Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA WAHAM

Dosen Pembimbing:

Ns. Febriana Sartika.,M.Kep

Di Susun Oleh:

MEGA FRISTA AYUNINGTYAS

S18190/S18D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

WAHAM

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Waham adalah keyakinan yang keliru akan suatu pikiran yang

dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan

kenyataan. (SDKI, 2016)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien. Waham merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran

yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan

latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh

dan tidak dapat diubah-ubah. (Azziz,R, 2013)

2. ETIOLOGI

a. Faktor Predisposisi

Meliputi perkembangan social, kultural, psikologis (isolasi social ,

hipersensitif) dan biologis (genetic, kelainan neurologis, gangguan ganglia,

tumor otak, dll)

b. Faktor Presipitasi

Rangsangan lingkungan yang sering menjadi pencetus terjadinya

waham yaitu hubungan permusuhan yang dialami klien, suasana sepi dan

kecemasan.

(SDKI, 2016)
3. MANIFESTASI KLINIS

a. Subjektif

1) Mengungkapkan isi waham

2) Merasa sulit berkonsentrasi

3) Merasa khawatir

b.Objektif

1) Klien tampak tidak mempunyai orang lain

2) Isi pikiran tidak sesuai realitas

3) Isi pembicaraan sulit dimengerti

4) Curiga berlebih

5) Sikap menentang / permusuhan

6) Mudah tersinggung

(SDKI, 2016)

4. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya waham disebabkan karena orang tersebut mengalami


isolasi sosial yang akan mengakibatkaan seseorang akan mengalami waham dan
apabila itu tidak cepat diatasi akan dapat mengakibatkan resiko mencederai
diri/orang lain dan lingkungan.perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi
klien dari pengalaman yang berhubungan dengan respon neurobiologist yang mal
adaptif meliputi :
1. Regresi : Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk mengatasi ansietas.
2. Proyeksi : Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
3. Menarik diri
4. Pada keluarga : mengingkari
PATHWAY

5. PENGOBATAN

Psikoterapi yang berperan dalam terapi delusi antara lain:

 Psikoterapi individual. Tindakan ini bisa membantu pasien mengenali dan


memperbaiki pola pikirnya.

 Cognitive-behavioral therapy (CBT). Terapi ini juga bisa membantu pasien


mengenali dan mengubah pola pikirnya yang salah.
 Terapi keluarga. Terapi ini membantu keluarga untuk dapat berdamai dan
menunjukkan rasa cinta pada keluarganya yang mengalami gangguan delusi.
Hal ini berkontribusi pada perbaikan psikis pasien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Perubahan isi piker waham

b. Resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Waham (D. 0105)

Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara kuat atau

terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2) Resiko Perilaku kekerasan (D. 0146)

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

a. Diagnosa 1

1) Tujuan dan Kriteria Hasil

Status Orientasi ( L. 03031 )

- Verblisasi waham membaik dari skala 4 (cukup meningkat) menjadi

skala 2 (cukup menurun)

- Perilaku waham membaik dari skala 4 (cukup meningkat menjadi skala 2

(cukup menurun)

- Perilaku sesuai realita membaik dari skala 2 (cukup memburuk) menjadi

skala 4 (cukup membaik.

- Isi pikiran sesuai realita membaik dari skala 2 (cukup memburuk) menjadi

skala 4 (cukup membaik)


2) Tindakan Keperawatan

Manajemen Waham (I. 09295)

- Monitor waham yang isinya membahayakan diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan

- Monitor efek terapeutik dan efek samping obat

- Bina hubungan saling percaya

- Tunjukan sikap tidak menghakimi secara konsisten

- Anjurkan melakukan rutinitas harian secara konsisten

- Latihan menejemen stress

b. Diagnosa 2

1) Tujuan dan kriteria hasil

Kontrol Diri (L. 09076)

- Verbalisasi ancaman kepada orang lain membaik dari skala 2 (cukup

meningkat) menjadi skala 4 (cukup menurun

- Perilaku agresif menurun dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4

(cukup menurun)

- Berbicara ketus menurun dari skala 2 (cukup meningkat) menjadi skala 4

(cukup menurun)

2)Tindakan Keperawatan

Pencegahan Perilaku kekerasan (I. 14544)

- Memonitor adanya barang yang membahayakan

- Libatkan keluarga dalam perawatan

- Latih mengungkapkan perasaan secara asertif


- Latih mengurangi kemarahan secara verbal

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2018). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.


Jakarta : FIK, Universitas Indonesia.

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2008.

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika.

Stuart dan Sundeen . 2009 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing:

Ns. Febriana Sartika.,M.Kep

Di Susun Oleh:

MEGA FRISTA AYUNINGTYAS

S18190/S18D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

PERILAKU KEKERASAN

A. Konsep Penyakit

1.DEFINISI

Perilaku kekerasaan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikolog (Budi Ana Keliat, 2018)
Perilaku kekerasan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain, sering disebut
juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap sesuatu
stresor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol(Yosep, 2010)

2.ETIOLOGI
Disebabkan adanya gangguan konsep diri : harga diri
rendah a Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk.
2) Perilaku
Reinforcemen yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering
megobservasi kekerasan dirumh atau diluar rumah.
3) Sosial budaya
Budaya yang tertutup dan membalas secara diam dan control social yang tidak
pasti akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4) Bio Neurologis
Kerusakan sisem limbic, lobus ftontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan
neuro transmitter.
b Faktor Presipitasi
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri
2) Ekspresi dari tidak terpenuhi kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi
3) Kesulitan dalam mengonsumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
4) Adnya riwyat perilaku anti social dan kematian anggota keluarga
Akibat Terjadinya Masalah
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan – tindakan berbahaya bagi
dirinya, orang lain, dan lingkungan, misalnya menyerang orang lain, memecahkan
perabot, membakar rumah dan lain – lain. Sehingga pasien dengan perilaku kekerasan
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
(Keliat,2018)

3.MANIFESTASI KLINIS
Data Obyektif
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang

Data subyektif
a. Mengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa
tercekik, sesak dan bingung

(Dermawan,2016)

4.PATOFISIOLOGI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan


1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik, lobus frontal dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan
dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik
merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai dan
agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmiter (epinephrine,nonepinephrine, dopamine, asetilkolin,
dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls
agresif. Teori ini sangat konsisten dengan figth atau fligth yang dikenalkan oleh
Selye dalam teorinya tentang respon terhadap stress
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumor otak khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan
penyakit seperti ensefalitis dan epilepsi khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan
(Stuart,2017)

Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri /orang lain dan lingkungan

Perilakukekerasan:Amuk
Perilaku kekerasan:Amuk

Harga diri Rendah

(Nita,2017)
5.PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.Pemindaian CT scan
b.MRI,untuk mendeteksi stroke serta kemungkinan adanya cedera
atau tumor di otak
(Mary,2018)
6.PENGOBATAN
a.Obat antipsikotik : atipikal ,obat ini menjadi pilihan yang penting dalam
penanganan perilaku kekerasan pada pasien
b.Obat antidepresan : dapat mengurangi ketakutan,iritabilitas,dan kecemasan
c.Terapi perilaku kognitif
(Dermawan.2016)
B. Asuhan Keperawatan
1.MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
a.Perilaku kekerasan
b.Risiko cedera
c.Harga diri rendah
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Perilaku kekerasan b.d ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
d.d perilaku agresif/amuk (D.0132)
Definisi : Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali
secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan.
Tanda mayor :
(Subjektif) : -Mengancam
-Mengumpat dengan kata-kata kasar
-Suara keras
-Bicara ketus
(Objektif) : -Menyerang orang lain
-Melukai diri sendiri/orang lain
-Merusak lingkungan
-Perilaku agresif/amuk
Tanda Minor :
(Subjektif) : -
(Objektif): -Mata melotot atau pandangan tajam
-Tangan mengepal
-Rahang mengatup
-Wajah memerah
-Postur tubuh kaku
b..Risiko Cedera d.d perubahan fungsi kognitif (D.0136)
Definisi : Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Faktor risiko :
(Eksternal) : - Terpapar pathogen
-Terpapar zat kimia toksik
-Terpapar agen nosocomial
(Internal) : - Ketidaknormalan profil darah
-Disfungsi autoimun
-Perubahan fungsi psikomotorik
-Perubahan fungsi kognitif
-Perubahan sensasi
c. Harga diri rendah kronis b.d kegagalan berulang d.d Menilai diri negative
(D.0086)

Definisi : Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan
klien seperti tidak berarti,tidak berharga,tidak berdaya yang berlangsung dalam
waktu lama dan terus menerus.

Tanda Mayor :

(Subyektif) : -Menilai diri negative

-Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

-Melebihlebihkan penilaian negative tentang diri sendiri

-Merasa malu/bersalah

(Obyektif) :-Enggan mencoba hal baru

-Berjalan menunduk

-Postur tubuh menunduk

Tanda Minor
(Subyektif) : -Merasa sulit berkonsentrasi

-Sulit tidur

-Mengungkapkan keputusasaan

(Obyektif) : -Kontak mata kurang

-Lesu dan tidak bergairah

-Pasif

3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen pengendalian marah
keperawatan selama 3x24 jam (I.09290)
maka masalah perilaku kekerasan 1.Identifikasi penyebab /pemicu
teratasi dengan kriteria hasil : kemarahan
2.Monitor potensi agresif tidak
Kontrol diri meningkat (L.09076) konstruktif dan lakukan tindakan
Dengan kriteria hasil : sebelum agresif
-Perilaku menyerang dari skala 1 3.Gunakan pendekatan yang tenang
(meningkat) ke skala 5 (menurun) dan menyakinkan
-Perilaku melukai diri sendiri/orang 4.Cegah kerusakan fisik akibat
lain dari skala 1 (meningkat) ke ekpresi marah
skala 5 (menurun) 5.Lakukan control eksternal
-Perilaku amuk/agresif dari skala 1 6.Cegah aktivitas pemicu agresif
(meningkat) ke skala 5 (menurun) 7.Ajarkan strategi untuk mencegah
ekspresi marah maladaptive
8.Ajarkan metode untuk memodulasi
pengalaman emosi yang kuat
9.Kolaborasi pemberian obat,jika
Perlu
2 Setelah dilakukan asuhan Pencegahan cedera (I.14537)
keperawatan selama 3x24 jam 1.Identifikasi area lingkungan yang
masalah risiko cedera teratasi berpotensi menyebabkan cidera
dengan kriteria hasil : 2.Gunakan pengaman tempat tidur
Tingkat cedera menurun (L.14136) sesuai dengan kebijakan fasilitas
Dengan kriteria hasil Kesehatan
-Kejadian cedera dari skala 2 (cukup 3.Pertimbangkan penggunaan alarm
meningkat) ke skala 5 (menurun) elektronik pribadi atau alarm sensor
pada tempat tidur atau kursi
4.Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
5.Tingkatkan frekuensi observasidan
pengawasan pasien,sesuai kebutuhan
6.Jelaskan inervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
3 Setelah dilakukan asuhan Manajemen perilaku (I.12463)
keperawatan selama 3x24 jam
masalah harga diri rendah teratasi 1.Identifikasi harapan untuk
dengan kriteria hasil mengendalikan perilaku
2.Jadwalkan kegiatan terstruktur
Harga diri meningkat (L.09069) 3.Ciptakan dan pertahankan
Dengan kriteria hasil lingkungan dan kegiatan perawatan
-Penilaian diri positif dari skala 1 konsisten setiap dinas
(menurun) ke skala 4 (cukup 4.Bicara dengan nada rendah
meningkat) dan tenang
-Perasaan memiliki kelebihan atau 5.Cegah perilaku pasif dan agresif
kemampuan positif dari skala 1 6.Informasikan keluarga bahwa
(menurun) ke skala 4 (cukup keluarga sebagai dasar pembentukan
meningkat) kognitif
-Perasaan tidak mampu melakukan
apapun dari skala 4 (cukup
menurun) ke skala 2 (cukup
meningkat)
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Hermawan Surya. 2014. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2017. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Keliat. B. A, 2018, Modul MPKP Jiwa UI, EGC, Jakarta.
Dermawan.2016. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart,G.W and Sundeen SJ.2017.Principle and Practice of psyciatri, St.Louis,The CV.Mosby
Company
Yosep iyus.2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA RESIKO BUNUH DIRI

Dosen Pembimbing:

Ns. Febriana Sartika.,M.Kep

Di Susun Oleh:

MEGA FRISTA AYUNINGTYAS

S18190/S18D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

RESIKO BUNUH DIRI

A.Konsep Penyakit

1.DEFINISI

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. (Ade Herman, 2016)
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. (Nita Fitria, 2017)

2.ETIOLOGI
Menurut Yosep (2015) factor-faktor yang dapat mencetus perilaku-perilaku kekerasan
adalah :
a Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sunden (2017) diagnostic >90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa yang
dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan efektif, penyalah
gunaan zat dan skizofrenia
b Factor presipitas
Stuart (2017) menyebutkan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan
seperti masalah intrapersonal, dipermalukan didepan umum, kehilangan pekerjaan
atau ancaman pengurungan kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stress, dan perasaan marah/bermusuhan sehingga memberikan hukuman pada
dirisendiri dengan bentuk ancaman bunuh diri

Akibat Terjadinya Masalah


Resiko bunuh diri dapat mengakibatkan sebagai berikut :
a. Keputusan
b. Menyalahkan diri sendiri
c. Pikiran dan rencana bunuh diri
d. Percobaan bunuh diri

3.MANIFESTASI KLINIS
(Dermawan.2014)
a.Subyektif
1.Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
2.Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
3.Mengungkapkan dirinya tidak berguna
b.Obyektif
1.Sedih
2.Marah
3.Putus asa
4.Tidak berdaya

4.PATOFISIOLOGI

Penyebab lain
1) Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.
2) Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan
3) Tangisan untuk minta bantuan
4) Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang lebih
baik.
Faktor predisposisi

a. Faktor Genetik dan Teori Biologi


Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan
depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.

b. Teori sosiologi

Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok sosial) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat ) dan anomik(suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor ).

c. Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan
hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.Sedangkan Menurut Stuart dan
Sundeen ( 2017 ), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
2) Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
3) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
resiko penting untuk perilaku destruktif.
4) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku destruktif diri

Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :


a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress
c. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d. Cara untuk mengakhiri
keputusasaan. (Stuart,2017)

Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain,danlingkungan

Risiko bunuh diri (suicide)

Harga diri rendah


(Nita,2017)

5.PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.Pemindaian CT scan
b.MRI,untuk mendeteksi stroke serta kemungkinan adanya cedera
atau tumor di otak
(Mary,2018)
6.PENGOBATAN
a.Psikoterapi : terapi perilaku kognitif akan melatih pasien dalam menangani stress yang
dapat memicu keinginan untuk bunuh diri
b.Pemberian obat golongan antipsikotik,seperti clozapine untuk menekan risiko
munculnya keinginan untuk bunuh diri
(Direja,2011)
B.Asuhan Keperawatan
1. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
a.Risiko bunuh diri
b.Risiko cedera
c.Harga diri rendah Kronis
d.Isolasi social
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.Risiko bunuh diri d.d masalah social (D.0135)
Definisi : Beresiko melakukan upaya menyakiti diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan
Faktor Risiko : -Gangguan perilaku (mis: euphoria mendadak setelah depresi,mencari
Senjata berbahaya,membeli obat dalam jumlah banyak)
-Demografi
-Gangguan fisik
-Masalah social (mis: berduka,tidak berdaya,putus asa,kesepian,
Kehilangan hubungan yang penting)
-Gangguan psikologis
b..Risiko Cedera d.d perubahan fungsi kognitif (D.0136)
Definisi : Berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Faktor risiko :
(Eksternal) : - Terpapar pathogen
-Terpapar zat kimia toksik
-Terpapar agen nosocomial
(Internal) : - Ketidaknormalan profil darah
-Disfungsi autoimun
-Perubahan fungsi psikomotorik
-Perubahan fungi kognitif
-Perubahan sensasi
c. Harga diri rendah kronis b.d kegagalan berulang d.d Menilai diri negative (D.0086)

Definisi : Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
seperti tidak berarti,tidak berharga,tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama
dan terus menerus.

Tanda Mayor :

(Subyektif) : -Menilai diri negative

-Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif

-Melebihlebihkan penilaian negative tentang diri sendiri

-Merasa malu/bersalah

(Obyektif) :-Enggan mencoba hal baru

-Berjalan menunduk

-Postur tubuh menunduk

Tanda Minor

(Subyektif) : -Merasa sulit berkonsentrasi

-Sulit tidur

-Mengungkapkan keputusasaan

(Obyektif) : -Kontak mata kurang

-Lesu dan tidak bergairah

-Pasif

d.Isolasi social b.d ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan d.d merasa
ingin sendirian (D.0121)

Definisi : Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat,hangat,terbuka,dan


interpenden dengan orang lain.
Tanda Mayor

(Subyektif) : -Merasa ingin sendirian

-Merasa tidak aman di tempat umum

(Obyektif) :-Menarik diri

-Tidak berminat atau menolak

Tanda Minor

(Subyektif) :-Merasa berbeda dengan orang lain

-Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

(Obyektif) :-Afek datar

-Afek sedih

-Tidak bergairah/lesu

3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)


1 Setelah dilakukan asuhan Pencegahan bunuh diri (I.14538)
keperawatan selama 3x24 jam maka
masalah risiko bunuh diri teratasi 1.Identifikasi gejala risiko bunuh diri
dengan kriteria hasil 2.Identifikasi keinginan dan pikiran
rencana bunuh diri
Kontrol diri meningkat (L.09076) 3.Monitor lingkungan bebas bahaya
Dengan kriteria hasil secara rutin
-Perilaku menyerang dari skala 1 4.Monitor adanya perubahan mood
(meningkat) ke skala 5 (menurun) atau perilaku
-Perilaku melukai diri sendiri /orang 5.Lakukan pendekatan langsung dan
lain dari skala 1 (meningkat) ke skala tidak menghakimi saat membahas
5 (menurun) bunuh diri
-Perilaku agresif/amuk dari skala 1 6.Berikan lingkungan dengan
(meningkat) ke skala 5 (menurun) pengamanan ketat dan mudah dipantau
-Perilaku merusak lingkungan sekitar 7.Tingkatkan pengawasan pada kondisi
dari skala 1 (meningkat) ke skala 5 tertentu
(menurun) 8.Pastikan obat ditelan
9.Anjurkan mendiskusikan perasaan
yang dialami kepada orang lain
10.Anjurkan menggunakan sumber
pendukung
11.Latih pencegahan risiko bunuh diri
(latihan asertif,relaksasi otot progresif)
12.Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,antipsikotik,sesuai indikasi
13.Rujuk ke pelayanan kesehatan
mental,jika perlu.
2 Setelah dilakukan asuhan Pencegahan cedera (I.14537)
keperawatan selama 3x24 jam 1.Identifikasi area lingkungan yang
masalah risiko cedera berpotensi menyebabkan cidera
teratasi dengan kriteria hasil : Tingkat 2.Gunakan pengaman tempat tidur
cedera menurun (L.14136) Dengan sesuai dengan kebijakan fasilitas
kriteria hasil kesehatan
-Kejadian cedera dari skala 2 (cukup 3.Pertimbangkan penggunaan alarm
meningkat) ke skala 5 (menurun)
elektronik pribadi atau alarm sensor
pada tempat tidur atau kursi
4.Diskusikan mengenai latihan dan
terapi fisik yang diperlukan
5.Tingkatkan frekuensi observasidan
pengawasan pasien,sesuai kebutuhan
6.Jelaskan inervensi pencegahan jatuh
ke pasien dan keluarga
3 Setelah dilakukan asuhan Manajemen perilaku (I.12463)
keperawatan selama 3x24 jam
masalah harga diri rendah teratasi 1.Identifikasi harapan untuk
dengan kriteria hasil mengendalikan perilaku
2.Jadwalkan kegiatan terstruktur
Harga diri meningkat (L.09069) 3.Ciptakan dan pertahankan
Dengan kriteria hasil lingkungan dan kegiatan perawatan
-Penilaian diri positif dari skala 1 konsisten setiap dinas
(menurun) ke skala 4 (cukup 4.Bicara dengan nada rendah dan
meningkat) tenang
-Perasaan memiliki kelebihan atau 5.Cegah perilaku pasif dan agresif
kemampuan positif dari skala 1 6.Informasikan keluarga bahwa
(menurun) ke skala 4 (cukup keluarga sebagai dasar pembentukan
meningkat) kognitif
-Perasaan tidak mampu melakukan
apapun dari skala 4 (cukup
menurun) ke skala 2 (cukup
meningkat)
4 Setelah dilakukan asuhan Promosi Dukungan Sosial (I.13489)
keperawatan selama 3x24 jam
masalah isolasi social teratasi dengan 1.Identifikasi kekuatan dan
kriteria hasil kelemahan dalam menjalin hubungan
2.Berikan umpan balik positif terhadap
Interaksi social meningkat (L.13115) aktivitas yang dilakukan
Dengan kriteria hasil 3.Motivasi untuk mempetahankan
-Perasaan nyaman dengan situasi komunikasi verbal
social dari skala 1 (menurun) ke skala 4.Diskusikan perencanaan kegiatan
4 (cukup meningkat) yang akan datang
5.Anjurkan interaksi dengan orang
lain yang memiliki kepentingan dan
tujuan yang sama
6.Anjurkan berbagi masalah dengan
orang lain
7.Latih peningkatan kemampuan yang
dimiliki
8.Rujuk ke kelompok
keterampilan,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Hermawan Surya. 2014. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2017. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika
Keliat. B. A, 2018, Modul MPKP Jiwa UI, EGC, Jakarta.
Yosep, Iyus.2018. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Stuart,G.W and Sundeen SJ.2017.Principle and Practice of psyciatri, St.Louis,The CV.Mosby
Company
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen Pembimbing:

Ns. Febriana Sarti.,M.Kep

Di Susun Oleh:

MEGA FRISTA AYUNINGTYAS

S18190/S18D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri (SDKI, 2016)

Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit

perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.( Keliat dan Akemat,

2007)

2. ETIOLOGI

a. Faktor Predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga terganggu

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak dapat melakukan perawatan diri

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan kemampuan realitas kurang menyebabkan ketidak pedulian

dirinya.

4) Social

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dan lingkungan


b. Faktor Presipitasi

Kurang penurunan, motivasi, kerusakan kognitif, cemas yang dialami indifidu

sehingga menyebabkan indifidu kurang mampu melakukan perawatan diri

(SDKI, 2016)

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Subjektif

1) Sering mengatakan malas mandi

2) Tidak tahu cara makan yang baik

3) Tidak tahu cara dandan

4) Menolak melakukan perawatan diri

b. Objektif

1) Badan bau

2) Pakean kotor

3) Rambut dan kulit kotor

4) Kuku panjang dan kotor

5) Gigi kotor disertai bau mulut

6) Penampilan tidak rapih

(SDKI, 2016)

4. AKIBAT DEFISIT PERAWATAN DIRI

Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

(Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2), Gangguan pemelihaaan

kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies,

panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan
dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak sembarangan)

dan lain-lain.

POHON MASALAH
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN SAJA MUNCUL

a. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

b. Deficit perawatan diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Defisit Perawatan Diri (D.0109)

Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri

b. Defisit Pengetahuan (D. 0111)

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

a. Diagnosa 1

1) Tujuan dan Kriteria Hasil

Perawatan Diri (L. 11103)

- Kemampuan mandi meningkat dari skala 2 ( cukup menurun) menjadi

skala 4 cukup meningkat

- Kemampuan toileting (BAK dan BAB) meningkat dari skala (cukup

menurun) menjadi skala 4 (cukup meningkat)

- Minat melakukan perawtan diri meningkat dari skala 2 (cukup menurun)

menjadi skala 4 (cukup meningkat)

2) Intervensi Keperawatan

Dukungan Perawatan Diri (I. 11348)


- Monitor tingkat kemandirian

- Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia

- Sediakan lingkungan yang terapeutik

- Siapkan keperluan pribadi

- Damping dalam melakukan perawatan diri

- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten

b. Diagnosa 2

1) Tujuan dan Kriteria Hasil

Tingkat Pengetahuan (L. 12111)

- Perilaku sesuai anjuran meningkat dari skala 2 ( cukup menurun) menjadi

skala 4 (cukup meningkat)

- Perilaku sesuai pengetahuan meningkat dari skala 2 9cukup menurun)

menjadi skala 4 (cukup meningkat)

- Presepsi yang keliru terhadap masalah menurun dari skala 2 (cukup

meningkat menjadi skala 4 (cukup menurun)

2) Intervensi keperawatan

Edukasi Pengetahuan (I. 12383)

- Identifikasi kesiapan dan kemauan menerima pengetahuan

- Sediakan materi dan pendidikan kesehatan

- Berikan kesempatan untuk bertanya

- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

- Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


DAFTAR PUSTAKA

Kaplan Sadoch. 2016. Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: EGC

Keliat B A. 2011. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta: EGC

Nurjanah Intansari S. Kep. 2012. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta: Momedia

Stuart G W. 2011. Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Townsend Marry C. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri Edisi
3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai