Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MANDIRI 2 MATAKULIAH HIDROLOGI

TOPIK: LIMNOLOGI

Nama : Eka Novialisna Putri Hidrologi


NIM : 20/461450/GE/09410 Dosen : Nugroho Christanto, S.Si., M.Si.

Danau Maninjau

Sumber : https://www.republika.co.id/berita/q6zlo3284/misi-selamatkan-danau-maninjau

Danau maninjau merupakan danau tekto-vulkanik yang terletak di wilayah


Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan ketinggian 461,50 m
diatas permukaan laut. Danau ini membentang seluas 100 km2 dengan kedalaman rata-rata
105 meter. Danau maninjau menduduki peringkat sebagai danau terluas kesebelas di
Indonesia.

A. Genesis Danau
Pulau Sumatera memiliki sistem sesar geser menganan (strike slip dextral
fault system), pada kala kuarter sesar ini yang mengakibatkan adanya aktivitas
vulkanisme di Sumatera dimana terobosan magma keluar di sepanjang sesar atau
patahan. Terdapat empat endapan piroklastik utama yang berumur pliosen sampai
kuarter yang diketahui di Pulau Sumatera yaitu Lampung tuf selatan Sumatera, Ranau
tuf selatan Sumatera, Padang tuf tengah Sumatera, dan Toba tuf utara Sumatera , tiga
dari deposit endapan tersebut dihasilkan dari erupsi besar yang membentuk kaldera
dan saat ini menjadi danau-danau utama di Sumatera, yaitu Danau Ranau, Danau
Maninjau, Danau Toba (Barber et al. 2005). Pergerakan sesar geser menganan yang
ada di Pulau Sumatra masih aktif hingga saat ini. Pergerakan ini menyebabkan
perubahan geometri danau-danau vulkanik yang berada di sepanjang jalur sesar
termasuk Danau Maninjau. Hal ini membuktikan bahwa Danau Maninjau merupakan
danau asal vulkanik-tektonik karena danau ini terbentuk dari hasil vulkanisme dan
morfologinya terpengaruhi oleh pergerkan sesar besar Sumatera.

B. Manfaat Danau bagi Masyarakat sekitar


Menurut Endah (2017), Danau Maninjau memegang peran penting dalam
menopang perekonomian masyarakat di Kabupaten Agam. Danau Maninjau
merupakan penyumbang utama sektor perikanan air tawar di Kabupaten Agam
dengan produksi rata-rata mencapai 40-60 ton/per hari. Ikan-ikan tersebut sudah
dipasarkan hingga ke Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
Jumlah produksi ikan pada Danau Maninjau terus meningkat tiap tahun hingga
mengantarkan Danau Maninjau menjadi sentra produksi perikanan air tawar terbesar
di Sumatra Barat.
Selain dimanfaatkan untuk perikanan tangkap, Danau Maninjau juga
dimanfaatkan untuk aktivitas lain seperti perikanan tangkap, pariwisata, dan
pembangkit listrik. Danau Maninjau memiliki beberapa ikan endemic seperti ikan
bada dan rinuk yang memiliki nilai ekonomis tinggi jika diperjualbelikan(Tanjung,
2015). Danau Maninjau dapat menarik wisatawan karena keindahan pemandangan
alamnya yang bisa dilihat dari kejauhan. Bagi para pecinta fotografi, keindahan
Danau Maninjau dapat dijadikan sebagai spot foto yang tidak boleh dilewatkan ketika
berkunjung ke Sumatera Barat. PLTA di danau maninjau erletak di Pintu keluar air
(outlet) dari Danau Maninjau yang dibangun dengan membendung sungai Batang
Antokan. Bendungan tersebut dilengkapi dengan pintu air (weir) yang bisa dibuka dan
ditutup sesuai dengan kebutuhan.

C. Permasalahan pada Danau


Produksi ikan air tawar yang tidak terkontrol pada Danau Maninjau akan
membawa dampak negative. Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang tercatat oleh
Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam sebanyak 17.690 petak,
dengan daya dukung danau hanya 6.000 petak. Jumlah KJA yang melebihi daya
dukung ini mengakibatkan terjadinya pencemaran kualitas air danau dan penumpukan
sedimentasi di dasar danau hingga menyebabkan kematian massal ikan.
Menurut penelitian (Arlinda & Afdal, 2015) nilai rata-rata total TDS Danau
Maninjau pada tahun 2015 adalah 734,1 mg/l yang meningkat drastis dibandingkan
dengan nilai TDS(total dissolved solid) pada tahun 2007 yaitu 115,83 mg/l. Sumber
utama padatan terlarut yang terdapat dalam perairan Danau Maninjau kemungkinan
berasal dari sisa kegitan KJA seperti sisa pakan dan metabolisme ikan. Sedangkan
nilai EC (nilai konduktivitas listrik) rata-rata pada empat lokasi di Danau Maninjau
yaitu antara 87 μS/cm dan 90 μS/cm, nilai ini berada jauh di atas nilai EC untuk
perairan murni yaitu 5 μS/cm. Dari penelitian ini diketahui bahwa nilai TDS dan EC
air Danau Maninjau memiliki hubungan yang cenderung linear.
Dampak KJA di Danau Maninjau telah mendorong eutrofikasi yang
ditandai oleh blooming Microcystis dengan kadar klorofil a. Aktifitas KJA juga
diduga menjadi pemicu tingginya kandungan total nitrogen (TN) dan total phosphor
(TP) di perairan Danau Maninjau (Sulawesti et al. 2011 dalam Sutrisno & Hamdani,
2014), sebagai dampak asupan bahan organik yang bersumber dari limbah budidaya
ikan pada KJA. Diperkirakan limbah organik berasal dari pakan yang tidak
termanfaatkan.

Daftar Pustaka

Arlindia, I., & Afdal, A. (2015). Analisis Pencemaran Danau Maninjau dari Nilai TDS
dan Konduktivitas Listrik. Jurnal Fisika Unand, 4(4).
Barber, A.J., M.J. Crow, and J.S. Milson. 2005. (eds) Sumatra: Geology, Resources
and Tectonic Evolution. Geological Society, London, Memoirs, 31:234-
259
Endah, N. H., & Nadjib, M. (2017). Pemanfaatan dan Peran Komunitas Lokal dalam
Pelestarian Danau Maninjau. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 25(1)
Sutrisno, S., & Hamdani, A. (2014). Fluktuasi oksigen terlarut di kawasan karamba
jaring apung di Danau Maninjau dan hubungannya dengan ketersediaan
klorofil dan bahan organik. Limnotek: perairan darat tropis di
Indonesia, 21(1).
Tanjung, L. R. (2015). Moluska Danau Maninjau: Kandungan nutrisi dan potensi
ekonomisnya. Limnotek: perairan darat tropis di Indonesia, 22(2).

Anda mungkin juga menyukai