DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
2018/ 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah mengenai agama dalam kehidupan manusia ini
dapat kami selesaikan. Kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Miftahuddin, S. Th.I M.Pd.I selaku dosen dan pembimbing.
2. Serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah mengenai agama dalam kehidupan manusia ini bertujuan untuk memberikan
laporan kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam makalah ini disajikan
informasi mengenai hasil diskusi yang telah kami lakukan mengenai tokoh keperawatan yang
telah dipilih.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman
di masa yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.
Tulungagung, 29 September
2018
penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………...……………………………………...........……...i
Daftar isi…………………………………………………………………………...….…ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………...…..6
3.2 Saran………………………………………………………………………….......…6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi
untuk berahlak baik atau buruk (fujur). Potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia
karena terkait dengan aspek naluriah atau hawa nafsu, seperti naluri makan, minum, seks,
berkuasa dan rasa aman. Apabila potensi takwa seseorang lemah, karena tidak
terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan
berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi yang bersifat instinktif atau implusif
(seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba
dan main judi).
Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama),
maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia
dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan
mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu
karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri dari pemuasan hawa nafsu yang tidak
sesuai dengan ajaran agama.
Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui
para Rosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peraturan perintah dan
larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.
يايها الدين امنواادخلوا فى السلم كافة والتتبعوا خطوت الشيطن انه لكم عد ومبين
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh,
keseluruhan (jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan,
sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah SAW sebagai uswatun hasanah
bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah
sederhana seperti adab masuk kamar mandi sampai kepada masalah-masalah yang komplek
dan universal seperti mengurus Negara.
Beliau telah menampilkan wujud islam itu dalam sikap dan prilakunya dimanapun dan
kapanpun. Beliau adalah orang yang paling utama dan sempurna dalam mengamalkan ibadah
kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia. Meskipun beliau sudah mendapat jaminan
maghfiroh (ampunan dari dosa-dosa) dan masuk surga, tetapi justru beliau semakin
meningkatkan amal ibadahnya yang wajib dan sunah seperti shalat tahajud, dzikir, dan
beristigfar. Begitupun dalam berinteraksi sosial dengan sesama manusia beliau menampilkan
sosok pribadi yang sangat agung dan mulia.
Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah SAW secara
sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena
sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau ideologi lain yang bersebrangan dengan nilai-
nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Di antara umat islam masih banyak yang menampilkan sikap dan prilakunya yang tidak
selaras, sesuai dengan nila - nilai islam sebagai agama yang dianutnya. Dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan kejadian atau peristiwa baik yang kita lihat sendiri atau melalui
media masa mengenai contoh - contoh ketidak konsistenan (tidak istikomah) orang islam
dalam menjalankan dan sesuai dengan syariat islam sebagai agamanya.
Kondisi umat islam dewasa ini semakin diperparah dengan merebaknya fenomena
kehidupan yang dapat menumbuhkembangkan sikap dan prilaku yang a moral atau degradasi
nilai - nilai keimanan dan ketaqwaannya terhadap Allah SWT. Fenomena yang cukup
berpengaruh itu seperti :
1. Tayangan media televisi tentang cerita yang bersifat tahayul atau kemusyrikan, dan
film-film porno.
2. Majalah atau tabloid yang covernya menampilkan para model yang memamerkan aurat
dan gairah sexsual.
3. Krisis ketauladanan dari para pemimpin, karena tidak sedikit dari para pemimpin
bangsa ini justru berprilaku yang menyimpang dari nilai-nilai agama.
4. Krisis silaturahmi antara umat islam, mereka masih cenderung mengedepankan
kepentingan kelompoknya (partai atau organisasi) masing-masing.
Sosok pribadi orang islam seperti di atas sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi
umat itu sendiri, terutama bagi kemulaian agama islam sebagai agama yang mulia dan tidak
ada yang lebih mulia di atasnya. Kondisi umat islam seperti inilah yang akan menghambat
kemajuan umat islam dan bahkan dapat memutuskan tali ikatan ukuwah diantara umat islam
itu sendiri.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu mewujudkan misi “Rahmatan
lil’alamin” maka seharusnya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang
islam itu sendiri. Umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan
takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Mereka diharapkan mampu mengintegrasikan antara pengamalan ibadah ritual dengan makna
esensial ibadah itu sendiri yang dimanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti :
pengendalian diri, sabar, amanah, jujur, sikap optimis, sikap toleran dan saling menghormati
tidak suka menyakiti atau menghujat orang lain.
Dapat juga dikatakan bahwa umat islam harus mampu menyatu padukan antara mila-
nilai ibadah mahdlah (hablumminalaah) dengan ibadah ghair mahdlah (hablumminanas)
dalam rangka membangun “Baldatun thaibatun warabun ghafur” Negara yang subur makmur
dan penuh pengampunan dan rahmat dari Allah SWT.
3.1 Kesimpulan
Agama menurut bahasa sansakerta, Agama berarti tidak kacau (a = tidak gama = kacau)
dengan kata lain, agama merupakan tuntunan hidup yang dapat membebaskan manusia dari
kekacauan. Kita sebagai umat islam belum semuanya beruswah kepada Rasulullah secara
sungguh-sungguh, karena mungkin kekurang pahaman kita akan nilai-nilai islam atau karena
sudah terkontaminasi oleh nilai, pendapat, atau idiologi lain yang bersebrangan dengan nilai-
nilai islam itu sendiri yang di contohkan oleh Rasulullah SAW.
Agar umat islam bisa bangkit menjadi umat yang mampu menwujudkan misi “Rahmatan
lil’alamin” maka seyogyanya mereka memiliki pemahaman secara utuh (Khafah) tentang
islam itu sendiri umat islam tidak hanya memiliki kekuatan dalam bidang imtaq (iman dan
takwa) tetapi juga dalam bidang iptek (ilmu dan teknologi).
Pendidikan akhlak ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang musti di
tampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial
(keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlak yang terpuji sangat
penting dimiliki oleh setiap muslim dan masyarakat sebab maju mundurnya suatu bangsa atau
negara amat tergantung kepada moral dan akhlak orang – orang yang mengisi bangsa atau
negara tersebut.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya
dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad,. Ilmu Akhlak, Bulan Bintang, Jakarta. 1968.
Bakar Atjeh, Abu. Mutiara Akhlak 1, Bulan Bintang, Jakarta.1968.
Hasan, Ali H.M. Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelambagaan Agama
Islam. 1994/1995.
Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.. Psikologi Belajar Agama. Pustaka Bani Qurais. Bandung.
2003.