Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian Tingkat Kesukaran Item


Tingkat kesukaran item atau disebut juga indeks kesulitan item menurut
[ CITATION Suk11 \l 1033 ] adalah angka yang menunjukkan proporsi siswa yang
menjawab betul dalam satu soal yang dilakukan dengan menggunakan tes
objektif. Menurut [ CITATION Dar10 \l 1033 ] soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu
sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran soal adalah angka
yang menunjukkan bahwa apakah soal yang diujikan termasuk mudah, sedang
atau sukar.

B. Langkah -langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran Item


Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada
tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Menentukan
tingkat kesukaran soal penting, karena dengan mengetahuinya dapat menjadi
acuan bagi peneliti untuk memilih soal-soal dengan tingkat kesukaran yang
bervariasi. Berikut langkah-langkah untuk menghitung tingkat kesukaran soal
uraian.

a. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

1
b. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus:

c. Membuat penafsiran tingkat kesukaran soal dengan cara membandingkan


tingkat kesukaran dengan kriteria, lihat pada tabel berikut :

Hasil perhitungan tingkat kesukaran pada soal uji coba pemecahan


masalah yang digunakan untuk post test :

2
Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal pemecahan masalah
diperoleh 9 soal dengan kriteria sedang, 1 soal dengan kriteria sukar.

Langkah-langkah untuk mencari tingkat kesukaran butir soal menurut


[ CITATION Zai12 \l 1033 ] adalah:

a. Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai dengan
skor terendah.
b. Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut
kelompok atas (higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah yang
selanjutnya disebut kelompok bawah (lower group). Sisa 46% disisihkan.
c. Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap
peserta didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah . Jika
jawaban peserta didik benar, diberi tanda 1 (satu), sebaliknya jika jawaban
peserta didik salah, diberi tanda 0 (nol).

Selanjutnya untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu dengan menggunakan


rumus[ CITATION Zai12 \l 1033 ] :

Keterangan :

TK = tingkat kesukaran

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

WH = jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

3
Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal menurut [ CITATION Zai12 \l
1033 ] adalah :

a. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.


b. Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang.
c. Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar.

C. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal


1. Daya Pembeda

[ CITATION Dal02 \l 1033 ] mengatakan bahwa daya pembeda soal adalah


kemampuan soal dengan skornya dapat membedakan peserta tes dari
kelompok tinggi dan kelompok rendah. Dengan kata lain makin tinggi daya
pembeda soal makin banyak peserta dari kelompok tinggi yang dapat
menjawab soal dengan benar dan makin sedikit peserta tes dari kelompok
rendah yang dapat menjawab soal dengan benar. Agar dapat diterima maka
nilai D daya pembeda soal adalah 0,30 atau lebih. Sedangkan untuk dapat
dinyatakan cukup memuaskan adalah 0,40 ke atas.

Daya pembeda soal adalah kemampuan memisahkan siswa pandai dan


siswa kurang. Sedangkan indeks daya pembeda soal adalah perbedaan
persentase dari 27% siswa yang mendapat nilai tinggi (kelompok atas) dan
27% siswa yang mendapat nilai rendah (kelompok bawah). Soal yang
mempunyai indeks daya pembeda antara 0,15 sampai 0,20 atau lebih tinggi
menunjukkan daya pembeda yang baik. Berdasarkan pendapat-pendapat yang
telah dikemukakan di atas, daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk
membedakan kelompok peserta tes berkemampuan tinggi dan kelompok
peserta tes yang berkemampuan rendah.

Nilai daya pembeda dinyatakan melalui indeks daya pembeda. Makin


tinggi atau makin besar indeks daya pembeda soal, makin besar soal tersebut
dapat membedakan antara kelompok tinggi dan kelompok rendah. Untuk
menghitung daya pembeda soal mengambil dari 27% kelompok tinggi dan

4
27% dari kelompok rendah. Nilai indeks daya pembeda soal berkisar antara –1
sampai +1. Jika siswa kelompok tinggi dapat menjawab soal dengan benar
lebih besar dari siswa kelompok rendah maka indeks daya pembeda positif.
Jika siswa kelompok tinggi dan rendah sama-sama dapat menjawab soal
dengan benar maka soal tersebut mempunyai daya pembeda nol. Jika siswa
kelompok rendah dapat menjwab soal dengan benar lebih besar dari kelompok
tinggi maka soal tersebut mempunyai daya pembeda negatif. Soal yang
mempunyai indeks daya pembeda negatif dan nol, dibuang karena soal
tersebut tidak dapat membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
dan rendah.

Cara menentukan daya pembeda butir tes sebagai berikut:

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

B A BB
DP= −
JA JB

Dengan DP merupakan Indeks daya pembeda, BA adalah banyaknya


peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar, BB adalah
banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA
merupakan banyaknya peserta tes kelompok atas, dan JB adalah banyaknya
peserta tes kelompok bawah.

Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.

DP Kualifikasi
0,00 – 0,19 jelek
0,20 – 0,39 cukup
0,40 – 0,69 baik
0,70 – 1,00 baik sekali
Negatif tidak baik, harus dibuang

5
Untuk mengetahui keberartian daya pembeda soal dilakukan dengan
statistik uji-t, dengan persamaan berikut:

Dengan t merupakan Indeks Daya Pembeda (DP) antara kemampuan


kelompok atas dengan kemampuan kelompok bawah, Xa merupakan skor
rata-rata tiap item tes kelompok atas, Xb adalah skor rata-rata tiap item tes
kelompok bawah, Sa adalah standar deviasi tiap item tes kelompok atas, Sb
merupakan standar deviasi tiap item tes kelompok bawah, Na adalah jumlah
siswa kelompok atas, dan Nb adalah jumlah siswa kelompok bawah.

Harga thitung yang dihasilkan dibandingkan dengan dengan harga ttabel


dengan dk = (Na –1)+(Nb – 1) pada taraf kepercayaan 95%. Jika thitung > ttabel
maka daya pembeda untuk soal tersebut adalah signifikan.

2. Tingkat Kesukaran Soal


[ CITATION Sai06 \l 1033 ] mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir
soal adalah proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal
dengan benar dengan banyaknya peserta tes. Hal ini berarti makin banyak
peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar maka makin besar indeks
tingkat kesukaran, yang berarti makin mudah butir soal itu. Sebaliknya makin
sedikit peserta tes yang menjawab butir soal dengan benar maka soal tersebut
makin sukar.
Menurut [ CITATION Ana07 \l 1033 ] tingkat kesukaran soal berkaitan
dengan persentase peserta yang menjawab soal dengan benar. Semakin mudah
butir soal, makin besarlah persentasenya. Jika tingkat kesukaran 70 %
(p=0,70), soal tersebut dianggap lebih mudah dibandingkan jika tingkat

6
kesukaran soalnya 15 % (p=0,15).yang paling baik adalah soal yang
mempunyai tingkat kesukaran 0,50.
[ CITATION Way02 \l 1033 ] mengemukakan tentang klasifikasi tingkat
kesukaran soal yaitu jika nilai p (presentase tingkat kesukaran soal) = 0,81 –
1,00 butir soal mudah sekali, jika nilai p= 0,61- 0,80 butir soal mudah, jika
nilai p= 0,41 – 0,60 butir soal sedang, jika nilai p= 0,21 – 0,40 butir soal
sukar, jika nilai p= 0,00 – 0,20 butir soal sukar sekali.
[ CITATION Nan02 \l 1033 ] mengatakan bahwa terdapat tingkat
kesukaran mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran yang baik adalah 0,25
sampai 0,75. Soal yang mempunyai tingkat kesukaran di bawah 0,25 berarti
soal itu sukar, sebaliknya soal yang mempunyai tingkat kesukaran di atas 0,75
adalah soal itu terlalu mudah.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, tingkat kesulitan soal
adalah seberapa mudah dan seberapa sulitnya suatu soal bagi siswa. Tingkat
kesukaran dinyatakan dengan persentase siswa yang menjawab soal dengan
benar. Makin besar persentase siswa yang menjawab soal dengan benar,
makin mudah soal itu. Sebaliknya makin kecil persentase siswa yang
menjawab soal dengan benar, makin sukar soal itu. Dengan demikian soal
yang dijawab benar oleh 85 % siswa, dinyatakan mempunyai tingkat
kesukaran 0,85, tentunya soal ini lebih mudah dari soal yang mempunyai
tingkat kesukaran 20% (0,20).
Cara Menentukan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Tes
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
persamaan:
B
P=
Jx

Dengan: P adalah indeks kesukaran, B adalah banyaknya siswa yang


menjawab soal dengan benar, dan Jx adalah jumlah seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti tabel berikut:

7
P-P Klasifikasi
0,00 – 0,29 Soal sukar
0,30 – 0,69 Soal sedang
0,70 – 1,00 Soal mudah

Rumus lain yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal


uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu :

Keterangan: Tk : Indeks tingkat kesukaran butir soal


SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
IA : jumlah skor ideal kelompok atas
IB : jumlah skor ideal kelompok bawah

Setelah indeks tingkat kesukaran diperoleh, maka harga indeks


kesukaran tersebut diinterpretasikan pada kriteria sesuai tabel berikut:

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria


0 – 15 % Sangat sukar, sebaiknya dibuang
16 % – 30 % Sukar
31 % – 70 % Sedang
71 % – 85 % Mudah
86 % – 100 % Sangat mudah, sebaiknya dibuang

8
D. Analisis Daya Pembeda
Untuk mengetahui intensitas sebuah soal dalam hal kesukaran dibutuhkan
sebuah daya pembeda, yaitu kemampuan antara butir soal dapat membedakan
antara peserta didik yang menguasai materi yang diujikan dan peserta didik yang
belum menguasai materi yang diujikan. Daya beda butir soal ialah indeks yang
menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok yang
berprestasi tinggi dari kelompok yang berprestasi rendah diantara para peserta
tes. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi. Yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks ini
kemungkinan adanya tanda negatif manakala suatu tes terbalik menunjukkan
kualitas tes yaitu anak pandai disebut tidak pandai dan sebaliknya. Dengan
demikian ada 3 titik daya pembeda yaitu:

-1,00 0,00 1,00


Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi
(positif)

Bertitik tolak dari titik di atas, terdapat patokan yang dapat digunakan untuk
mengetahui sebesar manakah sebuah item butir soal dapat dinyatakan memiliki
pembeda yang baik. Patokannya adalah sebagai berikut:

Besarnya angka Klasifikasi Interpretasi


indeks diskriminasi
item (D)
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang
bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali
(jelek), dianggap tidak
memiliki daya pembeda
yang baik.
0,20 - 0,40 Satisfactory Butir item yang
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang).
0,40 - 0,70 Good Butir item yang
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda

9
yang baik.
0,70 - 1,00 Excellent Butir item yang
bersangkutan telah
memiliki daya pembeda
yang baik sekali.
Bertanda negatif - Butir item yang
bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek
sekali).

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun tidak
pandai, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda.
Demikian sebaliknya, jika siswa yang pandai maupun tidak pandai tidak bisa
menjawab benar, soal tersebut juga tidak baik karena tidak mempunyai daya
pembeda.

Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang
pandai saja. Contohnya, jika suatu kelompok anak yang berprestasi tinggi dapat
menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir suatu kelompok yang
berprestasi rendah menjawab salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki indeks
diskriminasi (D) terbesar. Sebaliknya jika kelompok yang berprestasi rendah
seluruhnya menjawab soal dengan benar sedangkan kelompok berprestasi
tingginya menjawab dengan salah, maka indeks diskriminasi (D) soal tersebut
-1,00. Sedangkan jika antara kedua kelompok sama-sama menjawab dengan
benar, berarti indeks diskriminasi (D) soal tersebut 0,00 atau tidak memiliki daya
pembeda [ CITATION Sya121 \l 1033 ].

Untuk mengetahui besar kecilnya angka indeks diskriminasi item dapat


digunakan 2 macam rumus berikut ini [CITATION Ana16 \p 390-391 \l 14345 ] :

a. Rumus Pertama,
D = PA – PB atau
D = PH - PL
Di mana:
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item)

10
PA atau PH = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan. Dapat diperoleh dengan rumus:
BA
PA = PH =
JA
Di mana:
BA = Banyaknya testee kelompok atas yang menjawab dengan betul butir
item bersangkutan.
JA = Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas
PB atau PL = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawb dengan
betul butir item yang bersangkutan. Dapat diperoleh dengan rumus:
BB
PB = PL =
JB

Di mana:

BB = Banyaknya testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan


benarbutir item yang bersangkutan

JB = Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah.

b. Rumus Kedua, angka indeks diskriminasi item diperoleh dengan


menggunakan teknik korelasi Phi ( ǿ ) dengan rumus,
P H −P L
ǿ=
2 √( P)(q)
Di mana:
ǿ = Angka indeks korelasi Phi, yang dalam hal ini dianggap sebagai angka
indeks diskriminasi item.
PH = Proportion of the higher group
PL = Proportion of the lower group
2 = Bilangan konstan
P = Proporsi seluruh testee yang jawabannya betul
q = Proporsi seluruh testee yang jawabannya salah, di mana q = (l – p)

11
Cara Menentukan Daya Pembeda [CITATION Sya12 \l 14345 ].
Membedakan menjadi kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok
besar (100 ke atas).
a) Kelompok kecil (kurang 100)
Seluruh kelompok tes terbagi 2 sama besar, separuh kelompok atas dan
separuh kelompok bawah sebagai berikut:

Siswa Skor Siswa Skor

A 10 Kelompok E 5 Kelompok
Atas (JA) Bawah (JB)
B 9 F 4

C 8 G 3

D 7 H 2

b) Kelompok besar (100 ke atas)


Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan
bawahnya saja, masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya. Contoh
sebagai berikut:
9
9 27% sebagai JA
8
8
2 27% sebagai JB
1
1
0

Dari tabel kelompok atas dan bawah itu dicari menggunakan rumus:
D = (Ba/JA)-(Bb/JB)=Pa-Pb

Keterangan :

12
D: Daya Pembeda
J: Jumlah Peserta
JA: Jumlah Peserta Atas
JB: Jumlah Peserta Bawah
Bb: Jumlah Peserta Kelompok bawah menjawab benar
Ba: Jumlah peserta kelompok atas menjawab benar
PB - BB/JB: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA – BA/JA: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

Contoh perhitungan sebagai berikut:


Tabel Analisa 10 butir soal, 10 siswa

Siswa Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor

A A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9

B B 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 5

C B 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4

D B 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 5

E B 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 6

F A 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8

G A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

H A 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7

I B 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3

J A 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8

10=N 7 7 4 8 7 6 7 8 6 5 65

Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skorskor sebagai berikut:


A = 9, B = 5, C = 4, D = 5, E = 6, F = 8, G = 10, H = 7, I = 3, J = 8
Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array (urutan
penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

13
Kelompok Atas Kelompok Bawah

10 6

9 5

8 5

8 4

7 3

JA = 5 orang JB = 5 orang

Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan


kelompok bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:

Kelompok Atas Kelompok Bawah


JA JB

G = 10 E=6

A=9 B=5

F=8 D=5

J=8 C=4

H=7 I=3

Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi butir-butir soal sehingga diketahui


hasilnya:

Nomor Ba Bb Ja Jb Pa = Pb = D = Pa
Butir Ba/Ja Bb/Jb - Pb
Item

1 5 2 5 5 1,00 0,4 0,6

2 4 3 5 5 0,8 0,6 0,2

3 4 0 5 5 0,8 0 0,8

4 4 4 5 5 0,8 0,8 0

5 4 3 5 5 0,8 0,6 0,2

14
6 4 2 5 5 0,8 0,4 0,4

7 5 2 5 5 1,00 0,4 0,6

8 5 3 5 5 1,00 0,6 0,4

9 4 2 5 5 0,8 0,4 0,4

10 3 2 5 5 0,6 0,4 0,2

Kemudian diinterpretasikan terhadap D menjadi:

Nomor Besarnya Klasifikasi Interpretasi


Butir D
Item

3 0,8 Excellent Daya pembeda itemnya baik


sekali.

1 dan 7 0,6 Good Daya pembedanya baik.

6, 8 dan 0,4 Satisfactory Daya pembedanya cukup


9 (sedang).

5 0,2 Poor Daya pembedanya lemah


sekali (jelek).

4 0,0 Poor tidak memiliki daya


pembeda sama sekali (jelek).

Sebagai tindak lanjut atas hasil analisis daya pembeda dalam [CITATION
Ana16 \p 409 \l 14345 ] adalah:
a. Butir-butir item yang sudah memiliki daya pembeda baik
(satisfactory, good, dan excellent) hendaknya dimasukkan dalam bank
soal. Dan dapat dikeluarkan lagi pada tes berikutnya karena
kualitasnya sudah cukup memadai.

15
b. Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor), ada 2
kemungkinan:
1) Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, dan setelah diperbaiki dapat
diajukan lagi dalam tes hasil belajar, yang kemudian dianalisis lagi
apakah meningkat atau tidak.
2) Dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi untuk tes hasil
belajar.
c. Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya
bertanda negatif, sebaiknya pada tes hasil belajar tidak usah
dikeluarkan lagi, sebab butir yang demikian kualitasnya sangat jelek
(testee yang pandai lebih banyak menjawab salah ketimbang testee
yang tidak pandai, justru hanya sedikit yang menjawab salah).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tingkat kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan bahwa apakah soal
yang diujikan termasuk mudah, sedang atau sukar. Menentukan tingkat
kesukaran soal penting, karena dengan mengetahuinya dapat menjadi acuan bagi
peneliti untuk memilih soal-soal dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.

Untuk menghitung tingkat kesukaran yaitu dengan menggunakan rumus


(Arifin, 2012: 266) :

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan kelompok


peserta tes berkemampuan tinggi dan kelompok peserta tes yang berkemampuan
rendah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan:

B A BB
DP= −
JA JB

Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan


persamaan:

B
P=
Jx

Tes yang baik adalah tes yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang
pandai saja. Contohnya, jika suatu kelompok anak yang berprestasi tinggi dapat
menjawab dengan benar suatu tes dan seluruh atau hampir suatu kelompok yang
berprestasi rendah menjawab salah, dikatakan bahwa soal itu memiliki indeks
diskriminasi (D) terbesar. Sebaliknya jika kelompok yang berprestasi rendah
seluruhnya menjawab soal dengan benar sedangkan kelompok berprestasi
tingginya menjawab dengan salah, maka indeks diskriminasi (D) soal tersebut

17
-1,00. Sedangkan jika antara kedua kelompok sama-sama menjawab dengan
benar, berarti indeks diskriminasi (D) soal tersebut 0,00 atau tidak memiliki daya
pembeda

B. Saran
Makalah kami ini disusun dari beberapa sumber buku, maupun sumber-
sumber lain yang berhubungan dengan materi makalah yang diberikan. Namun
isinya masih jauh dari kata sempurna. Ada banyak kekurangan dari makalah ini,
seperti kurangnya sumber referensi buku, serta pengetahuan kami yang terbatas.
Oleh karena itu, makalah ini perlu mendapatkan respon positif baik itu berupa
saran ataupun kritik yang mengarah kepada yang lebih baik, guna
mengembangkan dan meningkatkan disiplin ilmu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. d. (2007). Tes Psikologi. Jakarta: Prenhallindo.

Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Kementerian Agama RI.

Azwar, S. (2006). Reliabilitas, Validitas, Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.

Burhan, A. Y. (2012). Analisis Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda dan Fungsi Diktaktor Soal
Ujian Semester Ganjil. Analisis Tingkat Kesukaran., 102-203.

Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Naga, D. S. (2002). Pengantar Teori Skor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta:


Gunadarma.

Nurkancana, W. d. (2002). Nurkancana, Wayan dan Supartana. 2002. Evaluasi Hasil


Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudijono, A. (2016). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sujana, N. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.

Syamsudin. (2012). Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pol Jawaban Tes
(Analisis Butir Soal). Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 1, No.2, 190.

Widiyanto, J. (2018). Evaluasi Pembelajaran. Madiun: UNIPMA PRESS.

19

Anda mungkin juga menyukai