Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN PEMBANGUNAN 
GEDUNG NEGARA

Jakarta, 29 November 2018


OUTLINE

• PENGALOKASIAN ANGGARAN PEMBANGUNAN BANGUNAN/GEDUNG NEGARA
• ASPEK‐ASPEK DALAM PENELAAHAN RENCANA KERJA (RENJA)
• KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)
• MORATORIUM PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
MORATORIUM PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR

1
PENGALOKASIAN ANGGARAN PEMBANGUNAN 
BANGUNAN/GEDUNG NEGARA   1)
((PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.02/2018))

• Secara umum pengalokasian anggaran untuk pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara 
berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang mengatur 
mengenai pedoman teknis pembangunan bangunan/gedung negara.
• Dalam rangka penyusunan RKA‐K/L, dasar perhitungan alokasi anggarannya adalah sebagai 
berikut:
a. Untuk pekerjaan pembangunan (baru) bangunan/gedung negara atau pekerjaan renovasi 
bangunan/gedung negara yang berlokasi di dalam negeri, dasar alokasinya adalah
bangunan/gedung negara yang berlokasi di dalam negeri, dasar alokasinya adalah 
perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara atau yang 
sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau Dinas Pekerjaan 
Umum setempat;
b Untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di luar negeri (kantor 
b. Untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di luar negeri (kantor
perwakilan) yang mengubah struktur bangunan dari sebelumnya, dasar alokasinya adalah 
perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara atau yang 
sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dokumen analisis 
perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara atau yang
perhitungan kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara atau yang 
sejenis dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dapat disusun 
berdasarkan perhitungan dari konsultan perencana negara setempat; dan
c. Untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang berlokasi di luar negeri (kantor 
perwakilan) yang tidak mengubah struktur bangunan dari sebelumnya adalah perhitungan
perwakilan) yang tidak mengubah struktur bangunan dari sebelumnya adalah perhitungan 
kebutuhan biaya pembangunan/renovasi bangunan/gedung negara atau yang sejenis dari 
konsultan perencana negara setempat.
2
PENGALOKASIAN ANGGARAN PEMBANGUNAN 
BANGUNAN/GEDUNG NEGARA   2)
((PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.02/2018))

• Dalam hal satker mengusulkan pembangunan/renovasi bangunan/gedung, besaran volumenya 
harus mendapatkan persetujuan pejabat eselon I.
• Sehubungan dengan pemerintah menetapkan kebijakan moratorium bagi pembangunan 
g g p p j g p g
gedung kantor, untuk Kementerian/Lembaga yang memerlukan gedung kantor agar 
berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan.
• Hal‐hal yang dibatasi untuk dialokasikan dalam RKA‐K/L, salah satunya adalah pembangunan 
gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi satker,
gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi satker, 
seperti: mess, wisma, rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan.
Untuk gedung yang bersifat pelayanan umum, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, 
penegakan hukum, dan gedung/ bangunan khusus dalam bidang ilmu pengetahuan, serta 
penanggulangan narkotika (antara lain: laboratorium) dikecualikan dari ketentuan ini
penanggulangan narkotika (antara lain: laboratorium), dikecualikan dari ketentuan ini.
Jika dimungkinkan, rencana untuk pembangunan gedung baru agar ditunda/tidak dianggarkan 
dulu. Gedung kantor yang sudah ada agar dimanfaatkan secara optimal.

3
ASPEK‐ASPEK DALAM PENELAAHAN RENCANA KERJA (RENJA)
(JUKLAK PELAKSANAAN NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/04/2018)

• ASPEK KESIAPAN Æ penelaahan aspek kesiapan dilakukan dengan mengacu pada dokumen 
kesiapan kegiatan dan dokumen blueprint K/L. Hal yang perlu ditelaah :
a. desain kegiatan dan teknis pelaksanaan;
b. organisasi pelaksana kegiatan dan kapasitas instansi pelaksanaan;
c. kesiapan lahan dan relokasi (apabila membutuhkan lahan);
d. rencana pengadaan barang/jasa; dan 
e mekanisme pemantauan dan evaluasi.
e. mekanisme pemanta an dan e al asi
• ASPEK LOKASI Æ memastikan ketepatan lokasi kegiatan dengan memeriksa :
a. lokasi kegiatan sesuai dengan kewenangan;
b lokasi kegiatan yang dipilih layak secara teknis; dan 
b. lokasi kegiatan yang dipilih layak secara teknis; dan
c. lokasi memiliki integrasi dengan kegiatan (sektor) lain di instansi lain (K/L, Pemda) yang 
saling terkait, sehingga output yang dihasilkan mendukung output yang dihasilkan oleh 
sektor lain dalam satu wilayah.
• ASPEK KEMANFAATAN Æ mempertimbangkan jumlah masyarakat yang mendapat manfaat 
langsung dan tidak langsung serta dampak bagi peningkatan perekonomian (kesejahteraan) 
masyarakat.

4
KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)   1)
(PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.02/2018)

• Kontrak Tahun Jamak dapat dilakukan untuk pekerjaan konstruksi dan/atau pekerjaan non 
konstruksi yang :
a. penyelesaiannya lebih dari 12 bulan atau lebih dari 1 tahun anggaran; atau
b. memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun 
anggaran dan paling lama 3 tahun anggaran.
Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 1 tahun anggaran termasuk pekerjaan yang 
p y
penyelesaiannya kurang dari 12 bulan tetapi membebani lebih dari 1 tahun anggaran.
y g p gg
• Persetujuan Kontrak Tahun Jamak
a. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pengguna Anggaran :
‐ pekerjaan konstruksi dengan nilai sampai dengan Rp200 miliar; atau
‐ pekerjaan nonkonstruksi dengan nilai sampai dengan Rp20 miliar.
b. Menteri Keuangan :
‐ pekerjaan konstruksi dengan nilai di atas Rp200 miliar; atau 
‐ pekerjaan nonkonstruksi dengan nilai di atas Rp20 miliar.
c. Kontrak Tahun Jamak yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dengan PHLN/PHDN 
dikecualikan dari ketentuan.
d. Kontrak Tahun Jamak yang dibiayai dengan surat berharga syariah negara, termasuk untuk 
lanjutan kegiatan di tahun berikutnya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Menteri
lanjutan kegiatan di tahun berikutnya, dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Menteri 
Keuangan.

5
KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)   2)
(PERSETUJUAN KTJ OLEH MENTERI KEUANGAN)

• Permohonan persetujuan KTJ kepada Menkeu diajukan secara tertulis dari Menteri/Pimpinan 
Lembaga/PA sebelum kegiatan KTJ dilaksanakan.
• Pengajuan permohonan KTJ dari Menteri/Pimpinan Lembaga/PA kepada Menkeu paling sedikit 
g j p / p g / p p g
menyatakan bahwa pekerjaan yang dimintakan persetujuan KTJ memenuhi persyaratan :
a. untuk pekerjaan konstruksi di dalam negeri, telah memenuhi kelayakan teknis berdasarkan 
penilaian/rekomendasi dari instansi pemerintah/tim teknis fungsional yang kompeten;
b untuk pekerjaan konstruksi di luar negeri, telah memenuhi kelayakan teknis berdasarkan 
b. untuk pekerjaan konstruksi di luar negeri telah memenuhi kelayakan teknis berdasarkan
penilaian/rekomendasi dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan negara 
setempat;
c. alokasi anggaran bagi pelaksanaan KTJ sudah tercantum dalam RKA‐K/L atau DIPA K/L yang 
bersangkutan;
bersangkutan
d.rencana pelaksanaan tahunan pekerjaan dalam KTJ dicantumkan dalam prakiraan maju; dan
e. disertai alasan dan dasar pertimbangan pengajuan KTJ yang dapat dipertanggungjawabkan 
serta dokumen pendukungnya.
• Pengajuan permohonan persetujuan tertulis KTJ dari Menteri/Pimpinan Lembaga/PA kepada 
Menkeu dilengkapi dengan dokumen mengenai jenis dan tahapan kegiatan/pekerjaan secara 
keseluruhan, jangka waktu penyelesaian pekerjaan, dan ringkasan perkiraan kebutuhan 
gg p
anggaran per tahun.
(Surat permohonan persetujuan KTJ disusun sesuai format)

6
KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)   3)
(PERPANJANGAN ATAS PERSETUJUAN KTJ OLEH MENTERI KEUANGAN)

• Menteri/Pimpinan Lembaga/PA dapat mengajukan secara tertulis permohonan perpanjangan 
atas persetujuan KTJ kepada Menkeu untuk persetujuan KTJ yang diberikan oleh Menkeu, 
dengan mencantumkan alasan dan dasar pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan 
dan disertai dokumen pendukungnya, dalam hal:
a. terjadi keadaan kahar, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam 
kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang telah ditentukan 
dalam kontrak tidak dapat dipenuhi;
b.terjadi gagal lelang dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; atau
c. memberikan manfaat lebih apabila jangka waktu KTJ dapat diperpanjang.
• Pekerjaan yang akan dilakukan perpanjangan persetujuan KTJ harus melalui proses reviu oleh:
a. APIP K/L, dalam hal permohonan perpanjangan persetujuan KTJ tidak disertai dengan 
/ , p p p j g p j g
perubahan nilai persetujuan KTJ;
b.BPKP, dalam hal permohonan perpanjangan persetujuan KTJ disertai dengan perubahan nilai 
persetujuan KTJ.
• Permohonan
Permohonan perpanjangan atas persetujuan KTJ diterima oleh Kemenkeu paling lambat 7 hari 
perpanjangan atas persetujuan KTJ diterima oleh Kemenkeu paling lambat 7 hari
kerja sebelum periode persetujuan KTJ berakhir.
(Surat permohonan perpanjangan persetujuan KTJ disusun sesuai format)

7
KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)   4)
(PENAMBAHAN NILAI PAGU PERSETUJUAN KTJ OLEH MENTERI KEUANGAN)

• Menteri/Pimpinan Lembaga/PA dapat mengajukan permohonan penambahan nilai pagu 
persetujuan KTJ kepada Menkeu untuk persetujuan KTJ yang diberikan oleh Menkeu, dalam hal:
a. terjadi keadaan kahar, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam 
kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang telah ditentukan 
dalam kontrak tidak dapat dipenuhi;
b.terjadi gagal lelang dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; atau
c. memberikan manfaat lebih apabila nilai kontrak ditambah.
• Permohonan penambahan nilai pagu persetujuan KTJ diajukan secara tertulis, dengan paling 
sedikit menyatakan bahwa pekerjaan yang dimintakan penambahan nilai pagu memenuhi 
persyaratan:
a. permohonan penambahan nilai pagu telah sesuai dengan hasil audit BPKP;
p p p g g ;
b.penambahan nilai pagu persetujuan KTJ telah sesuai dengan ketentuan mengenai pengadaan 
barang/jasa pemerintah; dan
c. alasan dan dasar pertimbangan penambahan nilai pagu persetujuan KTJ yang dapat 
dipertanggungjawabkan beserta dokumen pendukungnya.
p gg gj p g y
• Permohonan penambahan nilai pagu persetujuan KTJ diterima oleh Kemenkeu paling lambat 7 
hari kerja sebelum periode persetujuan KTJ berakhir.
(Surat permohonan penambahan nilai pagu persetujuan KTJ disusun sesuai format)

8
KONTRAK TAHUN JAMAK (MULTIYEARS CONTRACT)   5)
(PERUBAHAN KOMPOSISI PENDANAAN ANTARTAHUN)

• Menteri/Pimpinan Lembaga/PA dapat melakukan perubahan komposisi pendanaan antartahun 
dalam periode KTJ atas KTJ yang telah disetujui oleh Menkeu atau Menteri/Pimpinan Lembaga/ 
PA bersangkutan.
• Perubahan komposisi pendanaan yang telah ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/PA 
disampaikan secara tertulis oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/PA kepada Menkeu c.q. Dirjen 
Anggaran paling lambat 1 bulan setelah perubahan komposisi pendanaan antartahun dalam 
p
periode KTJ ditetapkan.
p
• Penetapan perubahan komposisi pendanaan antartahun dalam periode KTJ oleh Menteri/ 
Pimpinan Lembaga/PA digunakan sebagai bahan revisi anggaran.

9
MORATORIUM PEMBANGUNAN GEDUNG KANTOR
(SURAT MENTERI KEUANGAN NOMOR S‐841/MK.02/2014)

• Surat Menkeu nomor S‐841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2018 hal 
Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor K/L, menjadi salah satu pedoman dalam 
penyesuaian RKA‐K/L TA 2019 sebagaimana tercantum dalam surat Menkeu nomor 
S‐820/MK.02/2018 tanggal 31 Oktober 2018 hal Penyampaian Pagu Alokasi Anggaran K/L TA 
2019.
• Penundaan/moratorium pembangunan gedung pemerintah berlaku untuk pembangunan 
g
gedung kantor baru pemerintah yang akan dibangun mulai tahun 2015.
g p y g g
• Penundaan/moratorium tidak berlaku bagi pembangunan gedung untuk pelayanan masyarakat 
(seperti rumah sakit dan gedung sekolah), lanjutan pembangunan dari tahun sebelumnya, atau 
pembangunan gedung yang terkena bencana.
• K/L yang memerlukan gedung kantor agar berkoordinasi dengan Ditjen Kekayaan Negara 
/ l k d k b k di i d ij k
Kementerian Keuangan.
• K/L yang tetap memerlukan pembangunan gedung kantor baru agar terlebih dahulu meminta 
ijin kepada Presiden RI.
• Moratorium ini berlaku hingga ada pengaturan lebih lanjut.

10
TERIMAKASIH
LAMPIRAN
¾ APBN
o SIKLUS APBN
o APBN 2015 – 2019
o APBN TA 2019
APBN TA 2019
¾ LANGKAH‐LANGKAH KERJA REVIU RKA‐K/L ESELON I
o PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN PENGADAAN BANGUNAN/GEDUNG
o PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN REHABILITASI/RENOVASI GEDUNG KANTOR/RUMAH 
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN REHABILITASI/RENOVASI GEDUNG KANTOR/RUMAH
NEGARA
o PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN RESTORASI GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG 
DILESTARIKAN (HERITAGE)
o PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN PENYELESAIAN GEDUNG KONSTRUKSI DALAM 
O S GG S G U G O S U S
PENGERJAAN (KDP)

12
APBN
(SIKLUS PENYUSUNAN APBN)

Januari 2018 Maret 2018 16 April 2018


Penetapan arah kebijakan  Penyusunan resource  Surat Bersama Pagu 
dan prioritas  envelope Indikatif dan Rancangan 
pembangunan nasional
pembangunan nasional RKP

18 Mei 2018
Pengajuan Pokok‐Pokok 
Kebijakan Fiskal, 
Kerangka Ekonomi Makro
Kerangka Ekonomi Makro 
dan RKP ke DPR

16 Agustus 2018 19 Juli 2018
Pidato Kenegaraan  Surat Bersama Pagu 
Presiden RI dalam rangka 
g Anggaran dan 
Pengajuan RAPBN (RUU 
( Penyelesaian Penyusunan
Penyelesaian Penyusunan 
dan Nota Keuangan) RKA‐K/L oleh 
Kementerian/ Lembaga

Pertengahan 
Agustus s.d. Akhir 
Oktober 2018
Oktober 2018
Pembahasan RUU dan Nota 
Keuangan RAPBN 2019

Paling Lambat 
30 November 2018 Desember 2018
Penetapan Rincian APBN 
Penetapan Rincian APBN Penetapan dan 
Penetapan dan
dalam Peraturan Presiden Penyerahan DIPA

13
APBN
(APBN 2015 – 2019)

2.461,1

2.220,7

2.095,7 2.165,1
2.039,5 2.080,5

1.894,7
1.793,6 1.822,5
1.750,3

Belanja Negara APBN Pendapatan Negara APBN

14
APBN
(APBN TA 2019)   1)

• APBN TA 2019 telah disahkan melalui Undang‐Undang Nomor 12 Tahun 2018.
• Tema besar APBN Tahun Anggaran 2019 adalah “Adil, Sehat, dan Mandiri”. 
Sehat artinya APBN memiliki defisit yang semakin rendah dan keseimbangan primer menuju positif. 
Adil karena APBN digunakan sebagai instrumen kebijakan meraih keadilan, menurunkan tingkat 
kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, dan mengatasi disparitas antarkelompok pendapatan dan 
antarwilayah.
Dari sisi kemandirian APBN Tahun Anggaran 2019 dapat dilihat dari penerimaan perpajakan yang 
t b h i ifik
tumbuh signifikan sehingga memberikan kontribusi dominan terhadap pendapatan negara serta 
hi b ik k t ib i d i t h d d t t
mengurangi kebutuhan pembiayaan yang bersumber dari utang. 
Dengan APBN yang Sehat, Adil dan Mandiri diharapkan kebijakan fiskal akan mampu merespon 
dinamika volatilitas global, menjawab tantangan dan mendukung pencapaian target‐target 
pembangunan secara optimal
pembangunan secara optimal.
• APBN TA 2019 mengalami defisit sebesar Rp296,0 triliun atau sebesar 1,84 persen terhadap PDB.
• Upaya menjaga keberlanjutan fiskal juga terlihat dari defisit keseimbangan primer yang mendekati nol 
sebesar minus Rp20,1 triliun. Tren penurunan menuju positif ini memberikan bukti kuat, sekaligus 
sinyal positif bahwa pengelolaan APBN selama ini telah berada pada jalur positif.
l fb h l l l l hb d d l f
• Rasio defisit APBN dan defisit keseimbangan primer ini merupakan yang terendah sejak tahun 2013.

15
APBN
(APBN TA 2019)   2)

Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN TA 2019 Postur Anggaran APBN TA 2019

16
APBN
(APBN TA 2019)   3)

Belanja Pemerintah Pusat

17
LANGKAH‐LANGKAH KERJA REVIU RKA‐K/L ESELON I
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
PENGADAAN BANGUNAN/GEDUNG   1)
(REVIU RKA K/L UNIT ESELON I)
(REVIU RKA‐K/L UNIT ESELON I)
Tujuan:  Untuk memastikan alokasi anggaran pengadaan gedung/bangunan (1) luasnya telah sesuai 
dengan RKBMN Hasil Penelaahan, (2) tidak melebihi perhitungan kebutuhan biaya 
pembangunan bangunan/gedung negara dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat,
dan (3) telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
1. Dapatkan data dukung, berupa:
a. Status kepemilikan tanah;
b. Perhitungan kebutuhan biaya pembangunan bangunan/gedung negara dari Kementerian PUPR atau 
Dinas PU setempat;
c. Persetujuan penghapusan bangunan/gedung dari Pengelola Barang (bila dibangun di tanah yang sudah 
ada bangunan/gedung lama);
d. Persetujuan kontrak tahun jamak (multi years contract) dari Menteri/Menteri Keuangan untuk 
pembangunan yang membebani dana APBN lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan menggunakan
pembangunan yang membebani dana APBN lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dan menggunakan 
mekanisme multi years contract;
e. Surat persetujuan perpanjangan kontrak tahun jamak dari Menteri/Menteri Keuangan, apabila terjadi 
keadaan kahar yang menyebabkan tertundanya penyelesaian pekerjaan Kontrak Tahun Jamak; dan
f. Untuk rumah negara, brosur rumah dari developer (lebih dari satu brosur).
2. Pastikan luas gedung kantor atau tipe rumah negara yang akan dibangun tidak melebihi 
RKBMN Hasil Penelaahan. Untuk K/L yang belum menyusun RKBMN menggunakan standar 
kebutuhan sesuai PMK Nomor248/PMK.06/2011 sebagaimana telah diubah dengan PMK 
Nomor 7/PMK.06/2016 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan BMN Berupa Tanah 
g g p
dan/atau Bangunan.
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat RKBMN, adalah dokumen perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun.
Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

19
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
PENGADAAN BANGUNAN/GEDUNG   2)
(REVIU RKA K/L UNIT ESELON I)
(REVIU RKA‐K/L UNIT ESELON I)
3. Pastikan  alokasi anggaran pada  ADK RKA‐K/L dengan TOR/RAB tidak melebihi data dukung
perhitungan kebutuhan biaya pembangunan bangunan/gedung negara dari Kementerian 
PUPR atau Dinas PU setempat Khusus untuk rumah negara dengan metode pembelian tidak
PUPR atau Dinas PU setempat. Khusus untuk rumah negara dengan metode pembelian, tidak 
melebihi data dukung berupa brosur rumah dari developer.
4. Pastikan struktur biaya terdiri dari biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas/ 
manajemen konstruksi, biaya penyedia jasa konstruksi (fisik), biaya pengelola kegiatan (honor 
panitia dan PPHP). Khusus untuk rumah negara dengan metode pembelian, struktur biaya 
i i d PPHP) Kh k h d d b li k bi
terdiri dari biaya rumah dan biaya pengelola kegiatan (honor panitia dan PPHP).
5. Pastikan alokasi anggaran pada angka 4 tidak melebihi interpolasi sesuai dengan Peraturan 
Menteri PU Nomor 45/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung 
Negara (atau peraturan perubahannya Æ PermenPUPR Nomor 22/PRT/M/2018).
6. Pastikan kewajaran harga (Rp/m2) antara harga satuan renovasi gedung kantor dengan harga 
satuan renovasi rumah negara.
7 P
7. Pastikan telah dilengkapi dengan surat permohonan persetujuan penghapusan bangunan/
tik t l h dil k i d t h t j h b /
gedung ke pengelola barang (bila dibangun di tanah yang sudah ada bangunan/gedung lama).
8. Untuk kontrak tahun jamak, teliti apakah atas kontrak tahun jamak telah disertai surat 
persetujuan kontrak tahun jamak (multi years contract) dari Menteri/Menteri Keuangan dan 
alokasi anggarannya telah sesuai untuk tahun berkenaan, termasuk struktur biaya terdiri dari 
biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas/manajemen konstruksi, biaya penyedia 
jasa konstruksi (fisik), biaya pengelola kegiatan.
20
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
REHABILITASI/RENOVASI GEDUNG KANTOR/RUMAH NEGARA   1)
(REVIU RKA-K/L
RKA K/L UNIT ESELON I)
Tujuan:  Untuk memastikan alokasi anggaran tidak melebihi perhitungan kebutuhan biaya dari 
Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat dan telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
1 LLakukan
1. k k Penelaahan atas TOR, RAB, ADK RKA‐K/L dan data dukung lainnya:
P l h t TOR RAB ADK RKA K/L d d t d k l i
‐ Untuk satker yang berada di Indonesia
a. Status kepemilikan tanah; dan
b. Perhitungan kebutuhan biaya rehabilitasi/renovasi dari Kementerian PUPR atau Dinas PU 
setempat.
setempat
‐ Untuk satker perwakilan yang berada di luar negeri
a. untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang mengubah struktur bangunan dari 
sebelumnya, perhitungan kebutuhan biaya renovasi bangunan/gedung negara atau yang 
sejenis dari Kementerian PUPR atau dari konsultan perencana negara setempat; dan
sejenis dari Kementerian PUPR atau dari konsultan perencana negara setempat; dan
b. untuk pekerjaan renovasi bangunan/gedung negara yang tidak mengubah struktur bangunan 
dari sebelumnya, perhitungan kebutuhan biaya renovasi bangunan/gedung negara atau yang 
sejenis dari konsultan perencana negara setempat. 
2 P
2. Pastikan kesesuaian alokasi anggaran pada ADK RKA‐K/L dengan TOR/RAB dan tidak melebihi
tik k i l k i d ADK RKA K/L d TOR/RAB d tid k l bihi
data dukung perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat,
atau perhitungan kebutuhan biaya yang sejenis dari konsultan perencana negara setempat 
(untuk satker perwakilan di luar negeri).

21
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
REHABILITASI/RENOVASI GEDUNG KANTOR/RUMAH NEGARA   2)
(REVIU RKA K/L UNIT ESELON I)
(REVIU RKA‐K/L UNIT ESELON I)
3. Pastikan struktur biaya terdiri dari biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas/ 
manajemen konstruksi, biaya penyedia jasa konstruksi (fisik), dan biaya pengelola kegiatan 
(honor panitia dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/PPHP)
(honor panitia dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan/PPHP).
4. Pastikan alokasi anggaran sesuai struktur biaya tidak melebihi interpolasi sesuai dengan 
Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan 
Gedung Negara (atau peraturan perubahannya).
5. Pastikan kewajaran harga (Rp/m2) antara harga satuan renovasi gedung kantor dengan harga 
satuan renovasi rumah negara.

22
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
RESTORASI GEDUNG CAGAR BUDAYA YANG DILESTARIKAN (HERITAGE)
(REVIU RKA K/L UNIT ESELON I)
(REVIU RKA‐K/L UNIT ESELON I)
Tujuan:  Untuk memastikan alokasi anggaran tidak melebihi perhitungan kebutuhan biaya dari 
Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat dan telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
1 Dapatkan data dukung, berupa:
1. D tk d t d k b
a. Status kepemilikan tanah;
b. Ijin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 
setempat; dan
c Perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat.
c. Perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat
2. Pastikan kesesuaian alokasi anggaran pada ADK RKA‐K/L dengan TOR/RAB dan tidak melebihi
data dukung perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat.
3. Pastikan struktur biaya terdiri dari biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas/ 
manajemen konstruksi, biaya penyedia jasa konstruksi (fisik), dan biaya pengelola kegiatan 
j k k i bi di j k k i (fi ik) d bi l l k i
(honor panitia dan PPHP).
4. Pastikan alokasi anggaran sesuai struktur biaya tidak melebihi interpolasi sesuai dengan 
Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan 
Gedung Negara (atau peraturan perubahannya).

23
PENELAAHAN ALOKASI ANGGARAN 
PENYELESAIAN GEDUNG KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN (KDP)
(REVIU RKA K/L UNIT ESELON I)
(REVIU RKA‐K/L UNIT ESELON I)
Tujuan:  Untuk memastikan alokasi anggaran tidak melebihi perhitungan kebutuhan biaya dari 
Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat dan telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
1 Dapatkan data dukung, berupa:
1. D tk d t d k b
a. Hasil Penilaian Kelayakan Gedung dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman 
(Puslitbang) PUPR; dan
b. Perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat.
2 P
2. Pastikan kesesuaian alokasi anggaran pada ADK RKA‐K/L dengan TOR/RAB dan tidak melebihi
tik k i l k i d ADK RKA K/L d TOR/RAB d tid k l bihi
data dukung perhitungan kebutuhan biaya dari Kementerian PUPR atau Dinas PU setempat.
3. Pastikan struktur biaya terdiri dari biaya konsultan perencana, biaya konsultan pengawas/ 
manajemen konstruksi, biaya penyedia jasa konstruksi (fisik), dan biaya pengelola kegiatan 
(honor panitia dan PPHP).
4. Pastikan alokasi anggaran sesuai struktur biaya tidak melebihi interpolasi sesuai dengan 
Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan 
Gedung Negara (atau peraturan perubahannya).

24

Anda mungkin juga menyukai