Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TERSTRUKTUR 3

ASKEP PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN ARV


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Keperawatan HIV AIDS
Dosen Pengampu : Ns. Ernawati, S.Kp., M.Kes

Disusun oleh :
Rizka Indah Puspitasari
NIM : G2A219011

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
1. Jenis dan kelompok obat ARV
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut analog
nukleosida. Obat golongan ini menghambat perubahan bahan genetik HIV
dari bentuk RNA menjadi bentuk DNA yang dibutuhkan dalam langkah
berikut. Obat dalam golongan ini yang disetujui di AS dan masih dibuat
adalah:
1) 3TC (lamivudin)
2) Abacavir (ABC)
3) AZT (ZDV, zidovudin)
4) d4T (stavudin)
5) ddI (didanosin)
6) Emtrisitabin (FTC)
7) Tenofovir (TDF; analog nukleotida)
b. Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NNRTI menghambat
langkah yang sama dalam siklus hidup HIV, tetapi dengan cara lain. Lima
NNRTI disetujui di AS:
1) Delavirdin (DLV)
2) Efavirenz (EFV)
3) Etravirin (ETV)
4) Nevirapin (NVP)
5) Rilpivirin (RPV)
c. Protease inhibitor (PI) menghambat langkah kesepuluh, dengan bahan
virus baru dipotong sesuai untuk membuat virus baru. Sembilan PI
disetujui dan masih dibuat di AS:
1) Atazanavir (ATV)
2) Darunavir (DRV)
3) Fosamprenavir (FPV)
4) Indinavir (IDV)
5) Lopinavir (LPV)
6) Nelfinavir (NFV)
7) Ritonavir (RTV)
8) Saquinavir (SQV)
9) Tipranavir (TPV)
d. Entry inhibitor mencegah pengikatan dan pemasukan HIV pada sel
dengan menghambat langkah kedua dari siklus hidupnya. Dua obat
golongan ini sudah disetujui di AS:
1) Enfuvirtid (T-20)
2) Maraviroc (MVC)
e. Integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah pemaduan kode
genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah kelima
dari siklus hidupnya. Sudah tersedia tiga obat INI:
1) Dolutegravir (DTG)
2) Elvitegravir (EGV)
3) Raltegravir (RGV)

Namun elvitegravir hanya disetujui sebagai kandungan dalam Stribild, pil


kombinasi dengan cobicistat, emtricitabine dan tenofovir.

Kelompok obat ARV

a. Terapi ARV lini pertama pada orang dewasa

1) Paduan pilihan TDF + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDT

2) Paduan alternatif

AZT + 3TC + NVP

AZT + 3TC + EFV

TDF + 3TC (atau FTC) + NVP

AZT + 3TC + EFV

TDF + 3TC (atau FTC) + EFV

(Belum direkomendasikan pada pengguna rifampisin dan ibu hamil)

b. Lini kedua pada orang dewasa


Populasi Target Lini kedua pilihan
Dewasa dan remaja (≥ jika AZT digunakan sebagai lini pertama TDF
10 tahun) + 3TC (atau FTC) + LPV/r

Jika TDF digunakan sebagai ini pertama ARV

AZT + 3TC + LPV/r


HIV dan koinfeksi TB jika AZT digunakan sebagai lini pertama TDF
+ 3TC (atau FTC) + LPV/r dosis gandaa

Jika TDF digunakan sebagai lini pertama ARV

AZT + 3TC + LPV/r dosis gandaa


HIV dan koinfeksi AZT + TDF + 3TC (atau FTC) + LPV/r
VHB

c. ARV lini ketiga

ARV Lini 1 ARV Lini 2 ARV Lini 3


Remaja dan 2 NRTI+ 2 NRTI+ LPV/r DRV/r+DTG±1-2
Dewasa EFV(atau NVP) NRTI
2 NRTI+ LPV/r 2NRTI+ EFV
Anak (0-10th) 2 NRTI+ 2 NRTI+ LPV/r
EFV(atau NVP)

2. Adherence penting karena ARV berfungsi untuk memaksimalkan serta


penekanan yang lama terhadap replikasi virus, mengurangi kerusakan sel-sel
CD4, pencegahan resistensi virus, peningkatan kembali kekebalan tubuh, dan
memperlambat perkembangan penyakit
3. Masalah adherence pasien
a. Efek samping obat
b. Perasaan jenuh terhadap pengobatan
c. Pengetahuan mengenai penyakit dan pengobatan yang kurang
d. Kurangnya dukungan dari keluarga dan akibat stigma masyarakat
4. Metode menjaga kepatuhan minum obat adalah
Ada 3 langkah untuk meningkatkan kepatuhan, antara lain :
a. Memberikan informasi secara tepat
b. Konseling perorangan
c. Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat rencana terapi
1) Membuat mekanisme (perjanjian berkala) untuk mengingatkan pasien
kembali berkunjung dan mengambil obat secara teratur
2) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan
pasien
3) Monitoring pengobatan berkala dan menunjuk DOT
5. Indicator adherence/ kepatuhan minum obat
a. Risiko infeksi oportunistik menurun
b. Tingkat viral load menurun dan CD4 meningkat
c. Berkunjung dan mengambil obat secara teratur
6. Data pengkajian yang harus didapatkan lagi oleh perawat berdasarkan
scenario tersebut adalah
a. Identitas pasien
b. Vital sign pasien (TD, S, N, HR, RR, SpO2)
c. Pengkajian nyeri (PQRST)
d. Sudah berapa lama keluhan efek samping obat yang dirasa
e. Pengkajian tingkat pengetahuan pasien mengenai pengobatan (efek
samping obat, manfaat dan kerugian mengkonsumsi obat)
f. Pemeriksaan penunjang (Ro Thorax, viral load, CD4)
7. Diagnose keperawatan yang dapat muncul berdasarkan scenario kasus adalah
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan nausea
e. Ketidakpatuhan berhubungan dengan eferk samping pengobatan
8. Rencana tindakan keperawatan yang harus segera dilakukan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1) SLKI :
Termoregulasi
a) Suhu tubuh menurun
b) Tidak ada menggigil
2) SIKI :
Manajemen hipertermia dan regulasi temperature
a) Monitor suhu tubuh
b) Monitor urine dan kadar elektrolit
c) Berikan cairan oral
d) Longgarkan atau lepaskan pakaian
e) Lakukan pendinginan eksternal
f) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, antipiretik
jika perlu
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
1) SLKI :
Tingkat nyeri
a) Keluhan nyeri menurun
b) Anoreksia, mual, muntah menurun
c) Vital sign dalam batas normal
2) SIKI
Manajemen nyeri
a) Identifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Indentifikasi skala nyeri
c) Indentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
d) Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
e) Control lingkungan
f) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
g) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
c. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
1) SLKI :
Tingkat nausea :
a) Keluhan mual menurun
b) Perasaan ingin muntah berkurang
c) Nafsu makan meningkat
2) SIKI :
Manajemen mual
a) Identifikasi pengalaman mual
b) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
c) Identifikasi factor penyebab mual
d) Monitor mual dan asupan nutrisi
e) Kurangi atau hilangkan penyebab mual
f) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
g) Kolaborasi pemberian antiemetik
d. Deficit nutrisi berhubungan dengan nausea
1) SLKI :
Status nutrisi
a) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b) Nafsu makan meningkat
2) SIKI :
Manajemen nutrisi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Monitor asupan makana, BB dan pemeriksaan laborat
d) Sajikan makanan secara menarik dan sesuai
e) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
f) Kolaborasi dengan ahli gizi
e. Ketidakpatuhan berhubungan dengan eferk samping pengobatan
1) SLKI :
Tingkat kepatuhan :
a) Verbalisasi kemauan memenuhi program perawatan atau
pengobatan
b) Verbalisasi mengikuti anjuran
c) Risiko komplikasi kesehatan menurun
d) Perilaku mengikuti program pengobatan emmbaik
e) Tanda dan gejala penyakit membaik
2) SIKI :
Dukungan kepatuhan program pengobatan dan tanggung jawab pada
diri sendiri
a) Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan terbaik
b) Buat komitmen menjalani program dengan baik
c) Diskusikan hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan
d) Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani
e) Informasikan program pengobatan yang harus dijalani dan
manfaatnya
Referensi :

Aji, H. (2012). Kepatuhan Pasien HIV Dan AIDS Terhadap Terapi Antiretroviral
Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 5 (1),
58-67. https://doi.org/10.14710/jpki.5.1.58-67
Retrieved from http://www.ichrc.org/821-obat-antiretroviral
Retrieved from https://aidsinfo.nih.gov/: https://aidsinfo.nih.gov/guidelines/brief-
html/2/pediatric-arv/83/adherence-to-antiretroviral-therapy-in-children-
and-adolescents-living-with-hiv
Menteri Kesehatan Indonesia. (2019). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA HIV. Jakarta.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Kementrian Kesehatan RI. (2012). Retrieved from Pedoman Nasional Tatalaksana
Klinis Infeksi HIV dan: http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah-
Pedoman_Nasional_ART_2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai