KAJIAN PUSTAKA
belajar.2
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator.4
1
Isjoni, Cooperative learning, Efektifitas pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), 15
2
Sugiyanto, Model-model pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP
UNS, 2009), 37
3
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 189
4
Anita Lie, Coopertive Learning, …, 40
16
17
Jadi koopertif learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada
yang lain.
hal yang nyata, sesuatu yang benar diajarkan. Ujaran atau ucapannya benar
yang paling penting pelayanannya bisa dilakukan efektif kepada anak dengan
5
Sadjaah, Edja, Layanan dan Latiohan Artrikulasi Anak Tuna Rungu,(Bandung: Sun Grafika: 2003),
21
18
berantai, artinya apa yang telah diberikan guru, seorang siswa wajib
pesan”.
sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada
a. Penghargaan kelompok
6
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif…, 120
7
Isjoni, Cooperative Learning…, 21-22
19
saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
kelompoknya.
yaitu:8
8
Made wena, Sttrategi Pembelajaran Inofatif kontemporer, 190 - 191
20
sebagainya.
kerja adalah hasil kerja kelompok bukan hasil kerja individu atau
perseorangan.
materi belajar.
9
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007), 47
21
yaitu:10
dua orang
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
kelompok lainnya.
10
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAI (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010), 127
23
dipahami siswa.
g. Kesimpulan/penutup
Kelemahannya:
Kelebihannya:
lebih baik
orientasi tugas.
perspektif
tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh
Belajar tuntas dapat diartikan juga sebagai penguasaan (hasil belajar) siswa
adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit
Belajar secara tuntas adalah suatu upaya belajar dimana siswa dituntut
menguasai hampir seluruh bahan ajaran karena menguasai 100 % bahan ajar
11
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi, (Jakarta: Kencana, 2004), 61
12
Wiji Suwarno, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2006), 95
13
Mohammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: sinar Baru Algesindo, 1996), 95
14
Moh Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar…, 96
26
diberikan, dengan praktek pengajaran yang biasa jumlah ini jauh lebih kecil.
Banyak siswa yang hanya menguasai sebagian kecil dari bahan ajaran dengan
siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan standart ketuntasan belajar minimal (SKBM), yang mana SKBM
terlebih dahulu
15
Nana, Syaddih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2005), 196
16
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1997), 103
27
belajar.
semua siswa mau dan dapat belajar dengan baik, dengan syarat kondisi yang
antara lain dengan fasilitas yang memadai, dengan keberagaman dan dengan
waktu yang cukup bagi setiap siswa. Bila syarat ini terpenuhi menurut konsep
ini semua siswa bisa belajar secara tuntas, artinya mereka relatif menguasai
17
Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 268
18
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), 38-48
28
bahan yang dipelajari, jadi setiap orang dapat mempelajari bidang studi
apapun hingga batas yang tinggi asal diberi waktu yang cukup disamping
syarat-syarat lain.
b. Mutu pengajaran
yang baik bagi kelas. Jadi yang menjadi pusat perhatian adalah selalu
kelompok murid atau kelas sebagai keseluruhan secara ideal setiap anak
untuk setiap anak tidak mungkin karena biaya yang sangat besar.
disampaikan oleh guru atau bila guru tidak dapat berkomunikasi dengan
d. Ketekunan
secara aktif.
30
pelajaran.
19
Depdiknas, Pedoman Pembelajaran Tuntas (mastery Learning), 2003
31
bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar
adalah falsafah homomini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah
kelangsungan hidup tanpa kerja tidak akan ada individu, tanpa kerja sama
pada teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep
sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa
masalah yang kompleks. Penekanan adanya interaksi sosial dalam belajar dan
ketuntasan dalam hasil yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini dikarenakan
dalam mencapai target yang diinginkan. Demikian pula sebaliknya karena inilah
Menurut Winkel, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru
dalam mencapai ketuntasan belajar khususnya pada materi PAI agar efektif dan
efisien, yaitu:
1. Tujuan yang diterapkan secara jelas dan dibagi dalam unit pelajaran
melalui tes.
4. Diberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar pada saat
hubungan dari informasi yang diberikan. Siswa tidak hanya secara pasif
menerima pengetahuan yang disampaikan guru. Hasil aktivitas ini tidak hanya
berikut:
7. Tingkat retensi
pembelajaran.
efektivitas pembelajaran menurut Reigeluth dan Merill lebih kepada hasil akhir
siswa, dalam tulisan ini dipadukan ketiga pendapat diatas sehingga efektivitas
masalah yang pertama dalam skripsi ini. Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe
meningkatkan kemampuan berfikir, keefektifan itu dapat terjadi jika dilihat dari
pembelajaran kooperatif tipe artikulasi dilihat dari aktivitas guru dalam suatu
c. Menjelaskan materi
dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kriteria baik atau sangat baik.
2. Aktifitas siswa
dapat dilihat tingkah laku yang muncul dalam proses KBM (Kegiatan Belajar
permasalahannya.
keberhasilan
berikut:
d. Mengemukakan pendapat
e. Membuat rangkuman
3. Respon siswa
pembelajaran.
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya.
Dalam penelitian ini respon siswa dinyatakan dalam angket yang berisi
respon siswa dalam menjawab ya untuk tiap poin pertanyaan lebih dari 65%.
4. Ketuntasan belajar
belajar diperlukan adanya penilaian. Belajar dikatakan tuntas jika apa yang
siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa tersebut dapat mencapai tujuan
yang dapat dipilih dalam pembelajaran kombinasi dari model tersebut dalam
yang paling unggul demi setiap konteks. Setiap model pembelajaran memiliki
ini diharapkan dapat dicapai hasil yang optimal semoga dengan adanya
pendidikan.20
20
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (jakarta: Rieneka Cipta, 1995), 180