“Rangkuman Materi dan Crusial Point Tingkat SMP Kelas VII Semester II”
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat-Nya makalah
yang berjudul “Rangkuman Materi & Crusial Point Tingkat SMP Kelas VII Semester II” ini
dapat tersusun dan terselesaikan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. I Nengah Suparta, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Matematika
Sekolah yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
2. Teman-teman semester 4 Program Studi S1 Pendidikan Matematika yang telah
memberikan informasi, masukan juga berperan dalam proses pembuatan makalah.
3. Pihak-pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya harapkan agar nantinya dapat ditemukan
hasil yang lebih baik. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
yang bersangkutan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
SEBARAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2.................................................................1
RANGKUMAN MATERI DAN CRUSIAL POINT KELAS VII SEMESTER 2
BAB 5 Perbandingan..................................................................................................................2
BAB 6 Aritmetika Sosial............................................................................................................6
BAB 7 Garis dan Sudut.............................................................................................................11
BAB 8 Segi Empat dan Segitiga...............................................................................................21
BAB 9 Penyajian Data..............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iii
SEBARAN MATERI KELAS VII SEMESTER 2
Bab 5 Perbandingan
1. Perbandingan 2 besaran
2. Perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
3. Perbandingan senilai
4. Perbandingan senilai pada pola dan model
5. Perbandingan berbalik nilai
Bab 6 Aritmatika Sosial
1. Laba dan Rugi dalam Aritmetika Sosial
2. Pajak dan Bunga Tunggal
3. Rabat, Bruto, Tara, dan Neto
Bab 7 Garis dan Sudut
1. Garis dan sifat-sifat garis
2. Membagi ruas garis menjadi beberapa bagian sama panjang
3. Sudut dan jenis-jenis sudut
4. Hubungan antarsudut
5. Melukis sudut
6. Membagi sudut
Bab 8 Segi Empat dan Segitiga
1. Bangun datar segiempat dan segitiga
2. Jenis dan sifat segiempat
3. Keliling dan luas segiempat
4. Jenis dan sifat segitiga
5. Luas dan keliling segitiga
6. Garis-garis istimewa pada segitiga
Bab 9 Penyajian Data
1. Pengumpulan Data
2. Penyajian Data Tunggal
3. Membaca Tabel atau Diagram
1
Rangkuman Materi dan Crusial Point Kelas VII Semester 2
Bab 5 Perbandingan
1. Perbandingan Dua Besaran
Perbandingan adalah membandingkan 2 atau lebih besaran yang sejenis dan
ditunjukkan dengan nilai yang paling sederhana.
Perbandingan dapat dibagi menjadi:
a. Perbandingan Senilai
b. Perbandingan Berbalik Nilai
Penting diketahui bahwa perbandingan haruslah:
a. Mempunyai besaran yang sama
Misalnya: buah berbanding dengan buah, km berbanding dengan km
b. Menunjukkan nilai terkecil atau paling sederhana dari nilai kedua sisi
c. Nilai kedua sisi merupakan bilangan asli
Atau
2
kecil pula
A dan B bertambah dan berkurang sebanding
, maka
a. Faktor pengecilan
Skala = 1 : n, yatu ukuran sebenarnya diperkecil
b. Faktor perbesaran
Skala = 1 : n, yatu ukuran sebenarnya diperbesar
3
Grafik perbandingan terbalik:
Keterangan Grafik:
Jawab:
Cara 1 (Berdasarkan perhitungan satuan)
Harga 5 buah buku = Rp 7.500,00
Harga 1 buah buku = Rp 7.500,00 : 5 = Rp 1.500,00
Harga 8 buah buku = 8 x Rp 1.500,00 = Rp 12.000,00
4
Banyak buku Harga (Rp)
5 ................... Rp 7.500,00
8 ................... p
Karena banyak buku dan harga merupakan perbandingan senilai (seharga) maka kita
gunakan
Keterangan:
adan b adalah nilai besaran
n adalah notasi untuk angka nyata (harga, jarak, kecepatan, dsb)
p adalah perhitungan perbandingan
Sekarang kita gunakan rumusnya dengan cara perkalian silang antara pembilang dan
penyebutnya.
a/b = n/p
5/8 = 7.500/p
Diselesaikan dengan perkalian silang
axp=nxb
5 x p = 7.500 x 8
5p = 60.000
p = 60.000 : 5 = 12.000
Jadi harga 8 buah buku tulis adalah Rp 12.000,00
Ketika menggunakan cara ini, kita harus bisa menentukan mana nilai besaran dan n.
Untuk mencari nilai besaran sangat mudah. Pada setiap soal biasanya terdapat 2 variabel
5
yang sama. Nilai besaran yang diketahui selalu berpasangan dengan n. Pada contoh soal,
5 buku tulis dan 8 buku tulis disebut nilai besaran (a dan b). 5 buku tulis adalah nilai
besaran yang diketahui dan berpasangan dengan n (harga yaitu Rp 7.500,00)
Berdasarkan soal :
Harga 5 buah buku tulis Rp 7.500,00. Berapa harga 8 buah buku tulis?
Jawab:
Note : Dalam perbandingan senilai, yang diketahui jadi penyebut. Untuk
perbandingan berbalik nilai, yang diketahui jadi pembilang.
Yang diketahui adalah harga 5 buku tulis. Jadikan 5 sebagai penyebut (b). Rp 7.500,00
sebagai pengali (n), dan yang ditanyakan adalah harga 8 buku tulis. Jadikan pembilang
(a).
p = a/b x n
p = 8/5 x 7.500 = Rp 12.000,00
Jadi harga 8 buah buku tulis adalah Rp 12.000,00
a. Nilai keseluruhan
c. Banyak unit
6
a. Harga jual harga beli Laba (U) = harga jual (Hj) – harga beli (Hb)
b. Harga beli harga jual Rugi (R) = harga beli (Hb) – harga jual (Hj)
Persentase laba
Harga beli
Harga jual
Persentase rugi
Harga beli
Harga jual
7
Crusial Point dari Bab 6 Aritmetika Sosial :
1. Menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat (diskon) atau sebaliknya :
Siswa terkadang keliru terhadap harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat
(diskon) karena pada umumnya siswa hanya menghitung berapa jumlah rabat (diskon)
tanpa melakukan pengurangan pada harga mulanya. Untuk hal ini perlu dilakukan
penekanan konsep kepada siswa bahwasannya rabat (diskon) ini adalah potongan
harga atau bahasa sederhananya dalam aktivitas jual beli, seringkali kita
mendapatkan harga yang lebih murah, sehingga untuk menentukan harga yang harus
dibayarkan, setelah memperoleh harga rabat maka harga mulanya harus dikurangi
oleh harga rabat. Selain melakukan penekanan konsep rabat (diskon), perlu juga
diberikan contoh nyata karena untuk persoalan terkait rabat (diskon) ini bervariasi,
ada kalanya diminta harga yang harus dibayar maupun harga mulanya sebelum
dikenai rabat (diskon) kemudian dari sanalah siswa bisa menentukan operasi apakah
yang sesuai untuk digunakan.
Contoh :
Arya pergi ke sebuah toko buku dan membeli buku seharga Rp. 85.000,00 dan toko
tersebut menawarkan diskon sebesar 5% untuk setiap pembelian bukunya. Berapakah
harga yang harus Arya bayarkan untuk buku tersebut?
Penyelesaian :
Diketahui :
Harga buku = Rp. 85.000,00
Diskon = 25%
Ditanya :
Harga yang harus Arya bayar = …
Jawab :
Diskon =
8
Jadi, diskon yang diperoleh adalah sebesar Rp. 21.250,00, karena mencari harga yang
seharusnya dibayarkan setelah dikenakan diskon, maka harga buku harus dikurangi
oleh diskon.
Pada bagian inilah siswa seringkali terkecoh dan keliru, sebab harga Rp. 21.250,00
itulah yang disangka sebagai harga akhir padahal masih ada langkah selanjutnya.
Jadi, harga buku yang harus Arya bayar adalah Rp. 63.750,00
2. Menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan pajak atau sebaliknya :
Mirip halnya dengan menentukan harga yang harus dibayar jika dikenakan rabat
(diskon), maka pada permasalahan ini juga perlu ditekankan konsep kata kunci bahwa
pajak adalah potongan wajib yang dibebankan atau secara sederhana, kita akan
membayar dengan harga yang lebih sesuai dengan harga pajaknya. Siswa seringkali
keliru jika diperintahkan untuk menentukan harga yang dikenakan pajak karena harga
yang diperoleh oleh siswa biasanya baru sampai pada harga pajak saja belum sampai
pada harga yang seharusnya dibayar jika dikenakan pajak. Begitupun sebaliknya jika
diketahui harga yang harus dibayar setelah dikenakan pajak dan ingin memperoleh
harga mula tanpa pengenaan pajak.
Contoh :
Pada suatu restoran, setiap pembelian itemnya dikenakan pajak sebesar 15%. Putu
membeli sebuah makanan seharga Rp. 36.000,00 dan sebuah minuman seharga Rp.
15.000,00. Maka berapakah total keseluruhan yang harus dibayar oleh Putu?
Penyelesaian :
Diketahui :
Harga makanan
Harga minuman
9
Ditanya :
Total keseluruhan yang harus dibayar = …
Jawab :
Pada bagian ini, siswa seringkali keliru karena perhitungan harga pajak dianggap
sebagai harga keseluruhan yang harus dibayar, sehingga perlu penekanan konsep
dengan kata kunci bahwa pajak adalah potongan wajib yang dibebankan, sehingga
pada soal ini harga item mula harus dijumlahkan dengan perhitungan harga pajak di
itemnya masing-masing.
Jadi, total keseluruhan yang harus dibayar oleh Putu adalah Rp.58.650,00
dapat menjadi . Untuk hal tersebut, perlu dilakukan penekanan konsep bahwa untuk
Contoh :
10
Seorang ayah menyimpan uang di bank sebanyak Rp.5.000.000,00, bank memberi
bunga sebesar 20% per tahun kepada setiap nasabahnya. Maka, berapakah jumlah
uang ayah pada akhir bulan ke-16?
Penyelesaian :
Diketahui :
Pada bagian inilah sering terjadi kekeliruan karena satuan waktu yang diketahui
adalah dalam bentuk tahun namun karena waktu yang akan dicari adalah bulan, maka
harus diubah menjadi 12 bulan.
Ditanya :
Jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16 = …
Jawab :
Karena yang akan dicari adalah jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16, dapat
diperoleh dengan cara menjumlah modal awal dengan besar bunga :
Jadi, jumlah uang ayah pada akhir bulan ke-16 adalah Rp.5.750,00
11
Garis adalah kumpulan dari titik-titik. Garis lurus dapat dilukiskan dengan
menghubungkan dua titik. Misal: garis g melalui titik A dan B.
g
A B
a
b
Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada
satu garis lurus sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja.
Dua garis bersilangan
12
Dua garis dikatakan saling bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak
terletak pada bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila
diperpanjang.
C. Garis horizontal dan garis vertikal
Arah garis horizontal adalah arah garis mendatar. Contoh : arah kapal laut
Arah garis vertikal adalah arah garis yang tegak lurus dengan garis
horizontal. Contoh : roket yang meluncur ke atas
D. Sifat-sifat garis sejajar
Melalui satu titik diluar sebuah garis dapat ditarik tepat satu garis yang
sejajar dengan garis itu.
Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar, maka
garis itu juga akan memotong garis yang kedua.
Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya, maka kedua garis itu
sejajar pula satu sama lain.
2. Membagi ruas garis menjadi beberapa bagian sama panjang
A. Membagi Ruas Garis Menjadi Beberapa Bagian Sama Panjang
1. Buatlah sebarang ruas garis AB.
2. Dari titik A, buatlah ruas garis AM dengan ukuran 5 bagian sama
panjang sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis AB, yaitu AP
= PQ = QR = RS = SM.
3. Hubungkan titik M dengan titik B.
4. Buatlah garis sejajar dengan ruas garis MB yang masing-masing garis
tersebut melalui titik S, R, Q, dan P sehingga memotong garis AB di titik
S₁, R₁, Q₁, dan P₁.
5. Dengan demikian, terbagilah ruas garis AB menjadi 5 bagian yang sama
panjang, yaitu AP₁ = P₁Q₁ = Q₁R₁ = R₁S₁ = S₁ B.
13
Gunakan penggaris untuk membagi sebuah ruas garis menjadi 2 bagian
dengan perbandingan 1 : 3, kemudian ikutilah langkah-langkah seperti berikut
ini.
1. Buatlah sebarang ruas garis AB.
2. Dari titik A, buatlah ruas garis AM dengan ukuran 4 bagian sama
panjang sedemikian sehingga tidak berimpit dengan garis AB, yaitu
3×AP = PM.
3. Hubungkan titik M dengan titik B.
4. Buatlah garis sejajar dengan garis MB melalui titik P sehingga
memotong garis P1.
5. Kemudian buatlah garis sejajar dengan garis PP₁ dan MB melalui titik-
titik 3 bagian PM sehingga memotong garis tiga bagian P₁B.
6. Dengan demikian, terbagilah garis AB menjadi 2 bagian dengan
perbandingan 1 : 3, yaitu 3×AP₁ = P₁B.
14
5. Kemudian buatlah garis sejajar dengan garis PP₁ dan MB melalui titik-
titik 2 bagian PM sehingga memotong garis bagian AB.Dengan
demikian, terbagilah garis AB menjadi 2 bagian dengan perbandingan
2 : 5, yaitu AP/PM = 2/5.
1. PA : PQ = PG : PR = AG : QR atau
15
PA PG AG
= =
PQ PR QR
2. PB : PQ = PH : PR = BH : QR atau
PC PH BH
= =
PQ PR QR
3. PC : PQ = PI : PR = CI : QR atau
PC PI CI
= =
PQ PR QR
4. PD : PQ = PJ : PR = DJ : QR atau
PD PJ DJ
= =
PQ PR QR
5. PE : PQ = PK : PR = EK : QR atau
PE PK EK
= =
PQ PR QR
6. PF : PQ = PL : PR = FL : QR atau
PF PL FL
= =
PQ PR QR
16
Nilai dari suatu sudut biasanya dinyatakan dalam satuan sudut. Ada
dua macam satuan sudut yang sering digunakan, yaitu ukuran derajat dan
ukuran radian. Dalam ukuran derajat (°), ditetapkan 1 putaran penuh adalah
360°. Pada ukuran radian, satu putaran penuh adalah 2𝛑 radian. Besar sudut
pada lingkaran 360°. Besar sudut pada segitiga siku-siku 180°. Besar sudut
pada persegi/segi empat 360°.Untuk mengukur sudut dapat digunakan busur
derajat. Tiap sudut segitiga sama sisi masing masing 60°, karena semua
sudutnya sama besar maka 180° :3 = 60°. Sedangkan tiap sudut persegi 90°
karena semua sudutnya juga sama besar maka 360° :4 = 90°.
C. Jenis-jenis sudut
Berdasarkan besar daerah sudut yang terbentuk, sudut dibedakan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut.
1. Sudut lurus merupakan sudut yang besarnya 180 .
2. Sudut siku-siku merupakan sudut yang besarnya 90 .
3. Sudut tumpul merupakan sudut yang besarnya lebih dari 90 dan
kurang dari 180 .
4. Sudut lancip merupakan sudut yang besarnya lebih dari 0 dan kurang
dari 90 .
5. Sudut refleks merupakan sudut yang besarnya lebih dari 180 dan
kurang dari 360 .
6. Sudut putaran penuh merupakan sudut yang besarnya 360 .
4. Hubungan antarsudut
Perhatikan gambar di bawah ini, garis m dan g sejajar.
17
Sudut 2 , 3 , 1 , dan 4 disebut sebagai sudut
dalam atau sudut interior. Sementara sudut 1 , 4 , 2 , dan 3 disebut sebagai sudut
luar atau eksterior. Setiap sudut pada gambar di atas adalah berpelurus. Hubungan sudut-
sudut pada gambar di atas, disajikan pada tabel berikut.
Hubungan Sifat Contoh (Lihat pada
(Definisi) Sudut gambar)
Sehadap Sama 1 dengan 1
4 dengan 4
2 dengan 2
3 dengan 3
Dalam Sama 2 dengan 4
berseberangan 3 dengan 1
Luar Sama 1 dengan 3
berseberangan 4 dengan 2
Bertolak Sama 1 dengan 3
belakang 2 dengan 4
1 dengan 3
2 dengan 4
Sepihak Berpelurus 2 dengan 1
dalam 3 dengan 4
Sepihak luar Berpelurus 1 dengan 2
4 dengan 3
18
c. Dari B dan C dibuat busur lingkaran yang berjari-jari sama dan kedua
busur berpotongan di D.
d. Dari titik A tarik garis melalui D, maka terbentuk AD ⊥ BC dan ∠BAD
= 90°.
19
D. Melukis Sudut 30
a. Buatlah garis g melalui titik A.
b. Kemudian dari titik A dibuat sudut 30°.
c. Buatlah sudut 60° (lihat cara membuat sudut 60°).
d. Dari titik B dan C buat busur dengan jari-jari sama dan kedua busur
berpotongan di D.
e. Dari A tarik garis lewat D sehingga besar ∠BAD = 30°.
20
m
1 2 k
3 4
5 6
7 8 l
Jawab:
bertolak belakang
Pilihan D salah karena tidak ada pasangan sudut yang terbentuk dari dengan
1. Segiempat adalah sebuah bangun datar yang memiliki 4 sisi dan 4 sudut.
2. Segitiga, adalah sebuah bangun datar yang terbentuk dari tiga buah titik yang tidak
segaris.
3. Jenis dan Sifat Segi Empat :
a) Persegi :
– Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sejajar serta sama panjang
– Keempat sisinya sama panjang
– Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )
21
– Memiliki empat buah simetri lipat
– Memiliki empat simetri putar
b) Persegi Panjang :
– Memiliki empat sisi serta empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi sejajar yang berhadapan dan sama panjang
– Keempat sudutnya sama besar yaitu 90° ( sudut siku-siku )
– Memiliki dua diagonal yang sama panjang
– Memiliki dua buah simetri lipat
– Memiliki dua simetri putar
c) Trapesium :
Trapesium siku-siku
22
- Memiliki dua sudut tumpul, yaitu ∠P (∠SPQ) dan ∠Q (∠PQR)
- Memiliki dua buah sudut lancip, yaitu ∠S (∠PSR) ∠R (QRS)
- Jumlah keempat sudutnya 360° (∠P + ∠Q + ∠R + ∠S = 360°)
d) Layang-layang :
– Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sama panjang
– Memiliki dua sudut yang sama besarnya
– Diagonalnya berpotongan tegak lurus
– Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang
– Memiliki satu simetri lipat
e) Jajar Genjang :
– Memiliki empat sisi dan empat titik sudut
– Memiliki dua pasang sisi yang sejajar dan sama panjang
– Memiliki dua buah sudut tumpul dan dua buah sudut lancip
– Sudut yang berhadapan sama besar
– Diagonal yang dimiliki tidak sama panjang
23
– Tidak memiliki simetri lipat
– Memiliki dua simetri putar
f) Belah Ketupat :
Luas =
d) Layang-layang :
Keliling = Jumlah Semua Sisinya
Luas =
Dengan d = diagonal
e) Jajar Genjang
Keliling = 2 x (alas + tinggi)
Luas = alas x tinggi
f) Belah Ketupat
Keliling = Jumlah semua sisinya
24
Luas =
Dengan d = diagonal
5. Jenis dan Sifat Segitiga
a) Segitiga Sama Sisi :
- Ketiga sisinya sama panjang.
- Sudut-sudutnya sama besar, yaitu masing-masing 60°
- Mempunyai tiga sumbu simetri yang berpotongan tepat di satu titik.
- Dapat ditempatkan pada bingkainya tepat dalam enam cara.
b) Segitiga Sama Kaki :
- Dua buah sisinya sama panjang.
- Mempunyai dua buah sudut sama besar.
- Mempunyai sebuah sumbu simetri.
- Dapat ditempatkan pada bingkainya tepat dalam dua cara.
c) Segitiga Siku-siku :
- Salah satu sisinya 90°
d) Segitiga Sembarang :
- Panjang ketiga sisinya berlainan.
- Besar ketiga sudutnya tidak sama.
6. Keliling dan Luas Segitiga :
Keliling (K) = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3
Luas = ½ .a.t
7. Garis tinggi merupakan sebuah garis yang ditarik dari satu titik sudut sebuah segitiga
serta tegak lurus terhadap sisi depannya.
8. Garis bagi merupakan garis yang ditarik dari suatu titik sudut sebuah segitiga dimana
garis bagi akan membagi dua sama besar sudut tersebut.
9. Garis berat merupakan garis yang ditarik dari titik sudut sebuah segitiga yang membagi
dua sama panjang sisi depannya.
10. Garis sumbu merupakan garis yang ditarik tegak lurus pada suatu sisi yang membagi dua
sama panjang sisi segitiga tersebut.
25
1. Menentukan luas dari sebuah segitiga, dimana siswa seringkali keliru dalam menentukan
yang mana menjadi alas dan tinggi segitiga jika disajikan dalam gambar
Rasional :
Saat ingin menentukan luas dari sebuah segitiga, terlebih dahulu kita harus mengetahui
Panjang alas dan tinggi dari segitiga. Namun seringkali yang diberikan pada soal yaitu
sebuah gambar disertai keterangan dari beberapa sisi. Sering kali siswa keliru dalam
menentukan yang mana alas dan tinggi segitiga. Akibatnya mereka salah untuk
menentukan luas dari segitiga.
Solusi :
Menekankan penjelasan terkait unsur-unsur segitiga terutamanya pada bagian tinggi, alas
dan sisi miring agar siswa tidak keliru dengan ketiganya.
Contoh Soal :
Tentukanlah luas dari segitiga disamping!
Kesalahan siswa :
Jika dihadapkan dengan soal yang demikian, siswa
cenderung sering keliru untuk menentukan yang mana
alas dan yang mana tinggi yang harus digunakan untuk mencari luas segitiga. Kesalahan
yang mungkin terjadi yaitu AC digunakan sebagai sisi alas dan AB sebagai tinggi
segitiga.
Diketahui :
a = AC = 13 cm
t = AB = 5 cm
Ditanya : L?
Jawab :
26
alas dan BC sebagai tinggi. Pada penyelesaian ini saya akan gunakan AB sebagai alas
dan BC sebagai tinggi
Diketahui :
a = AB = 5 cm
t = BC = 12 cm
Ditanya : L?
Jawab :
27
Bab 9 Penyajian Data
1. Pengertian data, datum, dan statistika.
Data merupakan kumpulan datum, dimana datum merupakan fakta tunggal. Statistika
adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan data.
Berdasarkan jenisnya data dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa bilangan dan nilainya bisa berubah-ubah.
b. Data kualitatif, yaitu data yang menggambarkan keadaan objek yang dmaksud.
2. Populasi dan sampel
Dalam pengumpulan data, apabila yang diteliti terlalu banyak peneliti dapat
menggunakan sebagian saja sebagai sampel. Sampel yang diambil harus dapat
mewakili seluruh objek yang diteliti. Kumpulan atau keseluruhan objek yang diteliti
inilah yang disebut populasi.
3. Pengumpulan data
Cara untuk mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Mencacah atau membilang
b. Mengukur
c. Mencatat data dengan tally (turus)
4. Penyajian data tunggal dalam bentuk tabel
Data yang disajikan dalam bentuk tabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data
tunggal dan data kelompok. Tabel sebaran frekuensi data tunggal adalah masing-
masing baris pada kolom nilai memuat satu nilai. Untuk mempermudah dalam
membuat tabel frekuensi digunakan tally atau turus.
5. Penyajian data tunggal dalam bentuk diagram
a. Diagram garis (poligon)
Diagram garis biasa digunakan untuk menggambarkan suatu data yang
berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu. Diagram garis terdiri atas sumbu datar
dan sumbu tegak yang saling tegak lurus. Sumbu datar menyatakan waktu
sedangkan sumbu tegak menunjukkan nilai data.
b. Diagram batang
28
Penyajian data dalam bentuk batang disebut diagram batang. Setiap batang
mewakili data tertentu, sedangkan tinggi (panjang) batang mewakili frekuensi dari
setiap data. Diagram batang dapat digambarkan secara tegak atau mendatar.
c. Diagram lingkaran
Penyajian data dengan menggunakan daerah lingkaran dinamakan diagram
lingkaran. Pada diagram lingkaran, daerah lingkaran dibagi menjadi juring-juring
sesuai dengan perbandingan antara nilai setiap data dan nilai secara keseluruhan.
1. Menentukan nilai dari salah satu derajat yang kurang dalam diagram lingkaran :
Siswa terkadang keliru dalam menentukan nilai yang kurang dalam derajat diagram
lingkaran. Karena pada umumnya siswa hanya mencari berapa derajat yang kurang
dalam suatu diagram lingkaran, dalam hal ini siswa hanya tinggal menguragi derajat
total lingkaran(360 derajat) dengan derajat yg hendak dicari. Namun dalam
permasalahan lain siswa diminta untuk menghitung nilai dari derajat tersebut,
biasanya hal ini dapat diselesaikan dengan menggunakan perbandingan. Derajat yang
ditanya dibagi derajat total lingkaran kemudian dikalikan dengan nilai total yang
diketahui, maka nilai derajat tersebut dapat dicari. Siswa juga harus ditekankan terkait
konseptual, karena penyebab adanya kesalahan mengerjakan soal matematika
disebabkan karena siswa mengalami kesalahan konsep dalam belajar terutama dalam
memahami soal, kebanyakan siswa berhenti mengerjakan setelah selesai
menyelesaikan kalimat matematikanya, dan siswa kurang teliti dalam
mengerjakannya.
Contoh soal
29
Dari diagram tersebut, berapa banyak siswa yang hobi sepak bola ?
Penyelesaian :
Diketahui :
Menari = 72°
Menyanyi = 126°
Melukis = 72°
Voli = 36°
Ditanya :
= 54°
30
Banyak siswa yang hobi sepak bola =
orang
31
DAFTAR PUSTAKA
Janah, Nurul Choirul. Modul Pengayaan Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII. Surakarta:
Putra Nugraha