1. Pendahuluan
posisi titik – titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut
dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan
azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut
horizontal dan sudut vertikal. Sudut horisontal adalah pengukuran dasar yang
diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal
Sudut –sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara
biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan
metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui
garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar) sudut.
- Sistem Seksagesimal
Dalam sistem seksagesimal keliling lingkaran dibagi dalam 360 bagian yang
disebut derajat. 1 (1 derajat) = 60’ (60 menit) dan 1’ = 60” (60 detik).
- Sistem Sentisimal
Dalam sistem sintisimal keliling lingkaran di bagi dalam 400 bagian yang
(100 centicentigrade).
- Sistem Radial
Dalam sistem radial keliling lingkaran dibagi dalam bagian yang disebut
- Sistem Waktu
1 jam = 15
Bacaan sudut merupakan bacaan sudut pada theodolit ( alat sejenis ) ketika
membidik arah tertentu. Sudut merupakan selisih antara dua bacaan sudut. Alat
30
60
90
A C
Jenis – jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pekerjaan
pengukuran tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut belokan. Karena
ketiga jenis sudut diatas sangat berbeda maka jenis sudut yang dipakai harus
tertutup dan sudut luar terletak di polygon tertutup. Sudut luar sangat axplement
penggunaannya sebagai pengecekan, karena jumlah sudut dalam dan sudut luar
pada satu stasiun (titik) harus sama dengan 360. Seperti digambarkan dalam
gambar 3, sudut dalam dapat diputar searah jarum jam (ke kanan) atau
berlawanan jarum jam (ke kiri). Menurut defenisi sudut kekanan diukur searah
jarum jam dari stasiun belakang ke stasiun depan. Catatan, selama pengukuran
berjalan, biasanya stasiun diberi nama urutan hurup abjad atau angka naik.
Perhatikan bahwa polygon pada gambar 4 adalah ‘kanan’ dan ‘kiri’ yaitu
sama dalam bentuk tetapi berkebalikan seperti tangan kanan dan tangan kiri.
Gambar 4 (b) ditujukan hanya untuk menekan bahwa sebuah kesalahan serius
dapat terjadi jika sudut – sudut searah dan berlawanan arah jarum jam di campur
aduk. Karenanya harus dipakai prosedur yang seragam, misalnya bila mungkin
selalu mengukur sudut searah jarum jam dan arah putaran ditunjukan dalam buku
C 129 11’
D 39 35’ C
39 35’
132 30’ A 115 10’ U
U
E 115 42’
129 11’ B
118 62’ 132 30’
118 62’ D
115 10’
115 42’
F F
A E
perpanjangan garis belakang ke stasiun depan. Sudut belokan selalu lebih kecil
dari 180 derajad dan arah putaran ditentukan dengan jalan menambahkan ka dan
ki pada harga numerisnya. Jadi, sudut B dalam gambar 10.4 adalah kanan (ka) dan
c. Arah Garis
Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dengan garis
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai
sebuah sudut dan huruf – huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut
lancip horizontal antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur
dari utara maupun selatan kearah timur maupun barat, untuk menghasilkan sudut
kurang dari 90. Kuadran yang terpakai ditunjukan dengan huruf U atau S
10.5, semua sudut arah dalam kuadran U70T. Semua sudut arah dalam kuadran
SOT adalah berlawanan arah jarum jam dari median, sehingga OB adalah S35T.
Demikian pula dengan sudut arah OC adalah S55B dan untuk OD, U30B.
U
D
30
70 A
B T
55
35
C A
Gambar 6. Bearing
polygon adalah serangkaian jarak dan sudut, atau jarak dan sudut arah, atau jarak
dan azimut yang menghubungkan titik – titik yang berurutan. Garis – garis bidang
tanah milik, membentuk polygon jenis polygon tertutup. Sebuah pengukuran jalan
raya dari satu kota ke kota lainnya biasanya merupakan polygon terbuka, tetapi
bila mungkin harus ditutup dengan pengikatan pada titik – titik yang diketahui
gambar 7 dalam gambar 7 (a) anggaplah sudut arah garis AB adalah U4135T dan
sudut di B berputar searah jarum jam (ke kanan) dari garis BA yang diketahui,
9 14’
128 11’ C
U B 9 14’ U
S79 21’B 88 35’
-41 35’ 79 21’
41 35’ D U9 14’T
A B
(a) (b)
Dalam gambar 7 (b), sudut arah jarum jam di C dari B ke D diukur sebesar
8835’. Sudut arah CD adalah 88 35’ - 9 14’ = S79 21’B. melanjutkan teknik
ini, sudut arah table 1 telah ditentukan untuk semua garis dalam gambar 7 (a).
AB U4135’T DE S3151’B
BC U914’B EF S1227’T
CD U7921’B FA S7335’T
Cek AB U4135’T
Sudut arah suatu arah awal harus dihitung kembali sebagai sebuah
(1) telah terjadi galat (error) aritmetik atau (2) sudut sudutnya tidak diratakan
dengan benar sebelum menghitung sudut arah. Dalam table 1, perhatikan bahwa
sudut arah AB dalam gambar 7 (a) diperoleh dengan memakai sudut terukur
geometrik yang benar sebelum sudut arah dihitung. Dalam polygon terteutup,
jumlah sudut dalam sama dengan (n-2)180, dimana n adalah banyaknya sisi
(arah). Jika sudut – sudut polygon tidak menutup karena misalnya ada perbedaan
2 detik dan tidak diratakan sebelum menghitung sudut arah maka sudut arah asli
dan pengecekan yang dihitung untuk sudut arah AB juga akan berselisih 2 detik,
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang
median acuan. Dalam pengukuran tanah datar, azimut biasanya diukur dari utara,
tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetik Survey memakai selatan
dan tidak memerlukan huruf – huruf untuk menunjukan kuadran. Jadi Azimut OA
adalah 70, Azimut OB 145, Azimut OC 235, dan Azimut OD 330. Perlu
dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.
U
Meridian Acuan
70
330
145
235
Gambar 8. Azimut
g. Menghitung Azimut
Banyak juru ukur lebih menyukai Azimut daripada sudut arah untuk
Utara = Y +
A (Xa1 – Ya)
berapa, dan ini dapat dilihat dari tanda aljabar dari harga (X b – Xa) dan
(Yb – Ya). Letak kuadran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
I + + Ф=α
II + -
(Xb – Xa) Ф = 180 – | α |
αAB = Tan
III - -
-1
(Yb – Ya) Ф = 180 – | α |
IV - +
Ф = 360 – | α |
B
dan sudut β. Kemudian akan dicari
αAB
besar azimut αBC
A C
- Harga ± 180 dapat dipilih (+) atau (-), hasilnya akan sama
- Bila azimut lebih besar dari 360, maka harus dikurangi 360
Bila azimut lebih kecil dari 0, maka harus ditambah 360
Contoh .1 :
Diketahui : ФAB = 50
β
β = 220
B
Ditanya : ФBC =?
ФA AB
A C
ФA BC
90
Referensi