini dapat diketahui, hahwa refleks klitiks sufiks (nou) = {na} = [nif bila berkombinasi dengan bentuk dasar. di samping berfungsi sebagai akhiran, juga berfungsi sebagai pemarkah milik. Selain itu, hal tersebut dapat menimbulkan _korespondensi tefleks bunyi fonem ‘lal > [a/il = fou] yang direalisasikan dalam leksikon “timbalfia > {timbalna//timbalni}= _{timbalnou) ‘jawabannva’. Bunyi fonem fa] < "a merupakan retensi, sedangkan bunyi fonem [ou] dan [i] < ‘a merupakan bunyi fonem inovasi dari proto tersebut. Ikhwalnya afiks gabung yang diturunkan dari *pAN-D-an > po-D- an yang diba-has Adelaar (1992:184) dalam BM purba, ada dijelaskan bahwa_ yang banyak memainkan perubahan—inovasi. banyak diperankan oleh realisasi_prefiks paN-, terutama alomorinya. Jika divraikan rekonstruksinya seperti berikut ini, * pAN- > paN- > po- ” 29 Dalam BL dijumpai afiks gabung (pEy-D-an},{pa(o)y-D en}, dan (pun Dan}, bila prefiksnya direkonstruksi maka akan diperoleh uraian berikut ini * PAN > pod > pon > pay > pip: > pun. Dari rekonstruksi ini dijumpai y- sebagai realisasi dari "Ne > Ne, dan kognatnya memperlihatkan suats raian A >ta> a >a > E> u.Dariuraian telah diperlihatkan, bahwa evidensi *pAN-D-an (‘PAN) > (pF(an)y-D-anJBL; —— terutama prefiks *pAN- > paN- > pan > pan So pRy > poe yang ‘memperlihatkan refleks retensi "2 > ‘29 dan refleksi inovasi ta> a > E> u setelah *A direalisasikan menjadi Jika Adelaar (1992:178) menjelaskan. ‘ada pertalian historis antara *kA-D- an (PAN) > ko-D-an (bahasa Iban). Hal yang serupa ini terjadi pula tethadap BL, “kA-Dean (PAN) > {kF(2.a)-D-an} (BL). Hal ini menjelaskan bahwa ada refleks “A > ta > a> a>F pada prefiksnya setelah *A menjadi “a sebagai perimbangan dengan a > 2 > E. Refleks *kA-D-an (*PAN) > (KE(2.a)-D-an}(BL) yang direalisasikan afiks (leksikon) (KERabayan} (kaRahayan} /{kaRahayan} “{ketakutan)’ {kEhaloman} {kohaloman}/{kahaloman| ‘Ukehitamany! {kEsaki?an] {tkesaki?anl/ {kasaki7an} ‘{kesakitan|’ Berdasarkan kognat data di_atas dijumpairefleks ‘a> a> 0>E; ‘a dalam Refleksi Proto-Austronesia pada Bahasa Lampung 230 > a sebagai refleks retensi, dan "a> > E sebagai refleks inovasinya 2 Daerah Sebaran Refleksi *PAN Sebagai Unsur Relik dan Inovasi Berdasarkan deskripsi diakronis fonem-fonem BL di atas, yang direkapitu-lasikan dari deskripsi fonem konsonan, deskripsi fonem vokal, dan a. Daerah Sebaran Refleksi Fonem Konsonan *PAN sebagai Unsur Relik dan Inovasi pada Bahasa Lampung, Daerah sebaran unsur relik dan inovasi_fonem konsonan BL yang diperikan ini merupakan refleksi *PAN tethadap BL yang diperlihatkan oleh deskripsi fonem pada afiks BL yang korespondensi unsur bunyi pada merupakan refleksi proto “PAN yang _ kognat leksikon sebagai berikut. Tabel 1: Daerah Sebaran Unsur Relik dan Inovasi Fonem Konsonan BL No.*PAN |_Unsur Bunyi Yang Direfelsikan | DecrahSebarandi Titik | Keterangan Relik Tnovast Pengamatan 1 dua - Ruwa(®), Xuwa | 1817.18,2325,26, “ERX - Bluwou, Gewo | 19.22242730 2. “Zuiay : huROowyun [135921172328 ‘>No OuncXwyun [34914182122 282730 3. *hudip maki, taRay | 41623280 pa>RXw 14507 nuit, twxay —f1'3,t0,14 awl? aor 4 mein | inten - ragnare7e tnt at bicontoR 124141627 30 « 5. etapa | ranks : 12133,152829 ako ok tubes hk 6.*qaweR | kawotoouR : oR>R kawox x 7.indu | yojndu? 258,10,11330 aot ea Indy ja9.12 berada di daerah sebaran BL di b. Daerah Sebaran Refleksi Fonem Sumbagsel. Daerah sebaran diakronis, baik yang berupa refleks unsur bunyi retensi, maupun yang berupa unsur bunyi inovasi; daerah sebarannya dapat diketahui di daerah titik pengamatan berikut ini (lihat Peta Dasar dan Daerah Titik Pengamatan BL terlampir). lume 4, Nomor 2, Juli 2008 Vokal “PAN sebagai Unsur Relik dan Inovasi pada Bahasa Lampung Daerah sebaran unsur relik dan inovasi_fonem vokal BL yang direfleksikan oleh *PAN dapat dilihat pada kognat unsur bunyi yang berkorespondensi pada tabel sebagai berilaut 231 berada di daerah sebaran, terutama wou bunyi yang berkorespondensi Tabel 2: Daerah Sebaran Unsur Relik dan Inovasi Fonem Vokal BL No.*PAN | Unsur Bunyi Yang Direfleisiton | Daerah Sebarandi__Titk | Keterangan Relik Tnovasi Pengamatan 1 tenw = | ai 13 tro Phow, Ao | 25.27,90 2 ribet | o(oyr : na4629 nis exo? 15,20 e . 618,212428:30 ambay 1,123.23 mba) 513-16 Arama, : 45122829 aoa sia 130 e 1922282720 ou uweu,siwen | 30 a nuwe, SWE [13 E bua lina : 45122829 saa uno, timo 1830 ° Dbuhowlimou | 92224-2730 ou une, in 13 E ftabm | abn. dagu : 1923262829 sua sdagu abou,dagow | 18-27,30 ou abew dagen | 19-2224-27,0 ew | 7.buluy | buluy : 146 suey bulUn 17,23,2620 U Dulouy a ou bbulawy 3 au 8 teupi | cupin 118,2023,262890 nod cupien 1921242425 ie ccupian 2 is Daerah Sebaran Refleksi Fonem Afiks *PAN sebagai Unsur Relik dian Inovasi pada Bahasa Lampung Daerah sebaran unsur relik dan inovasi fonem pada afiks BL sangat terbatas, yang disajikan berikut ini, refleks proto *PAN terhadap BL. yang Ret pada afiks seperti yang tertera pada tabel berikut. D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan. Berdasarkan tinjauan diakronis dengan cara deduktif pada utaian terdahulu banyak ditemukan unsur- fieksi Proto-Austronesia pada Bahasa Lampung 232. Tabel 3: Daerah Sebaran Unsur Relik dan Inovasi Fonem pada Afiks BL — Unsur Bunyi Vang Dindiesikan Daerah Sebaran dt No*PAN Tak avast Tuk Pengamatan_|eteengen tor> [tba 7 hed we a tout 430 5 bot 130 E} 43 E (ey ° Fe} a tet +30 : tt 10:12,30 i 61 13 Ed ; im) 130 Nom ‘61 » - (on) 30 tao ee ¥351029 S on) 1617 nal 172829 tora tal 1172828 i oul fred ou {per he we ‘pant 4-30 : ‘pun} 1046 “ Fo) 13 z tea | a ° Po nats = ho} 49,3530 2 ey 13 y tunsur retensi dan inovasi fonem-fonem bahasa Lampung yang merupakan refleks *PAN, fonem-fonem itu. masih dijumpai dalam bahasa Lampung. Sebagai contoh, misalnya a. "2 > a sebagai retensi, dan *s > a, u sebagai inovasi. Refleks *2 > 2, a, merupakan refleks yang mengalami pengembangan (split); b. ‘tu > u sebagai retensi, dan *u > U, ou, ua sebagai inovasi. Refleks *u > u, U, ou, ua merupakan refleks yang mengalami perengkahan (split). cc Kemudian dijumpai pula refleksi *PAN yang merefleksikan fonem konsonan homorgan dan geminasi, Litera, Volume 4, Nomor 2, Juli 2005 sehingga dijumpai ‘nt > nt sebazai retensi, *nt > tt sebagai inovasi; begitu pula *gk > nk sebagai retensi, dan ‘yk > kk sebagai inovasi. Refleks fonem konsonan homorgan dan geminasimerupakan refleks yang, mengalami pengembangan (3 |. Selain itu, ditemukan pula *R > R sebagai retensi, dan *R > X sebagai inovasi. Refleks *R > R, X merupakan relleks yang mengalami pengembangan atau perengkahan (spi. 2, Saran Subetansi analicic yang dilakukan dalam kajian ini belum dijelaskan —secara_—_komprehensif mengenai perubahan (= pergeseran) hunyi “cound change” coperti yang terjadi pada perengkahan unsur bunyi “split”, karena memerlukan pemerian yang cermat dan seksama dalam jumlah halaman yang _memadai. Sebagai saran lebih lanjut dapat Giperikan ihwalnya pergeseran bunyi “sound change” seperti yang. tertera pada simpulan di atas dalam suatu kajian khusus. Kajian yang dilakukan dalam makalah ini terbatas pada analisis Komparatif yang dilakukan dalam bentuk rekonstruksi dari atas ke bawah “top down reconstruc-tion”. Seterusnya disarankan, agar kajian tersebut dapat disiasati dari sisi yang lain, seperti rekonstruksi dari bawah ke atas “bottom: up reconstruction”. Selain itu, kajian refleks "PAN tethadap BL ini secara geografis hanya terbatas pada wilayah geogralis GL yang ada di Sumbagsel. Sebagai lanjutannya dapat dilakukan penelitian lanjutan di wilayah sebaran BL yang lain, seperti BL yang ada di ikoneng Jawa Barat, Karena BL yang ada di Cikoneng Jawa Barat masih ‘mempunyai pertalian historis dengan BL yang ada di Sumbagsel Daftar Pustehe Adelaar, K.A. 1992. Proto Malayic: The Reconstruction of Ils and Parts of Its Lexicon and Morphology. Australie: Pacific Linguistics Series C-119, Dempwolf, Otto. 1934-1938. Vergleichende Lautlehre des Austronesischen Wortschatzes, Refieksi 233 Zeitschrift fir Eingeborenen- Sprachon Beihefte 15, 17, 19, Berlin: Dietrich Reimer. Dyen, Isodore. 1965. A Lexicostatistical Chasification ofthe Austronesian Language. Bloomington, Indiana: Indiana University. Femandez. 1995. “Pengelompokan Mikro dan Makro dalam Kajian Linguistik Austronesia secara Diakronis” dalam = Jurnal Humaniora, Nomor 1 1975, ‘Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM. Fernandez. 1996. Relasi__Historis Kekerabatan Bahasa Flores: KajianLinguistik _ Historis Komp2-ratif Tethadap Sembilan bahasa di Flores. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah. Nothofer, 8. 19¥6. “Lialek Kampung ‘Ayer Dalam —Perbandingan Dengan Dialek/ Bahasa Austronesia Barat Yang Lain”, Makalah untuk Simpostum Kampung Ayer di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Jerman: Universitas Frankfurt Mahsun, 192, “Rekonstruksi Bahasa Purba Dalam = Kejiann Dialektologi’. Mataram: FKIP Universitas Mataram. Mahoun, 1995. Dialektologi Diakronio. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sudirman AM. 2005. “Geografi Dialek Bahasa Lampung di Wilayah “Austronesia pada Bahasa Lampung Sumatera Bagian Selatan’. Indonesian and Languages in Yogyakarta: Disertasi PPS Indonesia Part [, Jaltarta: Badan Universitas Gadjah Mada. Penyelenggara Seri NUSA. Tuuk, H.Nwvan der. 1872. “t_ Wurm, S.A,, Wilson, B. 1986. English Lampongech on aijne Findorlist of Roconetructions in tongvallen’. Tijdscheift in ‘Austronesian Languages (Post- Indicche Taal, Tand- En Brandstetter) ‘Australia Vokkenkunde Deel 18. Batavia: Departement of Linguistics W Bruining & Co's Hage, M. Research School of Pacific Nijhoff, Studies The Australian National University. Walker, Dale, F. 1975. “A Lexical Study of Lampung Dialects” dalam Verhaar = JWM (ed) Miscellaneus Studies in Litera, Volume 4, Nomor 2, Juli 2005

Anda mungkin juga menyukai