Ø Kata wakaf berasal dari bahasa Arab menahan (alhabs) dan mencegah (al-man’u).
Maksudnya adalah menahan untuk tidak dijual, tidak dihadiahkan, atau diwariskan.
Ø Menurut istilah : menahan harta benda tertentu yang dapat diambil manfaatnya sedangkan
bendanya masih tetap dan benda itu diserahkan kepada badan atau orang lain dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah dan benda tersebut tidak boleh dijual, dihibahkan, atau
diwariskan.
Ø Misalnya, seseorang mewakafkan tanah miliknya untuk dijadikan pemakaman umum. Oleh
karena itu tanah yang dimaksud tidak boleh diambil, diwariskan, atau dihibahkan kepada
orang lain.
Hukum wakaf
Ø Wakaf hukumnya sunnah. Namun bagi pemberi wakaf merupakan amalan sunnah yang
sangat besar manfaatnya karena merupakan shadaqah jariyah.
Beberapa dalil yang menjadi dasar tentang diperintahkannya wakaf, di antaranya seperti
berikut:
Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
a. Memiliki secara penuh terhadap harta, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu
kepada setiap yang ia kehendaki
b. Berakal. Dia mestilah orang yang berakal, tidak sah wakaf orang yang bodoh, orang
gila, atau orang yang sedang mabuk.
c. Baligh
d. Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang
bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya
b. Harus diketahui kadarnya, apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul),
pengalihan milik ketika itu tidak sah.
d. Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut
juga dengan istilah gaira śai’.
b. Tidak tertentu (ghaira mu’ayyan): tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci
a. Ucapan harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid), tidak sah
wakaf jika ucapannya dengan batas waktu tertentu.
Apabila semua persyaratan terpenuhi, maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima
wakaf adalah sah. Pewakaf (wakif) tidak dapat lagi menarik balik kepemilikan harta itu
karena telah berpindah kepada Allah Swt. dan penguasaan harta tersebut berpindah kepada
orang yang menerima wakaf (nazhir). Secara umum, penerima wakaf (nazhir) dianggap
pemiliknya tetapi bersifat tidak penuh (gaira tammah).
Ø Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka
panjang, mempunyai nilai ekonomi menurut syariah.
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.
d. Hak milik atas satuan rumah sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku
a. Uang, dilakukan oleh lembaga Keuangan Syariah yang ditunjuk Menteri Agama.
b. Logam mulia, logam dan batu mulia yang memiliki manfaat jangka panjang.
e. Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) seperti hak cipta, hak merk, hak paten,dll)
Pengelolaan wakaf
d. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pendaftaran
Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik
e. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, khususnya pasal
5, 14 (1) dan 49, PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik
f. Instruksi bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4
tahun 1990 tentang Sertifikat Tanah Wakaf
1. Perseorangan atau badan hukum yang akan mewakafkan tanah hak miliknya, harus
datang sendiri dihadapan PPAIW untuk melaksanakan ikrar wakaf.
3. PPAIW meneliti surat dan syaratnya dalam memenuhi pelepasan hak atas tanah.
4. Dihadapan PPAIW dan 2 saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas dan tegas dan dalam
bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW maka dapat membuat akta ikrar
secara tertulis dengan persetujuan dari kepala Kantor Urusan Agama kecamatan.
5. PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat dalam daftar wakaf dan
menyimpannya bersama akta wakaf dengan baik.
Sertiifikasi wakaf demi tertib administrasi dan kepastian hak bila terjadi sengketa atau
masalah hukum. Sertifikasi tanah wakaf dilakukan oleh Kementerian Agama dan Badan
Pertanahan Nasional (BPN). Pada tahun 2004, kedua lembaga ini mengeluarkan surat
keputusan bersama Menteri Agama dan kepala BPN No. 422 Tahun 2004 tentang sertifikasi
tanah wakaf. Sertifikasi tanah wakaf dibebankan kepada anggaran Kementerian Agama
Prosedur persertifikatan tanah wakaf di BPN:
2. Ikrar wakaf
Ruislag Tanah Wakaf adalah penukaran harta benda wakaf yang sesuai tata ruang
(PUTR) dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta tidak bertentangan
dengan aturan syariat, harta wakaf bisa ditukar dengan harta lain yang nilainya minimal
sepadan. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 memperbolehkan penukaran harta benda
wakaf dengan syarat harus ada persetujuan dari Menteri Agama. Jika didapati harta wakaf
tidak sesuai kemanfaatannya, misalnya gedung madrasah yang penduduk sekitarnya telah
pindah sehingga harta wakaf tersebut tidak berfungsi lagi, nazhir mengambil langkah untuk
kemanfaatan yang lain. Pengalihan hanya dapat dilakukan dalam hal-hal tertentu saja, setelah
mendapat persetujuan dari pemerintah setempat dengan alasan:
a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf yang diikrarkan oleh wakif.
Prosedur ruislag :
Organisasi atau badan hukum yang bisa menjadi nazhir harus memenuhi persyaratan :
1. Pengurus organisasi atau badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan.
2. Organisasi atau badan hukum itu bergerak di bidang sosial pendidikan kemasyarakatan
atau keagamaan Islam.
3. Badan hukum itu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya
Hak-hak Nazhir :
1. Menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%
Ø Nazhir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara
dan mengurus harta wakaf.
Ø Nazhir berasal dari kata kerja bahasa Arab nadzarayadzuru-nadzaran artinya menjaga,
memelihara, dan mengawasi.
Hikmah wakaf :
1. Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya
2. Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu meski telah menjadi milik
seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya harta agama yang mesti diserahkan
sebagaimana halnya juga zakat.
4. Dapat menopang dan menggerakkan kehidupan sosial kemasyarakatan umat islam, baik
aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lainnya
Keutamaan wakaf
Dicatat dan dihitung sebagai amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir
meskipun orang yang mewakafkannya telah meninggal dunia
1. Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan sebagai hubungan dari wakif
dengan status wakaf sesuai dengan syariah
4. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan yang telah ditentukan oleh wakif