Nim : 170502045
-Masalah-Masalah Ekonomi
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2020 sebanyak 138,22 juta orang, naik 2,36 juta
orang dibanding Agustus 2019. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,24 persen poin.Tingkat pengangguran
terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar 7,07 persen, meningkat 1,84 persen poin dibandingkan
dengan Agustus 2019.Penduduk yang bekerja sebanyak 128,45 juta orang, turun sebanyak 0,31
juta orang dari Agustus 2019. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase
terbesar adalah Sektor Pertanian (2,23 persen poin). Sementara sektor yang mengalami
penurunan terbesar yaitu Sektor Industri Pengolahan (1,30 persen poin).
Sebanyak 77,68 juta orang (60,47 persen) bekerja pada kegiatan informal, naik 4,59
persen poin dibanding Agustus 2019.Dalam setahun terakhir, persentase pekerja setengah
penganggur dan persentase pekerja paruh waktu naik masing-masing sebesar 3,77 persen poin
dan 3,42 persen poin. Terdapat 29,12 juta orang (14,28 persen) penduduk usia kerja yang
terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan
Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena
Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja
karena Covid-19 (24,03 juta orang).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2020 dilaporkan Badan Pusat
Statistik (BPS) minus 5,32 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan prediksi pemerintah
dan Bank Indonesia. Sebelumnya, pemerintah dan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi
minus 4,3 persen hingga minus 4,8 persen. Pertumbuhan ekonomi RI minus 5,32 persen adalah
menurunnya pendapatan secara signifikan. Selain itu, ia mengatakan, tidak menutup
kemungkinan akan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal atau dirumahkan tanpa
digaji dan diberi tunjangan.
Persentase penduduk miskin pada September 2020 sebesar 10,19 persen, meningkat 0,41
persen poin terhadap Maret 2020 dan meningkat 0,97 persen poin terhadap September 2019.
Jumlah penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta
orang terhadap Maret 2020 dan meningkat 2,76 juta orang terhadap September 2019. Persentase
penduduk miskin perkotaan pada Maret 2020 sebesar 7,38 persen, naik menjadi 7,88 persen pada
September 2020. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2020 sebesar
12,82 persen, naik menjadi 13,20 persen pada September 2020.
Dibanding Maret 2020, jumlah penduduk miskin September 2020 perkotaan naik
sebanyak 876,5 ribu orang (dari 11,16 juta orang pada Maret 2020 menjadi 12,04 juta orang pada
September 2020). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan
naik sebanyak 249,1 ribu orang (dari 15,26 juta orang pada Maret 2020 menjadi 15,51 juta orang
pada September 2020). Garis Kemiskinan pada September 2020 tercatat sebesar
Rp458.947,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp339.004,-
(73,87 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp119.943,- (26,13 persen). Pada
September 2020, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,83 orang anggota
rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara
rata-rata adalah sebesar Rp2.216.714,-/rumah tangga miskin/bulan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada
Februari 2021 sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya
sebesar 0,26% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan inflasi kelompok inti dan
deflasi kelompok volatile food, di tengah kenaikan inflasi kelompok administered prices. Secara
tahunan, inflasi IHK Februari 2021 tercatat 1,38% (yoy), menurun dari inflasi bulan lalu sebesar
1,55% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan
memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah,
guna mengendalikan inflasi 2021 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0%±1%.
Inflasi inti Februari 2021 tercatat 0,11% (mtm), menurun dari inflasi bulan Januari 2021
sebesar 0,14% (mtm). Penurunan inflasi inti tersebut didorong oleh penurunan inflasi komoditas
emas perhiasan, seiring perlambatan inflasi emas global yang berlanjut. Secara tahunan, inflasi
inti tercatat tetap rendah sebesar 1,53% (yoy), sedikit melambat dari inflasi Januari 2021 sebesar
1,56% (yoy). Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik
yang belum kuat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia
dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Dunia Ketiga" muncul pada masa Perang Dingin untuk menyebut negara-negara yang
tidak memihak dengan NATO atau Blok Komunis. Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Korea
Selatan, Eropa Barat dan sekutunya mewakili Dunia Pertama, sedangkan Uni Soviet, Tiongkok,
Kuba, dan sekutunya mewakili Dunia Kedua. Istilah ini memungkinkan negara-negara di dunia
dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan politik dan ekonominya. Sejak jatuhnya Uni Soviet
dan akhir Perang Dingin, istilah Dunia Ketiga semakin jarang digunakan. Dunia Ketiga
digantikan oleh negara berkembang, negara terbelakang, atau Selatan Global. Konsepnya sendiri
kedaluwarsa karena sudah tidak mencerminkan situasi politik atau ekonomi dunia saat ini.
PBB
tujuan didirikannya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Walaupun
motif dan tujuan dasar didirikannya PBB tersebut, utamanya, adalah menciptakan perdamaian
dan keamanan dunia, namun organisasi dunia tersebut juga merumuskan tujuan untuk
memajukan dan meningkatkan pembangunan sosial dan standar hidup serta kebebasan yang
lebih luas.
1. Berpendapatan rendah < US$ 785. 2. Berpendapatan menengah US$ 786 – 3.125.
3. Berpendapatan menengah tinggi US$ 3.126 – 9.655. 4. Berpendapatan tinggi US$ > 9.656.
Channel Islands (Inggris
- 66.230 2007
Raya)