TESIS
Oleh
137101002
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik
dan Spesialis Penyakit Dalam pada Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
NIM : 137101002
Tanda Tangan :
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Renti Woro Sismiastuti
NIM : 137101002
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini,
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam
bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : Juli 2018
Yang menyatakan
Latar belakang: Kalsifikasi pembuluh darah adalah faktor risiko kematian kardiovaskular pada
pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Kadar magnesium yang
rendah telah dilaporkan mempunyai hubungan yang kuat dengan kalsifikasi pembuluh darah
pada pasien hemodialisis. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara kadar
magnesium serum dengan kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis reguler.
Metode: Sampel studi adalah 60 pasien stabil hemodialisis reguler, yang telah menjalani
hemodialisis diatas atau sama dengan 3 tahun. Kalsifikasi pembuluh darah dinilai dengan
menggunakan foto lateral lumbal. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar
magnesium serum.
Hasil : Studi melibatkan 60 pasien, pria 38 dan wanita 22, dengan usia antara 25-68 tahun.
Kalsifikasi pembuluh darah terjadi pada 65% pasien. Rata-rata kadar magnesium serum
2,12±0,29 mg/dl. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kadar magnesium kelompok
yang ada kalsifikasi dengan yang tidak ada kalsifikasi pembuluh darah (2,12±0,27 vs 2,13±0,33,
p value 0,87 >0,05).
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kadar magnesium kelompok yang
ada kalsifikasi dengan yang tidak ada kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis
reguler
Kata Kunci : hemodialisis, magnesium, penyakit ginjal kronik, kalsifikasi pembuluh darah
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Kadar Magnesium
Serum Dengan Kalsifikasi Pembuluh Darah Pada Pasien Hemodialisis Reguler” sebagai tugas
akhir dalam menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis.
Penyusunan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dr. dr. Aldy S Rambe SpS(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
2. dr. Refli Hasan SpPD-KKV, SpJP(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Dairion Gatot SpPD-KHOM selaku Kepala Program Studi Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH selaku direktur Klinik Spesialis Ginjal dan
Hipertensi Rasyida yang telah memberikan izin kepada penulis untuk bertanya langsung
kepada pasiennya.
5. dr. Syafrizal Nst, M.Ked(PD), SpPD-KGH, dr Alwi Thamrin SpPD-KGH, dr. Riri Andri
Muzasti, M.Ked(PD), SpPD selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan
dan masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
membantu penulis.
7. Orang tua penulis yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan kepada penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis yang telah bersama-sama saling membantu dan saling
mendukung.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari tesis ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua
Halaman
Lampiran 7 Personalia
Ca : Calsium
CT : Computed Tomography
Ca/P : Calsium/Phosphor
DM : Diabetes Mellitus
HD : Hemodialisis
L1 : Lumbal 1
L4 : Lumbal 4
Mg : Magnesium
OR : Odds Ratio
PD : Peritoneal Dialisis
pH : Potential of Hidrogen
Pi : Inorganic Phosphate
PENDAHULUAN
1.2.Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kadar magnesium serum dengan kalsifikasi pembuluh darah
pada pasien hemodialisis reguler ?
1.3.Hipotesis
Kadar magnesium serum berhubungan dengan kalsifikasi pembuluh darah pada pasien
hemodialisis reguler.
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1.Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara kadar magnesium serum dengan kalsifikasi pembuluh
darah pada pasien hemodialisis reguler.
1.4.2.Tujuan Khusus
1.4.2.1 Untuk mengetahui prevalensi kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis
reguler.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah menambah wawasan penulis mengenai hubungan
kadar magnesium serum dengan kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis reguler.
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Hemodialisis
Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi solut darah
oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran semipermiabel (membran dialisis). 7 Saat ini
terdapat berbagai definisi hemodialisis , tetapi pada prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses
pemisahan atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membran yang
semipermiabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik yang kronik
maupun akut.7
Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi (pergerakan zat terlarut melalui
membran semipermiabel berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul) dan ultrafiltrasi
(aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik
maupun tekanan osmotik). Selain kemampuan difusi dan ultrafiltrasi, membran dialisis yang
sintetik mempunyai kemampuan untuk mengabsorpsi protein seperti sitokin, interleukin, dan
lain-lain.
Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan
(dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan
ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermiabel buatan (artifisial) dengan
kompartemen dialisat. Kompartemen dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi
larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme
nitrogen. Cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena
Progresifitas dari kalsifikasi pembuluh darah dipengaruhi oleh vascular smooth muscle cells
(VSMCs), yang berada di lapisan medial dinding pembuluh darah. Kalsifikasi pembuluh darah
dikendalikan oleh proses aktif yang diperantarai oleh sel, sehingga mengakibatkan perubahan
fenotipe VSMCs menjadi sel pembentuk tulang. 17 Pada awalnya, terjadi deposit dari soluble
amorphous calcium-phosphate complex jika terdapat kelebihan mineral kalsium fosfat. Deposit
ini tidak akan membahayakan jika ada protein inhibitor fetuin A, carboxylated matrix GLa
protein (MGP), osteopontin, pyrophosphate dan juga magnesium.1,17 Menurut tiga studi yang
terbaru, bahwa awal terjadinya kalsifikasi dan diferensiasi sel pembuluh darah dimulai dari
adanya formasi nanocrystals.1 Nanocrystals ini diambil oleh VSMCs dengan cara endositosis.
Degradasi lisosom dari kristal yang sudah terendositosis menyebabkan pelepasan kalsium dan
phosphor dari dalam sel. Selain itu, fosfat inorganik akan berakumulasi di dalam sel melalui
sodium-dependent phosphate transporter Pit-1 (dan Pit-2). Dalam usaha untuk kompensasi
kelebihan Ca/P, maka VSMCs akan membentuk matrix vesicles yang berisi produk Ca/P maupun
inhibitor mineral, seperti fetuin A dan MGP. Pemecahan kalsium didalam sel, yang diinduksi
oleh nanocrystal terendositosis dan uptake fosfat ke dalam sel, akan memicu apoptosis dari
VSMC, sehingga menghasilkan pembentukan Ca/P yang berisi apoptotic bodies. Apoptotic
bodies dan matrix vesicles akan menyebabkan mekanisme umpan balik positif, sehingga terjadi
pelepasan nanocrystal ke sekitarnya, sehingga meningkatkan proses kalsifikasi. Selanjutnya, jika
terjadi ketidakseimbangan antara inhibitors (termasuk didalamnya magnesium) dan promotors,
Regulasi dan eliminasi magnesium pada pasien dengan penyakit ginjal sebenarnya tidak
terlalu dipelajari. Meskipun dengan pemahaman yang tidak begitu lengkap, kita tahu dan
sepakati bahwa kadar magnesium serum meningkat bila laju filtrasi glomerulus (LFG) turun
dibawah 20-30 ml/menit, namun kita tidak tahu pasti bagaimana konsentrasi magnesium serum
pada pasien dengan penurunan LFG yang lebih ringan (misal: penyakit ginjal kronis/Chronic
Kidney Disease (CKD) stadium 1-3; LFG> 30 ml/menit).9
Selain itu, perlu juga dipertimbangkan hubungan antara kadar magnesium serum dan kadar
magnesium tubuh total, karena diketahui bahwa magnesium adalah kation intraselular
predominan. Obat-obat oral yang mengandung magnesium (pencahar dan antasida tertentu)
dapat menyebabkan hipermagnesemia, terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal, dan
sebaliknya, penggunaan diuretik juga dapat menurunkan kadar magnesium. 9
Meskipun ekskresi magnesium melalui ginjal sangat adaptif, kemampuan ini akan memburuk
ketika fungsi ginjal menurun secara signifikan. Pada stadium ringan sampai sedang (stadium 1-
3), meningkatnya fraksi ekskresi merupakan kompensasi dari menurunnya fungsi ginjal sehingga
kadar magnesium dipertahankan dalam kisaran normal. Pada stadium lanjut (stadium 4-5)
mekanisme kompensasi ginjal sudah tidak memadai lagi, sehingga hipermagnesemia sering
berkembang pada pasien dengan klirens kreatinin kurang dari 30 ml/menit, dan lebih turun lagi
pada klirens kreatinin < 10 ml/menit. Pada pasien dialisis, konsentrasi magnesium bergantung
terutama pada magnesium dialisat. Magnesium melintasi dialisis dan membran peritoneal dengan
mudah. Berbagai konsentrasi magnesium dialisat telah diselidiki pada pasien yang menjalani
hemodialisis (HD) atau peritoneal dialisis (PD). Konsentrasi magnesium dialisat 0.75 mmol/L
mungkin menyebabkan hipermagnesemia ringan, sedangkan konsentrasi 0.25 mmol/L sebagian
Gambar 2.3.4. Kalsifikasi intima dan media pada penyakit ginjal kronik. (A) distribusi irregular dan patchy (kalsifikasi
intima); (B dan C) rail-road track (kalsifikasi media); (D) Terdapat gambaran keduanya (kalsifikasi intima dan media).
Metode penilaiannya simpel, yaitu dengan menggunakan sistim skoring. Kauppila dkk,
dalam studinya yang berjudul kalsifikasi aorta abdominalis pada pasien hemodialisis, menilai
kalsifikasi dengan menggunakan abdominal aorta calcification scores (AAC scores),
penilaiannya menggunakan segmen aorta abdominalis yang berada di depan dari vertebrae
lumbal satu sampai keempat, dimana grade 0 artinya tidak ada deposit kalsifikasi di depan
vertebrae; grade 1 terdapat deposit kalsifikasi kurang dari 1/3 dari dinding aorta; grade 2 1/3-2/3
Gangguan
metabolisme mineral
(Ca, P, Mg) dan
tulang
Kalsifikasi pembuluh
darah
Penelitian ini akan melihat hubungan kadar magnesium serum terhadap kalsifikasi pembuluh
darah pada pasien hemodialisis reguler. Kadar magnesium serum merupakan variabel
independen, sementara kalsifikasi pembuluh darah merupakan variabel dependen.
= 59,122224
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 60
orang.
Komite etik
Pasien Hemodialisis
reguler
Sampel Penelitian
`
Pemeriksaan foto
Pemeriksaan
lateral lumbal
kadar magnesium
serum
Analisa Data
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap 2 variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 5% (𝛼 =
0,05) dengan nilai confidence interval yang ditetapkan adalah 95%. Keputusan dari hasil
uji statistik menggunakan nilai p. Jika nilai p ≤ 𝛼 maka ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Jika nilai p > 𝛼 maka tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Pada analisa bivariat digunakan uji
t/mann whitney karena variabel independen merupakan data numerik dan variabel
dependen merupakan data nominal dikotom.
Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 38 pasien (63,3%) dan berjenis kelamin wanita
sebanyak 22 pasien (36,7%). Nilai tengah indeks massa tubuh pada penelitian ini adalah
23,00(18,50-43,00) kg/m2 dengan rerata kadar albumin 3,95±0,34 g/dl. Nilai tengah skor AAC
pada penelitian ini adalah 4(0-21). Sebagian besar pasien berusia dibawah 50 tahun (40%),
pasien yang berusia diatas 60 tahun sebanyak 32%, sedangkan sisanya berusia antara 50-60
tahun (28%). Responden yang menjalani HD 3-5 tahun sebanyak 55%, sisanya menjalani HD
lebih dari 5 tahun sebanyak 45%. Sebagian besar pasien tidak memiliki penyakit diabetes
mellitus (78,3%), sisanya sebanyak 21,7% memiliki penyakit diabetes mellitus. Nilai tengah
kadar kalsium koreksi serum 10 mg/dl dengan kadar paling rendah 8,4 mg/dl dan kadar tertinggi
mg/dl
3
1 mg/dl
0
Mean Minimum Maximum
Dari data responden didapatkan bahwa kadar rata-rata magnesium 2,12 mg/dl dengan
kadar paling rendah 1,52 mg/dl dan kadar tertinggi 2,77 mg/dl.
Dari data responden didapatkan bahwa sebagian besar pasien mengalami kalsifikasi berat
(45%), sedangkan yang tidak memiliki kalsifikasi sebanyak 35%, sisanya mengalami kalsifikasi
ringan (20%).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari kadar magnesium kelompok yang tidak ada kalsifikasi dengan yang ada kalsifikasi dengan p
value 0,870 (>0,05).
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi sebesar -0,026 dengan p
value 0,845, artinya tidak ada korelasi antara kadar magnesium dengan skor AAC.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisis Univariat
Pada penelitian ini melibatkan responden dengan jenis kelamin pria (63,3%) lebih banyak
daripada wanita (36,7%), sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Ishimura dkk, dimana
penelitiannya melibatkan responden pria lebih banyak 226 (57,9%) daripada wanita 164
(42,1%).15
Pada penelitian ini usia responden lebih muda (52,88±11,16 tahun) dibandingkan
penelitian yang dilakukan oleh Ishimura dkk (59±13 tahun).15
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1.Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar magnesium serum kelompok yang tidak
ada kalsifikasi dengan yang ada kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis reguler.
2. Prevalensi kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis reguler yang menjalani HD ≥
3 tahun adalah sebagai berikut; 45% mengalami kalsifikasi berat dan 20% mengalami kalsifikasi
ringan.
6.2. Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar ataupun dengan desain
studi yang berbeda (kasus kontrol).
1. Massy Z, Drueke T. Magnesium and outcomes in patients with chronic kidney disease : focus
on vascular calsification, atherosclerosis and survival. Clin Kidney J. 2012;5(suppl 1):i52-
i61.
2. Foege J. Magnesium in CKD : more than a calcification inhibitor. J Nephrol. 2015;28:269-
277.
3. Epstein M. Should we target magnesium levels in patients with CKD. 2015. Medscape
Nephrolgy. 2015.
4. Jayalath R, Mangan S, Golledge J. Aortic calsification. Eur J Vasc Endovasc Surg.
2005;30:476-488.
5. Honkanen E, Kaupilla L, Wikstrom B, Rensma P, Krzesinski J, Aasarod K, et al. Abdominal
aortic calsification in dialysis patients. Nephrol Dial Transplant. 2008;23:4009-4015.
6. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. In: Buku Ajar Penyakit Dalam. 6th ed. 2014. p. 2159-6.
7. Suhardjono. Hemodialisis : Prinsip dasar dan pemakaian kliniknya. In: Buku Ajar Penyakit
Dalam. 6th ed. 2014. p. 2192-6.
8. Chen N, Moe S. Pathophysiology of vascular calsification in chronic kidney disease. Circ
Res. 2004;95:560-567.
9. Rodriguez M, L.M.de Francisco A. Magnesium : its role in CKD. Nefrologia.
2013;33(3):389-99.
10. Ketteler M, Jahnen-Dechent W. Magnesium basics. Clin Kidney J. 2012;5 (suppl 1):i3-i14.
11. Cunningham J, Rodriguez M, Messa P. Magnesium in chronic kidney disease stages 3 and 4
and in dialysis patients. Clin Kidney J. 2012;5(suppl 1):i39-i51.
12. Nassiri A, Hakemi M. Serum magnesium level and cardiovascular disease in dialysis
patients. Iranian Journal of Kidney Diseases. 2013;7:2-4.
13. Lillemark L, Ganz M, Barascuk N, Dam E, Nielsen M. Growth patterns of abdominal
atherosclerotic calsified deposits from lumbar lateral x-rays.
14. Bickle I, Kelly B. Abdominal x rays made easy : calsification. Student BMJ. 2002;10:272-
274.
Agama : Islam
Alamat : Jl. Prof Zulkarnaen, SH, no 14, Kecamatan medan baru 20154
Riwayat Pendidikan : 1. SD Ora et Labora, Jakarta (1987-1993)
2. SMPN XIII, Jakarta (1993-1996)
3. SMUN VI, Jakarta (1996-1999)
4. FK Universitas Kristen Indonesia, Jakarta (1999-2006)
LEMBAR PENJELASAN
Assalamualaikum Wr Wb
Saya Renti Woro Sismiastuti, saat ini sedang menjalani pendidikan Pasca-Sarjana Ilmu
Penyakit Dalam / Magister Klinik FK USU Medan, dan sedang melakukan penelitian yang
berjudul :
Hubungan Kadar Magnesium Serum Dengan Kalsifikasi Pembuluh Darah Pada Pasien
Hemodialisis Reguler
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar magnesium serum
dengan kalsifikasi pembuluh darah pada pasien hemodialisis reguler.
Adapun manfaatnya penelitian ini adalah sebagai masukkan bagi praktisi medis untuk
dapat membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kalsifikasi pembuluh darah
pada pasien hemodialisis reguler.
Lembar Persetujuan
( )
1. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Kode : X / Y
Tempat/Tanggal Lahir :
No.rekam medis :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
No. Telp/HP :
Riwayat Diabetes Mellitus :
Lama Hemodialisis :
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
mg/dl
Kadar magnesium serum
JADWAL PENELITIAN
PERSONALIA
PRAKIRAAN BIAYA
SUMBER DANA
Peneliti sendiri
3 = kalsifikasi berat
No sampel DM HT Kalsifikasi
23 1 1 2
38 0 1 2
110 0 1 3
101 0 0 3
18 1 0 2
40 0 1 3
74 0 1 3
42 1 0 2
15 0 1 1
28 1 1 3
41 0 1 3
9 0 1 3
6 1 0 2
4 0 1 1
56 0 1 1
49 1 1 2
57 0 1 1
117 0 1 3
71 0 1 3
78 0 0 3
30 1 1 1
39 0 1 3
62 0 1 1
20 0 1 3
100 0 1 2
36 0 1 2
104 0 1 1
22 1 1 1
31 0 1 1
79 0 1 1
107 1 0 1
102 0 1 1
50 0 1 1
109 0 0 1
51 0 1 3
32 0 0 1
103 0 0 2
24 0 0 2
70 0 1 1
69 0 0 3
111 0 0 3
82 0 1 1
43 0 0 3
52 1 1 3
53 0 1 3
118 1 1 3
14 0 0 3
75 1 1 1
65 0 0 3
16 0 0 3
98 0 1 2
35 0 0 1
7 0 1 3
26 0 1 1
3 0 0 1
33 0 1 3
66 0 1 3
63 0 0 3
38
43.00 4.4 1 10.3 1.518 ya
110
20.12 3.9 18 10 2.118 tidak
101
34.00 3.5 12 10.8 2.41 tidak
18
19.8 4.0 4 9.4 1.7 tidak
40
30.25 4.1 13 10.3 2.142 ya
74
23.2 3.7 12 9.3 1.774 ya
42
24.15 3.8 2 9.2 2.166 ya
15
23.00 3.9 0 10.3 2.508 ya
28
18.5 3.7 10 8.9 2.344 tidak
41
22.00 4.5 7 10 1.91 ya
9
22.35 4.2 11 10 2.084 tidak
6
23.00 4.0 4 10.1 1.77 ya
4
20.37 4.1 0 10.3 2.292 tidak
56
23.00 4.0 0 9.6 1.95 ya
49
24.40 4.1 1 8.9 2.292 ya
57
24.20 3.9 0 8.9 1.848 ya
117
24.00 4.0 5 10.5 2.35 tidak
29
27.4 3.9 4 9 2.148 ya
71
23.1 3.9 8 9.4 2.318 tidak
78
24.8 4.8 11 10.2 2.386 tidak
30
20.26 3.7 0 8.9 1.854 ya
39
34.6 4.4 6 10.5 1.868 ya
20
23.8 3.6 8 10.6 2.472 ya
100
21.89 4.1 2 10.3 2.332 tidak
36
27.34 4.2 3 9.6 2.134 ya
104
21.00 3.9 0 10.1 2.488 ya
22
23.00 3.7 0 10.4 2.624 ya
31
22.14 4.0 0 8.9 1.75 ya
79
30.11 3.5 0 10.2 1.84 tidak
107
25.45 4.3 0 10.1 2.516 ya
102
23.00 3.6 0 10.5 2.582 ya
50
23.71 4.3 0 8.5 1.716 tidak
109
24.23 4.2 0 9.3 2.484 ya
51
22.2 3.9 8 9 2.188 ya
32
19.1 3.8 0 8.4 1.696 ya
103
18.6 3.6 5 10.7 2.772 tidak
24
24.00 3.5 3 9.8 2.19 tidak
70
24.2 3.9 0 9.9 2.188 ya
69
22.9 3.7 5 10 1.964 tidak
111
29.20 4.3 19 9.2 2.386 tidak
82
25.2 4.3 0 10.1 2.516 tidak
58
20.00 3.8 16 10 2.316 ya
43
22.91 4.0 12 9.7 1.9 ya
52
21.00 3.7 11 9.4 1.904 ya
53
20.41 4.0 7 9.5 2.1 tidak
14
22.00 4.3 6 9.9 1.926 ya
75
22.4 3.9 0 8.9 2.148 ya
65
41.5 4.1 5 10.3 2.332 ya
16
22.4 2.9 6 11.6 2.238 ya
98
22.8 3.2 2 10.7 2.524 tidak
35
22.3 4.9 0 9.6 1.698 tidak
7
22.48 4.1 21 10.3 1.592 tidak
26
30.6 3.6 0 9.7 2.362 ya
3
21.00 4.5 0 10.5 1.85 tidak
33
26.9 3.7 6 9.2 1.824 ya
66
26.07 3.7 14 9.1 1.884 ya
63
21.00 3.8 11 10.1 2.316 tidak
Cases
Descriptives
Median 9.8500
Variance .464
Minimum 8.20
Range 2.70
Median 2.1500
Variance .085
Minimum 1.55
Maximum 2.74
Range 1.19
Median 5.4500
Variance .438
Minimum 4.10
Maximum 6.80
Range 2.70
Median 56.0000
Variance 728.603
Minimum 36.00
Maximum 142.00
Range 106.00
Median 56.0000
Variance 124.681
Minimum 26.00
Maximum 69.00
Range 43.00
Median 3.9000
Variance .119
Maximum 4.90
Range 2.00
Median 23.0000
Variance 22.377
Minimum 18.50
Maximum 43.00
Range 24.50
Descriptives
Median 10.0000
Variance .437
Minimum 8.40
Maximum 11.60
Range 3.20
Descriptives
Median 2.1480
Variance .088
Minimum 1.52
Maximum 2.77
Range 1.25
Descriptives
Median 4.0000
Variance 31.147
Minimum .00
Maximum 21.00
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Analisis Univariat
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pria 38 63.3 63.3 63.3
Wanita 22 36.7 36.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 50 Tahun 24 40.0 40.0 40.0
50-60 Tahun 17 28.3 28.3 68.3
> 60 Tahun 19 31.7 31.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Lama HD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 3-5 Tahun 33 55.0 55.0 55.0
> 5 Tahun 27 45.0 45.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 47 78.3 78.3 78.3
Ya 13 21.7 21.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Kalsifikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Ada 21 35.0 35.0 35.0
Kalsifikasi Ringan 12 20.0 20.0 55.0
Kalsifikasi Berat 27 45.0 45.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Kalsifikasi
Descriptive Statistics
Valid N 60
(listwise)
Descriptive Statistics
Valid N 60
(listwise)
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 60
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 60
Analisis Bivariat
t-independen
Group Statistics
Sig. (2-
F Sig. t df tailed) Mean Difference
Korelasi Spearman
Korelasi Magnesium dengan Skor AAC
Correlations
Magnesium_kore
skor_AAC ksi
N 60 60
N 60 60