Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Undang-Undang Cipta Kerja Terhadap Keberlangsungan UMKM dan PP

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hukum
Perusahaan Kelas A
Dosen pengampu: Dr. AL. Sentot Sudarwanto, S.H., M.Hum.

Disusun oleh:
Moh. Yusrillivian Y.E. E0019161
Moh. Umar Syaiful N. E0019267
Muchsin Bima Alatas E0019269
Petrus Kanisius Eko K. E0019333
Ratna Widyaningsih E0019356

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

UMKM di Indonesia mempunyai kontribusi yang penting sebagai penopang


perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada
dasarnya adalah sektor UMKM. Selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi
nasional dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam pendistribusian
hasil-hasil pembangunan dan merupakan motor penggerak pertumbuhan aktivitas
ekonomi nasional. Perhatian pada pengembangan sektor UMKM memberikan makna
tersendiri pada usaha menekan angka kemiskinan suatu negara. Pertumbuhan dan
pengembangan sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu indikator
keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara- negara yang memiliki income
perkapita yang rendah (Primiana, 2009:49).
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu unit usaha
yang memiliki peran penting dalam perkembangan dan pertumbuhan perekonomian
Indonesia. Dengan adanya sektor UMKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang
tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Tumbuhnya usaha mikro
menjadikannya sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja dan pendapatan.
Dengan banyak menyerap tenaga kerja berarti UMKM mempunyai peran strategis
dalam upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis
dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara
kita sejak beberapa waktu yang lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang
mengalami stagnansi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.
Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak
berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM, terlebih
lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala
kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.
Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru, UMKM juga berperan
dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter di saat perusahaan-
perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Saat ini,
UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan
nasional. Tidak hanya itu, kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto
(PDB) juga semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir. Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi sektor UMKM meningkat dari
57,84% menjadi 60,34%.
Secara umum, UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran sebagai :
(1) pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan kerja, (3) pemain
penting dalam pengembangan perekonomian local dan pemberdayaan masyarakat, (4)
pencipta pasar baru dan sumber inovasi, (5) kontribusinya terhadap neraca
pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008). Oleh karena itu, pemberdayaannya harus
dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas
dan daya saing, serta dapat terus menumbuhkan wirausahawan-wirausahawan baru
yang lebih tangguh.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pengertian Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.
3. Yang dimaksud usaha kecil dan menengah adalah kegiatan usaha dengan skala
aktivitas yang tidak terlalu besar, manajaemen masih sangat sederhana, modal
yang tersedia terbatas, pasar yang dijangkau juga belum luas.
4. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Secara umum ciri ciri UMKM adalah manajemen berdiri sendiri, modal
disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah
karyawan yang dipekerjakan terbatas. Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan,
ekonomi yang demokratis, kemandirian, keseimbangan kemajuan, berkelanjutan,
efesiensi keadilan, serta kesatuan ekonomi nasional.
Jenis usaha kecil menengah tersebar dari berbagai unit usaha, seperti pertanian,
perdagangan, industri pengolahan, komunikasi dan pengangkutan, bangunan,
keuangan dan listrik dan gas serta air bersih. Jumlah usaha kecil sangat banyak, tapi
omzet yang digabungkan dari keseluruhan jumlah tidak sebanding dengan satu omzet
perusahaan skala nasional. Termasuk usaha kecil dan menengah yang terdiri dari
semua pedagang kecil dan menengah, penyedia jasa kecil dan menengah, petani dan
peternak kecil dan menengah, kerajinan rakyat dan industri kecil, dan lain sebagainya.
Seperti misalnya warung di kampung-kampung, toko kelontong, koperasi serba usaha,
Koperasi Unit Desa (KUD), toko serba ada, wartel, ternak ayam, dan sebagainya.

Jenis usaha kecil ini memang sangat kuat dan tahan banting terhadap krisis ekonomi
sekalipun. Karena itu kita perlu mengembangkannya, dalam hal ini pemerintah yang
paling bertanggungjawab dan memiliki peran yang besar terhadap pengembangan
usaha kecil menengah di Indonesia. Salah satu diantaranya pemerintah perlu
menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif berupa keringanan pajak, kemudahan
perijinan dan lain-lain. Selain itu, pengembangan kemitraan dan pelatihan para
wiraswastawan perlu dilakukan. Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk
turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses
pasar, modal, dan teknologi, yang selama ini kerap menjadi pembicaraan di seminar
atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha kecil menengah, antara lain
meliputi : kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses
pasar, peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia, ketersediaan layanan
pengembangan usaha, pengembangan klaster, jaringan bisnis, dan kompetisi. (Mariana
Kristiyanti, 2012)
Isi

Disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) merubah
ketentuan mengenai kriteria UMKM dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. UU ciptaket membawa banyak kemudahan untuk pelaku usaha UMKM
karena memberikan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan kepada UMKM merupakan salah
satu tujuan dibuatnya UU Cipta Kerja.

Dalam ketentuan UU Cipta Kerja terdapat beberapa ketentuan yang memberikan kemudahan bagi
UMKM. Berikut beberapa ketentuan UU Cipta Kerja yang memberikan kemudahaan bagi UMKM:

1.Memberikan Insentif dan Kemudahan Bagi Usaha Menengah dan Besar Yang Bermitra dengan
UMK

2. Memberikan Kemudahan Fasilitas Pembiayaan dan Insentif Fiskal

3. Memberikan Kemudahan Perizinan Berusaha

4. Memberikan Dana Alokasi Khusus, Bantuan dan Pendampingan Hukum

5. Kemudahan Sertifikasi Halal

Selanjutnya, PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan


Koperasi dan UMKM disusun sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja. Hal lain yang mendasari dan mendorong perlunya pengaturan yang lebih jelas terkait
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah antara lain bahwa pengaturan yang berkaitan dengan
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang
tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan
hukum untuk percepatan cipta kerja dan belum terintegrasi sehingga perlu dilakukan perubahan.

Tindak lanjut yang dimaksud adalah bahwa PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 86,
Pasal 87, Pasal 88, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 94, Pasal 104, dan Pasal 185 huruf b Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengamanatkan untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.

Pertimbangan terbitnya PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan


Pemberdayaan Koperasi dan UMKM adalah untuk melaksanakan ketentuan Pasal 86, Pasal 87, Pasal
88, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 94, Pasal 104, dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Dasar hukum PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan UMKM, adalah:

● Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
● Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor
3502);
● Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 48661;
● Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);

PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
ini mencabut:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor


20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5404);
2) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 20l3 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20l3 Nomor 66); dan
3) Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan untuk Usaha Mikro dan Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20l4 Nomor 222).
Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu pilar kekuatan ekonomi rakyat
yang mampu memperluas lapangan kerja dan berperan dalam pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mewujudkan stabilitas nasional.
Mengingat arti penting Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional,
harus memperoleh keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kemudahan, dukungan,
pelindungan, dan pemberdayaan.

Peraturan Pemerintah ini disusun sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Hal lain yang mendasari dan mendorong perlunya pengaturan yang lebih jelas
terkait Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah antara lain bahwa pengaturan yang berkaitan
dengan kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
yang tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan saat ini belum dapat memenuhi
kebutuhan hukum untuk percepatan cipta kerja dan belum terintegrasi sehingga perlu dilakukan
perubahan.

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur antara lain mengenai:

- Kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Koperasi;


- Kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
- Penyelenggaraan Inkubasi;
- Dana alokasi khusus kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah.
Salah satu kemudahan dengan diberlakukannya UU dan PP tersebut yaitu Di mana, UMKM
diberikan jaminan untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).Bagi pelaku usaha mikro yang
belum memiliki NIB, harus didaftarkan pemerintah daerah. Menurutnya, semua pihak harus proaktif.
Ia menambahkan transformasi UMKM sektor informal ke formal tidak akan terlaksana, jika
pelaksanaan UU Cipta Kerja dan PP Nomor 7 2021 tidak berjalan secara kooperatif. Selanjutnya PP
dan perpres pelaksana UU Ciptaker tersebut, yang paling efektif dan paling berpengaruh positif
untuk pemulihan ekonomi adalah aturan-aturan mengenai perizinan terutama untuk UMKM, serta
pengambilan keputusan berkaitan dengan masalah lahan.
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "UU Cipta Kerja Juga Bantu UMKM"

Read more at: http://brt.st/764h

Pemerintah memastikan skala usaha mikro akan mendapatkan kemudahan berusaha dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Aturan ini merupakan peraturan turunan Undang-Undang (UU)
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dengan disusunnya PP Nomor 7 tersebut tentu saja akan berdampak pada koperasi dan usaha
mikro, kecil, menengah kedepannya.Terlebih lagi dari isi PP Nomor 7 dapat kita lihat bahwa
peraturan tersebut sangat menguntungkan bagi koperasi dan UMKM kedepannya.

Berikut adalah dampak pemberlakuan UU Ciptaker dan PP Nomor 7 Tahun 2021 kedepannya :

- Memudahkan pengawasan terhadap koperasi - koperasi sehingga segala bentuk


penyalahgunaan koperasi dari oknum-oknum tertentu dapat segera dideteksi dan ditangani
sedini mungkin.
- Dengan persyaratan jumlah pendiri yang sedikit diharapkan dapat menarik minat masyarakat
umum dan kaum milenial untuk dapat membentuk koperasi atau bergabung dengan koperasi.
- Berbagai macam perlindungan dan pemberdayaan dari aspek kelembagaan, kapasitas SDM,
pendampingan, penyediaan skema pembiayaan, produksi (teknologi, pasokan, sarana), usaha
dan pemasaran diharapkan akan menaikkan level koperasi agar bisa bersaing dengan usaha
lain baik di dalam negeri atau diluar negeri nantinya.
Dengan adanya PP Nomor 7 tahun 2021 tersebut, diharapkan dapat mendorong perkembangan dan
pemberdayaan koperasi dan UMKM kedepannya.

Kesimpulan

PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
disusun sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Tindak lanjut
yang dimaksud adalah bahwa PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88,
Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 94, Pasal 104, dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengamanatkan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Dengan adanya PP Nomor 7 tahun 2021 tersebut, diharapkan dapat mendorong
perkembangan dan pemberdayaan koperasi dan UMKM kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai