Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No.

2, Juli 2020:96-112
P-ISSN: 2579–8499; E-ISSN: 2579–8510
Doi: https://doi.org/10.22236/jgel.v4i2.4318
Website: http://journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel

Kerentanan Sosial pada Wilayah Potensi Bencana Tsunami di Pesisir


Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan

Ratu Nabillah*, Iwan Setiawan, dan Bagja Waluya


Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
Indonesia

*E-mail: ratunabillah06@gmail.com
Received: 17 04 2020 / Accepted: 04 06 2020 / Published online: 25 07 2020

ABSTRAK
Wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan memiliki potensi
bencana tsunami karena berbatasan langsung dengan Selat Sunda Utara yang terdapat
Gunung Anak Krakatau. Wilayah ini memerlukan adanya pembangunan sumberdaya
manusia dalam upaya pengentasan kerentanan terhadap bencana. Penelitian ini
membahas mengenai tingkat kerentanan sosial, faktor-faktor yang dapat memperbesar
dan memperkecil peluang kerentanan sosial, dan upaya mengatasi kerentanan sosial.
Tujuan penelitian ini 1) mengidentifikasi tingkat kerentanan sosial, 2) menganalisis
faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang kerentanan sosial, 3)
menganalisis upaya pengentasan kerentanan sosial. Analisis penskoran digunakan
untuk pemetaan tingkat kerentanan sosial dan analisis persentase digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang dapat memperbesar dan memperkecil peluang terjadinya
kerentanan sosial. Hasil penelitian yaitu tingkat kerentanan sosial dengan rentang nilai
53,37-168,86. Desa Tanjung Gading merupakan desa dengan kerentanan sosial tertinggi
dan Desa Sukaraja merupakan desa dengan kerentanan sosial terendah. Faktor-faktor
yang dapat memperbesar peluang kerentanan sosial diantaranya pendapatan kepala
keluarga yang masih tergolong rendah, tidak memiliki pekerjaan sampingan, belum
adanya integrasi pengentasan kerentanan bencana dengan posyandu balita dan Kelas
Lansia, tidak adanya data detail mengenai penduduk disabilitas, sedikitnya jumlah
wanita yang bekerja, dan belum terlibat aktifnya para wanita dalam forum kebencanaan.
Upaya pengentasan kerentanan sosial yang telah dilakukan masih secara umum, dan
belum menyentuh seluruh golongan masyarakat rentan.

Kata Kunci: Kerentanan Sosial, Potensi Bencana Tsunami, Pesisir Lampung Selatan

ABSTRACT
The coastal region of Rajabasa district, South Lampung Regency is an area that has the
potential of a tsunami disaster because it is directly adjacent to the North Sunda Strait,
which also as location of Anak Krakatau Mountain. This region requires the
development of human resources in an effort to overcome vulnerability to disasters.
This study discusses the level of social vulnerability, factors that can increase and
reduce opportunities for social vulnerability, and efforts to overcome social
vulnerability. The purpose of this study is to identify the level of social vulnerability,
analyze the factors that can increase and reduce opportunities for social vulnerability
and efforts to overcome social vulnerability. Scoring analysis is used to map the level of
97 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

social vulnerability and percentage analysis is used to determine the factors that can
increase and reduce the chances of social vulnerability. This research produces
findings of the level of social vulnerability with a range of values of 53.37-168.86.
Tanjung Gading Village is the village with the highest social vulnerability and Sukaraja
Village is the village with the lowest social vulnerability. Factors that can increase the
opportunities for social vulnerability include low household head income, no side jobs,
lack of integration of disaster vulnerability management with integrated health service
post for toddlers and the elderly, lack of detailed data on disability populations, the
small number of working women, and women have not been actively involved in
disaster forums. Efforts to overcome social vulnerability that have been carried out are
implemented generally, and have not touched all vulnerable groups of society.

Keywords: Social Vulnerability, Potential of Tsunami, South Lampung Coastal

PENDAHULUAN terjadi, namun daya hancurnya yang besar


Kawasan pesisir merupakan membuat bencana tsunami harus
kawasan yang kaya akan potensi baik dari diperhitungkan (Sinambela, et al., 2014).
sisi ekonomi, wisata, sumber daya serta Kerentanan sosial
potensi besar bencana (Hidayat, 2012). menggambarkan kerapuhan sosial dari
Wilayah pesisir merupakan daerah suatu wilayah akibat pengaruh dari
peralihan antara darat dan laut, kondisi adanya bahaya, ancaman dan bencana
tersebut menyebabkan wilayah pesisir yang memiliki potensi merusak,
mendapatkan tekanan dari berbagai mengganggu serta merugikan
aktivitas dan fenomena yang terjadi baik (Rahmaningtyas, N. & Setyono, J. S.
di darat maupun di laut (Damaywanti, K. 2015). Masih sangat minimnya upaya
2013). mitigasi bencana dan juga minimnya
Tsunami merupakan salah satu wadah partisipasi warga sangat kontras
bencana alam yang senantiasa dengan semakin banyak penduduk
mengancam penduduk yang tinggal di Kecamatan Rajabasa yang tinggal hanya
daerah pesisir. Tsunami merupakan 5-10 meter dari bibir pantai dengan
bencana sekunder yang dipicu oleh ketinggian 3-8 mdpl. Berdasarkan
berbagai kejadian sebelumnya seperti Peraturan Kepala Badan Nasional
gempa bumi, letusan gunungapi, objek Penanggulangan Bencana (BNPB) No. 2
ekstraterestrial dan atau sebab Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
antropogenik, yang mampu menyebabkan Pengkajian Risiko Bencana, tingkat
dislokasi vertikal dasar laut (Bryant, 2008 kerentanan sosial dapat dinilai dari
dalam Wibowo, T. et al, 2015). kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin,
Wilayah laut Lampung Selatan rasio penduduk miskin, rasio kelompok
merupakan bagian dari Selat Sunda usia dan rasio penduduk disabilitas.
bagian utara, dimana pada selat tersebut Masyarakat menjadi objek utama
terdapat Gunung Anak Krakatau saat terjadi bencana, masyarakat
(gunungapi aktif) yang termasuk dalam seharusnya mempunyai kemampuan
wilayah administrasi Kecamatan untuk mengetahui kerentanan yang ada,
Rajabasa. Kondisi ini menyebabkan sehingga dapat menjadi pelaku utama
wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa dalam usaha-usaha pengurangan risiko
memiliki potensi tsunami dari keberadaan bencana, sehingga kerugian dapat
gunungapi di lautan. Meskipun jarang diminimalisir (Desfandi, M. 2016).
98 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Kondisi sosial yang rentan maka jika Variabel, Populasi, Sampel, Teknik
terjadi bencana dapat dipastikan akan Pengumpulan, dan Teknik Analisis
menimbulkan kerugian yang besar Data
(Rahmaningtyas, N. & Setyono, J. S. Variabel yang digunakan mengacu
2015). Maka, diperlukan langkah untuk pada Peraturan Kepala BNPB No. 2
melihat seberapa besar tingkat kerentanan Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum
sosial yang ada pada wilayah pesisir Pengkajian Risiko Bencana meliputi
Kecamatan Rajabasa dan bagaimana kepadatan penduduk dan rasio kelompok
upaya yang seharusnya dilakukan untuk rentan (terdiri dari rasio kelompok umur,
mengurangi kerentanan sosial tersebut. rasio penduduk disabilitas, rasio jenis
Rumusan masalah penelitian: (1) kelamin, dan rasio penduduk miskin).
seberapa besar tingkat kerentanan sosial? Populasi wilayah meliputi 11 desa
(2) faktor-faktor apa saja yang dapat di Kecamatan Rajabasa yang langsung
memperbesar dan memperkecil peluang berbatasan dengan laut. Populasi manusia
terjadinya kerentanan sosial? (3) merupakan penduduk yang berada pada
bagaimana upaya pengentasan kerentanan wilayah penelitian dengan unit analisis
sosial yang telah dilaksankan? Ketiga kepala keluarga (KK).
rumusan masalah berada pada wilayah Sampel manusia dihasilkan
potensi bencana tsunami di pesisir dengan menggunakan teknik Cluster
Kecamatan Rajabasa Kabupaten Samping. Jumlah KK setiap desa diambil
Lampung Selatan. dengan menggunakan rumus Slovin.
Kemudian, peneliti memilih salah satu
METODE PENELITIAN RW/Dusun ditiap desa dan pemilihan
Lokasi dan Waktu Penelitian responden didasarkan atas pertimbangan
Lokasi penelitian berada pada 11 rumah responden yang memiliki jarak
desa yang berbatasan langsung dengan terdekat dengan laut.
laut di pesisir Kecamatan Rajabasa Teknik pengumpulan data yang
Kabupaten Lampung Selatan, diantaranya digunakan untuk mencari tingkat
Desa Guring, Desa Tanjung Gading, Desa kerentanan sosial menggunakan data
Betung, Desa Canggung, Desa Canti, sekunder yang didapat dari instansi terkait
Desa Banding, Desa Rajabasa, Desa yang disajikan dalam Tabel 1.
Sukaraja, Desa Way Muli, Desa Kunjir,
dan Desa Batu Balak, yang merupakan Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Sekunder
desa dengan ancaman tsunami kelas Data Penggunaan Sumber
Citra Satelit Badan
tinggi berdasarkan Peta Ancaman Peta Adminis-
Penentuan Luas Desa Informasi
trasi
Tsunami Kecamatan Rajabasa (yang Geospasial
Jumlah KK dan Perhitungan Sampel
sebelumnya dibuat terlebih dahulu oleh Penduduk Tiap dan Kepadatan
Disdukcapil
Lampung Selatan
peneliti). Waktu penelitian dilaksanakan Desa Penduduk
Jumlah
pada Maret 2019. Penduduk Perhitungan Rasio Disdukcapil
Berdasarkan Penduduk Wanita Lampung Selatan
Jenis Kelamin
Jenis Penelitian Jumlah
Perhitungan Rasio
Penduduk Disdukcapil
Penelitan ini berjenis kuantitatif dan Berdasar-kan
Penduduk Balita dan
Lampung Selatan
Lansia
kualitatif. Kuantitatif merajuk pada Usia
Jumlah UPT Puskesmas
rumusan masalah pertama sedangkan Penduduk
Perhitungan Rasio
Penduduk Disabilitas
Rawat Inap Rajabasa
Disabilitas Lampung Selatan
kualitatif merajuk pada rumusan masalah Jumlah
Perhitungan Rasio BKKBN Lampung
kedua dan ketiga. Penduduk
Penduduk Miskin Selatan
Miskin
Sumber: Nabillah, R. (2019)
99 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Teknik pengumpulan data untuk Tabel 2. Bobot Tiap Variabel


mencari faktor-faktor yang dapat Bo- Kelas

Skor
Para-
bot Ren- Se- Tinggi
memperbesar dan memperkecil peluang meter
(%) dah dang
kerentanan sosial yaitu 1) observasi 2)

Kepadatan
Penduduk
<500 500-100 >1000
studi dokumentasi 3) studi literatur 4) 60 jiwa/ jiwa/ jiwa/
wawancara. Teknik pengolahan data km2 km2 km2
untuk menentukan tingkat kerentanan
Kelompok Rentan
sosial dengan mencari kepadatan

Rasio Jenis
penduduk dan rasio kelompok rentan

Kelamin
(10%)
masing-masing desa. Kepadatan
Kelas /
penduduk didapat dengan formula: Nilai

Penduduk
Max

Miskin
(10%)
Rasio
Kelas
𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 40 <20% 20- >40%
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝐽𝑖𝑤𝑎) 40%
= (1)

Disabilitas
Penduduk
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ (𝑘𝑚^2)

(10%)
Tingkat kepadatan penduduk Rasio

termasuk kelas rendah jika <500


Kelompok

(10%)
Umur
Rasio

jiwa/km2, sedang jika 500-1000 jiwa/km2,


dan tinggi jika >1000 jiwa/km2.
Kerentanan Sosial Total:
Rasio kelompok rentan didapat = (0,6 x Skor Kepadatan Penduduk) + (0,1 x Rasio
dengan menggunakan formula: Jenis Kelamin) + (0,1 x Rasio Kelompok Umur
Rentan) + (0,1 x Rasio Penduduk Miskin) + (0,1 x
Rasio Penduduk Disabilitas)
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛 Sumber: Perka BNPB No. 2 (2012)
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛 (𝐽𝑖𝑤𝑎)
= (2)
∑ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝐽𝑖𝑤𝑎)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rasio kelompok rentan termasuk Tingkat Kerentanan Sosial pada
kelas yaitu rendah jika kelompok rentan Wilayah Bencana Tsunami di Pesisir
dalam suatu desa <20%, sedang jika 20- Kecamatan Rajabasa Kabupaten
40%, dan tinggi jika >40%. Teknik Lampung Selatan
analisis data yang digunakan untuk Kepadatan Penduduk
menjawab tingkat kerentanan sosial Perhitungan kepadatan penduduk
menggunakan analisis skoring. Bobot tiap didapat dari pembagian jumlah penduduk
varibel disajikan pada Tabel 2. tiap desa dibagi dengan luas wilayah tiap
Penentuan kelas kerentanan sosial desa. Kepadatan penduduk Kecamatan
total (rendah, sedang, tinggi) digunakan Rajabasa disajikan pada Tabel 3.
perhitungan dengan membagi interval
kelas dengan formula sebagai berikut: Tabel 3. Perhitungan Kepadatan Penduduk
Perhitungan Kepadatan Penduduk
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙 =
*Kelas
Kepadatan

(jiwa/km2)
Penduduk

Penduduk
Desa

Wilayah
Jumlah
No

(Jiwa)

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


(km2)
Luas

𝑥100 (3)
3
Sedangkan, data untuk menjawab 1 Banding 2084 5.83 358 R
faktor-faktor yang dapat memperbesar 2
3
Betung
Batu Balak
1188
695
3.7
4.19
321
166
R
R
dan memperkecil peluang kerentanan 4 Canti 2039 6.68 306 R
5 Canggung 1833 4.73 388 R
sosial diolah dengan menggunakan 6 Kunjir 1954 7.05 272 R
analisis persentase. 7 Guring 665 4.22 158 R
100 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

8
9
Rajabasa
Sukaraja
1263
2909
5.37
5.97
236
488
R
R
jiwa/km2, dan terendah terdapat pada
10 Tj Gading 584 4.15 141 R Desa Tanjung Gading yaitu 141 jiwa/km2.
11 Way Muli 2633 7.5 351 R
Total 17847 59.39 318.61 Peta kerentanan social wilayah
Sumber: Nabillah, R. (2019) penelelitian berdasarkan kepadatan
*Keterangan: penduduk disajikan pada Gambar 1.
R= Rendah Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan
bahwa seluruh desa di Kecamatan
Rasio kepadatan penduduk seluruh
Rajabasa berada dalam kelas kerentanan
desa dikategorikan dalam kelas rendah,
sosial rendah berdasarkan kepadatan
karena menunjukan hasil kurang dari 500
penduduk.
jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat pada Desa Sukaraja yaitu 488

Gambar 1. Peta Kerentanan Sosial Berdasarkan Kepadatan Penduduk

Desa Tanjung Gading yaitu 19%,


terendah ditempati oleh Desa Banding
Rasio Kelompok Umur yaitu 14.3% (Tabel 4).
Perhitungan rasio kelompok umur Secara spasial terkait hasil analisis
rentan merupakan penjumlahan antara kerentanan wilayah penelitian ditinjau
Penduduk Usia Balita (0-4 tahun) dan dari rasio kelompok umur disajikan pada
Penduduk Usia Tua (>60 tahun) dibagi Gambar 2. Berdasarkan peta kerentanan
dengan jumlah penduduk total masing- social berdasarkan kelompok umur semua
masing desa. Rasio kelompok umur wilayah penelitian kategori kelas
seluruh desa dikategorikan dalam kelas kerentanan rendah, dengan persentase
rendah, karena kelompok umur rentan bervariasi tetapi < 20%.
memiliki persentase <20%. Persentase
kelompok umur tertinggi ditempati oleh
101 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Tabel 4. Perhitungan Rasio Kelompok Umur


Perhitungan Rasio Kelompok Umur
No Jum. Penduduk Kerentanan Kelas
Desa
0-4 th > 60th Total Usia (%)
1 Banding 129 170 2084 14.3 Rendah
2 Betung 112 113 1188 18.9 Rendah
3 Batu Balak 58 60 695 16.9 Rendah
4 Canti 140 172 2039 15.3 Rendah
5 Canggung 161 124 1833 15.5 Rendah
6 Kunjir 120 173 1954 14.9 Rendah
7 Guring 61 58 665 17.8 Rendah
8 Rajabasa 101 110 1263 16.7 Rendah
9 Sukaraja 224 196 2909 14.4 Rendah
10 Tj Gading 56 55 584 19 Rendah
11 Way Muli 172 227 2633 15.1 Rendah
Total 1334 1458 2792 178.8
Sumber: Nabillah, R. (2019)

Gambar 2. Peta Kerentanan Sosial Berdasarkan Kelompok Umur Penduduk

Rasio Penduduk Disabilitas dalam kelas rendah, karena memiliki


Perhitungan rasio penduduk persentase <20% pada masing-masing
disabilitas merupakan perbandingan desa. Persentase penduduk disabilitas
antara jumlah penduduk disabilitas dibagi tertinggi ditempati oleh Desa Batu Balak
dengan jumlah penduduk total masing- yaitu 0,57% dan terendah ditempati oleh
masing desa. Penduduk disabilitas Desa Betung, Desa Canti, Desa Canggung
didominasi oleh penderita Tuna Grahita. dan Desa Kunjir yaitu 0%. Data distribusi
Perhitungan rasio penduduk disabilitas spasial kerentanan social berdasarkan
disajikan dalam Tabel 5. Rasio penduduk parameter rasio penduduk disabilitas
disabilitas seluruh desa dikategorikan disajikan pada Gambar 3.
102 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Tabel 5. Perhitungan Rasio Penduduk Disabilitas


Perhitungan Rasio Penduduk Disabilitas
Jumlah
No Desa Jumlah Kerentanan Kelas
Penduduk
Penduduk Disabilitas
Disabilitas
Total (Jiwa) (%)
(Jiwa)
1 Banding 6 2084 0,28 Rendah
2 Betung 0 1188 0 Rendah
3 Batu Balak 4 695 0,57 Rendah
4 Canti 0 2039 0 Rendah
5 Canggung 0 1833 0 Rendah
6 Kunjir 0 1954 0 Rendah
7 Guring 2 665 0,3 Rendah
8 Rajabasa 3 1263 0,23 Rendah
9 Sukaraja 5 2909 0,1 Rendah
10 Tj Gading 2 584 0,34 Rendah
11 Way Muli 2 2633 0,075 Rendah
Total 24 17847 1,99%
Sumber: Nabillah, R. (2019)

Gambar 3. Peta Kerentanan Sosial Berdasarkan Penduduk Wanita

Rasio Jenis Kelamin Persentase penduduk wanita tertinggi


Perhitungan rasio jenis kelamin ditempati oleh Desa Betung dengan
didapat dari pembagian antara jumlah 48,9% dan terendah ditempati oleh Desa
penduduk wanita dibagi dengan jumlah Rajabasa dengan 47,1%. Peta distribusi
penduduk total tiap desa. Perhitungan spasial tingkat kerentanan wilayah
rasio penduduk wanita disajikan dalam penelitian berdasarkan perhitungan rasio
Tabel 6. Rasio jenis kelamin diseluruh penduduk wanita disajikan pada Gambar
desa dikategorikan dalam kelas tinggi, 4.
karena memiliki persentase >40%.
103 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Tabel 6. Perhitungan Rasio Penduduk Wanita


Perhitungan Rasio Jenis Kelamin
No Desa Jumlah Jumlah Kerentanan Kelas
Penduduk Penduduk Total Wanita
Wanita (Jiwa) (Jiwa) (%)
1 Banding 995 2084 47,7 Tinggi
2 Betung 582 1188 48,9 Tinggi
3 Batu Balak 338 695 48,6 Tinggi
4 Canti 997 2039 48,8 Tinggi
5 Canggung 892 1833 48,6 Tinggi
6 Kunjir 939 1954 48 Tinggi
7 Guring 319 665 47,9 Tinggi
8 Rajabasa 596 1263 47,1 Tinggi
9 Sukaraja 1394 2909 47,9 Tinggi
10 Tj Gading 281 584 48,1 Tinggi
11 Way Muli 1266 2633 48 Tinggi
Total 1368 2876 529.6
Sumber: Nabillah, R. (2019)

Gambar 4. Peta Kerentanan Sosial Berdasarkan Penduduk Disabilitas

Rasio Penduduk Miskin dan 5 desa dikategorikan sedang karena


Perhitungan rasio penduduk hasilnya menunjukan persentase 20-40%.
miskin didapat dari pembagian antara Persentase terendah terdapat pada Desa
jumlah penduduk miskin dibagi dengan Tanjung Gading sebesar 2%, dan
jumlah penduduk total. Perhitungan rasio tertinggiterdapat pada Desa Betung
penduduk miskin disajikan dalam Tabel 7. sebesar 27,8%. Data distribusi spasial
Rasio penduduk miskin dari 11 desa yang kerentanan wilayah penelitian,
merupakan wilayah penelitian, 6 desa berdasarkan parameter perhitungan rasio
dikategorikan dalam kelas rendah karena penduduk misikin disajikan pada Gambar
hasilnya menunjukan persentase <20%, 5.
104 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Tabel 7. Perhitungan Rasio Penduduk Miskin


Perhitungan Rasio Penduduk Miskin
No Desa Jumlah Jumlah Kerentanan Kelas
Penduduk Penduduk Penduduk
Miskin (Jiwa) (Jiwa) Miskin (%)
1 Banding 272 2084 13 Rendah
2 Betung 331 1188 27.8 Sedang
3 Batu Balak 184 695 26.4 Sedang
4 Canti 198 2039 9.7 Rendah
5 Canggung 147 1833 8 Rendah
6 Kunjir 224 1954 11.4 Rendah
7 Guring 153 665 23 Sedang
8 Rajabasa 291 1263 23 Sedang
9 Sukaraja 538 2909 18.4 Rendah
10 Tj Gading 12 584 2 Rendah
11 Way Muli 591 2633 22 Sedang
Sumber: Nabillah, R. (2019)

Gambar 5. Peta Kerentanan Sosial Berdasarkan Penduduk Miskin

Kerentanan Sosial Total Tabel 8. Kerentanan Sosial Total


Kelas
Kerentanan sosial total didapat No Desa Nilai Kelas Kerentanan
Kerentanan
setelah overlay peta kerentanan sosial 1 Banding 125,47 Sedang
2 Betung 115,47 Sedang
masing-masing parameter. Kerentanan 3 Batu Balak 63,96 Rendah
sosial total termasuk dalam kelas 4 Canti 108,44 Sedang
kerentanan sosial rendah jika masuk 5 Canggung 136,84 Tinggi
6 Kunjir 98,87 Sedang
dalam rentang nilai 53,73-91,87, sedang 7 Guring 60,87 Rendah
jika 91,88-130,36, dan tinggi jika 130,37- 8 Rajabasa 86,28 Rendah
9 Sukaraja 168,86 Tinggi
168,86. Perhitungan kerentanan sosial 10 Tanjung Gading 53,37 Rendah
total disajikan dalam Tabel 8. 11 Way Muli 124,38 Sedang
Total 1.143,06
Sumber: Nabillah, 2019
105 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Berdasarkan Tabel 8 nilai kelas kerentanan sosial tertinggi terdapat pada


kerentanan terendah terdapat di Desa Desa Canggung (136,84) dan Sukaraja
Batu Balak, Desa Guring, Desa Rajabasa, (168,86). Peta Kerentanan social
dan Desa Tanjung Gading dengan nilai berdasarkan kepadatan penduduk
kelas kerentanan 53,37 – 86, 28. Kelas disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Kerentanan Sosial

Berdasarkan Gambar 6. terlihat Tabel 9. Identitas Responden


bahwa terdapat 2 desa dengan kerentanan Identitas Responden
sosial tinggi yaitu Desa Canggung dan Jenis Kelamin Persentase
Laki-Laki 90%
Desa Sukaraja. Selanjutnya, terdapat 5 Perempuan 10%
desa tingkat kerentanan social sedang Jumlah Keluarga Persentase
yaitu Desa Betung, Desa Canti, Desa 0 Jiwa 1%
Banding, Desa Way Muli, dan Desa 1-3 Jiwa 37%
Kunjir. Terdapat juga 4 desa dengan 4-6 Jiwa 61%
kategori kelas kerentanan rendah, yang >6 Jiwa 1%
meliputi Desa Guring, Desa Tanjung Pekerjaan Utama Persentase
Nelayan 5%
Gading, Desa Rajabasa, dan Desa Batu Petani/Pekebun 37%
Balak. Pedagang/Wirus 6%
Karyawan/Buruh 20%
Faktor-Faktor yang dapat Pensiunan 1%
Memperbesar dan Memperkecil Lainnya 15%
Peluang Terjadinya Kerentanan Sosial Tidak Kerja 16%
Pendapatan Utama Persentase
Persentase responden dalam
Rp 1-Rp500.000 8%
penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin, Rp500.000-Rp1.000.000 36%
jumlah keluarga, pekerjaan, dan Rp1.001.000-Rp1.500.000 27%
pendapatan disajikan dalam Tabel 9. Rp1.501.000-Rp2.000.000 4%
Rp>2.000.000 7%
106 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Tidak Memiliki Pendapatan 16% sebaliknya, jika usia anggota keluarga


Pekerjaan Sampingan Persentase didominasi oleh penduduk usia non
Nelayan 4% produktif, akan menambah jumlah
Petani/Pekebun 12%
Pedagang/Wirus 0%
ketergantungan terhadap penduduk usia
Karyawan/Buruh 2% produktif saat menghadapi bencana.
PNS/Guru 1% Menempati persentase tertinggi
Lainnya 9% yaitu 37% kepala keluarga bermata
Tidak Kerja 72% pencaharian sebagai petani (Tabel 9). Dari
Pendapatan Sampingan Persentase segi pekerjaan, Alhusaeni, D. (2017)
Rp1-Rp500.000 23%
mengemukakan pada saat terjadi bencana,
Rp500.000-Rp1.000.000 4%
Rp1.001.000-Rp1.500.000 1% penduduk akan cenderung melindungi
Rp1.501.000-Rp2.000.000 0% harta benda termasuk lahan produktif
Rp>2.000.000 0% yang dimilikinya, untuk melindungi
Tidak Memiliki Pendapatan 72% kerusakan akibat bencana. Namun, 37%
Sumber: Nabillah, R. (2019) penduduk memiliki lahan pertanian yang
terletak di kaki Gunung Rajabasa,
Total persentase dari tiap variabel sehingga cenderung aman dari ancaman
yaitu 100%. Kepala keluarga hampir tsunami. Hal ini berarti tidak berpeluang
seluruhnya (90%) berjenis kelamin laki- memperbesar kerentanan sosial.
laki (Tabel 9). Kepala keluarga dalam Menempati persentase tertinggi
konteks kesiapan menghadapi bencana yaitu 36% pendapatan responden berada
berperan dalam penyampaian informasi pada angka yang relatif kecil yaitu
yang cepat sekaligus mempengaruhi Rp500.000-Rp1.000.000,00 perbulan, dan
anggota keluarganya, dan sebagai sumber hampir seluruhnya (72%) kepala keluarga
dukungan sosial bagi keluarganya (Djafar, tidak memiliki pekerjaan sampingan
Mantu & Patellongi, 2013). Laki-laki (Tabel 9). Tingkat pendapatan yang
memiliki kontruksi peran pada wilayah rendah merupakan salah satu faktor yang
publik, sehingga memiliki akses yang mempengaruhi kerentanan terhadap
lebih besar terhadap sumberdaya dan bencana (Hapsoro, A. W., & Buchori, I.
mobilitas. Sebaliknya, perempuan karena 2015). Besarnya pendapatan dapat
konstruksi sosial menempatkan dirinya menggambarkan kemampuan seseorang
pada wilayah domestik, membuat dapat ‘bangkit’ setelah terjadi bencana.
perempuan memiliki akses yang lebih Selain itu, pendapatan juga
sedikit terhadap sumberdaya, mobilitas menggambarkan tabungan yang mungkin
individu, jaminan tempat tinggal dan dimiliki oleh seseorang, sehingga tidak
pekerjaan (Murtakhamah, T. 2013). sepenuhnya bergantung pada bantuan
Kepala keluarga didominasi oleh laki-laki yang diberikan orang lain. Adanya
membuat tidak adanya peluang untuk pekerjaan sampingan membuat
memperbesar kerentanan sosial. masyarakat dapat berangsur pulih dari
Lebih dari setengahnya (61%) kondisi terburuk akibat bencana alam
kepala keluarga memiliki jumlah anggota (Tara, A. M. & Baiquni, M. 2009),
keluarga 4-6 jiwa (Tabel 9). Besarnya terlebih lagi jika lahan produktif yang
jumlah anggota keluarga juga dapat menjadi sumber pekerjaan utama rusak
bermanfaat ketika terjadi bencana, sebab akibat tsunami. Hal ini dapat
anggota keluarga dapat menjadi tenaga memperbesar peluang kerentanan sosial
kerja tambahan apabila pekerjaan utama karena hanya 28% masyarakat yang
tidak dapat memberikan penghasilan yang memiliki pekerjaan sampingan (Tabel 9).
mencukupi (Arif, et al. 2017). Namun
107 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Faktor-faktor yang dapat Tabel 11. Proporsi Penduduk Usia Tua


memperbesar dan memperkecil peluang Proporsi Penduduk Usia Tua
kerentanan sosial tentu terdapat pula pada Kondisi Kesehatan Lansia Persentase
Kurang Sehat 55%
masing-masing golongan kelompok Sehat 45%
rentan. Proporsi penduduk balita disajikan Jumlah 100%
dalam Tabel 10. Keikutsertaan dalam Posyandu Persentase
Rutin 72%
Tabel 10. Proporsi Penduduk Balita Tidak Rutin 28%
Proporsi Penduduk Balita Jumlah 100%
Adopsi Balita Persentase Sumber: Nabillah, R. (2019)
Pernah 90%
Tidak Pernah 10% Salah satu kelompok yang harus
Jumlah 100%
mendapatkan perhatian dari dampak
Ingin Punya Anak Kembali Persentase
Ya 33% bencana alam adalah kelompok usia tua.
TIAL 67% Kelompok usia tua di wilayah bencana
Jumlah 100% umumnya kelompok yang rentan dari
Kondisi Kesehatan Balita Persentase dampak buruk, menginat kondisi fisik dan
Sehat 96% psikisnya. Kondisi fisik, memiliki
Kurang Sehat 4% kekuatan yang berbeda dengan kelompok
Jumlah 100%
usia lainnya dan secara psikis juga
Keikutsertaan dalam Posyandu Persentase
Rutin 90% mempunyai perbedaan yang sangat
Tidak Rutin 10% signifikan (Hanani, S. 2016). Kondisi
Jumlah 100% kesehatan penduduk usia tua di wilayah
Sumber: Nabillah, R. (2019) penelitian lebih dari setengahnya (55%)
sehat (Tabel 11). UPT Puskesmas Rawat
Lebih dari setengahnya (67%) Inap Rajabasa memiliki program
kepala keluarga tidak ingin anak lagi Posyandu Lansia, dimana sebagian besar
(TIAL), termasuk melakukan adopsi anak (72,5%) penduduk lansia aktif dalam
(Tabel 10). Hal ini membuat peluang kegiatan posyandu (Tabel 11). Hal ini
kerentanan sosial semakin kecil karena membantu memperkecil peluang
tidak ada peluang penambahan proporsi kerentanan sosial penduduk lansia, karena
balita. Rahmawati, Erliana, & Habibie dari posyandu lansia, penduduk lansia
(2014) mengemukakan dalam kondisi mendapatkan pelayanan kesehatan dan
darurat akibat bencana alam, kelompok juga siraman rohani (dalam Kelas Lansia).
yang paling rentan mengalami masalah Hal itu dapat menunjang kondisi fisik dan
gizi dan gangguan kesehatan adalah psikis yang lebih prima, namun tetap
balita. Respon masyarakat Kecamatan sangat bergantung pada kondisi setelah
Rajabasa terhadap kegiatan Posyandu terjadi bencana. Proporsi penduduk
cukup baik, ditandai dengan hampir disabilitas disajikan dalam Tabel 12.
seluruhnya (90%) balita rutin posyandu
dan 96% dalam keadaan sehat (Tabel 10), Tabel 12. Proporsi Penduduk Disabilitas
membuat tidak terdapat peluang untuk Proporsi Penduduk Disabillitas
memperbesar kerentaan sosial pada balita, Jenis Disabilitas Persentase
namun hal ini tidak terlepas dari kondisi Tuna Rungu 5,88%
Tuna Wicara 11,76%
pasca bencana itu sendiri. Proporsi Tuna Daksa 0%
penduduk usia tua disajikan dalam Tabel Tuna Netra 5,88%
11. Tuna Grahita 70,58%
Keterbatasan Fisik 5,88%
Jumlah 100%
108 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Pernah Melakukan Upaya Persentase Rp1.501.000-Rp2.000.000 1,04%


Penyembuhan Rp>2.000.000 4,16%
Pernah 52,9% Jumlah 100%
Tidak Pernah 47% Sumber: Nabillah, R. (2019)
Jumlah 100%
Masih Melakukan Upaya Persentase Lebih dari setengahnya (68,75%)
Penyembuhan penduduk wanita tidak memiliki
Masih 35,2% pekerjaan (berprofesi sebagai Ibu Rumah
Tidak 64,7% Tangga) (Tabel 13). Jika dikaitan dengan
Jumlah 100%
bencana tsunami, wanita yang bekerja di
Sumber: Nabillah, R. (2019)
luar rumah berpeluang mengurangi
Sebanyak 17 jiwa penduduk yang persentase kerentanan karena saat tsunami
mengalami disabilitas, sebagian besar datang (khsusunya siang hari), mereka
(70,58%) mengalami disabilitas tuna dengan mudah melarikan diri. Hal ini
grahita (Tabel 12). Lebih dari tidak jauh berbeda dengan yang
setengahnya (52,9%) penduduk disabilitas disampaikan oleh Murtakhamah, T.
pernah melakukan upaya penyembuhan (2013) bahwa pada saat terjadi bencana
baik itu ke dokter maupun ke pengobatan gempa Yogyakarta 2006, banyak
alternatif (Tabel 12). Namun terjadi perempuan yang sedang melakukan tugas-
penurunan yaitu kurang dari setengahnya tugas reproduksi (hamil, melahirkan dan
(35,2%) penduduk disabilitas yang masih menyusui), berada di dapur atau sedang
melakukan upaya penyembuhan hingga menyiapkan anak-anaknya untuk sekolah.
kini (Tabel 12). Hal tersebut dikarenakan Konstruksi bangunan dapur yang
keterbatasan ekonomi untuk melanjutkan dibangun seadanya juga menyumbang
berobat kembali dan merasa kecil kepada banyaknya korban wanita yang
kemungkinan mengalami peluang untuk meninggal.
sembuh. Semakin banyak penduduk Meningkatnya jumlah anak yang
disabilitas yang tidak melakukan dimiliki, maka meningkat pula beban
pengobatan dan jauh dari peluang untuk tanggungan keluarga (Martini, D. P.,
sembuh, maka proporsi penduduk 2012). Jika perempuan bekerja dan
disabilitas sulit untuk berkurang, sehingga memiliki penghasilan, maka ia dapat
peluang memperkecil kerentanan membantu meringankan beban
penduduk disabilitas juga sulit untuk tanggungan ekonomi kepala keluarga.
dilakukan, terlebih lagi jika tidak Pendapatan perempuan di wilayah
diterapkan strategi-strategi khusus untuk penelitian didominasi oleh angka yang
memperhatikan keberadaan penduduk relatif kecil yaitu Rp<500.000,00 (Tabel
disabilitas pada wilayah yang memiliki 13). Proporsi penduduk miskin disajikan
potensi bencana. Proporsi penduduk dalam Tabel 14.
wanita disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 14. Proporsi Penduduk Miskin
Tabel 13. Proporsi Penduduk Wanita Proporsi Penduduk Miskin
Proporsi Jenis Kelamin Status Kepemilikan Rumah Persentase
Jumlah Wanita yang Bekerja Persentase Milik Pribadi 78%
0 jiwa 68,75% Sewa 21%%
1-3 jiwa 31,25% Ikut Orang Lain 1%
Jumlah 100% Jumlah 100%
Pendapatan Wanita Persentase Status Kependudukan Persentase
Rp1-Rp500.000 15,62% Penduduk Asli 92%
Rp500.000-Rp1.000.000 7,29% Pendatang 8%
Rp1.001.000-Rp1.500.000 3,12% Jumlah 100%
Rumah dengan Atap, Lantai, Persentase
109 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Dinding Layak Upaya yang Telah Dilakukan oleh


Ya 87% Pemerintah Kabupaten Lampung
Tidak 13%
Selatan dalam Mengatasi Kerentanan
Jumlah 100%
Sosial
Sumber: Nabillah, R. (2019)
Wawancara dilakukan kepada
Penduduk miskin tidak punya Kepala Badan Penanggulangan Bencana
banyak pilihan terkait dimana mereka bisa Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung
menetap, dan berakhir pada menetap di Selatan dan kepada Kepala UPT
lokasi berbahaya yang membuat mereka Puskesmas Rawat Inap Kecamatan
rentan terhadap bahaya bencana Rajabasa untuk mengetahui upaya yang
(Schilderman, T. 2004). Selaras dengan telah dilakukan oleh pemerintah terkait
hal itu, sebagian besar (78%) kepala pengentasan kerentanan sosial. Upaya
keluarga telah mampu tinggal pada pengantasan kerentanan yang telah
rumahnya sendiri (Tabel 14). Akan tetapi, dilakukan terdapat dalam Tabel 15.
lokasi rumah tersebut berada pada Hal utama yang melatarbelakangi
kawasan rawan bencana, dan hal yang belum maksimalnya upaya pemerhatian
melatarbelakanginya adalah tanah yang kepada masyarakat rentan yang tinggal
dibangun rumah tersebut merupakan dikawasan bencana ini yaitu penggunaan
tanah pemberian orangtua sehingga tidak anggaran yang tidak bisa langsung
punya banyak pilihan untuk memilih sepenuhnya digunakan untuk kegiatan
tempat tinggal yang lebih aman. maupun pemberian bantuan kepada
Kemiskinan merupakan sebuah masyarakat rentan. Namun, baik BPBD
permasalahan dengan dimensi yang Lampung Selatan dan UPT Puskesmas
kompleks. Konsep kemiskinan dapat Rawat Inap Kecamatan Rajabasa
dilihat dari berbagai definisi serta latar kedepannya terus melakukan upaya
belakang yang berbeda-beda. Salah semaksimal mungkin demi keamanan dan
satunya adalah konsep kemiskinan yang keselamatan masyarakat. Hal tersebut
didefinisikan sebagai ketidakmampuan tentunya perlu dukungan seluruh pihak,
individu atau rumah tangga untuk khususnya masyarakat.
memenuhi kebutuhan dasar (Khomsan, et Upaya pengentasan kerentanan
al., 2015 dalam Fauzi, N. A. 2017). sosial seharusnya lebih diperhatikan pada
Kebutuhan dasar manusia meliputi golongan masyarakat rentan. Sosialisasi
sandang, pangan dan papan. Papan mitigasi, tanggap darurat, dan pemulihan
(rumah) menjadi kebutuhan yang sangat dapat dilakukan kepada para ibu-ibu yang
penting bagi anggota keluarga untuk memiliki balita dan ibu hamil dengan
bertahan dari ancaman tsunami. Rumah memanfaatkan pertemuan pada posyandu,
yang memiliki atap, lantai dan dinding dan kepada para lansia dengan
yang layak memiliki kemampuan lebih memanfaatkan Kelas Lansia yang ada
besar untuk melindungi keluarga. Artinya, pada posyandu lansia. Tentunya, hal itu
keluarga yang tinggal pada rumah yang baru dapat terjadi jika ada integrasi antara
memiliki atap, lantai dan dinding dengan seluruh stakeholders terkait, termasuk
layak memiliki peluang kerentanan yang peran aktif masyarakat. Pendataan
lebih kecil, walaupun hal ini tidak terlepas keberadaan disabilitas juga hal utama
dari kekuatan tsunami yang terjadi. yang harus dilakukan sebelum melibatkan
Sebagian besar (87%) kepala keluarga disabilitas kedalam tahap pengentasan
memiliki rumah dengan kondisi atap, kerentanan selanjutnya. Sesuai dengan
dinding dan lantai yang baik (Tabel 14). kondisi yang ditemui, peneliti menilai
langkah awal yang harus dilakukan oleh
110 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

pemeritah terkait adalah melakukan dan 2: makanan ibu hamil


pemutakhiran data karena dinilai sangat dan anak, pertemuan 3 dan
4: kesehatan ibu dan anak,
penting agar menjangkau seluruh tetapi hal ini belum
disabilitas kemudian barulah melakukan diintegrasikan kepada upaya
upaya lebih lanjut. Diperlukan pula upaya pengentasan kerentanan
melakukan peningkatan peran dan sosial terhadap bencana.
partisiasi wanita dalam komunitas, salah
Selain itu, BPBD Lampung
satunya pada komunitas yang telah Selatan juga melibatkan
terbentuk yaitu Desa Tangguh Bencana peran wanita dalam
(Destana). kegiatan-kegiatan Desa
Tanggap Bencana (Destana)
Tabel 15. Upaya Pengentasan Kerentanan seperti mewajibkan para
Golongan Upaya ibu-ibu untuk berpartisipasi
Rentan jika ada sosialisasi dan
Belum adanya upaya khusus simulasi bencana.
untuk mengatasi kerentanan Sumber: Nabillah, R. (2019)
sosial pada penduduk usia
tua. Namun, telah terdapat KESIMPULAN
forum pengumpulan lansia Tingkat kerentanan sosial pada
yaitu Posyandu Lansia.
wilayah bencana tsunami di pesisir
Posyandu Lansia memiliki
Penduduk Usia Kecamatan Rajabasa bervariatif. Desa
kegiatan 1) Senam Lansia;
Tua Tanjung Gading merupakan desa dengan
2) Siraman Rohani; 3)
Pengecekan Kesehatan; 4) tingkat kerentanan sosial terendah, dan
Kelas Keterampilan. Desa Sukaraja merupakan desa dengan
tingkat kerentanan sosial tertinggi.
Kelas Lansia belum
memasukan materi Faktor-faktor yang dapat memperbesar
kebencanaan didalamnya. peluang terjadinya kerentanan sosial
Belum adanya upaya khusus diantaranya Kepala Keluarga yang tidak
untuk mengatasi kerentanan memiliki pekerjaan dan pendapatan
sosial pada penduduk balita. sampingan, jumlah pendapatan utama
Namun, telah terdapat
forum pengumpulan balita yang masih tergolong rendah, kurangnya
Penduduk Balita perhatian pengatasan kerentanan terhadap
yaitu Posyandu Balita
dengan kegiatan pengecekan golongan rentan, belum adanya integrasi
kesehatan, imunisasi dan pengatasan kerentanan bencana dengan
pemberian makanan posyandu balita dan Kelas Lansia, tidak
tambahan.
Belum adanya perhatian adanya data detail mengenai keberadaan
khusus yang diberikan disabilitas, dan masih sedikitnya jumlah
kepada penduduk disabilitas wanita yang bekerja serta memiliki
Penduduk dalam upaya pengentasan penghasilan tambahan. Upaya yang
Disabilitas kerentanan sosial. Bahkan, dilakukan oleh pemeritah untuk mengatasi
pendataan secara detail
mengenai keberadaan kerentanan sosial masih secara umum,
disabilitas belum dilakukan. belum memperhatikan tiap-tiap golongan
UPT Puskesmas Rawat Inap masyarakat yang termasuk dalam
Rajabasa memiliki program kelompok rentan (balita, lansia, disabilitas
terkait ibu hamil diantaranya dan wanita).
Penduduk 1) Pemberian Makanan
Wanita Tambahan (PMT); 2) Senam
Ibu Hamil yang dilanjutkan
dengan Kelas Ibu Hamil
dengan materi pertemuan 1
111 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

DAFTAR PUSTAKA Berbasis Mitigasi Sea Level Rise


(Kenaikan Muka Air Laut ) Studi
Arif, D. A., Mardiatna, D., & Giyarsih, S. Kasus Kawasan Kota Lama
R, 2017, Kerentanan Masyarakat Makassar. 1(1), 87–100.
Perkotaan terhadap Bahaya Banjir. Gosal, L. C., Tarore, R. Ch., &
Majalah Geografi Indonesia, 3 (2) Karongkong, H. H., 2018, Analisis
79–87. Spasial Tingkat Kerentanan Bencana
Damaywanti, K. (2013). Dampak Abrasi Gunung Api Lokon di Kota
Pantai terhadap Lingkungan Sosial Tomohon. Jurnal Spasial Vol 5. No.
(Studi Kasus di Desa Bedono , 2.
Sayung Demak). Prosiding Seminar Martini, D. P., 2012, Pastisipasi Tenaga
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Kerja Perempuan dalam
Alam Dan Lingkungan, 363–367. Meningkatkan Pendapatan
Desfandi, M., 2016, Urgensi Kurikulum Keluarga. Jurnal Ekonomi
Pendidikan Kebencanaan Berbasis Kuantitatif Terapan 5(2), 119–124.
Kearifan Lokal Di Indonesia. SOSIO Murtakhamah, T., 2013, Pentingnya
DIDAKTIKA: Social Science Pengarusutamaan Gender dalam
Education Journal, 1(2) . Program Pengurangan Risiko
Djafar, I., Mantu, F. N., & Patellongi, I. Bencana. Jurnal Ilmu Kesejahteraan
J., 2013, Pengaruh Bencana Banjir Sosial, 2, 37–54.
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Nabillah, R. 2019, Kerentanan Sosial
Kepala Keluarga Di Desa Romang pada Wilayah Potensi Tsunami di
Tangaya Kelurahan Tamangapa Pesisir Kec. Rajabasa Kab. Lampung
Kecamatan Manggala Kota Selatan. Skripsi (tidak
Makassar: Pascasarjana Universitas dipublikasikan). Universitas
Hasanuddin, dalam Pendidikan Indonesia
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6 Peraturan Kepala Badan Nasional
d9de94803c2b27bd2d0a69668cbe23 Penanggulangan Bencana No 2
c.pdf Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Fauzi, N. A., 2017, Analisis Kemiskinan Pengkajian Resiko Bencana.
di Wilayah Bencana Banjir Rob Rahmaningtyas, N. & Setyono, J. S.,
Desa Timbulslko, Kecamatan 2015, Tingkat Kerentanan Sosial
Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Wilayah Kabupaten Wonogiri.
Bumi Indonesia 5(3). Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor
Hanani, S., 2016, Perlindungan 4.
Perempuan Lanjut Usia Korban Rahmawati, W., Erliana, U. D., &
Bencana Gempa Bumi Melalui Habibie, Y., 2014, Ketahanan
Tradisi Sumbayang 40 di Sumatera Pangan Keluarga Balita Pasca
Barat. Jurnal Ilmiah Kajian Gender Letusan Gunung Bromo, Kabupaten
Vol. VI No.1 Tahun 2016. Probolinggo, Indonesia, Indonesian
Hapsoro, A. W., & Buchori, I., 2015, Journal of Human Nutrition Volume
Kajian Kerentanan Sosial Dan 1 Edisi 1:35-49.
Ekonomi Terhadap Bencana Banjir Schilderman, T., 2004, Adapting
(Studi Kasus: Wilayah Pesisir Kota Traditional Shelter for Disaster
Pekalongan). Jurnal Perencanaan Mitigation and Reconstruction:
Wilayah dan Kota Volume 4 No 4. Experiences with Community-based
Hidayat, A., 2012, Analisis Approaches. Building Research and
Pengembangan Kawasan Pesisir Information, 32(5), 414–426.
112 | Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 4, No. 2, Juli 2020:96-112

Sinambela, C., Pratikto, I., & Subardjo, P.


(2014). Pemetaan Kerentanan
Bencana Tsunami Di Pesisir
Kecamatan Kretek Menggunakan
Sistem Informasi: Intermediete
Technology Development Group,
Schumacher Centre for Technology
and Development, United Kingdom.
Tara, A. M., & M.Baiquni. (2009). Pasca
Bencana Alam Gempabumi.
(September), 230.
Wibowo, T., 2015, Evaluasi Multi-Kriteria
Keruangan untuk Pemetaan Kerentanan
terhadap Bahaya Tsunami di Pesisir
Kabupaten Bantul. Prosiding Seminar
Nasional Geograf 343–355.

Anda mungkin juga menyukai