BPJS KESEHATAN
Dokter A adalah seorang dokter umum yang prakteknya bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
untuk menjadi dokter keluarga bagi peserta BPJS Kesehatan dan berperan sabagai salah satu
fasilitas kesehatan tingkat pertama. Sebagai dokter keluarga, dalam memberikan pelayanan
kesehatan ia harus menerapkan prinsif-prinsif kedokteran keluarga. Tugasnya adalah
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak BPJS Kesehatan,
berupa pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan juga pelayanan promotif preventif bagi peserta
yang terdaftar di tempat prakteknya dan dalam menangani seorang pasien ia memandang mereka
secara holistik serta memberikan pelayanan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Perserta yang terdaftar di tempat prakteknya cukup banyak, terdiri dari peserta PBI maupun non-
PBI. Sebagai dokter yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan ia harus juga melaksanakan
semua program pelayanan kesehatan yang ditetapkan BPJS Kesehatan dan untuk itu ia mendapat
pembayaran berdasarkan sistem kapitasi dari BPJS Kesehatan.
Suatu hari dokter A mendapat pasien penderita DM tipe 2 dengan ulkus di kakinya. Oleh dokter
A pasien dirujuk ke RS tipe C di daerahnya. Setelah kondisi pasien stabil, pasien dirujuk balik ke
dokter A untuk ditangani sebagai pasien PRB.
Jump 1 :
BPJS : Badan penyelenggara jaminan sosial
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PRB : Program Rujuk Balik, program pelayanan kesehatan untuk pasien dengan penyakit kronis
yang sudah dinyatakan stabil untuk mendapatkan perawatan dari faskes tingkat pertama
DM : Diabetes Mellitus
Jump 2 & 3
Apa saja prinsip-prinsip kedokteran keluarga?
Puskesmas atau yang setara; praktik dokter; praktik dokter gigi; klinik pratama atau yang
setara; dan Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
Peserta BPJS dapat terbagi menjadi PBI dan Non PBI, dimana pasien PBI iurannya akan dibayar
oleh pemerintah yang dananya diambil dari APBN dan APBD, sedangkan pasien Non PBI
membayar iurannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah
Kemudian pembayaran kapitasi dibayarkan berdasarkan kinerja dari fasilitas kesehatan yang
diukur melalui 3 kriteria yaitu Angka Kontak, Rasio Rujukan Rawat Jalan Non Spesialistik, dan
Rasio Peserta Prolanis Terkendali, apabila fasilitas kesehatan memenuhi seluruh kriteria dengan
baik maka pembayaran kapitasi akan dibayarkan 100% sedangkan apabila ada kriteria yang tidak
dipenuhi maka pembayaran kapitasi dapat turun menjadi dibawah 100%.
Program Rujuk Balik merupakan program untuk pasien dengan penyakit Diabetus Mellitus,
Hipertensi, Jantung, Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Epilepsy, Schizophrenia,
Stroke, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang kronis dan sudah dinyatakan stabil oleh
spesialis/sub-spesialis untuk dirujuk kembali ke fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
mendapatkan perawatan.
Sistemnya dilakukan dengan pasien PRB melakukan kontrol pada FKTP dengan menunjukkan
buku kontrol PRB, kemudian mendapatkan resep yang dapat ditukarkan di apotek, hal ini
dilakukan selama 3 kali dalam 3 bulan, lalu pasien akan dirujuk kembali ke Faskes Rujukan
Tingkat Lanjutan untuk mendapatkan evaluasi dari dokter spesialis/sub-spesialis, apabila pasien
dinyatakan stabil maka pasien akan dirujuk kembali ke FKTP dengan mendapatkan buku kontrol
baru, apabila selama 3 bulan pertama pasien masuk ke dalam kondisi tidak stabil maka dapat
dilakukan rujukan ke Faskes Rujukan hingga dinyatakan stabil kembali.