Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Hukum
Perusahaan Kelas A
Dosen pengampu: Dr. AL. Sentot Sudarwanto, S.H., M.Hum.
Disusun oleh:
Moh. Yusrillivian Y.E. E0019161
Moh. Umar Syaiful N. E0019267
Muchsin Bima Alatas E0019269
Petrus Kanisius Eko K. E0019333
Ratna Widyaningsih E0019356
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.
3. Yang dimaksud usaha kecil dan menengah adalah kegiatan usaha dengan skala
aktivitas yang tidak terlalu besar, manajaemen masih sangat sederhana, modal
yang tersedia terbatas, pasar yang dijangkau juga belum luas.
4. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Secara umum ciri ciri UMKM adalah manajemen berdiri sendiri, modal
disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah
karyawan yang dipekerjakan terbatas. Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan,
ekonomi yang demokratis, kemandirian, keseimbangan kemajuan, berkelanjutan,
efesiensi keadilan, serta kesatuan ekonomi nasional.
Jenis usaha kecil menengah tersebar dari berbagai unit usaha, seperti pertanian,
perdagangan, industri pengolahan, komunikasi dan pengangkutan, bangunan,
keuangan dan listrik dan gas serta air bersih. Jumlah usaha kecil sangat banyak, tapi
omzet yang digabungkan dari keseluruhan jumlah tidak sebanding dengan satu omzet
perusahaan skala nasional. Termasuk usaha kecil dan menengah yang terdiri dari
semua pedagang kecil dan menengah, penyedia jasa kecil dan menengah, petani dan
peternak kecil dan menengah, kerajinan rakyat dan industri kecil, dan lain sebagainya.
Seperti misalnya warung di kampung-kampung, toko kelontong, koperasi serba usaha,
Koperasi Unit Desa (KUD), toko serba ada, wartel, ternak ayam, dan sebagainya.
Jenis usaha kecil ini memang sangat kuat dan tahan banting terhadap krisis ekonomi
sekalipun. Karena itu kita perlu mengembangkannya, dalam hal ini pemerintah yang
paling bertanggungjawab dan memiliki peran yang besar terhadap pengembangan
usaha kecil menengah di Indonesia. Salah satu diantaranya pemerintah perlu
menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif berupa keringanan pajak, kemudahan
perijinan dan lain-lain. Selain itu, pengembangan kemitraan dan pelatihan para
wiraswastawan perlu dilakukan. Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk
turut memecahkan tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses
pasar, modal, dan teknologi, yang selama ini kerap menjadi pembicaraan di seminar
atau konferensi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha kecil menengah, antara lain
meliputi : kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses pembiayaan, akses
pasar, peningkatan kualitas produk dan sumber daya manusia, ketersediaan layanan
pengembangan usaha, pengembangan klaster, jaringan bisnis, dan kompetisi. (Mariana
Kristiyanti, 2012)
Isi
Disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) merubah
ketentuan mengenai kriteria UMKM dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. UU ciptaket membawa banyak kemudahan untuk pelaku usaha UMKM
karena memberikan kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan kepada UMKM merupakan salah
satu tujuan dibuatnya UU Cipta Kerja.
Dalam ketentuan UU Cipta Kerja terdapat beberapa ketentuan yang memberikan kemudahan bagi
UMKM. Berikut beberapa ketentuan UU Cipta Kerja yang memberikan kemudahaan bagi UMKM:
1.Memberikan Insentif dan Kemudahan Bagi Usaha Menengah dan Besar Yang Bermitra dengan
UMK
Tindak lanjut yang dimaksud adalah bahwa PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan,
Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 86,
Pasal 87, Pasal 88, Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 94, Pasal 104, dan Pasal 185 huruf b Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengamanatkan untuk menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Dasar hukum PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan
Koperasi dan UMKM, adalah:
● Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
● Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor
3502);
● Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 48661;
● Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573);
PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
ini mencabut:
Peraturan Pemerintah ini disusun sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Hal lain yang mendasari dan mendorong perlunya pengaturan yang lebih jelas
terkait Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah antara lain bahwa pengaturan yang berkaitan
dengan kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
yang tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan saat ini belum dapat memenuhi
kebutuhan hukum untuk percepatan cipta kerja dan belum terintegrasi sehingga perlu dilakukan
perubahan.
Pemerintah memastikan skala usaha mikro akan mendapatkan kemudahan berusaha dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Perlindungan dan
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Aturan ini merupakan peraturan turunan Undang-Undang (UU)
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Dengan disusunnya PP Nomor 7 tersebut tentu saja akan berdampak pada koperasi dan usaha
mikro, kecil, menengah kedepannya.Terlebih lagi dari isi PP Nomor 7 dapat kita lihat bahwa
peraturan tersebut sangat menguntungkan bagi koperasi dan UMKM kedepannya.
Berikut adalah dampak pemberlakuan UU Ciptaker dan PP Nomor 7 Tahun 2021 kedepannya :
Kesimpulan
PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
disusun sebagai tindak lanjut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Tindak lanjut
yang dimaksud adalah bahwa PP Nomor 7 tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM merupakan aturan pelaksanaan dari Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88,
Pasal 89, Pasal 90, Pasal 91, Pasal 94, Pasal 104, dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengamanatkan untuk menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Dengan adanya PP Nomor 7 tahun 2021 tersebut, diharapkan dapat mendorong
perkembangan dan pemberdayaan koperasi dan UMKM kedepannya.