Anda di halaman 1dari 35

MATEMATIKA SEKOLAH

“Rangkuman Materi dan Crusial Point Tingkat SMP Kelas VII Semester II”

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 2

I Ketut Adi Darma Yatra 1913011013


Made Ayu Wagiswari Santika 1913011018
I.G. Ngurah Arya Bayu Arthana 1913011025
Ni Wayan Tirta Jayanti 1913011031
Gusti Ayu Putu Nevi Dia Pratiwi 1913011061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat-Nya makalah
yang berjudul “Rangkuman Materi & Crusial Point Tingkat SMP Kelas VII Semester II” ini
dapat tersusun dan terselesaikan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. I Nengah Suparta, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Matematika
Sekolah yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
2. Teman-teman semester 4 Program Studi S1 Pendidikan Matematika yang telah
memberikan informasi, masukan juga berperan dalam proses pembuatan makalah.
3. Pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan agar nantinya dapat ditemukan
hasil yang lebih baik. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
yang bersangkutan.

Singaraja, 1 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
SEBARAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2.................................................................1
RANGKUMAN MATERI DAN CRUSIAL POINT KELAS VII SEMESTER 2
BAB 5 Perbandingan..................................................................................................................2
BAB 6 Aritmetika Sosial............................................................................................................6
BAB 7 Garis dan Sudut.............................................................................................................11
BAB 8 Segi Empat dan Segitiga...............................................................................................21
BAB 9 Penyajian Data..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

iii
SEBARAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2
Bab 5 Perbandingan
1. Perbandingan 2 besaran
2. Perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
3. Perbandingan senilai
4. Perbandingan senilai pada pola dan model
5. Perbandingan berbalik nilai
Bab 6 Aritmatika Sosial
1. Laba dan Rugi dalam Aritmetika Sosial
2. Pajak dan Bunga Tunggal
3. Rabat, Bruto, Tara, dan Neto
Bab 7 Garis dan Sudut
1. Garis dan sifat-sifat garis
2. Membagi ruas garis menjadi beberapa bagian sama panjang
3. Sudut dan jenis-jenis sudut
4. Hubungan antarsudut
5. Melukis sudut
6. Membagi sudut
Bab 8 Segi Empat dan Segitiga
1. Bangun datar segiempat dan segitiga
2. Jenis dan sifat segiempat
3. Keliling dan luas segiempat
4. Jenis dan sifat segitiga
5. Luas dan keliling segitiga
6. Garis-garis istimewa pada segitiga
Bab 9 Penyajian Data
1. Pengumpulan Data
2. Penyajian Data Tunggal
3. Membaca Tabel atau Diagram

1
Rangkuman Materi dan Crusial Point Kelas VII Semester 2

Bab 5 Perbandingan
1. Perbandingan Dua Besaran
Perbandingan adalah membandingkan 2 atau lebih besaran yang sejenis dan
ditunjukkan dengan nilai yang paling sederhana.
Perbandingan dapat dibagi menjadi:
a. Perbandingan Senilai
b. Perbandingan Berbalik Nilai
Penting diketahui bahwa perbandingan haruslah:
a. Mempunyai besaran yang sama
Misalnya: buah berbanding dengan buah, km berbanding dengan km
b. Menunjukkan nilai terkecil atau paling sederhana dari nilai kedua sisi
c. Nilai kedua sisi merupakan bilangan asli

Apabila hasil perbandingan antara adalah , maka dapat diuraikan menjadi:

Atau

2. Menentukan Perbandingan Dua Besaran dengan Satuan yang Berbeda


Cara menyederhanakan perbandingan:
a. Pada perbandingan antara besaran yang berbeda, bisa diubah keduanya ke jenis
satuan terkecil
b. Kedua sisi dibagi dengan nilai yang sama, sampai keduanya tidak bisa dibagi lagi
c. Atau bagikan kedua sisi dengan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari kedua
sisi
3. Memahami dan Menyelesaikan Masalah yang Terkait dengan Perbandingan Senilai
Dikatakan perbandingan senilai atau berbanding lurus apabila kedua sisi mempunyai
nilai yang sama-sama akan bertambah atau berkurang secara bersamaaan.
Grafik perbandingan senilai :
Keterangan Grafik:
Semakin besar A maka nilai B semakin
besar pula
Semakin kecil B maka nilai A semakin

2
kecil pula
A dan B bertambah dan berkurang sebanding

4. Menyelesaikan Masalah Perbandingan Senilai pada Peta dan Model


Perbandingan ukuran pada gambar (model) dengan ukuran sebenarnya :

, maka

Skala 1 : n artinya 1 cm ukuran pada gambar mewakili n cm ukuran


sebenarnya.

a. Faktor pengecilan
Skala = 1 : n, yatu ukuran sebenarnya diperkecil
b. Faktor perbesaran
Skala = 1 : n, yatu ukuran sebenarnya diperbesar

5. Memahami dan Menyelesaikan Masalah yang Terkait dengan Perbandingan Berbalik


Nilai
Dikatakan perbandingan terbalik apabila satu sisi nilai bertambah maka nilai yang lain
berkurang.

3
Grafik perbandingan terbalik:

Keterangan Grafik:

Semakin besar A maka nilai B semakin kecil

Semakin besar B maka nilai A semakin kecil

A dan B berbanding terbalik

Crusial Point Perbandingan


1. Membedakan langkah yang tepat yang akan digunakan saat menemukan permasalahan
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai.
Rasional :
Siswa kebingungan saat mengambil langkah yang tepat, kapan saatnya menggunakan
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai saat menyelesaikan permasalahan
perbandingan senilai dan perbandingan terbalik nilai
Contoh Soal
Harga 5 buah buku tulis Rp 7.500,00. Berapa harga 8 buah buku tulis?

Jawab:
Cara 1 (Berdasarkan perhitungan satuan)
Harga 5 buah buku = Rp 7.500,00
Harga 1 buah buku = Rp 7.500,00 : 5 = Rp 1.500,00
Harga 8 buah buku = 8 x Rp 1.500,00 = Rp 12.000,00

Cara 2 (Berdasarkan perhitungan perbandingan)

4
Banyak buku     Harga (Rp)
5 ...................     Rp 7.500,00
8 ...................           p

Karena banyak buku dan harga merupakan perbandingan senilai (seharga) maka kita
gunakan

Keterangan:
adan b adalah nilai besaran
n adalah notasi untuk angka nyata (harga, jarak, kecepatan, dsb)
p adalah perhitungan perbandingan

Sekarang kita gunakan rumusnya dengan cara perkalian silang antara pembilang dan
penyebutnya.
a/b = n/p
5/8 = 7.500/p
Diselesaikan dengan perkalian silang
axp=nxb
5 x p = 7.500 x 8
5p = 60.000
p = 60.000 : 5 = 12.000
Jadi harga 8 buah buku tulis adalah Rp 12.000,00

Cara 3 (Menggunakan cara cepat)


Kita juga bisa menggunakan cara mudah dan cepat mengerjakan soal perbandingan
seperti cara mengerjakan soal perbandingan sebelumnya.

Ketika menggunakan cara ini, kita harus bisa menentukan mana nilai besaran dan n.
Untuk mencari nilai besaran sangat mudah. Pada setiap soal biasanya terdapat 2 variabel

5
yang sama. Nilai besaran yang diketahui selalu berpasangan dengan n. Pada contoh soal,
5 buku tulis dan 8 buku tulis disebut nilai besaran (a dan b). 5 buku tulis adalah nilai
besaran yang diketahui dan berpasangan dengan n (harga yaitu Rp 7.500,00)

Berdasarkan soal :
Harga 5 buah buku tulis Rp 7.500,00. Berapa harga 8 buah buku tulis?

Jawab:
Note : Dalam perbandingan senilai, yang diketahui jadi penyebut. Untuk
perbandingan berbalik nilai, yang diketahui jadi pembilang.

Sekarang kita terapkan caranya :

Yang diketahui adalah harga 5 buku tulis. Jadikan 5 sebagai penyebut (b). Rp 7.500,00
sebagai pengali (n), dan yang ditanyakan adalah harga 8 buku tulis. Jadikan pembilang
(a).
p = a/b x n
p = 8/5 x 7.500 = Rp 12.000,00
Jadi harga 8 buah buku tulis adalah Rp 12.000,00

Solusi Crusial Point Perbandingan


Penekanan konsep perbandingan dengan cara mengetahui hal yang diperlukan dan hal
yang menjadi ciri khas dari perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai.

Bab 6 Aritmetika Sosial


1. Hubungan nilai keseluruhan, nilai per unit, dan banyaknya unit

a. Nilai keseluruhan

b. Nilai per unit

c. Banyak unit

2. Hubungan harga beli, harga jual, laba, dan rugi

6
a. Harga jual harga beli  Laba (U) = harga jual (Hj) – harga beli (Hb)

b. Harga beli harga jual  Rugi (R) = harga beli (Hb) – harga jual (Hj)

c. Harga jual = harga beli  Impas


3. Hubungan harga beli, harga jual, dan persentase laba/rugi
a. Harga beli, harga jual, dan persentase laba

Persentase laba

Harga beli

Harga jual

b. Harga beli, harga jual, dan persentase laba

Persentase rugi

Harga beli

Harga jual

4. Perhitungan bunga tabungan :


Jika suku bunga p%, modal awal (M), jangka waktu (n tahun), maka bunga tunggal
(b) dinyatakan sebagai berikut :

5. Rabat, Bruto, Tara, dan Neto


a. Rabat (diskon) adalah potongan harga pada saat transaksi jual beli yang bertujuan
menarik minat pembeli
b. Bruto (berat kotor) = neto + tara
c. Tara (potongan berat) = bruto – neto
d. Neto (berat bersih) = bruto – tara
e. Tara = persen tara x bruto

7
Crusial Point dari Bab 6 Aritmetika Sosial :
1. Menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat (diskon) atau sebaliknya :
Siswa terkadang keliru terhadap harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat
(diskon) karena pada umumnya siswa hanya menghitung berapa jumlah rabat (diskon)
tanpa melakukan pengurangan pada harga mulanya. Untuk hal ini perlu dilakukan
penekanan konsep kepada siswa bahwasannya rabat (diskon) ini adalah potongan
harga atau bahasa sederhananya dalam aktivitas jual beli, seringkali kita
mendapatkan harga yang lebih murah, sehingga untuk menentukan harga yang harus
dibayarkan, setelah memperoleh harga rabat maka harga mulanya harus dikurangi
oleh harga rabat. Selain melakukan penekanan konsep rabat (diskon), perlu juga
diberikan contoh nyata karena untuk persoalan terkait rabat (diskon) ini bervariasi,
ada kalanya diminta harga yang harus dibayar maupun harga mulanya sebelum
dikenai rabat (diskon) kemudian dari sanalah siswa bisa menentukan operasi apakah
yang sesuai untuk digunakan.

Contoh :
Arya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku seharga Rp. 85.000,00 dan toko
tersebut menawarkan diskon sebesar 5% untuk setiap pembelian bukunya. Berapakah
harga yang harus Arya bayarkan untuk buku tersebut?

Penyelesaian :
Diketahui :
Harga buku = Rp. 85.000,00
Diskon = 25%

Ditanya :
Harga yang harus Arya bayar = …

Jawab :

Diskon =

8
Jadi, diskon yang diperoleh adalah sebesar Rp. 21.250,00, karena mencari harga yang
seharusnya dibayarkan setelah dikenakan diskon, maka harga buku harus dikurangi
oleh diskon.
Pada bagian inilah siswa seringkali terkecoh dan keliru, sebab harga Rp. 21.250,00
itulah yang disangka sebagai harga akhir padahal masih ada langkah selanjutnya.

Harga buku yang harus dibayar =

Jadi, harga buku yang harus Arya bayar adalah Rp. 63.750,00

2. Menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan pajak atau sebaliknya :
Mirip halnya dengan menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat
(diskon), maka pada permasalahan ini juga perlu ditekankan konsep kata kunci bahwa
pajak adalah potongan wajib yang dibebankan atau secara sederhana, kita akan
membayar dengan harga yang lebih sesuai dengan harga pajaknya. Siswa seringkali
keliru jika diperintahkan untuk menentukan harga yang dikenakan pajak karena harga
yang diperoleh oleh siswa biasanya baru sampai pada harga pajak saja belum sampai
pada harga yang seharusnya dibayar jika dikenakan pajak. Begitupun sebaliknya jika
diketahui harga yang harus dibayar setelah dikenakan pajak dan ingin memperoleh
harga mula tanpa pengenaan pajak.

Contoh :
Pada suatu restoran, setiap pembelian itemnya dikenakan pajak sebesar 15%. Putu
membeli sebuah makanan seharga Rp. 36.000,00 dan sebuah minuman seharga Rp.
15.000,00. Maka berapakah total keseluruhan yang harus dibayar oleh Putu?

Penyelesaian :
Diketahui :

Harga makanan

Harga minuman

Pajak per item

9
Ditanya :
Total keseluruhan yang harus dibayar = …

Jawab :

Harga pajak pada makanan

Harga pajak pada minuman

Pada bagian ini, siswa seringkali keliru karena perhitungan harga pajak dianggap
sebagai harga keseluruhan yang harus dibayar, sehingga perlu penekanan konsep
dengan kata kunci bahwa pajak adalah potongan wajib yang dibebankan, sehingga
pada soal ini harga item mula harus dijumlahkan dengan perhitungan harga pajak di
itemnya masing-masing.

Harga makanan yang dikenakan pajak

Harga minuman yang dikenakan pajak

Total keseluruhan yang harus dibayar

Jadi, total keseluruhan yang harus dibayar oleh Putu adalah Rp.58.650,00

3. Menghitung bunga tunggal :


Dalam menghitung bunga tunggal, komponen yang terlibat adalah suku bunga, modal,
dan waktu. Dalam mengoperasikan rumus untuk bunga tunggal, sering kali keliru
dengan waktu yang harus ditulis. Misalkan jika diketahui suku bunganya pertahun
sedangkan yang akan diperoleh adalah harga dengan hitungan waktu n bulan. Maka,
dalam rumus dapat mengubah hitungan tahun ke bentuk bulan atau 12 bulan sehingga

dapat menjadi . Untuk hal tersebut, perlu dilakukan penekanan konsep bahwa untuk

satuan waktunya harus sama.

Contoh :

10
Seorang ayah menyimpan uang di bank sebanyak Rp.5.000.000,00, bank memberi
bunga sebesar 20% per tahun kepada setiap nasabahnya. Maka, berapakah jumlah
uang ayah pada akhir bulan ke-16?

Penyelesaian :
Diketahui :

Modal awal berupa simpanan (M)

Bunga per tahun (b)

Waktu (w) = 16 bulan =

Pada bagian inilah sering terjadi kekeliruan karena satuan waktu yang diketahui
adalah dalam bentuk tahun namun karena waktu yang akan dicari adalah bulan, maka
harus diubah menjadi 12 bulan.

Ditanya :
Jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16 = …

Jawab :

Karena yang akan dicari adalah jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16, dapat
diperoleh dengan cara menjumlah modal awal dengan besar bunga :

Jadi, jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16 adalah Rp.5.750,00

Bab 7 Garis dan Sudut


1. Garis dan sifat-sifat garis
A. Pengertian garis

11
Garis adalah kumpulan dari titik-titik. Garis lurus dapat dilukiskan dengan
menghubungkan dua titik. Misal: garis g melalui titik A dan B.

g
A B

B. Kedudukan dua garis


 Dua garis sejajar
Dua garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu
bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis

tersebut diperpanjang sampai tak terhingga. Dinotasikan dengan “ ”.

Contoh : garis a dan garis b dibawah, jika diperpanjang sampai tak


berhingga, maka kedua garis tidak akan pernah berpotongan. Jadi, kedua

garis sejajar, yaitu a b

a
b

 Dua garis berpotongan


A h
g

Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut terletak


pada satu bidang datar dan mempunyai satu titik potong.
 Dua garis berimpit

Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada
satu garis lurus sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja.
 Dua garis bersilangan

12
Dua garis dikatakan saling bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak
terletak pada bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila
diperpanjang.
C. Garis horizontal dan garis vertikal
 Arah garis horizontal adalah arah garis mendatar. Contoh : arah kapal laut
 Arah garis vertikal adalah arah garis yang tegak lurus dengan garis
horizontal. Contoh : roket yang meluncur ke atas
D. Sifat-sifat garis sejajar
 Melalui satu titik diluar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang
sejajar dengan garis itu.
 Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar, maka
garis itu juga akan memotong garis yang kedua.
 Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya, maka kedua garis itu
sejajar pula satu sama lain.
2. Membagi ruas garis menjadi beberapa bagian sama panjang
A. Membagi Ruas Garis Menjadi Beberapa Bagian Sama Panjang
1. Buatlah sebarang ruas garis AB.
2. Dari titik A, buatlah ruas garis AM dengan ukuran 5 bagian sama
panjang sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis AB, yaitu AP
= PQ = QR = RS = SM.
3. Hubungkan titik M dengan titik B.
4. Buatlah garis sejajar dengan ruas garis MB yang masing-masing garis
tersebut melalui titik S, R, Q, dan P sehingga memotong garis AB di titik
S₁, R₁, Q₁, dan P₁.
5. Dengan demikian, terbagilah ruas garis AB menjadi 5 bagian yang sama
panjang, yaitu AP₁ = P₁Q₁ = Q₁R₁ = R₁S₁ = S₁ B.

B. Membagi Garis Menjadi 2 Bagian dengan Perbandingan 1 : 3

13
Gunakan penggaris untuk membagi sebuah ruas garis menjadi 2 bagian
dengan perbandingan 1 : 3, kemudian ikutilah langkah-langkah seperti berikut
ini.
1. Buatlah sebarang ruas garis AB.
2. Dari titik A, buatlah ruas garis AM dengan ukuran 4 bagian sama
panjang sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis AB, yaitu
3×AP = PM.
3. Hubungkan titik M dengan titik B.
4. Buatlah garis sejajar dengan garis MB melalui titik P sehingga
memotong garis P1.
5. Kemudian buatlah garis sejajar dengan garis PP₁ dan MB melalui titik-
titik 3 bagian PM sehingga memotong garis tiga bagian P₁B.
6. Dengan demikian, terbagilah garis AB menjadi 2 bagian dengan
perbandingan 1 : 3, yaitu 3×AP₁ = P₁B.

C. Membagi Garis Menjadi 2 Bagian dengan Perbandingan 2 : 5


Gunakan penggaris untuk membagi sebuah ruas garis menjadi 2 bagian
dengan perbandingan 2 : 5, kemudian ikutilah langkah-langkah pada tabel
berikut ini.
1. Buatlah sebarang ruas garis AB.
2. Dari titik A, buatlah ruas garis AM dengan ukuran 7 bagian sama
panjang sedemikian sehingga tidak berhimpit dengan garis AB, yaitu
AP/PM = 2/5.
3. Hubungkan titik M dengan titik B.
4. Buatlah garis sejajar dengan ruas garis MB melalui titik P sehingga
memotong garis P₁.

14
5. Kemudian buatlah garis sejajar dengan garis PP₁ dan MB melalui titik-
titik 2 bagian PM sehingga memotong garis bagian AB.Dengan
demikian, terbagilah garis AB menjadi 2 bagian dengan perbandingan
2 : 5, yaitu AP/PM = 2/5.

D. Perbandingan Ruas Garis


Untuk mengetahui hasil perbandingan ruas garis dengan garis-garis
sejajarnya adalah sama dan hasil perbandingan garis bantu dengan garis-garis
sejajarnya juga sama, terlebih dulu lakukanlah langkah-langkah kegiatan
membagi garis menjadi beberapa bagian sama panjang. Kemudian
lakukanlah kegiatan berikut.
1. Garis QR//FL//EK//DJ//CI// BH//AG.
2. Buatlah garis sejajar dengan garis PQ melalui titik G sehingga
memotong garis QR di titik G₁.
3. Buatlah garis yang sejajar juga dengan garis PQ dan GG₁ masing-
masing melalui titik H, I, J, K, dan L sehingga memotong garis QR di
titik H₁, I₁, J₁, K₁, dan H₁.
Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. PA : PQ = PG : PR = AG : QR atau

15
PA PG AG
= =
PQ PR QR
2. PB : PQ = PH : PR = BH : QR atau
PC PH BH
= =
PQ PR QR
3. PC : PQ = PI : PR = CI : QR atau
PC PI CI
= =
PQ PR QR
4. PD : PQ = PJ : PR = DJ : QR atau
PD PJ DJ
= =
PQ PR QR
5. PE : PQ = PK : PR = EK : QR atau
PE PK EK
= =
PQ PR QR
6. PF : PQ = PL : PR = FL : QR atau
PF PL FL
= =
PQ PR QR

3. Sudut dan jenis-jenis sudut


A. Pengertian sudut dan bagian-bagiannya
Sudut dibentuk oleh suatu sinar garis yang diputar pada titik pangkalnya
sejauh tertentu. Sudut dinotasikan dengan simbol "∠". Perhatikan gambar
berikut.

Sudut pada gambar di atas dinamakan sudut AOB atau dinotasikan


sebagai ∠AOB. Selain itu, dapat juga dinamakan sudut BOA atau ∠BOA, atau
dapat juga ditulis sebagai ∠O saja. Garis AO dan BO disebut kaki sudut,
sedangkan O merupakan titik sudut. Daerah yang yang dibatasi kaki-kaki
sudut yaitu daerah AOB adalah daerah sudut atau besar sudut.
B. Besar sudut

16
Nilai dari suatu sudut biasanya dinyatakan dalam satuan sudut. Ada
dua macam satuan sudut yang sering digunakan, yaitu ukuran derajat dan
ukuran radian. Dalam ukuran derajat (°), ditetapkan 1 putaran penuh adalah
360°. Pada ukuran radian, satu putaran penuh adalah 2𝛑 radian. Besar sudut
pada lingkaran 360°. Besar sudut pada segitiga siku-siku 180°. Besar sudut
pada persegi/segi empat 360°.Untuk mengukur sudut dapat digunakan busur
derajat. Tiap sudut segitiga sama sisi masing masing 60°, karena semua
sudutnya sama besar maka 180° :3 = 60°. Sedangkan tiap sudut persegi 90°
karena semua sudutnya juga sama besar maka 360° :4 = 90°.
C. Jenis-jenis sudut
Berdasarkan besar daerah sudut yang terbentuk, sudut dibedakan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
1. Sudut lurus merupakan sudut yang besarnya 180 .
2. Sudut siku-siku merupakan sudut yang besarnya 90 .
3. Sudut tumpul merupakan sudut yang besarnya lebih dari 90 dan
kurang dari 180 .
4. Sudut lancip merupakan sudut yang besarnya lebih dari 0 dan kurang
dari 90 .
5. Sudut refleks merupakan sudut yang besarnya lebih dari 180 dan
kurang dari 360 .
6. Sudut putaran penuh merupakan sudut yang besarnya 360 .

4. Hubungan antarsudut
Perhatikan gambar di bawah ini, garis m dan g sejajar.

17
Sudut  2 ,  3 ,  1 , dan  4 disebut sebagai sudut
dalam atau sudut interior. Sementara sudut  1 ,  4 ,  2 , dan  3 disebut sebagai sudut
luar atau eksterior. Setiap sudut pada gambar di atas adalah berpelurus. Hubungan sudut-
sudut pada gambar di atas, disajikan pada tabel berikut.
Hubungan Sifat Contoh (Lihat pada
(Definisi) Sudut gambar)
Sehadap Sama  1 dengan  1
 4 dengan  4
 2 dengan  2
 3 dengan  3
Dalam Sama  2 dengan  4
berseberangan  3 dengan  1
Luar Sama  1 dengan  3
berseberangan  4 dengan  2
Bertolak Sama  1 dengan  3
belakang  2 dengan  4
 1 dengan  3
 2 dengan  4
Sepihak Berpelurus  2 dengan  1
dalam  3 dengan  4
Sepihak luar Berpelurus  1 dengan  2
 4 dengan  3

5. Melukis sudut Istimewa


A. Melukis sudut 90
a. Buatlah garis g dari titik A.
b. Dari titik A dibuat busur dengan ukuran tertentu yang memotong garis g
di B dan C.

18
c. Dari B dan C dibuat busur lingkaran yang berjari-jari sama dan kedua
busur berpotongan di D.
d. Dari titik A tarik garis melalui D, maka terbentuk AD ⊥ BC dan ∠BAD
= 90°.

B. Melukis Sudut 60°


a. Buatlah garis g dengan titik A terletak pada garis g.
b. Dari A buat busur lingkaran, memotong garis g di B.
c. Dari B dibuat busur lingkaran dengan jari-jari AB.
d. Kedua busur berpotongan di C.
e. Tarik dari titik A garis lurus melalui titik C.
f. ∠CAB adalah 60°.

C. Melukis Sudut 45


a. Buatlah garis g yang melalui titik A.
b. Kemudian dari A dibuat sudut 45°.
c. Buatlah sudut 90°.
d. Dari titik C dan D buatlah busur dengan jari-jari yang sama dan kedua
busur berpotongan di F.
e. Tariklah garis dari titik A lewat F sehingga ∠FAC = 45°.

19
D. Melukis Sudut 30
a. Buatlah garis g melalui titik A.
b. Kemudian dari titik A dibuat sudut 30°.
c. Buatlah sudut 60° (lihat cara membuat sudut 60°).
d. Dari titik B dan C buat busur dengan jari-jari sama dan kedua busur
berpotongan di D.
e. Dari A tarik garis lewat D sehingga besar ∠BAD = 30°.

Crusial Point dari BAB 7 Garis dan Sudut


1. Membedakan tiap-tiap hubungan sudut-sudut dari dua garis sejajar yang dilalui garis
transversal
Rasional :
Banyak siswa mengalami kesalahan pada topik ini karena siswa tidak dapat
mengklasifikasikan hubungan-hubungan antar sudut menurut sifat-sifatnya. Siswa
cenderung tidak dapat membedakan istilah bertolak belakang yang digunakan untuk
hubungan antar sudut dan berpotongan yang digunakan untuk kedudukan dua garis.
Solusi :
Menekankan penjelasan terkait hubungan sudut-sudut menurut sifat-sifatnya.
Contoh soal :
Pernyataan yang Salah dari gambar dibawah ini yang berkaitan dengan sudut-sudut
pada dua garis sejajar yang dilalui garis transversal adalah ....

20
m

1 2 k
3 4

5 6
7 8 l

A. dan adalah pasangan sudut yang saling bertolak belakang

B. dan adalah pasangan sudut yang berseberangan

C. dan adalah pasangan sudut luar berseberangan

D. dan adalah pasangan sudut yang sehadap

Jawab:

 Pilihan A benar karena dan merupakan pasangan sudut yang saling

bertolak belakang

 Pilihan B dan C benar karena dan saling berseberangan dan juga

merupakan pasangan sudut luar berseberangan

 Pilihan D salah karena tidak ada pasangan sudut yang terbentuk dari dengan

Bab 8 Segi Empat dan Segitiga

1. Segiempat adalah sebuah bangun datar yang memiliki 4 sisi dan 4 sudut.
2. Segitiga, adalah sebuah bangun datar yang terbentuk dari tiga buah titik yang tidak
segaris.
3. Jenis dan Sifat Segi Empat :
a) Persegi :
– Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sejajar serta sama panjang
– Keempat sisinya sama panjang
– Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )

21
– Memiliki empat buah simetri lipat
– Memiliki empat simetri putar
b) Persegi Panjang :
– Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi sejajar yang berhadapan dan sama panjang
– Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )
– Memiliki dua diagonal yang sama panjang
– Memiliki dua buah simetri lipat
– Memiliki dua simetri putar
c) Trapesium :
 Trapesium siku-siku

- Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu sisi AB dan sisi DC


- Memiliki dua sudut siku-siku (∠90°) yang berdekatan, yaitu sudut ∠A
(∠DAB) dan ∠D (∠ADC)
- Memiliki dua buah diagonal, AC dan BD
- Kedua diagonalnya tidak sama Panjang
- Memiliki sebuah sudut tumpu, yaitu ∠B (∠ABC)
- Memiliki sebuah sudut lancip, yaitu ∠C (∠BCD)
- Jumlah keempat sudutnya 360° (∠A + ∠B + ∠C + ∠D = 360°)
 Trapesium sembarang

- Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu sisi PQ dan sisi SR


- Keempat sudutnya tidak sama besar
- Memiliki dua buah diagonal, PR dan QS
- Kedua diagonalnya tidak sama Panjang

22
- Memiliki dua sudut tumpul, yaitu ∠P (∠SPQ) dan ∠Q (∠PQR)
- Memiliki dua buah sudut lancip, yaitu ∠S (∠PSR) ∠R (QRS)
- Jumlah keempat sudutnya 360° (∠P + ∠Q + ∠R + ∠S = 360°)

 Trapesium sama kaki

- Memiliki sepasang sisi sejajar, yaitu sisi KL dan sisi NM


- Memiliki sepasang sisi sama panjang, yaitu sisi KN dan LM
- Memiliki dua buah diagonal yang sama panjang, KM = LN
- Sudut yang berdekatan sama besar, ∠K = ∠L dan ∠N = ∠M
- Memiliki dua sudut tumpul, yaitu ∠K (∠NKL) dan ∠L (∠KLM)
- Memiliki dua buah sudut lancip, yaitu ∠N (∠KNM) ∠M (NML)
- Jumlah keempat sudutnya 360° (∠K + ∠L + ∠M + ∠N = 360°)

d) Layang-layang :
– Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sama panjang
– Memiliki dua sudut yang sama besarnya
– Diagonalnya berpotongan tegak lurus
– Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang
– Memiliki satu simetri lipat
e) Jajar Genjang :
– Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang
– Memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip
– Sudut yang berhadapan sama besar
– Diagonal yang dimiliki tidak sama panjang

23
– Tidak memiliki simetri lipat
– Memiliki dua simetri putar
f) Belah Ketupat :

– Memiliki empat buah sisi dan empat buah titik sudut


– Keempat sisinya sama panjang
– Dua pasang sudut yang berhadapan sama besar
– Diagonalnya berpotongan tegak lurus
– Memiliki dua buah simetri lipat
– Memiliki simetri putar tingkat dua
4. Keliling dan Luas Segi Empat
a) Persegi :
Keliling = 4 x s
Luas = s2
Dengan s = sisi persegi
b) Persegi Panjang :
Keliling = 2 x (P + L)
Luas = P x L
Dengan P = Panjang, L = Lebar
c) Trapesium :
Keliling = Jumlah Semua Sisinya

Luas =

d) Layang-layang :
Keliling = Jumlah Semua Sisinya

Luas =

Dengan d = diagonal
e) Jajar Genjang
Keliling = 2 x (alas + tinggi)
Luas = alas x tinggi
f) Belah Ketupat
Keliling = Jumlah semua sisinya

24
Luas =

Dengan d = diagonal
5. Jenis dan Sifat Segitiga
a) Segitiga Sama Sisi :
- Ketiga sisinya sama panjang.
- Sudut-sudutnya sama besar, yaitu masing-masing 60°
- Mempunyai tiga sumbu simetri yang berpotongan tepat di satu titik.
- Dapat ditempatkan pada bingkainya tepat dalam enam cara.
b) Segitiga Sama Kaki :
- Dua buah sisinya sama panjang.
- Mempunyai dua buah sudut sama besar.
- Mempunyai sebuah sumbu simetri.
- Dapat ditempatkan pada bingkainya tepat dalam dua cara.
c) Segitiga Siku-siku :
- Salah satu sisinya 90°
d) Segitiga Sembarang :
- Panjang ketiga sisinya berlainan.
- Besar ketiga sudutnya tidak sama.
6. Keliling dan Luas Segitiga :
 Keliling (K) = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3
 Luas = ½ .a.t
7. Garis tinggi merupakan sebuah garis yang ditarik dari satu titik sudut sebuah segitiga
serta tegak lurus terhadap sisi depannya.
8. Garis bagi merupakan garis yang ditarik dari suatu titik sudut sebuah segitiga dimana
garis bagi akan membagi dua sama besar sudut tersebut.
9. Garis berat merupakan garis yang ditarik dari titik sudut sebuah segitiga yang membagi
dua sama panjang sisi depannya.
10. Garis sumbu merupakan garis yang ditarik tegak lurus pada suatu sisi yang membagi dua
sama panjang sisi segitiga tersebut.

Crusial Point Materi Segi Empat dan Segi Tiga

25
1. Menentukan luas dari sebuah segitiga, dimana siswa seringkali keliru dalam menentukan
yang mana menjadi alas dan tinggi segitiga jika disajikan dalam gambar
Rasional :
Saat ingin menentukan luas dari sebuah segitiga, terlebih dahulu kita harus mengetahui
Panjang alas dan tinggi dari segitiga. Namun seringkali yang diberikan pada soal yaitu
sebuah gambar disertai keterangan dari beberapa sisi. Sering kali siswa keliru dalam
menentukan yang mana alas dan tinggi segitiga. Akibatnya mereka salah untuk
menentukan luas dari segitiga.
Solusi :
Menekankan penjelasan terkait unsur-unsur segitiga terutamanya pada bagian tinggi, alas
dan sisi miring agar siswa tidak keliru dengan ketiganya.
Contoh Soal :
Tentukanlah luas dari segitiga disamping!
Kesalahan siswa :
Jika dihadapkan dengan soal yang demikian, siswa
cenderung sering keliru untuk menentukan yang mana
alas dan yang mana tinggi yang harus digunakan untuk mencari luas segitiga. Kesalahan
yang mungkin terjadi yaitu AC digunakan sebagai sisi alas dan AB sebagai tinggi
segitiga.
Diketahui :
a = AC = 13 cm
t = AB = 5 cm
Ditanya : L?
Jawab :

Penyelesaian yang benar:


Karena segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku (siku-siku di B), yang ditunjukkan oleh
tanda siku siku pada sudut B, maka kita dapat gunakan AB dan BC sebagai sisi alas dan
tingginya. Boleh AB sebagai tinggi dan BC sebagai alas ataupun sebaliknya AB sebagai

26
alas dan BC sebagai tinggi. Pada penyelesaian ini saya akan gunakan AB sebagai alas
dan BC sebagai tinggi
Diketahui :
a = AB = 5 cm
t = BC = 12 cm
Ditanya : L?
Jawab :

27
Bab 9 Penyajian Data
1. Pengertian data, datum, dan statistika.
Data merupakan kumpulan datum, dimana datum merupakan fakta tunggal. Statistika
adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan data.
Berdasarkan jenisnya data dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa bilangan dan nilainya bisa berubah-ubah.
b. Data kualitatif, yaitu data yang menggambarkan keadaan objek yang dmaksud.
2. Populasi dan sampel
Dalam pengumpulan data, apabila yang diteliti terlalu banyak peneliti dapat
menggunakan sebagian saja sebagai sampel. Sampel yang diambil harus dapat
mewakili seluruh objek yang diteliti. Kumpulan atau keseluruhan objek yang diteliti
inilah yang disebut populasi.
3. Pengumpulan data
Cara untuk mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Mencacah atau membilang
b. Mengukur
c. Mencatat data dengan tally (turus)
4. Penyajian data tunggal dalam bentuk tabel
Data yang disajikan dalam bentuk tabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data
tunggal dan data kelompok. Tabel sebaran frekuensi data tunggal adalah masing-
masing baris pada kolom nilai memuat satu nilai. Untuk mempermudah dalam
membuat tabel frekuensi digunakan tally atau turus.
5. Penyajian data tunggal dalam bentuk diagram
a. Diagram garis (poligon)
Diagram garis biasa digunakan untuk menggambarkan suatu data yang
berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Diagram garis terdiri atas sumbu datar
dan sumbu tegak yang saling tegak lurus. Sumbu datar menyatakan waktu
sedangkan sumbu tegak menunjukkan nilai data.
b. Diagram batang

28
Penyajian data dalam bentuk batang disebut diagram batang. Setiap batang
mewakili data tertentu, sedangkan tinggi (panjang) batang mewakili frekuensi dari
setiap data. Diagram batang dapat digambarkan secara tegak atau mendatar.
c. Diagram lingkaran
Penyajian data dengan menggunakan daerah lingkaran dinamakan diagram
lingkaran. Pada diagram lingkaran, daerah lingkaran dibagi menjadi juring-juring
sesuai dengan perbandingan antara nilai setiap data dan nilai secara keseluruhan.

Crusial Point dari Bab 9 Penyajian Data :

1. Menentukan nilai dari salah satu derajat yang kurang dalam diagram lingkaran :
Siswa terkadang keliru dalam menentukan nilai yang kurang dalam derajat diagram
lingkaran. Karena pada umumnya siswa hanya mencari berapa derajat yang kurang
dalam suatu diagram lingkaran, dalam hal ini siswa hanya tinggal menguragi derajat
total lingkaran(360 derajat) dengan derajat yg hendak dicari. Namun dalam
permasalahan lain siswa diminta untuk menghitung nilai dari derajat tersebut,
biasanya hal ini dapat diselesaikan dengan menggunakan perbandingan. Derajat yang
ditanya dibagi derajat total lingkaran kemudian dikalikan dengan nilai total yang
diketahui, maka nilai derajat tersebut dapat dicari. Siswa juga harus ditekankan terkait
konseptual, karena penyebab adanya kesalahan mengerjakan soal matematika
disebabkan karena siswa mengalami kesalahan konsep dalam belajar terutama dalam
memahami soal, kebanyakan siswa berhenti mengerjakan setelah selesai
menyelesaikan kalimat matematikanya, dan siswa kurang teliti dalam
mengerjakannya.

Contoh soal

1. Diagram di bawah ini menggambarkan hobi 40 siswa di suatu sekolah.

29
Dari diagram tersebut, berapa banyak siswa yang hobi sepak bola ?

Penyelesaian :
Diketahui :
 Menari = 72°
 Menyanyi = 126°
 Melukis = 72°
 Voli = 36°
Ditanya :

 Berapa banyak siswa yang hobi sepak bola ?


Jawab :

Banyak siswa hobi sepak bola adalah

 Sepak bola = 360°  (72° + 126° + 72° + 36°)


= 360°  (306°)

= 54°

Pada langkah inilah yang terjadi kekeliruan, dikarenakan setelah siswa


mendapatkan derajat dari soal tersebut seringkali siswa berhenti sampai
langkah ini. Padahal seharusnya yang dicari adalah nilainya dan untuk
mencari nilainya menggunakan perbandingan yang dimana derajat yang
ditanya dibagi derajat total lingkaran kemudian dikalikan dengan nilai total
yang diketahui.

30
 Banyak siswa yang hobi sepak bola =

orang

Jadi, banyak siswa yang hobi sepak bola adalah 6 orang.

31
DAFTAR PUSTAKA

Janah, Nurul Choirul. Modul Pengayaan Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Surakarta:
Putra Nugraha

Anda mungkin juga menyukai