Anda di halaman 1dari 27

BPJS Kesehatan

1. Alur Pendaftaran
Alur pendafataran bpjs terdiri dari 2 jenis, yaitu prosedur online dan konvensional. Sebelum
mendaftar BPJS ada dokumen yang harus di siapkan:
a) Formulir daftar isian peserta (DIP) yang disediakan oleh kantor BPJS kesehatan seluruh indonesia
b) Fotokopi KK
c) Fotokopi KTP/ PASPOR
d) Fotokopi buku tabungan dari penanggung iuran yang tercantum di KK
e) PAS FOTO brwarna ukuran 3x4
f) Surat NPWP
syarat dan ketentuan yang perlu diperhatikan dalam mendaftar BPJS adalah sebagai berikut:  1.
Mendaftarkan diri dan semua anggota keluarga yang terdaftar di kartu keluarga menjadi peserta BPJS
Kesehatan. 2. Melaporkan kehilangan dan kerusakan identitas ( kartu peserta ) peserta yang
diterbitkan oleh BPJS Kesehatan. 3. Menyetujui melakukan pencetakan kartu BPJS elektronik sebagai
identitas peserta. 4. Melapor Perubahan susunan anggota keluarga di Kantor Cabang BPJS Kesehatan
terdekat. 5. Menyetujui membayar iuran pertama paling cepat 14 (empat belas) hari kalender dan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah menerima virtual account untuk mendapatkan hak
dan manfaat jaminan kesehatan

Alur pendaftaran BPJS secara langsung dapat disimak sebagai berikut: 1. Calon peserta yang BPJS
Kesehatan harus menyiapkan berkas-berkas yang sudah ditentukan dan menyediakan uang iuran
bulan pertama sesuai dengan pilihan calon peserta.  2. Setelah sudah menyiapkan berkas, datanglah
ke kantor BPJS Kesehatan setempat. Calon peserta segera mendapat formulir BPJS Kesehatan yang
sesuai. Isi formulir BPJS berdasarkan data yang ada. Pastikan semua isian yang dituliskan benar
sebelum memulai pendaftaran. 4. Setelah selesai, segera serahkan formulir BPJS yang sudah dilampiri
berkas dan pasfoto kepada petugas. Mereka akan melakukan pengecekan lagi dan setelah semuanya
selesai, calon peserta  akan diberi virtual account.5. Virtual account akan digunakan untuk
pembayaran di bank yang telah melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, seperti Mandiri, BRI,
dan BNI. 6. Lakukan pembayaran sesuai kelas yang dipilih lalu simpan bukti pembayaran. Bukti
transfer ini digunakan untuk mencetak kartu JKN yang menandakan calon peserta sudah resmi
menjadi peserta BPJS Kesehatan.Calon peserta cukup membuka website yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan yakni www.bpjs-kesehatan.go.id atau melalui aplikasi Mobile JKN di Playstore.

Berikut adalah alur ketika mendaftar ke BPJS Kesehatan secara online : 1. Pada pendaftaran online,
calon peserta harus menyediakan berkas meliputi KTP, Kartu Keluarga (KK), kartu NPWP, dan nomor
rekening bank yang nantinya digunakan dalam pembayaran. Untuk pembayaran dapat
menggunakan bank yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, seperti Mandiri, BRI, dan BNI. 2.
Kunjungi website BPJS Kesehatan, pilih menu pendaftaran online yang tampil di halaman utama. 3.
Setelah masuk menu pendaftaran, halaman utama akan berganti menjadi halaman aturan atau
persyaratan sebelum mendaftar.  4. Calon akan masuk ke halaman persetujuan pendaftaran. Lalu
masuk ke halaman kesertaan keluarga. 5. Calon peserta wajib mengisi halaman yang berisi formulir
BPJS Kesehatan. Isi semua data yang diminta serta unggah beberapa berkas yang telah disiapkan
sebelumnya. 6. Calon peserta akan diberi virtual account yang digunakan untuk pembayaran atau
transfer. Setelah Anda melakukan pembayaran sesuai dengan kelas yang dipilih e-ID bisa dicetak atau
mengunjungi kantor BPJS Kesehatan setempat untuk dicetakkan kartu JKN yang menandakan sudah
resmi menjadi peserta BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan juga menyediakan beberapa formulir
pendaftaran sesuai kebutuhan. Beberapa formulir BPJS Kesehatan meliputi Formulir untuk Pekerja
Penerima Upah (PPU) dari penyelenggara Negara dan Badan Usaha, formulir pendaftaran Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU), dan formulir untuk Pensiunan PNS dan TNI/POLRI yang dananya
dikelola lembaga swasta.

2. Kepesertaan
Semua penduduk Indonesia WAJIB menjadi peserta JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan termasuk orang asing
yang telah bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia dan telah membayar iuran, yang dibagi atas jenis kepesertaan
sebagai berikut:
1.   Pekerja Penerima Upah (PPU)
a.      PPU Penyelenggara Negara

Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara (PPU PN/Pegawai Negeri Sipil) adalah
setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negara,
atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pegawai Negeri Sipil  terdiri dari:

1)     Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Kementerian/Lembaga,
Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara, Instansi Vertikal di daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau PNS dipekerjakan untuk
tugas negara lainnya.

2)     Pegawai Negeri Sipil Diperbantukan adalah PNS yang diperbantukan pada Instansi
Pusat lainnya atau Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang gajinya dibayar oleh instansi yang
menerima perbantuan.

3)     Pegawai Negeri Sipil Dipekerjakan adalah PNS yang dipekerjakan pada Instansi
Pusat lainnya atau Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota atau instansi lainnya yang
gajinya dibayar oleh instansi induknya.

4)     Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah PNS Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang


gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja
pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota

5)     Pegawai Negeri Sipil TNI adalah PNS TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan
TNI Angkatan Udara yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

6)     Pegawai Negeri Sipil Polri adalah PNS pada Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga)
orang anak, dengan kriteria:

a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan


sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak
ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya
sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah
3 (tiga) orang anak yang sah.

 
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta
PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta
PPU berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

b.      Prajurit

Prajurit adalah personil/prajurit alat negara di bidang pertahanan yang melaksanakan


tugasnya secara matra di bawah pimpinan Kepala Staf Angkatan atau gabungan di
bawah Pimpinan Panglima TNI

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang
anak, dengan kriteria:

a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung,
maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan urutan
kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta PPU
oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU
berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

c.      Polri

Anggota Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
melaksanakan fungsi kepolisian.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang
anak, dengan kriteria:

a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung,
maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan urutan
kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta PPU
oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU
berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

d.      Pejabat Negara

Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana


dimaksudkan dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945  dan
pejabat negara yang ditentukan oleh Undang-Undang, terdiri dari:

1)     Presiden dan Wakil Presiden;

2)     Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3)     Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat;

4)     Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung, serta
Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua Badan Peradilan;

5)     Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung;

6)     Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan;

7)     Menteri dan jabatan yang setingkat Menteri;

8)     Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai


Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;

9)     Gubernur dan Wakil Gubernur;

10)  Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota; dan

11)  Pejabat Negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang

12)  Pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah di Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang
anak, dengan kriteria:
a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung,
maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan urutan
kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta PPU
oleh pemberi kerjanya dan membayar iura

e.      Kepala Desa

1)     Defenisi

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2018, Kepala Desa dan


Perangkat Desa menjadi bagian dari segmen Pekerja Penerima Upah dalam
Program JKN-KIS. Adapun yang termasuk dalam kelompok perangkat desa adalah :

a)      Sekretariat Desa

Sekretariat Desa dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat. Sekretariat Desa paling banyak banyak terdiri atas 3 (tiga) urusan
yaitu urusan tata usaha dan umum, urusan keuangan, dan urusan
perencanaan, dan paling sedikit 2 (dua) urusan yaitu urusan umum dan
perencanaan, dan urusan keuangan. Masing-masing urusan dipimpin oleh
Kepala Urusan.

b)     Pelaksana Kewilayahan

Pelaksana Kewilayahan dilaksanakan oleh Kepala Dusun atau sebutan lain


yang ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota

c)      Pelaksana Teknis

Pelaksana Teknis paling banyak terdiri dari 3 (tiga) seksi yaitu seksi
pemerintahan, seksi kesejahteraan dan seksi pelayanan dan paling sedikit 2
(dua) seksi yaitu seksi pemerintahan serta seksi kesejahteraan dan pelayanan

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga)
orang anak, dengan kriteria:
a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak
ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya
sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung
adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai


Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak
dari Peserta PPU berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

f.       PPNPN

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) adalah Pegawai Tidak Tetap,
Pegawai Honorer, Staf Khusus dan pegawai lain yang dibayarkan oleh Anggaran
Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah. Pegawai
tersebut merupakan pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna
melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional
dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Contoh antara
lain:

1)     Pegawai Honorer adalah pegawai yang diangkat oleh Pejabat Pembina


Kepegawaian atau Pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas
tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban APBN
atau APBD.

2)     Pegawai Tidak Tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu
guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis
profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
organisasi.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga) orang
anak, dengan kriteria:

a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak ditanggung,
maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya sesuai dengan
urutan kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang
anak yang sah.
Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta PPU
oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta PPU
berhak memilih kelas perawatan tertinggi.

g.      PPU Badan Usaha

1)     Defenisi

Pekerja Penerima Upah (PPU) Badan Usaha adalah setiap orang yang bekerja pada


Pemberi Kerja dengan menerima Gaji atau Upah pada suatu Badan Usaha.

Pekerja Penerima Upah Selain Penyelenggara Negara (PPU BU) terdiri atas:

a)      Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah pegawai pada badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan.

b)     Pegawai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah  pegawai pada badan
usaha yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

c)      Pegawai Badan Usaha Swasta (BU Swasta) adalah pegawai pada badan usaha
yang dimiliki oleh swasta. Badan Usaha ini sepenuhnya dikelola dan
permodalannya dari pihak swasta dan berbadan hukum. Beberapa jenis BU
Swasta yang ada di Indonesia seperti Perusahaan Perorangan, Perusahaan
Persekutuan, Perusahaan Perseroan, Yayasan, dan lain-lain

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU Badan Usaha meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga)
orang anak, dengan kriteria:

a)      Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan


sendiri;

b)     Belum berusia  21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah tidak
ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh anak berikutnya
sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah maksimal yang ditanggung adalah 3
(tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan sebagai Peserta
PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran. Suami, istri dan anak dari Peserta
PPU berhak memilih kelas perawatan tertinggi.
2)     Seputar PHK

a)      Defenisi

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena


suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara Pekerja/buruh dan Pemberi Kerja berdasarkan peraturan perundang-
undangan

b)     Ketentuan PHK Dalam Program JKN-KIS

Peserta PPU yang mengalami PHK tetap memperoleh hak Manfaat Program
JKN-KIS paling lama 6 (enam) bulan sejak di PHK, tanpa membayar Iuran.
Manfaat  Program JKN-KIS yang diberikan berupa manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas III.

Adapun kriteria PHK yang ditanggung dalam Program JKN-KIS yaitu:

(1)     PHK yang sudah ada putusan pengadilan hubungan industrial,


dibuktikan dengan putusan/akta pengadilan hubungan industrial;

(2)     PHK karena penggabungan perusahaan, dibuktikan dengan akta notaris;

(3)     PHK karena perusahaan pailit atau mengalami kerugian, dibuktikan


dengan putusan kepailitan dari pengadilan; atau

(4)     PHK karena Pekerja mengalami sakit yang berkepanjangan dan tidak


mampu bekerja, dibuktikan dengan surat dokter.

Apabila terjadi sengketa atas PHK yang diajukan melalui lembaga


penyelesaian perselisihan hubungan industrial, baik Pemberi Kerja maupun
Pekerja harus tetap melaksanakan kewajiban membayar Iuran sampai
dengan adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap.

  2.   PD Pemda

Penduduk yang Didaftarkan oleh Pemerintah Daerah (PD Pemda) adalah Penduduk yang belum
diikutsertakan sebagai Peserta Jaminan Kesehatan, yang didaftarkan dan ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam program Jaminan Kesehatan pada
BPJS Kesehatan.

 Pendaftaran penduduk dilakukan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BPJS Kesehatan
dengan pemerintah daerah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota

 3.      Pekerja  Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP)


a.      Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha
atas risiko sendiri, terdiri dari:

1)       Pekerja di Luar Hubungan Kerja atau Pekerja Mandiri antara lain:

a)      Berskala mikro dengan modal kecil;

b)     Menggunakan teknologi sederhana/rendah;

c)      Menghasilkan barang dan atau jasa dengan kualitas relatif rendah;

d)     Tempat usaha tidak tetap;

e)     Mobilitas tenaga kerja sangat tinggi;

f)       Kelangsungan usaha tidak terjamin;

g)      Jam kerja tidak teratur;

h)     Tingkat produktivitas dan penghasilan relatif rendah dan tidak tetap

i)       Tidak mempunyai perjanjian/kontrak kerja

2)       Pekerja yang termasuk kelompok bukan penerima upah antara lain:

a)      Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter,konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b)     Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang


sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya.

c)      Olahragawan.

d)     Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e)     Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f)       Pengawas atau pengelola proyek.

g)      Mahasiswa dari PerguruanTinggi atau lembaga sejenis, santri, saksi dan


korban dalam perlindungan Lembaga Hukum, Penghuni Lembaga
Permasyarakatan Negara, Panti Sosial, Lembaga atau Badan Amal, Lembaga
atau Badan Sosial yang sejenis.

h)     Warga Negara Asing yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri di Negara
Kesatuan Republik Indonesia minimal 6 (enam) bulan dan dilengkapi dengan
surat izin kerja yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang sesuai
ketentuan perundang-undangan.

Peserta PBPU wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarga sebagaimana terdaftar
dalam Kartu Keluarga (Suami/Istri/anak/anggota keluarga lain). Pendaftaran dilakukan
dikelas rawat yang sama untuk seluruh anggota keluarga yang terdaftar dalam Kartu
Keluarga

Pendaftaran bagi Peserta PBPU atau Peserta BP yang dilakukan secara sendiri-sendiri,
pembayaran Iuran pertama dapat dilakukan setelah 14 (empat belas) hari kalender
sejak pendaftaran dan dinyatakan layak berdasarkan verifikasi pendaftaran dan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran melalui mekanisme auto
debit

b.      Bukan Pekerja (BP) terdiri atas:

1)     Investor yaitu perorangan yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman


modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek
atau jangka panjang.

2)     Pemberi Kerja yaitu orang perseorangan yang mempekerjakan tenaga kerja, 


dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

3)     Penerima Pensiun, terdiri atas:

a)      Penerima Pensiun Pejabat Negara; yaitu Pejabat Negara yang berhenti


dengan hak pensiun termasuk janda/duda/anak yatim piatu dari pejabat
negara yang mendapat hak pensiun.

b)     Penerima Pensiun Pegawai Negeri Sipil; yaitu Pegawai Negeri Sipil yang
berhenti dengan hak pensiun termasuk janda/duda/anak yatim piatu dari
Pegawai Negeri Sipil yang mendapat hak pensiun.

c)      Penerima Pensiun Prajurit/anggota Polri; yaitu anggota TNI/Polri yang


berhenti dengan hak pensiun termasuk janda/duda/anak yatim piatu dari
anggota Prajurit/Polri yang mendapat hak pensiun.

d)     Veteran adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam kesatuan


bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah yang berperan secara aktif
dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan atau gugur dalam
pertempuran untuk membela dan mempertahankan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta
secara aktif dalam pasukan internasional di bawah mandat PBB untuk
melaksanakan misi perdamaian dunia, yang telah ditetapkan sebagai
penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia.

e)     Perintis Kemerdekaan adalah Pejuang yang diangkat, ditetapkan, diakui dan


disahkan sebagai Perintis Kemerdekaan dengan surat Keputusan Menteri
Sosial RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1964
tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan Kepada Perintis Pergerakan
Kebangsaan/ Kemerdekaan.
f)       Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
dan

g)      Bukan Pekerja yang tidak termasuk angka 1 sampai dengan angka 6  yang
mampu membayar iuran

4.     4.  Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK)

Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK) adalah Peserta yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah.

a.      Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau
keluarganya.

b.      Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji
atau upah yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak
mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan keluarganya.

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan harus memenuhi syarat:

a.      WNI

b.      Memiliki NIK yang terdaftar di Dukcapil

c.      Terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Kepesertaan PBI JK berlaku terhitung sejak didaftarkan oleh Kementerian Kesehatan berdasarkan
Penetapan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Sosial kecuali untuk
bayi yang dilahirkan dari ibu kandung dari keluarga yang terdaftar sebagai PBI JK otomatis sebagai
peserta, sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3 Sistem Pembayaran (Pasien-BPJS dan Kapitasi)


daftar iuran BPJS Kesehatan 2021 yang mengacu pada Perpres Nomor 64 Tahun 2020 yakni:

- Kelas 1: Rp 150.000
- Kelas 2: Rp 100.000
- Kelas 3: Rp 35.000

iuran BPJS Kesehatan Kelas 3 PBPU dan BP adalah sebesar Rp 42.000, dengan adanya bantuan subsidi
dari pemerintah Rp 7.000, maka peserta harus membayar iuran Rp 35.000 per bulan atau naik Rp
9.500 dari sebelumnya, masyarakat hanya harus membayar Rp 25.500.

iuran BPJS Kesehatan Kelas 3 PBPU dan BP adalah sebesar Rp 42.000, dengan adanya bantuan subsidi
dari pemerintah Rp 7.000, maka peserta harus membayar iuran Rp 35.000 per bulan atau naik Rp
9.500 dari sebelumnya, masyarakat hanya harus membayar Rp 25.500.

peraturan tersebut resmi ditetapkan melalui Perpres 64 tahun 2020 mulai 1 Juli 2020 dan berlaku
hingga saat ini. Berikut sanksi pembayaran BPJS terlambat yang berlaku:
 Tidak ada denda jika kamu telat bayar BPJS, tapi status peserta langsung dinonaktifkan sejak
1 bulan berikutnya. Artinya, jika kartu nonaktif, maka kamu tidak bisa menggunakan BPJS
Kesehatan untuk berobat.  
 Kepesertaan bisa diaktifkan kembali jika peserta membayar iuran tertunggak (maksimal 24
bulan) dan membayar iuran berjalan. 
 Kalau dalam waktu 45 hari setelah keanggotaan aktif kembali, peserta mengajukan klaim
rawat inap harus membayar denda pelayanan.
 Namun, untuk klaim rawat jalan tidak akan dikenakan denda. 
Syaratnya, jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 bulan dan besar denda paling tinggi Rp30 juta. 

Jadi, rumus perhitungan denda tertunggak jika telat bayar BPJS yaitu:

Total Harus Dibayar = 5% x biaya kesehatan x jumlah bulan tertunggak

 Kasus 1: Peserta telat bayar BPJS dan menunggak 2 bulan ke belakang dan bayar bulan ini. Ia
tidak menjalani rawat inap. Maka, ia hanya perlu melunasi tunggakan 2 bulan ke belakang
supaya BPJS aktif.
 Kasus 2: Peserta telat bayar BPJS dan menunggak 2 bulan ke belakang dan bayar bulan ini.
Namun, 10 hari kemudian dia mengklaim rawat inap. Maka, dia harus membayar denda
sebesar 5% dari biaya rawat inap dan dikalikan jumlah bulan tertunggak.

Denda telat bayar BPJS 2 tahun, 4 tahun

Peraturan pemerintah menyatakan bahwa denda maksimal BPJS Kesehatan adalah 12 bulan,
meskipun pembayaran BPJS terlambat lebih dari itu.

Jadi, jika kamu telah bayar selama 2 atau bahkan 4 tahun, hanya perlu membayar denda selama 12
bulan saja.

BPJS PBI adalah bagian dari program BPJS yang diperuntukan khusus bagi mereka yang
membutuhkan. BPJS PBI dibuat agar seluruh masyarakat memiliki hak yang sama untuk mendapat
penanganan medis yang baik dan juga pengobatan yang layak.

BPJS PBI diperuntukan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN.
Mereka yang menjadi peserta BPJS PBI ini adalah orang-orang yang ditetapkan Pemerintah dan diatur
melalui Peraturan Pemerintah.

Pemerintah punya data mereka yang berhak menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran BPJS. Para
peserta PBI adalah beberapa masyarakat yang tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
Kementerian Sosial.

Mereka adalah masyarakat yang masuk dalam 40 persen golongan terbawah. Oleh karena itu mereka
semua akan dibantu layanan kesehatannya dan iurannya dibayarkan penuh oleh Pemerintah.

Khusus tahun 2020, peserta PBI yang selama ini ada di bawah Pemerintah Daerah akan dimasukan
sebagai peserta Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta mandiri dan peserta bukan pekerja (BP)
yang iurannya ditanggung bersama Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

Dari data terakhir yang berhasil dihimpun, saat ini terdapat sekitar 96,5 juta peserta PBI yang
ditanggung Pemerintah Pusat dan sekitar 37 juta peserta PBI ditanggung Pemerintah Daerah.
Pengecualian denda

Tapi, denda keterlambatan dikecualikan untuk beberapa pihak, yakni peserta PBI (penerima bantuan
iuran) jaminan kesehatan dan peserta PBPU (peserta bukan penerima upah) dan peserta bukan
pekerja (PB) yang iurannya ditanggung pemerintah. 

Sistem pembayaran kapitasi adalah sistem pembayaran yang dilaksanakan pada Fasilitas Kesehatan


Tingkat Pertama khususnya Pelayanan Rawat Jalan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang
didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di Faskes tersebut dikalikan dengan
besaran Kapitasi per jiwa tanpa memperhatikan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.

Standar Kapitasi yang berlaku adalah


a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai
dengan Rp.6.000,00 (enam ribu rupiah);
b. rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang setara
sebesar Rp.8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp.10.000,00 (sepuluh ribu rupiah); dan
c. praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah).
Angka kapitasi berlaku sesuai persyaratan yang dipenuhi oleh fasilitas kesehatan, apabila fasilitas
kesehatan memiliki pelayanan yang lengkap maka standar kapitasi akan meningkat.

Kemudian pembayaran kapitasi dibayarkan berdasarkan kinerja dari fasilitas kesehatan yang diukur
melalui 3 kriteria yaitu Angka Kontak, Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik, dan Rasio Peserta
Prolanis Terkendali, apabila fasilitas kesehatan memenuhi seluruh kriteria dengan baik maka
pembayaran kapitasi akan dibayarkan 100% sedangkan apabila ada kriteria yang tidak dipenuhi maka
pembayaran kapitasi dapat turun menjadi dibawah 100%.

3. Prinsip Penyelenggaraan

BPJS Kesehatan menyelenggarakan Jaminan Kesehatan berdasarkan asas:

1. Kemanusiaan;
Asas kemanusiaan adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

1. Manfaat;

Asas manfaat adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efektif
dan efisien.

1. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah asas yang bersifat idiil.

Prinsip

Terdapat sembilan prinsip penyelenggaraan BPJS Kesehatan (UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 4), yaitu: 

1. Kegotong-royongan

Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya
Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan
tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.

1. Nirlaba

Prinsip nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

1. Keterbukaan

Prinsip keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi
setiap peserta.

1. Kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

1. Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.

1. Portabilitas

Prinsip portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Kepesertaan bersifat wajib

Prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi
peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.

1. Dana amanat

Prinsip dana amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari
peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta Jaminan Sosial.

1. Hasil pengelolaan dana jaminan kesehatan dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan


program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
4. Tujuan
Tujuan utama dari BPJS adalah untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan
sosial dan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau
anggota keluarganya.
5. Manfaat
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :
1.    Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan oleh:
·         Puskesmas atau yang setara
·         Praktik Mandiri Dokter
·         Praktik Mandiri Dokter Gigi
·         Klinik pertama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat pertama milik
TNI/Polri
·         Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
·         Faskes Penunjang: Apotik dan Laboratorium
2.    Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
a. Manfaat yang ditanggung
1)  pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan (promotif preventif):
a)     penyuluhan kesehatan perorangan;
b)     imunisasi rutin
c)     Keluarga Berencana meliputi konseling dan pelayanan kontrasepsi, termasuk
vasektomi dan tubektomi bekerja sama dengan BKKBN
d)     skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan atau skrining kesehatan
tertentu, yang diberikan untuk mendeteksi risiko penyakit dengan metode
tertentu atau untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan
risiko penyakit tertentu
e)     peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis
2)  pelayanan kuratif dan rehabilitatif (pengobatan) mencakup:
a)     adminitrasi pelayanan;
b)     pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis;
c)     tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
d)     pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai;
e)     pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
3)  pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama.
3.    Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Manfaat yang ditanggung

1.   pendaftaran dan administrasi;

2.   akomodasi rawat inap;

3.   pemeriksaan, pengobatan dan  konsultasi medis;

4.   tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

5.   pelayanan kebidanan, ibu, bayi dan balita meliputi:

a)  persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;

b)  persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam bagi Puskesmas


PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Esssensial Dasar);
c)  pertolongan neonatal dengan komplikasi;

6.   pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; dan

7.   pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama.

 
4.    Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus, yang
diberikan oleh:
·         Klinik utama atau yang setara.
·         Rumah Sakit Umum baik milik Pemerintah maupun Swasta
·         Rumah Sakit Khusus
·         Faskes Penunjang: Apotik, Optik dan Laboratorium.
5.    Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
Manfaat yang ditanggung

1.   administrasi pelayanan;

2.   pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar yang dilakukan di unit gawat
darurat;

3.   pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik;

4.   tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi
medis;

5.   pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai;

6.   pelayanan penunjang diagnostik lanjutan (laboratorium, radiologi dan penunjang


diagnostik lainnya) sesuai dengan indikasi medis;

7.   rehabilitasi medis; dan

8.   pelayanan darah.

6.   Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)


a.   Manfaat yang ditanggung
1.   perawatan inap non intensif; dan

2.   perawatan inap intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU).

6. Dasar Hukum, Hak, dan Kewajiban

7. Pelayanan
Alur Pelayanan BPJS Untuk Rawat Jalan
1. Siapkan kartu BPJS dan KTP Anda
2. Datang Ke Faskes tingkat 1 sesuai yang tercantum di kartu BPJS Anda untuk registrasi.
3. Dokter Faskes 1 akan melakukan pemeriksaan dan memberikan resep untuk Anda.
4. Resep dapat ditebus di Apotek Faskes tingkat 1 atau di apotek lain yang bekerjasama dengan BPJS.
Jika dirasa kasus Anda membutuhkan pemeriksaan spesialis, Dokter Faskes 1 akan memberikan
rujukan ke Rumah Sakit Rujukan.

Alur Pelayanan BPJS Untuk Rawat Inap Bukan Gawat Darurat


Sesuai dengan alur pelayanan pasien rawat jalan sebelumnya, jika ternyata dokter Fakses I
menyarankan anda untuk memeriksakan diri ke Rumah Sakit (Spesialis), berikut tahapannya.
1. Siapkan persyaratan seperti KTP dan FC, FC Kartu keluarga, Kartu BPJS dan FC, surat rujukan Faskes
1.
2. Membuat Surat Eligibilitas Peserta (SEP) di bagian BPJS Rumah Sakit Rujukan.
3. Registrasi dan ambilah kartu berobat lalu menuju ke poliklinik yang sesuai dengan rujukan.
4. Anda akan ditangani oleh dokter spesialis. Jika dokter spesialis menyatakan bahwa kondisi Anda
membutuhkan perawatan lebih lanjut, Anda akan diproses untuk Rawat Inap sesuai dengan kelas BPJS
Anda.

Alur Pelayanan BPJS Gawat Darurat


Untuk kondisi gawat darurat, pasien dapat langsung datang ke IGD terdekat tanpa harus membuat
surat rujukan dari dokter Fasilitas Kesehatan Tingkat I. Tahapannya adalah sebagai berikut.
1. Persiapkan persyaratannya, yakni: Kartu BPJS dan fotocopy, KTP dan fotokopy, Fotokopi KK, 
2. Pasien akan ditangani oleh tim gawat darurat rumah sakit.
3. Disarankan agar pasien datang dengan ditemani oleh pendamping agar pendamping dapat
mewakili pasien gawat darurat untuk melakukan registrasi BPJS di IGD.
4. Membuat Surat Eligibilitas Peserta (SEP) sesuai persyaratan sebelumnya. *Pada beberapa Rumah
Sakit, terdapat kebijakan bahwa pengurusan SEP dapat dilakukan menyusul saat pasien sudah
dinyatakan sembuh sebelum pemulangan.
5. Jika kondisi pasien membutuhkan observasi lebih lanjut, maka pasien akan dipindahkan ke ruang
rawat inap sesuai dengan kelas BPJS nya.
8. Tipe Rujukan
7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf (bpjs-kesehatan.go.id)
9. Alur Rujukan
7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf (bpjs-kesehatan.go.id)

1. Untuk pasien gawat darurat


Pasien gawat darurat adalah kondisi pasien yang harus segera mendapatkan pelayanan medis
jika tidak ditolong maka kondisi pasien akan lebih parah dan dapat mengancam keselamatan
pasien itu sendiri.

Untuk pasien gawat darurat yang ingin menggunakan layanan bpjs tidak harus dimulai di fasilitas
kesehatan tk1 sesuai dengan yang tertera di kartu bpjs peserta, namun khusus untuk pasien
gawat darurat bisa langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat seperti rumah sakit.

Pasien gawat darurat akan langsung ditangani  di unit gawat darurat dimanapun dan dikota
manapun dan biaya sepenuhnya bisa ditanggung oleh bpjs.

2. Untuk Pasien bukan gawat darurat


Sedangkan untuk pasien bukan gawat darurat, seperti misalnya pasien berobat jalan maka si
peserta bpjs yang ingin melakukan pengobatan menggunakan layanan bpjs harus datang pertama
kali ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes tk1) sesuai dengan yang tertera di kartu bpjs
peserta, jika tidak maka kemungkinan besar biaya tidak akan ditanggung oleh bpjs, faskes tingkat
1 adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, klinik, praktek dokter, praktek
dokter gigi dan rumah sakit tipe D.

Jika di fasilitas kesehatan 1 pasien tidak dapat ditangani atau peralatan yang terdapat di fasilitas
kesehatan 1 tidak memadai, maka dokter akan membuatkan surat rujukan ke fasilitas kesehatan
tingkat berikutnya (fasilitas kesehatan tk 2) yaitu rumah sakit umum daerah (rumah sakit kelas C
atau rumah sakit kelas B).

Di rumah sakit daerah (RSUD) pasien harus membawa surat rujukan dan kartu bpjs untuk dapat
ditangani oleh dokter spesialis rumah sakit. jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk
ditangani di rumah sakit sebagai fasiltias kesehatan ke 2 maka dokter spesialis akan memberikan
rujukan lagi untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan berikutnya, yaitu fasilitas kesehatan tingkat III yaitu
rumah sakit tipe A (RSCM).

10. Tingkat Faskes

1. Fasilitas Kesehatan tingkat pertama (FKTP 1)

Fasilitas kesehatan tingkat 1 terdiri dari puskesmas, klinik, praktek dokter, praktek dokter gigi dan
rumah sakit tipe D.

2. Fasilitas Kesehatan tingkat dua 

Tingkat 2 menurut Sistem Rujukan Berjenjang diisi oleh dua tipe 2 rumah sakit yaitu C, B. Di lapangan,
BPJSK akan mengarahkan bahwa jika dari PPK 1 pasien tidak bisa ditangani maka akan dirujuk secara
berjenjang ke tipe D atau C lebih dulu, baru ke tipe B. Bila diperlukan baru ke tipe A.

3. Fasilitas Kesehatan tingkat 3

Fasilitas keseahtan tingkat  3 diisi oleh rumah sakit tipe A, rumah sakit ini adalah rumah sakit yang
paling lengkap dengan sarana dan prasarana ini adalah rujukan terakhir pasien BPJS jika pasien tdak
bsa ditangai di PPK1 dan juga PPK2.
Rumah Sakit BPJS - Tipe dan Cara Mendapatkan Rujukan (lifepal.co.id)
11. Program Rujuk Balik
4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pdf (bpjs-kesehatan.go.id)
13. Syarat Kerja Sama Dokter-BPJS
a. memiliki perawat; b. memiliki bidan dan/atau jejaring bidan; c. memiliki tenaga administrasi; d.
memenuhi kriteria kredensialing atau rekredensialing; e. memberikan pelayanan rawat jalan tingkat
pertama sesuai peraturan perundang-undangan; f. memberikan pelayanan obat; g. memberikan
pelayanan laboratorium tingkat pratama; h. membuka waktu pelayanan minimal 8 (delapan) jam
setiap hari kerja; dan i. memberikan pelayanan darurat di luar jam pelayanan.

Dokter Keluarga
14. Definisi
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin ilmukedokteran yang mempelajari
dinamika kehidupan keluarga,
pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadaptimbul dan
berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan untukmengembalikan fungsi tubuh sekaligus
fungsi keluarga agar dalam keadaannormal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesidokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyaiwewenang untuk menjalankan
praktek dokter keluarga.
Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteranyang mencakup seluruh spektrum
ilmu kedokteran yang orientasinya untukmemberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungandan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat
denganmemperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
15. Prinsip
Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan: 1)
Pelayanan yang holistik dan komprehensif 2) Pelayanan yang kontinu 3) Pelayanan yang
mengutamakan pencegahan 4) Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif 5) Penanganan personal
bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya. 6) Pelayanan yang mempertimbangkan
keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya. 7) Pelayanan yang menjunjung tinggi
etika dan hukum. 8) Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan. 9) Pelayanan
yang sadar biaya dan mutu.

16. Standar Kompetensi


17. Tujuan
18. Manfaat

19. Dasar Hukum, Hak, dan Kewajiban

20. Bentuk Praktek


21. Karakteristik

Anda mungkin juga menyukai