Anda di halaman 1dari 17

SKENARIO 2

MALNUTRISI dan CAMPAK DI PAPUA

Disusun Oleh : Kelompok FGD 1

1. Ophielya Thisna 18700001


2. Dilla Dayana Putri 18700005
3. Dewi Rambu Hana P 18700007
4. Rieke Dyah A K W 18700009
5. Maya Dwi Artika 18700011
6. Yucky Hendrawan 17700014
7. Mochamad dicky yolanda putra 17700017
8. Fathur Tarizky 17700026
9. Nur Fahimmatur R. 17700046
10. I Gede Krisna Dharma Sentana 17700052

PEMBIMBING FGD : Prof. Dr. Rika Subarniati T., dr., SKM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur para penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga para penulis dapat menyelesaikan makalah skenario 2 ini dengan judul
”malnutrisi dan campak di papua”. Dengan begitu tugas makalah untuk kegiatan FGD
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini dapat terselesaikan sebagai
tugas kelompok. Mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan yang para penulis miliki,
maka para penulis menyadari tugas ini masih membutuhkan kritik yang membangun. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan tugas ini. Maka melalui kesempatan ini, perkenankan para penulis
menyampaikan ucapan terimakasih. Semoga Tuhan YME melimpahkan semua bantuan dan
keikhlasan yang telah membantu kami dalam menyusun tugas makalah ini.

Surabaya, 4 april 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………........………....1
KATA PENGATAR………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................5
C. Tujuan umum...................................................................................................5
D. Tujuan khusus..................................................................................................5
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi masalah dan faktor resiko ............................................ ..............6
1. Skenario............................................ .............. ........................................6
2. Analisis masalah............................................... ......................................6
3. Diagram Fishbone............................................ ........................................7
B. Analisis dan pembahasan ...............................................................................8
1. Analisis............................................ .............. ..........................................8
2. Pembahasan............................................ .............. ...................................8
BAB III PENYUSUNAN PROGRAM
A. Upaya/kegiatan pencegahan..........................................................................10
B. Upaya/kegiatan pengendalian pasien dan kontak..........................................10
C. Upaya/ kegiatan perbaikan lingkungan..........................................................10
BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS
A. Tabel Skoring................................................................................................11
B. Rencana Kegiatan (POA)..............................................................................12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan....................................................................................................15
B. Saran..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Campak atau measles merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menginfeksi
setiap anak yang tidak terlindungi, tanpa memandang status sosial maupun ekonomi.
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus  yang dapat menyerang
sistem pernapasan dan sistem kekebalan sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai
infeksi lainnya, seperti pneumonia dan diare. Penyakit ini mudah dikenali karena gejala
klinisnya yang khas dan merupakan penyakit universal. Gejala klinisnya bervariasi dari
yang ringan sampai yang dapat menimbulkan komplikasi. Campak merupakan penyakit
endemis di berbagai belahan dunia terutama di tempat vaksinasi campak belum tersedia
dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta kematian setiap tahunnya. Menurut regional
and global summaries of measles incidence WHO tahun 2014, angka insidens campak di
wilayah South-East Asia (SEARO) ialah 93.748 kasus. Masalah kematian campak di
dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000 di antaranya berasal
dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia. Di
Indonesia sendiri pada tahun 2012, dilaporkan terdapat 15.987 kasus campak dari 32
provinsi.

Pada tahun 2017 bulan September dilaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak oleh Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven
Langi, mengatakan pendataan empat tim terpadu penanggulangan campak dan gizi buruk
mencatat setidaknya sudah 63 anak meninggal. Hal ini disebabkan oleh minimnya tenaga
medis menjadi hambatan bagi tim penanganan wabah campak dan gizi buruk dan
sekaligus pula membuat kesulitan dalam memprediksi timbulnya wabah campak dan gizi
buruk.

Status gizi adalah kondisi tubuh yang dipengaruhi oleh diet; kadar nutrisi dalam tubuh
dan kemampuan untuk menjaga integritas metabolik normal. Salah satu faktor yang
dianggap memengaruhi imunitas seorang anak. Kondisi dengan malnutrisi dan defisiensi
vitamin A membuat anak lebih rentan terhadap infeksi dan infeksi juga berkontribusi
dalam kekurangan gizi. Kekurangan gizi merupakan penyebab utama kematian anak di
negara yang berpenghasilan rendah. Keadaan ini menyebabkan hilangnya kemampuan
sistem tubuh untuk berfungsi dengan baik. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi

4
kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab-akibat. Penyakit infeksi
dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek mempermudah terkena
infeksi. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi adalah campak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit campak di Papua ?
2. Bagaimana hubungan antara malnutrisi dengan campak yang terjadi di Papua ?

C. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam scenario ini adalah memahami dan mengetahui cara
mengatasi terjadinya malnutrisi dan campak yang terjadi di Papua.
D. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan antara malnutrisi dan campak yang terjadi di
Kabupaten Asmat
b) Mengurangi malnutrisi yang terjadi di Kabupaten Asmat
c) Mengurangi angka penderita dan kematian akibat campak di Kabupaten
Asmat

5
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah dan Faktor Resiko


1. Skenario
MALNUTRISI DAN CAMPAK DI PAPUA

Papua adalah propinsi di ujung timur Indonesia, pada bulan September 2017
dua dari kabupaten yang ada di Papua mengalami bencana kelaparan. Hingga bulan
Januari 2018 tercatat 68 orang meninggal di Kabupaten Asmat dan 28 orang
meninggal di Kabupaten Bintang.Kesemuanya meninggal oleh karena gizi buruk
disertai penyakit campak atau diare. Kabupaten Bintang terletak di pegunungan
Bintang dengan jarak 286 km dari Agats ibukota Asmat. Kabupaten Bintang memiliki
23 distrik dan selama bulan Januari telah ditemukan 28 orang meninggal oleh karena
gizi buruk yang terdiri dari 10 anak perempuan, 12 anak laki-laki, 2 dewasa pria dan 4
wanita. Dinas Kesehatan telah melakukan penyisiran di Kabupaten Bintang dan
ditemukan 57 orang gizi buruk dan 586 orang menderita campak. Lokasi Kabupaten
Bintang yang bergunung-gunung, transportasi yang sulit karena beberapa wilayah
hanya dapat ditempuh melalui transportasi air, dimana transportasi air yang ada
adalah perahu yang dikayuh hingga memerlukan menginap di perjalanan untuk
mencapai rumah sakit terdekat. Sementara diketahui pustu terdekat sudah beberapa
bulan petugasnya tidak hadir oleh karena komitmen yang rendah. Masyarakat di
kabupaten ini masih hidup berpindah-pindah dengan mata pencaharian sebagai
pemburu. Dengan pembukaan hutan untuk tempat tinggal menyebabkan hewan
buruan semakin berkurang.Sebagai petugas kesehatan yang bertugas di Dinas
Kesehatan di Kabupaten Bintang apa yang dapat anda lakukan untuk mengatasi
bencana kelaparan ini.

2. Analisis Masalah
Dari hasil analisis yang kami perhitungankan kami mendapatkan hasil :

6
3. Pada bulan september 2017 dua dari kabupaten di papua mengalami bencana
kelaparan. Hingga januari 2018 tercatat 68 orang meninggal di kabupaten asmat
dan 28 orang meninggal di kabupaten bintang.
4. Dinas Kesehatan telah melakukan penyisiran di Kabupaten Bintang dan
ditemukan 57 orang gizi buruk dan 586 orang menderita campak
5. Lokasi Kabupaten Bintang yang bergunung-gunung, transportasi yang sulit
karena beberapa wilayah hanya dapat ditempuh melalui transportasi air.
6. Pustu terdekat sudah beberapa bulan petugasnya tidak hadir oleh karena
komitmen yang rendah.
7. Masyarakat di kabupaten ini masih hidup berpindah-pindah dengan mata
pencaharian sebagai pemburu.

3. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek

Dari permasalahan-permasalahan tadi dapat disusun hubungan sebab-akibat


sebagaimana diagram fish bone dibawah:

masukan

Minim pembiayaan untuk faskes dan


Proses transportasi yang layak

Komitmen tenaga pustu yang


Kurangnya sosialisasi Faskes/pustu rendah
atau penyuluhan kepada terdekat kurang
warga fasilitas Pendidikan dan pengetahuan
yang rendah
Sulitnya akses Sosial ekonomi
transportasi yang rendah

Malnutrisi dan
Campak

Geografi yang kurang


Mayoritas masyarakat kurang mendukung
aware dengan status gizinya

Tidak ada sanksi tegas terhadap


petugas pustu yang jarang masuk

Lingkungan
7
B. Analisis dan Pembahasan
1) Analisis
1) Kurangnya fasilitas kesehatan.
2) Transportasi yang sulit.
3) Petugas kesehatan kurang berkomitmen.
4) Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan.
5) Sosial ekonomi rendah.
6) Geografi yang kurang mendukung
7) Minim pembiayaan untun faskes dan transportasi
2) Pembahasan
1) Masukan
angka gizi buruk yang tinggi di daerah Kabupaten bintang apabila ditinjau
dari manusianya sendiri adalah karena kurangnya pengetahuan tentang
malnutrisi.Rendahnya kunjungan pemeriksaan kesehatan, komitmen petugas pustu
yang rendah, serta kurangnya fasilitas kesehatan juga berdampak pada kesehatan
masyarakat di daerah kabupaten bintang papua.
Sosial ekonomi rendah dan hidup berpindah-pindah membuat masyarakat
tidak punya pilihan, untuk memeriksakan kesehatan mereka. Jadi solusinya adalah
dengan melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar wilayah
kabupaten bintang papua dengan ini diharapkan menurunkan angka malnutrisi.

2) PROSES
terbatasnya transportasi akan membatasi masyarakat untuk bisa melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga menyebabkan banyak masyarakat
yang enggan memeriksakan kesehatannya selain itu juga membatsi tenaga
kesehatan untuk menjangkau daerah tersebut dikarenakan transportasinya yang
susah. Untuk mengatasi masalah transportasi terutama akses ke beberapa wilayah,
perahu yang digunakan sebaiknya diberi mesin boat untuk mempercepat dan
mempersingkat waktu menuju rumah sakit terdekat, bisa juga dengan

8
pembangunan infastruktur seperti jembatan untuk menghubungkan wilayah satu
dengan lainnya. Jika bisa direalisasikan, maka masalah transportasi dan
kegawatdaruratan yang terjadi pada kabupaten ini bisa diatasi. Selain
mempermudah akses, juga bisa memajukan ekonomi masyarakat disana karena
supply dan demand bisa terpenuhi.
Keterbatasan dana menyebabkan masyarakat tidak bisa melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi solusi untuk meningkatkan perkembangan
ekonomi masyarakat dapat dilakukan melalui program loka karya untuk
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Pemerintah daerah juga
perlu mendirikan suatu badan usaha, yang modal awalnya berasal dari pemerintah
daerah guna untuk kegiatan ekonomi di pedesaan. Upaya yang dapat dilakukan
pemerintah untuk mengembangkan perekonomian di desa yaitu melakukan
peningkatan teknologi. Teknologi mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan produktivitas. Dengan adanya perbaikan teknologi maka jumlah dan
mutu produk akan dapat memperluas pemasaran, yang akhirnya pendapatan yang
diterima akan meningkat. Tanpa adanya dukungan dan sosialisasi dari petugas
kesehatan maka tidak akan terlaksana hubungan baik antara masyarakat dengan
petugas kesehatan. Peran dari petugas kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap
perilaku masyarakat dalam pencarian pertolongan pertama dan pemanfaatan
jaminan kesehatan. Jadi solusinya adalah tenaga kesehatan yang baru lulus
diwajibkan untuk mengabdi di daerah tersebut atau pemerintah memfasilitasi
transportasi tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah tersebut.

3) LINGKUNGAN

Kabupaten bintang memiliki geografi yang bergunung gunung da beberapa


wilayahnya harus menggunakan transportasi air.dan masyarakatnya masih hidup
dengan cara berpindah pindah tempat dan membuka hutan, solusinya pemerintah
membangun suatu wilayah yang layak huni supaya masyarakatnya tidak membuka
hutan untuk tempat tinggal.

9
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya/Kegiatan pencegahan
1. Melakukan upaya edukasi kepada masyarakat setempat mengenai malnutrisi yang
terjadi di kabupaten Asmat dan Bintang.
2. Melakukan program peningkatan gizi keluarga
3. Memberikan edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya melakukan imunisasi dan mengikuti kegiatan posyandu di wilayahnya.
B. Upaya/Kegiatan pengendalian pasien dengan kontak
1. Melakukan penambahan fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
2. Pemberian sanksi berupa teguran lisan bagi tenaga medis yang tidak bekerja
sesuai dengan tugas yang telah diberikan dan penempatan tenaga medis di daerah
tersebut
3. Memberikan pelatihan kerja untuk mencetak pekerja-pekerja yang memadai dan
mebuka lowongan pekerjaan bagi daerah tersebut
C. Upaya/Kegiatan perbaikan lingkungan
1. Melakukan kerja sama lintas sector dalam upaya perbaikan sarana dan prasana.

10
BAB IV

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

A. Tabel scoring prioritas pemecahan masalah

Efektivitas Efisiensi Hasil

P=
No Alternatif Jalan Keluar
M I V C M x I xV
C

1 Meningkatkan status gizi 3 2 4 4 6

2 Penyuluhan gizi buruk 5 5 5 5 25

3 Pembangunan fasilitas kesehatan 3 3 4 2 18

Keterangan :

M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya maslah lain)

I : Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah

V : Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan.

C : Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah

P : Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah

Simpulan Tabel :

Berdasarkan perhitungan tabel prioritas kegiatan atau pemecahan masalah yang


ditetapkan dalam menanggulangi permasalahan Malnutrisi yang cukup tinggi di provinsi
ujung timur Indonesia. kelompok kami memilih program “ Penyuluhan gizi buruk atau

11
Pemecahan Masalah berdasarkan Rencana Kegiatan POA (Plan Of Activity)
malnutrisi “ karena menurut kelompok kami program tersebut sudah tepat untuk
Kegiatan Penyuluhan mengenai penyakit Malnutrisi dan Campak
menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam diagram fish bone

No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan


Kegiatan Kegiatan Pelaksana

1 Pembentu Petugas 100% - 1 hari Pemilihan Puskes Petugas Minggu - LCD dan
kan puskes petug ketua, mas pusksemas pertama proyekto
Pembent
panitia mas as seksi- setemp desemb r
ukan
pelaksana puske seksi, dan at er 2020 - Laptop
panitia
smas kader- - Papan
kader tulis
- Sepidol
Pembagia
- Alat tulis
n jobdeks

2 Perencan Seluruh 100% 2 bulan Mengobse Puskes Ketua desemb Data


aan masyar seluru 1x rvasi mas pelaksana er 2020 masyaraka
kegiatan akat h faktor- setemp t dari desa,
masya faktor at alat tulis,
bintan yang LCD, meja
mempenga kursi
ruhi gizi
buruk atau
malnutrisi
Membuat
rincian
kegiatan
Mendata
keperluan
barang
dalam
kegiatan
Membuat
proposal

12
3 Pelatihan -Kader 100% Pelatihan pelatihan Balai Panitia minggu - LCD dan
Kepada keseha kader kader penyuluhn desa pelaksana kedua Proyektor
Kader keseh Desem
tan atan malnutrisi ber - Meja dan
2020 kursi
pelatihan
- Laptop
penyuluha
- Papan
n tentang
tulis
campak.
- Spidol
- Pengeras
suara
- Konsums
i
4 Penyuluh Masyar 90% penyuluh penyuluha -Balai - Panitia Minggu - LCD dan
an akat Masy an n tentang desa pelaksana ketiga proyektor
tentang Setemp arakat desemb
Malnutris at setem tentang Malnutrisi er 2010 - Meja dan
Kader
i dan pat Malnutri kursi
Campak hadir penyuluha kesehatan
si dan n tentang - Laptop
Campak Campak. - Papan tulis
- Spidol
- Pengeras
suara

Konsumsi

13
5 Evaluasi Seluruh -100% Evaluasi - Evaluasi Balai - Panitia Minggu - LCD dan
panitia paniti kegiatan kinerja desa pelaksana ketiga proyektor
dan desemb
kader a panitia - Kader er 2020 - Meja dan
hadir pelaksana kesehatan kursi
- Evaluasi - Laptop
100%
kader kader - Papan tulis
hadir - Evaluasi - Spidol
kendala - Pengeras
dan suara
kekurang - Konsumsi
an - Hadiah
kegiatan
Sertifikat
Pemberian acara
hadiah
kepada
kader
kesehatan

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

15
1. Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan
di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan
kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun
pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam
tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik.
2. Penyebab campak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya gizi. Gizi yang
baik menunjukkan serokonversi terhadap imunisasi campak lebih tinggi
dibandingkan dengan gizi buruk.

Di Indonesia, gizi buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh propinsi.
Kemiskinan dan kekurangan akan gizi yang memadai pada tingkatan tertentu
membatasi kemungkinan untuk memperbaiki gizi jutaan penduduk yang menderita
kurang pangan. Sebaliknya, sungguh mengecewakan untuk melihat bahwa betapa
seringnya praktek-praktek budaya menimbulkan kekurangan kebutuhan dasar.
Kesadaran akan praktek-praktek demikian dan pengetahuan tentang “hambatan-
hambatan” yang harus diatasi untuk dapat merubah mereka adalah sangat penting
untuk membantu masyarakat memaksimalkan sumber-sumber pangan yang tersedia
bagi mereka. Di sinilah antropologi memberikan sumbangan besar kepada ilmu gizi
dalam lapangan penelitian dan pengajaran.

B. Saran
1. Diperlukan terobosan - terobosan baru yang dapat menangulangi masalah gizi
buruk hingga ke akar-akarnya. Oleh karena itu departemen kesehatan juga harus
bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan kesempatan kerja rendah. Selain itu, anak-anak Indonesia
harus lebih bersungguh- sungguh belajar dengan tekun, agar Indonesia lebih maju
2. Bagi tenaga kesehatan kususnya sebuah puskesmas harus memberikan program
pelayanan kesehatan dengan optimal, serta menyediakan fasilitas kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat lebih mudah mendapatkanya
dan penyakit campak bisa segera diatasi.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Thmaria, Netty. dkk. 2017. Bahan Ajar Gizi, “PENILAIAN STATUS GIZI”.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
2. Yuningsih, Rahmi. 2018. “Pendekatan Kesehatan Masyarakat Pasca kejadian Luar
Biasa (KLB) Di Kabupaten Asmat Papua”.
3. Lemon K, Rory D, Mesman AW, McQuaid S, Amerongen GV, Selma Y, et al. Early
target cell of measles virus after aerosol infection of non-human primates. Plos
Pathogens. 2011;7:1.
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Campak: Masalah kesehatan anak – World
Immunization Weeks 2013. (diakses: 13 april 2020 ). Availabel from:
http://idai.or.id/public-articles/klinik/ imunisasi/campak-masalah-kesehatan-anak-
world-immunization-weeks-2013.html
5. World Health Organization. Measles surveilance data. (diakses: 13 april 2020).
Availabel from:
http://www.who.int/immunization/monitoring_surveillance/burden/vpd/surveillance_t
ype/active/measles_monthlydata/en/
6. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2013
7. Hernawati, Ina. 2007. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK.
file:///C:/Users/Windows%208.1%20Pro/Downloads/pbadan07-4%20(1).pdf

8. Krisnansari, Diah. 2010. NUTRISI DAN GIZI BURUK. Purwokerto: Mandala of


Health. Volume 4, Nomor 1 file:///C:/Users/Windows
%208.1%20Pro/Downloads/NUTRISI%20DAN%20GIZI%20BURUK.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai