Anda di halaman 1dari 7

Pengertian wakaf

Ø Kata wakaf berasal dari bahasa Arab menahan (alhabs) dan mencegah (al-man’u).
Maksudnya adalah menahan untuk tidak dijual, tidak dihadiahkan, atau diwariskan.

Ø Menurut istilah : menahan harta benda tertentu yang dapat diambil manfaatnya sedangkan
bendanya masih tetap dan benda itu diserahkan kepada badan atau orang lain dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah dan benda tersebut tidak boleh dijual, dihibahkan, atau
diwariskan.

Ø Misalnya, seseorang mewakafkan tanah miliknya untuk dijadikan pemakaman umum. Oleh
karena itu tanah yang dimaksud tidak boleh diambil, diwariskan, atau dihibahkan kepada
orang lain.

Hukum wakaf

Ø Wakaf hukumnya sunnah. Namun bagi pemberi wakaf merupakan amalan sunnah yang
sangat besar manfaatnya karena merupakan shadaqah jariyah.

    Beberapa dalil yang menjadi dasar tentang diperintahkannya wakaf, di antaranya seperti
berikut:

Surah Ali Imran ayat 92

Artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

H.R. Bukhari dan Muslim

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang


meninggal, maka amalannya terputus kecuali dari tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Rukun dan Syarat Wakaf

1. Al- waqif (orang yang berwakaf), dengan syarat :

a.       Memiliki secara penuh terhadap harta, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu
kepada setiap yang ia kehendaki

b.      Berakal. Dia mestilah orang yang berakal, tidak sah wakaf orang yang bodoh, orang
gila, atau orang yang sedang mabuk.

c.       Baligh
d.      Mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang
bangkrut (muflis) dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya

2. Al Mauquf (benda yang diwakafkan) dengan syarat :

a.       Harus barang yang berharga

b.      Harus diketahui kadarnya, apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya  (majhul),
pengalihan milik ketika itu tidak sah.

c.       Harus pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf.

d.      Harta itu harus berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut
juga dengan istilah gaira śai’.

3. Al mauquf ‘alaihi (pihak yang menerima wakaf), ada 2 macam :

a.       Tertentu (mu’ayyan)                     : orang yang menerima wakaf jelas jumlahnya

b.      Tidak tertentu (ghaira mu’ayyan): tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara
terperinci 

4. Sighat (lafadz/ikrar wakaf) dengan syarat :

a.       Ucapan harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid), tidak sah
wakaf jika ucapannya dengan batas waktu tertentu.

b.      Ucapan dapat direalisasikan segera (lanjiz) tanpa disangkutkan atau digantungkan


dengan syarat tertentu.

c.       Ucapan bersifat pasti.

d.      Ucapan tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan.

     Apabila semua persyaratan terpenuhi, maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima
wakaf adalah sah. Pewakaf (wakif) tidak dapat lagi menarik balik kepemilikan harta itu
karena telah berpindah kepada Allah Swt. dan penguasaan harta tersebut berpindah kepada
orang yang menerima wakaf (nazhir). Secara umum, penerima wakaf (nazhir) dianggap
pemiliknya tetapi bersifat tidak penuh (gaira tammah).

Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya


Ø Harta benda wakaf berupa benda yang tidak habis dipakai dan tidak rusak apabila
dimanfaatkan, baik benda bergerak ataupun tidak bergerak.

Ø Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka
panjang, mempunyai nilai ekonomi menurut syariah.

Ø Harta wakaf ada 2 macam

1.      Wakaf benda tidak bergerak

a.       Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar.

b.      Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri diatas  tanah.

c.       Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.

d.      Hak milik atas satuan rumah sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

2.      Wakaf benda bergerak

a.       Uang, dilakukan oleh lembaga Keuangan Syariah yang ditunjuk Menteri Agama.

b.      Logam mulia, logam dan batu mulia yang memiliki manfaat jangka panjang.

c.       Surat berharga (saham, Surat Utang Negara, Obligasi, dll)

d.      Kendaraan (kapal, pesawat, motor, mobil, dll)

e.       Hak atas kekayaan intelektual (HAKI) seperti hak cipta, hak merk, hak paten,dll)

f.        Hak sewa, seperti rumah yang disewa.

Pengelolaan wakaf

1. Dasar wakaf di Indonesia diatur dalam :

a.       UU RI No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf tanggal 27 Oktober 2004.

b.      Peraturan Menteri Agama No 1 Tahun 1998 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 28


Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Menurut PP 28 Tahun 1977 benda yang
diwakafkan hanya sebatas tanah milik, sedangkan menurut aturan selainnya benda yang
diwakafkan tidak hanya sebatas tanah milik tetapi juga harta benda lainnya.

c.       Inpres No 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

d.      Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1997 tentang Tata Cara Pendaftaran
Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik
e.       UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, khususnya pasal
5, 14 (1) dan 49, PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

f.        Instruksi bersama Menteri Agama RI dan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4
tahun 1990 tentang Sertifikat Tanah Wakaf

g.      Badan pertanahan Nasional No. 630.1-2782 tentang Pelaksanaan Penyertifikatan Tanah


Wakaf.

h.      SK Direktorat BI No. 32/34/KEP/DIR/ tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip


Syariah (Pasal 29 ayat 2)→Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yaitu menerima
dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, hibah atau dana sesuai lainnya dan
menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan atau pinjaman kebajikan
(qard al-hasan)

i.        SK Direktorat BI No. 32/36/KEP/DIR/tentang Bank Perkreditan Rakyat. Berdasar


prinsip syariah (pasal 28) →BPRS dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal.

Tata Cara Perwakafan Tanah Milik

1.      Perseorangan atau badan hukum yang akan mewakafkan tanah hak miliknya, harus
datang sendiri dihadapan PPAIW untuk melaksanakan ikrar wakaf.

2.      Sebelum mengikrarkan wakaf, calon wakif harus menyerahkan surat-surat kepada


PPAIW :

a.       Sertifikat hak milik

b.      Surat keterangan pendaftaran tanah

3.      PPAIW meneliti surat dan syaratnya dalam memenuhi pelepasan hak atas tanah.

4.      Dihadapan PPAIW  dan 2 saksi, wakif mengikrarkan dengan jelas dan tegas dan dalam
bentuk tertulis. Apabila tidak dapat menghadap PPAIW maka dapat membuat akta ikrar
secara tertulis dengan persetujuan dari kepala Kantor Urusan Agama kecamatan.

5.      PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf dan mencatat dalam daftar wakaf dan
menyimpannya bersama akta wakaf dengan baik.

Sertifikasi tanah wakaf

          Sertiifikasi wakaf demi tertib administrasi dan kepastian hak bila terjadi sengketa atau
masalah hukum. Sertifikasi tanah wakaf dilakukan oleh Kementerian Agama dan Badan
Pertanahan Nasional (BPN). Pada tahun 2004, kedua lembaga ini mengeluarkan surat
keputusan bersama Menteri Agama dan kepala BPN No. 422 Tahun 2004 tentang sertifikasi
tanah wakaf. Sertifikasi tanah wakaf dibebankan kepada anggaran Kementerian Agama
Prosedur persertifikatan tanah wakaf di BPN:

1. Sertifikat tanah yang bersangkutan

2. Ikrar wakaf

3. Akta ikrar wakaf

4. Surat pengesahan Nadzir

5. Surat permohonan pesertifikatan yang ditujukan ke BPN

6. Membayar biaya pensertifikatan Rp. 50.000

7. Serifikat wakaf diterbitkan BPN

Ruislag Tanah Wakaf

          Ruislag Tanah Wakaf adalah penukaran harta benda wakaf yang sesuai tata ruang
(PUTR) dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, serta tidak bertentangan
dengan aturan syariat, harta wakaf bisa ditukar dengan harta lain yang nilainya minimal
sepadan. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 memperbolehkan penukaran harta benda
wakaf dengan syarat harus ada persetujuan dari Menteri Agama. Jika didapati harta wakaf
tidak sesuai kemanfaatannya, misalnya gedung madrasah yang penduduk sekitarnya telah
pindah sehingga harta wakaf tersebut tidak berfungsi lagi, nazhir mengambil langkah untuk
kemanfaatan yang lain. Pengalihan hanya dapat dilakukan dalam hal-hal tertentu saja, setelah
mendapat persetujuan dari pemerintah setempat dengan alasan:

 a. Karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf yang diikrarkan oleh wakif.

 b. Karena kepentingan umum

Prosedur ruislag :

1. Nazhir mengajukan permohonan Ruislag pada Menteri Agama lewat KUA.

2.  Kepala KUA kecamatan meneruskan permohonan pada Kepala Kantor Kementerian


Agama kabupaten/kota.

3. Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota membentuk tim penilai penukaran


harta wakaf.

4. Bupati/Walikota membuat surat keputusan dari tim penilai tersebut.

5. Kepala kantor Kementerian Agama kabupaten/kota meneruskan permohonan dengan


melampiskan hasil pada kepala kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi.
6. Lalu diteruskan lagi kepada Menteri Agama

7. Membuat permohonan pertimbangan rekomendasi pada BWI

8.  Meneruskan pada sekretaris Jendral Kementerian Agama

9.  Menerbitkan surat izin Ruislag.

Hak dan kewajiban Nazhir

          Organisasi atau badan hukum yang bisa menjadi nazhir harus memenuhi persyaratan :

1. Pengurus organisasi atau badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan.

2. Organisasi atau badan hukum itu bergerak di bidang sosial pendidikan kemasyarakatan
atau keagamaan Islam.

3. Badan hukum itu dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.

Kewajiban atau tugas nazhir :

1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan dan
peruntukannya

3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada badan wakaf Indonesia

Hak-hak Nazhir :

1. Menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda
wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%

2. Menggunakan fasilitas dengan persetujuan kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten


atau kota.

Ø Nazhir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang amanat untuk memelihara
dan mengurus harta wakaf.

Ø Nazhir berasal dari kata kerja bahasa Arab nadzarayadzuru-nadzaran artinya menjaga,
memelihara, dan mengawasi.
Hikmah wakaf :

1. Menghilangkan sifat tamak dan kikir manusia atas harta yang dimilikinya

2. Menanamkan kesadaran bahwa di dalam setiap harta benda itu meski telah menjadi milik
seseorang secara sah, tetapi masih ada di dalamnya harta agama yang mesti diserahkan
sebagaimana halnya juga zakat.

3. Menyadarkan seseorang bahwa kehidupan di akhirat memerlukan persiapan yang cukup

4. Dapat menopang dan menggerakkan kehidupan sosial kemasyarakatan umat islam, baik
aspek ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lainnya

Keutamaan wakaf

          Dicatat dan dihitung sebagai amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir
meskipun orang yang mewakafkannya telah meninggal dunia

Prinsip-prinsip pengelolaan wakaf :

1. Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan sebagai hubungan dari wakif
dengan status wakaf sesuai dengan syariah

2. Wakaf dilakukan tanpa batas waktu

3. Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan sebagaimana diperkenankan oleh syariah

4. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja yang akan dibelanjakan
untuk tujuan yang telah ditentukan oleh wakif

5. Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-tujuan yang telah


ditentukannya.

Anda mungkin juga menyukai