Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 2

HUKUM PAJAK

Nama : Dienni Aulia Ma’arif


NIM : 043451091
Jurusan : Akuntansi
UPBJJ UT : Jakarta

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
Jelaskan Tujuan Pemeriksaan, Ruang Lingkup, Kriteria dan Jenis
Pemeriksaan!
1. Tujuan Pemeriksaan
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan
tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Lingkup Pemeriksaan dan Kriteria Pemeriksaan
a. Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis
pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
b. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP.
c. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai
berikut:
- Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
- Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak.
- Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan rugi.
- Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya.
- Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode
pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap.
- Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
- Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih
untuk dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
3. Jenis Pemeriksaan
a. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan sebagaimana dimaksud dilakukan dengan jenis
Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.
b. Pemeriksaan Kantor, dalam hal permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran tersebut diajukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi
persyaratan:
1. laporan keuangan Wajib Pajak untuk Tahun Pajak yang diperiksa
diaudit oleh akuntan publik atau laporan keuangan salah satu
Tahun Pajak dari 2 (dua) Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak yang
diperiksa telah diaudit oleh akuntan publik, dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian; dan
2. Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan,
penyidikan, atau penuntutan tindak pidana perpajakan, dan/atau
Wajib Pajak dalam 5 (lima) tahun terakhir tidak pernah dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
c. Terhadap Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
butir 1.2.3 huruf a sampai dengan huruf e, penentuan jenis
pemeriksaannya diatur oleh Direktur Jenderal Pajak.
d. Terhadap Pemeriksaan dengan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
butir 1.2.3 huruf f dan huruf g dilakukan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan.
e. Dalam hal Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang
terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang
berindikasi adanya rekayasa tranaksi keuangan, pelaksanaan
Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan.

Jelaskan Tahapan dalam upaya penagihan aktif dan pengaturan dalam


penagihan!
Penagihan Pajak, sesuai dengan ketentuan UU Nomor 19 Tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) adalah serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika
dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang-barang
yang telah disita. Tahapan dalam upaya penagihan pajak adalah:
1. Surat Teguran: dikeluarkan apabila utang pajak yang tercantum dalam
STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilunasi sampai melewati tujuh (7) hari
dari batas waktu jatuh tempo (satu bulan sejak tanggal diterbitkannya).
2. Surat Paksa: dikeluarkan apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21
hari dari tanggal surat teguran, maka WP akan diterbitkan Surat Paksa
yang disampaikan oleh Juru Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya
penagihan paksa sebesar Rp25.000,00 (Dua puluh lima ribu rupiah), dan
utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam.
3. Surat Sita: dilakukan penyitaan apabila utang pajak belum juga dilunasi
dalam jangka waktu 2 x 24 jam maka dapat dilakukan tindakan penyitaan
atas barang-barang WP, dengan dibebani biaya pelaksanaan sita sebesar
Rp75.000,00 (Tujuh puluh lima ribu rupiah). Penyitaan dilakukan
terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal,
tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang
penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai
pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga
lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain;
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
4. Lelang: Dalam waktu empat belas hari setelah tindakan penyitaan, utang
pajak belum dilunasi maka akan dilanjutkan dengan tindakan pelelangan
melalui Kantor Lelang Negara. Penjualan secara lelang terhadap barang
yang disita dilaksanakan paling cepat 14 (empat belas) hari setelah
pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang
dilaksanakan paling cepat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.
Adapun pengumuman penyitaan untuk barang bergerak dilakukan
sebanyak 1 (satu) kali dan untuk barang bergerak dilakukan sebanyak 2
(dua) kali. Untuk pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai
paling banyak Rp 20,000,000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak harus
diumumkan melalui media massa. Lelang tetap dapat dilaksanakan
walaupun keberatan pajak yang diajukan oleh WP belum memperoleh
keputusan keberatan. Kemudian hasil lelang akan dipergunakan terlebih
dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak yang belum dibayar dan
sisanya untuk membayar biaya penagihan pajak. Dalam hal penjualan
secara lelang, biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari
pokok lelang. Sisa barang beserta kelebihan uang hasil lelang akan
dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak segera setelah
pelaksanaan lelang.
Masalah Lainnya Dalam Penagihan Pajak:
a. Hak Mendahulu
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-
barang milik Penanggung Pajak. Ketentuan tentang hak mendahulu
tersebut meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda,
kenaikan, dan biaya penagihan pajak, kecuali terhadap biaya perkara
yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu
barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak, biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; biaya perkara, yang
hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. Hak
mendahulu dapat hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal diterbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah. Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan pertama
dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka
jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa;
sedangkan dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan
angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut
dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.
b. Penagihan Pajak Seketika Dan Sekaligus
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang
dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa
menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak, dilaksanakan
secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak sebelum
penerbitan Surat Paksa. Penagihan seketika dan sekaligus dilakukan
apabila:
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
3. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara
5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Jelaskan syarat-syarat pengajuan Banding dipengadilan pajak!


1. Banding diajukan dengan Surat Banding dalam Bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak.
2. Banding diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam peraturan
perundang- undangan perpajakan. Jangka waktu 3 (tiga) bulan dihitung
dari tanggal Keputusan diterima sampai dengan tanggal Surat Banding
dikirim oleh pemohon Banding, Contoh: keputusan yang dibanding
diterima tanggal 10 Mei 2002 maka batas terakhir pengiriman Surat
Banding adalah tanggal 9 Agustus 2002.
3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding. (pasal 36)
4. Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan
dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.
5. Pada Surat Banding dilampirkan salinan Keputusan yang dibanding.
6. Tidak berlaku syarat pasal 36 (4) keharusan membayar 50% dari pajak
yang disengketakan dengan adanya perubahan dalam KUP yang
mengatur bahwa pada saat diajukan banding, pajak yang belum dibayar
belum dianggap terutang sampai dengan satu bulan sejak putusan
pengadilan pajak dikeluarkan dan ditambah denda sebesar 100%.
7. Banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak, ahli warisnya, seorang
pengurus, atau kuasa hukumnya.

Sumber: EKSI4202/3SKS/Modul 1-3

Anda mungkin juga menyukai