Anda di halaman 1dari 41

Ayo ikut kompetisi fotografi internasional Wiki Cinta Alam.

Periode kompetisi 1-31 Mei


2021. Klik disini untuk baca informasi selengkapnya.

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di   Facebook,   Twitter,   Instagram, dan   Telegram

Soekarno
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Dr. (H.C.) Ir. H.
Soekarno

Presiden Indonesia ke-1

Masa jabatan

18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967

Perdana Menteri Daftar[tampilkan]

Wakil Presiden Mohammad Hatta (1945–1956)

Pendahulu Tidak ada, jabatan baru


Pengganti Soeharto

Perdana Menteri Indonesia ke-11

Masa jabatan

9 Juli 1959 – 25 Juli 1966

Pendahulu Djuanda Kartawidjaja

Pengganti Soeharto

(Ketua Presidium Kabinet)

Informasi pribadi

Lahir Koesno Sosrodihardjo

6 Juni 1901
 Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda

Meninggal dunia 21 Juni 1970 (umur 69)


 Jakarta, Indonesia

Kebangsaan  Indonesia

Partai politik  Partai Nasional Indonesia (1927–1931)

Pasangan Oetari (1921–1923) 

Inggit Garnasih (1923–1943) 

Fatmawati (1943–1956) 

Hartini (1953–1970) 

Kartini Manoppo (1959–1968) 

Ratna Sari Dewi (1962–1970) 

Haryati (1963–1966) 

Yurike Sanger (1964–1968) 

Heldy Djafar (1966–1969)

Anak Dari Inggit[tampilkan]

Dari Fatmawati[tampilkan]
Dari Hartini[tampilkan]

Dari Ratna[tampilkan]

Dari Haryati[tampilkan]

Dari Kartini Manoppo[tampilkan]

Soekemi Sosrodihardjo
Orang tua
Ida Ayu Nyoman Rai

Profesi Insinyur

Politikus

Guru

Tanda tangan

Artikel ini merupakan bagian dari seri


Soekarno

Pra-kemerdekaan

 PNI
 Partindo
 PETA
 BPUPKI 
o Pancasila
 PPKI
 Revolusi Nasional Indonesia
o Proklamasi Kemerdekaan

Kabinet
 Presidensial
 Sjahrir I
 II
 III
 Amir I
 II
 Hatta I 
o Darurat
 II
 RIS 
o Susanto
o Halim
 Natsir
 Sukiman
 Wilopo
 Ali I
 Burhanuddin
 Ali II
 Djuanda
 Kerja I
 Kerja II
 III
 IV
 Dwikora 
o Disempurnakan
o Disempurnakan II
 Ampera
Presiden Pertama Indonesia

Pemberontakan

 APRA
 Ambon
 Permesta
 DI/TII

Dalam negeri

 Marhaenisme
 Demokrasi Terpimpin
o Dekret 5 Juli
 Monas
 PKI 
o G30S
o Supersemar
 Kejatuhan 
o De-Soekarnoisasi

Kebijakan luar negeri

 Gerakan Non-Blok 
o Konferensi Asia-Afrika
 Pesta Olahraga Asia 1962
 CONEFO
o GANEFO
o gedung
 Irian Barat 
o Trikora
o Pepera
 Konfrontasi 
o Krisis Selat Sunda

Pidato
 Indonesia Menggugat
 Tahun Vivere Pericoloso
Keluarga
 Istri 
o Fatmawati
o Dewi
 Anak 
o Rukmini
o Megawati
o Rachmawati
o Sukmawati
o Guruh

Media dan warisan


 Makam
 Soekarno
 Rumah pengasingan
 Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta
 Stadion Gelora Bung Karno

 l
 b
 s

Pidato Soekarno pada


peringatan Maulud Nabi
Muhammad S.A.W

MENU

0:00
Pidato Soekarno pada
peringatan Maulud Nabi
Muhammad S.A.W

Bermasalah memainkan berkas-berkas


ini? Lihat bantuan media.

Video luar

Arsip Konferensi Asia-Afrika di Bandung

 Konfrensi Asia Afrika oleh Humas Arsip Nasional RI.

Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno1 (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno


Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal
di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun)[note 1][note 2] adalah Presiden
pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945–1967. [5]  Ia adalah :11, 81

seorang tokoh perjuangan yang memainkan peranan penting dalam memerdekakan


bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. [6]  Ia adalah Proklamator
:26-32

Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada


tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep
mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang
menamainya.[6]
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang
kontroversial, yang isinya —berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar
Angkatan Darat— menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan
menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. [6] Supersemar menjadi
dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen.
[6]
 Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno
diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada
tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden
Republik Indonesia.[6]

Daftar isi

 1Nama
o 1.1Achmed Soekarno
 2Kehidupan
o 2.1Masa kecil dan remaja
o 2.2Sebagai arsitek
 2.2.1Pekerjaan
 2.2.2Pengaruh terhadap karya arsitektur
o 2.3Silsilah keluarga
 3Kiprah politik
o 3.1Masa pergerakan nasional
o 3.2Masa penjajahan Jepang
o 3.3Masa Perang Revolusi
o 3.4Masa kemerdekaan
o 3.5Masa marabahaya
 3.5.1Granat Cikini
 3.5.2Penembakan Istana Presiden
 3.5.3Pencegatan Rajamandala
 3.5.4Granat Makassar
 3.5.5Penembakan Idul Adha
 3.5.6Penembakan mortir Kahar Muzakar
 3.5.7Granat Cimanggis
 3.5.8Upaya pembunuhan karakter
o 3.6Masa embargo negara Adi Kuasa
o 3.7Masa keterpurukan
 4Sakit hingga meninggal
 5Peninggalan
 6Penghargaan
o 6.1Gelar Doctor Honoris Causa
o 6.2Lain-lain
 7Karya tulis
 8Pidato
 9Musik
 10Budaya populer
o 10.1Buku
o 10.2Lagu
o 10.3Film, televisi, dan panggung pertunjukan
 11Catatan
 12Galeri
 13Referensi
 14Lihat pula
 15Pranala luar

Nama
Soekarno lahir dengan nama Kusno yang diberikan oleh orangtuanya.[5] Akan tetapi,
karena ia sering sakit maka ketika berumur sebelas tahun namanya diubah menjadi
Soekarno oleh ayahnya.[5][7]  Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang
:35-36

dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna.[5][7] Nama "Karna" menjadi "Karno" karena


dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki
arti "baik".[7]
Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti olehnya
sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan
penjajah (Belanda).[7]  Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda
:32

tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum
dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu
tidak mudah untuk mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun. [7]  Sebutan
:32

akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno.


Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed
Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke
Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil
Soekarno?"[8] karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian penamaan di
Indonesia, terutama nama Jawa, yang hanya menggunakan satu nama saja atau
tidak memiliki nama keluarga.
Soekarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah
haji.[9] Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan
nama Soekarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang
melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan
negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia [10] dijelaskan bahwa
namanya hanya "Sukarno" saja, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal
yang tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata.

Kehidupan
Masa kecil dan remaja

Rumah masa kecil Bung Karno

Soekarno dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi


Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai.[5]Keduanya bertemu ketika
Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah
Dasar Pribumi di Singaraja, Bali.[5]Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan
dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.
[5]
Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno
lahir.[11]  Ketika kecil Soekarno tinggal bersama
:4-6, 247-251

kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.[5]


Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto,
mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. [5] Di Mojokerto, ayahnya
memasukkan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja.
[11]
 Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere
School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hogere Burger School(HBS).
[5]
 Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan
berhasil melanjutkan ke HBS di Surabaya, Jawa Timur. [5] Ia dapat diterima di HBS
atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.
[5]
 Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan
kediamannya.[5] Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para
pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu,
seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.[5] Soekarno
kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo.[5] Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti
menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918.[5] Selain itu, Soekarno juga aktif
menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. [11]

Soekarno sewaktu menjadi siswa HBS Soerabaja

Soekarno bersama mahasiswa pribumi TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M.
Anwari, Soetedjo, Soetojo, Soekarno, R. Soemani, Soetono, R. M. Koesoemaningrat, Djokoasmo, Marsito.
Duduk di depan: Soetoto, M. Hoedioro, Katamso.

Tamat HBS Soerabaja bulan Juli 1921[12], bersama Djoko Asmo rekan satu angkatan


di HBS, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoogeschool te
Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil pada
tahun 1921,[1]  setelah dua bulan dia meninggalkan kuliah, tetapi pada
:38

tahun 1922 mendaftar kembali[1]  dan tamat pada tahun 1926.[13] Soekarno dinyatakan


:38

lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926 dan pada Dies Natalis ke-6 TH


Bandung tanggal 3 Juli 1926 dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.
[1]
:37
 Prof. Jacob Clay selaku ketua fakultas pada saat itu menyatakan "Terutama
penting peristiwa itu bagi kita karena ada di antaranya 3 orang insinyur orang Jawa".
[1]
:37
 Mereka adalah Soekarno, Anwari, dan Soetedjo, [14]  selain itu ada seorang lagi
:167

dari Minahasa yaitu Johannes Alexander Henricus Ondang. [14] :167

Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan


anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto.[5] Di sana ia berinteraksi
dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang
saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Sebagai arsitek
Bung Karno adalah presiden pertama Indonesia yang juga dikenal
sebagai arsitek alumni dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB)
di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1926. [note
   
3] [note 4] [15]

Pekerjaan

 Ir. Soekarno pada tahun 1926 mendirikan biro insinyur


bersama Ir. Anwari, banyak mengerjakan rancang
bangun bangunan. Selanjutnya bersama
Ir. Rooseno juga merancang dan membangun rumah-
rumah dan jenis bangunan lainnya.
 Ketika dibuang di Bengkulu menyempatkan merancang
beberapa rumah dan merenovasi total masjid Jami' di
tengah kota.[16]
Pengaruh terhadap karya arsitektur
Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang
dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari
bulan Mei sampai Juli pada tahun 1956 ke negara-negara Amerika
Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir
Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan
menampilkannya sebagai negara yang baru merdeka. [17]
Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah (muka) Indonesia terkait beberapa
kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga
merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat
pemerintahan pada masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau
atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich
Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek junior untuk visualisasi.
Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara. [18]

 Masjid Istiqlal 1951
 Monumen Nasional 1960
 Gedung Conefo [18]
 Gedung Sarinah [18]
 Wisma Nusantara [18]
 Hotel Indonesia 1962 [19]
 Tugu Selamat Datang[19]
 Monumen Pembebasan Irian Barat[19]
 Patung Dirgantara[19]
 Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke
Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno
tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural
kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat
bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam
bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya
melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-
besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai
bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi
dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf [15]
 Rancangan skema Tata Ruang
Kota Palangkaraya yang diresmikan pada tahun 1957 [15]

Silsilah keluarga
Kembangkan
Silsilah keluarga

Kiprah politik
Artikel atau bagian artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber
tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel
ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu.
Cari sumber: "Soekarno" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR

Garis waktu masa


jabatan Presiden
Indonesia
Soekarno tampil pertama kali pada kulit muka majalah Time tanggal 23 Desember 1946 Vol. XLVIII No. 26,
ilustrasi karya Boris Chaliapin untuk media asal Amerika tersebut

Masa pergerakan nasional


Soekarno untuk pertama kalinya menjadi terkenal ketika dia menjadi anggota Jong
Java cabang Surabaya pada tahun 1915. Bagi Soekarno sifat organisasi tersebut
yang Jawa-sentris dan hanya memikirkan kebudayaan saja merupakan tantangan
tersendiri. Dalam rapat pleno tahunan yang diadakan Jong Java cabang Surabaya
Soekarno menggemparkan sidang dengan berpidato menggunakan bahasa
Jawa ngoko (kasar). Sebulan kemudian dia mencetuskan perdebatan sengit dengan
menganjurkan agar surat kabar Jong Java diterbitkan dalam bahasa Melayu saja,
dan bukan dalam bahasa Belanda.[20]
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC)[note 5][22] di
Bandung yang merupakan hasil inspirasi dari Indonesische Studie Club oleh Dr.
Soetomo.[5] Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang
didirikan pada tahun 1927.[13] Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap
Belanda pada tanggal 29 Desember 1929 di Yogyakarta dan esoknya dipindahkan
ke Bandung, untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy. Pada tahun 1930 ia
dipindahkan ke Sukamiskin dan di pengadilan Landraad Bandung 18 Desember
1930 ia membacakan pleidoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat, hingga
dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo),
yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan
Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh
tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam
setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia
baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942–1945), pemerintah Jepang sempat tidak
memerhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk "mengamankan"
keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan
tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memerhatikan dan sekaligus
memanfaatkan tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan lain-
lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati
penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai,
Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno,
Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, dan lain-lainnya disebut-sebut dan
terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerja sama dengan
pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski
ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir
Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks
proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerja sama
dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan
sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah
merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar dasar pemerintahan Indonesia
termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk
menyingkir ke Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh
Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke
Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan
Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut.
Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut,
karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar
Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi,
pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian
menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat
Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat
Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang, antara lain dalam
kasus romusha.
Masa Perang Revolusi

Ruang tamu rumah persembunyian Bung Karno di Rengasdengklok.

Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri


menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Kecil yang
terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam
Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Soekarno-Hatta
mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad
Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela
Tanah Air (PETA) Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara
lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar
Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena di
Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah
menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh
menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan
lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan momen tepat untuk
kemerdekaan Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu
bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini
merupakan bulan turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad
SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad
Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden
dikukuhkan oleh KNIP. Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno
dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada tempat
200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih
bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip
Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de
facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden
Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi
yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu (di bawah
Inggris), meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya
Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya
memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil
presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.

Presiden Soekarno dan Nikita Khruschev dalam sebuah pertemuan Kepala Negara

Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden


selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive).
Selama revolusi kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semi
presidensiil atau double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan
Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena
adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November
1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap
negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan
Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa
Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden
Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara
ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya
dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta
adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat
menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan

Kunjungan Presiden Soekarno ke Amerika pada 1961 yang disambut oleh Presiden John F. Kennedy
Presiden Soekarno, Presiden Osvaldo Dorticos, Fidel Castro dan Che Guevara, pada 9 Mei 1960,
kunjungan kenegaraan ke Havana, Kuba

Soekarno berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, Tiongkok

Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai


Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik
Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri
RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang
kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh
rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17
Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden
Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan
Presiden RI diserahkan kembali kepada Soekarno. Resminya kedudukan Presiden
Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan
pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat di kalangan rakyat
dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh
bangunnya kabinet yang terkenal sebagai "kabinet seumur jagung" membuat
Presiden Soekarno kurang memercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya
sebagai "penyakit kepartaian". Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi
konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet.
Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia
Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum
merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan
presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan
Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasasila Bandung. Bandung
dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat "bom waktu"
yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih
mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan
munculnya perang nuklir yang mengubah peradaban, ketidakadilan badan-badan
dunia internasional dalam penyelesaian konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama
Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali
Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia
mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat
jasanya itu, banyak negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun
sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat
ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-
negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan
Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
[butuh rujukan]
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional,
Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-
pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John
Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse
Tung (Tiongkok).
Masa marabahaya

Soekarno di antara barisan prajurit

Soekarno, Presiden Indonesia pertama, sedikitnya pernah mengalami percobaan


pembunuhan lebih dari satu kali, Putrinya, Megawati Soekarnoputri pernah
menyebut angka 23. "Saya ingin mengambil satu contoh konkret, Presiden Soekarno
itu mengalami percobaan pembunuhan dari tingkat yang namanya baru rencana
sampai eksekusi (sebanyak) 23 kali," tutur Mega pada Juli 2009. Sementara itu,
angka lebih kecil keluar dari mulut Sudarto Danusubroto. Dia ajudan presiden pada
masa-masa akhir kekuasaan Soekarno. Sudarto pernah mengatakan ada 7 kali
percobaan pembunuhan terhadap Soekarno. Jumlah ini pernah diamini oleh eks
Wakil Komandan Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan. Namun bekas pengawal
pribadinya, hanya mampu mengingat 7 kali upaya percobaan pembunuhan. [23]
Granat Cikini
Pada 30 November 1957, Presiden Soekarno datang ke Perguruan Cikini (Percik),
tempat bersekolah putra-putrinya, dalam rangka perayaan ulang tahun ke-15 Percik.
Granat tiba-tiba meledak di tengah pesta penyambutan presiden. Sembilan orang
tewas, 100 orang terluka, termasuk pengawal presiden. Soekarno sendiri beserta
putra-putrinya selamat. Tiga orang ditangkap akibat kejadian tersebut. Mereka
perantauan dari Bima yang dituduh sebagai antek teror gerakan DI/TII. [23]
Penembakan Istana Presiden
Pada 9 Maret 1960, Tepat siang bolong Istana presiden dihentakkan oleh ledakan
yang berasal dari tembakan kanon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel
Maukar. Maukar adalah Letnan AU yang telah dipengaruhi Permesta. Kanon yang
dijatuhkan Maukar menghantam pilar dan salah satunya jatuh tak jauh dari meja
kerja Soekarno. Untunglah Soekarno tak ada di situ. Soekarno tengah memimpin
rapat di gedung sebelah Istana Presiden. Maukar sendiri membantah ia mencoba
membunuh Soekarno. Aksinya hanya sekadar peringatan. Sebelum menembak
Istana Presiden, dia sudah memastikan tak melihat bendera kuning dikibarkan di
Istana – tanda presiden ada di Istana. Aksi ini membuat 'Tiger', call sign Maukar,
harus mendekam di bui selama 8 tahun.[23]
Pencegatan Rajamandala
Pada April 1960, Perdana Menteri Uni Soviet saat itu, Nikita Kruschev mengadakan
kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Dia menyempatkan diri mengunjungi Bandung,
Yogya dan Bali. Presiden Soekarno menyertainya dalam perjalanan ke Jawa Barat.
Tatkala, sampai di Jembatan Rajamandala, ternyata sekelompok anggota DI/TII
melakukan pengadangan. Beruntung pasukan pengawal presiden sigap meloloskan
kedua pemimpin dunia tersebut.[23]
Granat Makassar
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno tengah berada di Makassar. Malam itu, ia
akan menghadiri acara di Gedung Olahraga Mattoangin. Ketika itulah, saat melewati
jalan Cendrawasih, seseorang melemparkan granat. Granat itu meleset, jatuh
mengenai mobil lain. Soekarno selamat. Pelakunya Serma Marcus Latuperissa dan
Ida Bagus Surya Tenaya divonis hukuman mati. [23]
Penembakan Idul Adha
Pada 14 Mei 1962, Bachrum sangat senang ketika berhasil mendapatkan posisi
duduk pada saf depan dalam barisan jemaah salat Idul Adha di Masjid Baiturahim.
Begitu melihat Soekarno, dia mencabut pistol yang tersembunyi di balik jasnya,
moncong lalu diarahkan ke tubuh Soekarno. Dalam sepersekian detik ketika
tersadar, arah pun melenceng, dan peluru meleset dari tubuh Soekarno,
menyerempet Ketua DPR GR KH Zainul Arifin. Haji Bachrum divonis hukuman mati,
namun kemudian dia mendapatkan grasi.[23]
Penembakan mortir Kahar Muzakar
Pada 1960-an, Presiden Soekarno dalam kunjungan kerja ke Sulawesi. Saat berada
dalam perjalanan keluar dari Lapangan Terbang Mandai, sebuah peluru mortir
ditembakkan anak buah Kahar Muzakkar. Arahnya kendaraan Bung Karno, tetapi
ternyata meleset jauh. Soekarno sekali lagi, selamat. [23]
Granat Cimanggis
Pada Desember 1964, Presiden Soekarno dalam perjalanan dari Bogor menuju
Jakarta. Rombongannya membentuk konvoi kendaraan. Dalam laju kendaraan yang
perlahan, mata Soekarno sempat bersirobok dengan seorang lelaki tak dikenal di
pinggir jalan. Perasaan Soekarno kurang nyaman. Benar saja, lelaki itu
melemparkan sebuah granat ke arah mobil presiden. Beruntung, jarak
pelemparannya sudah di luar jangkauan mobil yang melaju. Soekarno pun selamat.
[23]

Upaya pembunuhan karakter

Presiden Soekarno dan Dr.J. Leimena bernyanyi bersama para artis ibukota pada Resepsi Peringatan
HUT ke-21 Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Bogor.

Dekade 1950-an dan 1960-an, Amerika melalui perpanjangtanganannya Central


Intelligence Agency melancarkan misi rahasia yang bertujuan membunuh karakter
dan kewibawaan Presiden Soekarno melalui agitasi dan propaganda media popular
via produksi film porno yang diperankan oleh pemeran yang mirip Soekarno. Tujuan
dari kampanye hitam ini adalah mengubah persepsi masyarakat internasional
terhadap Soekarno yang anti kapitalisme dan mengagumi kaum Hawa tetapi tunduk
tak berdaya di bawah kendali agen rahasia Rusia. [24][25]
"Kesuksesan itu menginspirasi para pejabat CIA membuat langkah lebih jauh lagi.
Mereka berniat memproduksi film porno Soekarno dengan seorang wanita pirang
yang dibuat seolah-olah pramugari Rusia itu," tulis Blum mengutip pengakuan
mantan agen CIA, Joseph Burkholder Smith, yang menulis buku Portrait of a Cold
Warrior. Kepala Kepolisian Los Angeles sampai turun tangan mencari pria berkulit
gelap yang sedikit botak dan wanita pirang yang cantik. Tak ada yang mirip
Soekarno, CIA membuat topeng khusus yang mirip Soekarno kemudian dikirim ke
Los Angeles. Bintang porno disuruh memakai topeng Soekarno selama beradegan
mesum. CIA merekam dan mengambil foto-foto adegan biru tersebut. [24]
Menurut Kenneth J. Conboy dan James Morrison dalam Feet to the Fire: CIA Covert
Operations in Indonesia, 1957–1958, film porno itu dikerjakan di studio Hollywood
yang dioperasikan Bing Crosby dan saudaranya. Film ini dimaksudkan sebagai
bahan bakar tuduhan bahwa Soekarno (diperankan pria Chicano) mempermalukan
diri dengan meniduri agen Soviet (diperankan perempuan pirang Kaukasia) yang
menyamar sebagai pramugari maskapai penerbangan. “Proyek ini menghasilkan
setidaknya beberapa foto, meski tampaknya tak pernah digunakan,” tulis William
Blum dalam Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II. [25]
Namun foto-foto itu akhirnya tak jadi disebarluaskan. Banyak versi kenapa CIA batal
menyebarkan adegan mesum itu. Sebagian peneliti menilai kampanye hitam seperti
itu tak mempan untuk menjatuhkan Soekarno. Apalagi ada mitos yang percaya jika
seorang laki-laki "gagah" dan "berkuasa", maka dirasa sah-sah saja berhubungan
dengan banyak wanita, terutama mengingat bahwa raja-raja di Nusantara pun dulu
memiliki banyak istri dan selir.[24] Nasib akhir dari film yang berjudul Happy Days pada
akhirnya tak pernah dilaporkan.[25]
Masa embargo negara Adi Kuasa

Zhou Enlai, Presiden Soekarno, dan Kawashima pada saat Peringatan 10 Tahun Konferensi Asia


Afrika di Bandung pada 19 April 1965.

Pada masa pra maupun paska kemerdekaan, Indonesia terjepit pada dua blok
negara Adi Kuasa dengan ideologi yang bertentangan satu sama lain. Blok kapitalis
yang dikomandoi Amerika dan sekutu di satu sisi, dan blok kiri yang diperebutkan
antara poros Rusia dan Tiongkok. Amerika melakukan kebijakan embargo terhadap
Indonesia karena menilai kecenderungan Soekarno dekat dengan blok rival.
Amerika tidak dapat berkutik ketika Allen Lawrence Pope, agen Central Intelligence
Agency tertangkap tangan. Tawar-menawar penangkapan Allen Pope, Amerika
Serikat akhirnya menyudahi embargo ekonomi dan menyuntik dana ke Indonesia,
termasuk menggelontorkan 37 ribu ton beras dan ratusan persenjataan yang
dibutuhkan Indonesia saat itu setelah diplomasi tingkat tinggi antara John F.
Kennedy dengan Soekarno.[26] Sementara Uni Soviet menerapkan embargo militer
terhadap Indonesia karena genosida terhadap elemen kiri, orang Partai Komunis
Indonesia pada tahun 1965–1967.[27] Indonesia sendiri terjepit di antara geopolitik
Asia Tenggara, Malaysia yang dianggap Soekarno adalah negara boneka Inggris,
juga Singapura yang memisahkan diri sebagai negara baru pada 9 Agustus 1965.
Soekarno mengumumkan sikap konfrontatif terhadap pembentukan negara federasi
Malaysia pada Januari 1963. Sehingga pada 1964–1965 negara federasi Malaysia
yang dideklarasikan 16 September 1963 tersebut diembargo Soekarno. [28] Singapura
membuka keran kerja sama dan berusaha dengan segala cara untuk
mempertahankan perdagangan dengan Indonesia meski telah diboikot dan
diembargo. Hal ini dianggap merugikan aspek ekonomi bagi Singapura akibat
konfrontasi tersebut.[29]
Masa keterpurukan
Situasi politik Indonesia menjadi tidak menentu setelah enam jenderal dibunuh
dalam peristiwa yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September atau G30S
pada 1965.[13][30]Pelaku sesungguhnya dari peristiwa tersebut masih merupakan
kontroversi walaupun PKI dituduh terlibat di dalamnya. [13] Kemudian massa dari KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia)
melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang
salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan. [30] Namun, Soekarno menolak untuk
membubarkan PKI karena bertentangan dengan
pandangan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme).[6][30] Sikap Soekarno yang
menolak membubarkan PKI kemudian melemahkan posisinya dalam politik. [6][13]
Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret yang
ditandatangani oleh Soekarno.[30] Isi dari surat tersebut merupakan perintah
kepada Letnan JenderalSoeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna
menjaga keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. [30] Surat
tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat
menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya
sebagai organisasi terlarang.[30] Kemudian MPRS pun mengeluarkan dua
Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi
TAP MPRS dan TAP No. XV/1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto
sebagai pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden
berhalangan.[31]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban mengenai sikapnya
terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-IV MPRS.[30] Pidato tersebut
berjudul "Nawaksara" dan dibacakan pada 22 Juni 1966.[6] MPRS kemudian meminta
Soekarno untuk melengkapi pidato tersebut. [30] Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun
disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian ditolak oleh
MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.[30]
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat
Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.[31] Dengan ditandatanganinya
surat tersebut maka Soeharto de facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.
[31]
 Setelah melakukan Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan
Presiden Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat
Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan umum berikutnya.
[31]

Sakit hingga meninggal


Pemakaman Soekarno pada 22 Juni 1970 di Blitar, Jawa Timur.

Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur.

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak bulan Agustus 1965.


[31]
 Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap gangguan ginjal dan pernah menjalani
perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[31]Prof. Dr. K. Fellinger dari
Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno
diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional. [31] Ia
bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21
Juni 1970 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot
Subroto, Jakarta dengan status sebagai tahanan politik.[5][31] Jenazah Soekarno pun
dipindahkan dari RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.
[31]
 Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno sempat
dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan anggota tim dokter
kepresidenan.[31] Tidak lama kemudian dikeluarkanlah komunike medis yang
ditandatangani oleh Ketua Prof. Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor
Jenderal TNI dr.Roebiono Kertopati.[31]
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut: [31]

1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam 20.30


keadaan kesehatan Soekarno semakin memburuk
dan kesadaran berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi, Soekarno
dalam keadaan tidak sadar dan kemudian pada jam
07.00 Ir. Soekarno meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha
mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga saat
meninggalnya.
Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan di Istana Batu
Tulis, Bogor, namun pemerintahan Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa
Timur, sebagai tempat pemakaman Soekarno. [31] Hal tersebut ditetapkan lewat
Keppres RI No. 44 tahun 1970.[31] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari setelah
kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya bersebelahan dengan makam
ibunya.[31] Upacara pemakaman Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M.
Panggabean sebagai inspektur upacara. [31]Pemerintah kemudian menetapkan masa
berkabung selama tujuh hari.[31]

Peninggalan
Rumah Proklamasi yang merupakan bekas kediaman Soekarno sekitar tahun 1950-1960. Di depannya,
tampak Tugu Proklamasi.

Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962.

Jalan Proklamasi, yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur, [32] merupakan


letak bekas kediaman Soekarno yang berada di Jakarta Pusat. Rumah tersebut
diberikan oleh Syech Faradj bin Martak.[butuh rujukan] Rumah tersebut menjadi saksi bisu
Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan di
sana.[33] Kediaman Bung Karno yang dijadikan tempat pembacaan naskah proklamasi
kemerdekaan pun sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan kehadiran Tugu
Proklamasi dengan patung Soekarno-Hatta yang menggambarkan suasana
pembacaan teks Proklamasi pada tahun 1945 dahulu. [34]
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6 Juni 2001, maka
Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100 Tahun Bung Karno".[11]  Prangko :247-251

yang diterbitkan merupakan empat buah prangko berlatar belakang bendera Merah


Putih serta menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi
Presiden Republik Indonesia.[11] Prangko pertama memiliki nilai nominal Rp500 dan
menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah menengah. Yang kedua bernilai
Rp800 dan gambar Soekarno ketika masih di perguruan tinggi tahun 1920-an
terpampang di atasnya. Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900
serta menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI. Prangko yang
terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi Presiden dan bernominal Rp1000.
Keempat prangko tersebut dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5
juta set oleh Perum Peruri.[11] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia
menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi prangko, empat
jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta tiga desain kaus Bung Karno. [11]
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh Pemerintah Kuba pada
tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut menampilkan gambar Soekarno dan
presiden Kuba Fidel Castro.[35] Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80
Fidel Castro dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada tahun 1958.
Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno, didirikan sebagai
sarana keperluan penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada
masa Orde Baru, kompleks olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan.
Tapi sesuai keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali
pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini dilakukan
dalam rangka mengenang jasa Bung Karno. [36]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno. Dua di
antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan Bung Karno.
Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang mencetuskan ide untuk
membangun universitas dengan pemahaman yang diajarkan Bung Karno. Yayasan
ini dipimpin oleh Rachmawati Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati.
Pada tahun 25 Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi meneruskan
pemikiran Bung Karno, Nation and Character Building kepada mahasiswa-
mahasiswanya.[37]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk mengumpulkan dan
melestarikan benda-benda seni maupun nonseni kepunyaan Soekarno yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia.[38] Yayasan tersebut didirikan pada
tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan putra-putri Soekarno yaitu Guntur
Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra,
dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[38] Pada tahun 2003, Yayasan Bung Karno
membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.[11] Di stan tersebut ditampilkan video
pidato Soekarno berjudul "Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung
Landraad tahun 1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden. [11] Selain
memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno dijual di stan
tersebut.[11] Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin emas, CD berisi pidato
Soekarno, serta kartu pos Soekarno.[11]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku memiliki harta benda
warisan Soekarno.[11] Soenuso mengaku merupakan mantan sersan
dari Batalyon ArtileriPertahanan Udara Sedang.[11] Ia pernah menunjukkan benda-
benda yang dianggapnya sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan
di rumahnya di Cileungsi, Bogor.[11] Benda-benda tersebut antara lain sebuah
lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam register emas
JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM Mathey London serta
plakat logam berwarna kuning dengan tulisan ejaan lama berupa deposito hibah.
[11]
 Selain itu terdapat pula uang UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat
deposito obligasi garansi di Bank Swiss dan Bank Netherland.[11] Meskipun emas
yang ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang
memastikan keaslian dari emas tersebut. [39]

Penghargaan
Gelar Doctor Honoris Causa
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari
26 universitas di dalam dan luar negeri.[40]

Tanggal Gelar yang Dianugerahkan Nama Universitas, Kota, Negara


10 Januari Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum
Far Eastern University, Manila, Filipina
1951 (Doctor of Law)

19 September Universitas Gajah


Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum
1951 Mada, Yogyakarta, Indonesia

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Columbia University, New


24 Mei 1956
(Doctor of Law) York, Amerika Serikat

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Michigan


27 Mei 1956
(Doctor of Law) University, Michigan, Amerika Serikat

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


8 Juni 1956 McGill University, Montreal, Kanada
(Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Teknik Berlin University, Berlin Barat, Jerman


23 Juni 1956
(Doctor of Technical Science) Barat

11 September Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


Lomonosov University, Moskow, Rusia
1956 (Doctor of Law)

13 September Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum Beograd


1956 (Doctor of Law) University, Belgrado, Yugoslavia

23 September Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


Karlova University, Praha, Cekoslovakia
1956 (Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


27 April 1959 Istanbul University, Istanbul, Turki
(Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


30 April 1959 Warsaw University, Warsawa, Polandia
(Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum


20 Mei 1959 Brazil University, Rio de Janeiro, Brazil
(Doctor of Law)

11 April 1960 Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Politik Sofia University, Sofia, Bulgaria
(Doctor of Political Science)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Politik Bucharest


13 April 1960
(Doctor of Political Science) University, Bukarest, Rumania

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Mesin Budapest


17 April 1960
(Doctor of Engineering) University, Budapest, Hungaria

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Falsafah


24 April 1960 Al-Azhar University, Kairo, Mesir
(Doctor of Philosophy)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Sosial dan


5 Mei 1960 La Paz University, La Paz, Bolivia
Politik

13 September Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Teknik Institut Teknologi


1962 (Doctor of Technical Science) Bandung, Bandung, Indonesia

2 Februari Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
1963 Pengetahuan Kemasyarakatan

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Universitas
29 April 1963 Pengetahuan Hukum, Politik, dan Hubungan
Hasanuddin, Makassar, Indonesia
Internasional

14 Januari Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum & Royal Khmere University, Phnom
1964 Politik (Doctor of Law & Politics) Penh, Kamboja

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Hukum University of the


2 Agustus 1964
(Doctor of Law) Philippines, Manila, Filipina

3 November Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Universitas


1964 Pengetahuan Politik Pyongyang, Pyongyang, Korea Utara

2 Desember Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Institut Agama Islam


1964 Ushuluddin Jurusan Da'Wah Negeri, Jakarta, Indonesia
23 Desember Universitas
Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Sejarah
1964 Pajajaran, Bandung, Indonesia

Doctor Honoris Causa dalam Falsafah Ilmu Universitas


3 Agustus 1965
Tauhid Muhammadiyah, Jakarta, Indonesia

Lain-lain
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35 tahun
mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki.
[11]
 Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas satu The Order of the
Supreme Companions of OR Tambo yang diberikan dalam
bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas.[11] Soekarno
mendapatkan penghargaan tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas
internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi
inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan
diri dari apartheid.[11] Acara penyerahan penghargaan tersebut dilaksanakan di Kantor
Kepresidenan Union Buildings di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri
yang mewakili ayahnya dalam menerima penghargaan. [11] Penghargaan
lainnya Bintang Mahaputera Adipurna (1959),[41] Lenin Peace Prize (1960),
[42]
 Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3 Februari 1951).[43]

Karya tulis
 Sukarno. Pancasila dan Perdamaian Dunia
 Sukarno. Kepada Bangsaku : Karya-karya Bung Karno
Pada Tahun 1926-1930-1933-1947-1957.
 Sukarno. Cindy Adams. (1965). Bung Karno:
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
 Sukarno. Pantja Sila Sebagai Dasar Negara.
 Sukarno. Bung Karno Tentang Marhaen Dan Proletar.
 Sukarno. Negara Nasional Dan Cita-Cita Islam: Kuliah
Umum Presiden Soekarno.
 Sukarno. (1933). Mencapai Indonesia Merdeka.
 Sukarno. (1945). Lahirnya Pancasila
 Sukarno. (1951). Indonesia Menggugat: Pidato
Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan Kolonial.
 Sukarno. (1951). Sarinah: Kewajiban Wanita Dalam
Perjuangan Republik Indonesia.
 Sukarno. (1957). Indonesia Merdeka.
 Sukarno. (1959). Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1.
(kumpulan esai)
 Sukarno. (1960). Dibawah Bendera Revolusi Jilid 2.
(kumpulan esai)
 Sukarno. (1960). Amanat Penegasan Presiden
Soekarno Didepan Sidang Istimewa Depernas Tanggal
9 Djanuari 1960.
 Sukarno. (1964). Tjamkan Pantja Sila ! : Pantja Sila
Dasar Falsafah Negara.
 Sukarno. (1964). Komando Presiden/Pemimpin Besar
Revolusi: Bersiap-sedialah Menerima Tugas untuk
Menjelamatkan R.I. dan untuk Mengganjang "Malaysia"!
 Sukarno. (1965). Wedjangan Revolusi.
 Sukarno. (1965). Tjapailah Bintang-Bintang di Langit:
Tahun Berdikari.
 Sukarno. (1965). Pantja Azimat Revolusi.
Wikisource memiliki
naskah sumber yang
berkaitan dengan artikel
ini: Pengarang:Soekarno

Pidato
Hari dan tanggal Rangka Judul pidato

Jumat, 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI Tudjuhbelas Agustus 1945

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Sabtu, 17 Agustus 1946 Sekali Merdeka, Tetap Merdeka
RI ke-1

HUT Proklamasi Kemerdekaan Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang


Minggu, 17 Agustus 1947
RI ke-2 Putung

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Selasa, 17 Agustus 1948 Seluruh Nusantara Berdjiwa Republik
RI ke-3

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Rabu, 17 Agustus 1949 Tetaplah Bersemangat Elang-Radjawali
RI ke-4

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Kamis, 17 Agustus 1950 Dari Sabang sampai Merauke
RI ke-5

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Jumat, 17 Agustus 1951 Tjapailah Tata, Tenteram, Kertarahardja
RI ke-6
HUT Proklamasi Kemerdekaan
Minggu, 17 Agustus 1952 Harapan dan Kenjataan
RI ke-7

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Senin, 17 Agustus 1953 Djadilah Alat Sedjarah
RI ke-8

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Selasa, 17 Agustus 1954 Berirama dengan Kodrat
RI ke-9

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Rabu, 17 Agustus 1955 Tetap Terbanglah Radjawali
RI ke-10

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Jum'at, 17 Agustus 1956 Berilah Isi Kepada Hidupmu
RI ke-11

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Sabtu, 17 Agustus 1957 Satu Tahun Ketentuan
RI ke-12

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Minggu, 17 Agustus 1958 Tahun Tantangan
RI ke-13

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Senin, 17 Agustus 1959 Penemuan Kembali Revolusi Kita
RI ke-14

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Rabu, 17 Agustus 1960 Djalannja Revolusi Kita
RI ke-15

Jumat, 30 September Membangun Dunia Kembali


Sidang Umum PBB ke-XV
1960 To Build The World Anew

HUT Proklamasi Kemerdekaan Revolusi – Sosialisme Indonesia –


Kamis, 17 Agustus 1961
RI ke-16 Pimpinan Nasional

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Jumat, 17 Agustus 1962 Tahun Kemenangan
RI ke-17

Sabtu, 17 Agustus 1963 HUT Proklamasi Kemerdekaan Genta Suara Revolusi Indonesia
RI ke-18

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Senin, 17 Agustus 1964 Tahun "Vivere Pericoloso"
RI ke-19

HUT Proklamasi Kemerdekaan


Selasa, 17 Agustus 1965 Tahun Berdikari
RI ke-20

Rabu, 22 Juni 1966 Sidang Umum MPRS IV Nawaksara

HUT Proklamasi Kemerdekaan Djangan Sekali-Kali Meninggalkan


Rabu, 17 Agustus 1966
RI ke-21 Sedjarah

Musik
Soekarno menciptakan lagu Bersuka Ria, yang muncul dalam album Mari Bersuka
Ria dengan Irama Lenso pada tahun 1965. Lagu ini dibawakan oleh Rita
Zahara, Bing Slamet, Titiek Puspa, dan Nien Lesmana.

Budaya populer
Buku

 M. Yuanda Zara. Ratna Sari Dewi Sukarno.


 Sukarno, Iman Toto K. Rahardjo (Editor), Herdianto WK
(Editor). (2001). Bung Karno dan Wacana Islam:
Kenangan 100 tahun Bung Karno.
 John Beilenson. Sukarno.
 Cindy Adams. Sukarno: My Friend.
 Adams, C. (2011). Bung Karno Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia. Penerjemah Syamsu Hadi. Ed. Rev.
Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung
Karno, ISBN 979-911-032-7-9.
 Guntur Sukarno. Sukarno: Bapakku, Kawanku, Guruku.
 Peter Polomka. Indonesia Since Sukarno .
 Clifford Geertz, Benedict Anderson, Wim F. Wertheim.
Sukarno di Panggung Sejarah
 Justus Maria van der Kroef. Indonesia After Sukarno.
 Peter Kasenda. Sukarno Muda: Biografi Pemikiran
1926–1933.
 Ayub Ranoh. Kepemimpinan Kharismatis: Tinjauan
Teologis-Etis Atas Kepemimpinan Kharismatis Sukarno.
 Books LLC. Sukarno: Indonesia-Malaysia Confrontation,
Transition to the New Order, Mohammad Hatta,
Megawati Sukarnoputri, Constitution of Indonesia.
 Anonim. (1956). Presiden Sukarno di Tiongkok.
 Maslyn Williams. (1965). Five Journeys from Jakarta:
Inside Sukarno's Indonesia.
 John Hughes. (1967). The End of Sukarno: A Coup That
Misfired: A Purge That Ran Wild.
 Bernhard Dahm. (1969). Sukarno dan Perjuangan
Kemerdekaan.
 John D. Legge (1972) Sukarno: A Political.
 Christiaan Lambert Maria Penders (1974). The Life and
Times of Sukarno.
 Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno. Nederlandsch
onderdaan. Biografie 1901–1950. Deel I, uitgeverij Bert
Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
 Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno. President, 1950–
1970, Deel II, uitgeverij Bert Bakker Amsterdam, ISBN
90-351-2294-1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.
 Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide: de fatale
gebeurtenissen rond de val van de Indonesische
president Soekarno, ISBN 90-351-2871-0
 Rex Mortimer. (1974). Indonesian Communism Under
Sukarno: Ideology and Politics, 1959–1965.
 Bambang S. Widjanarko, Antonie C.A. Dake
(Introduction), Rahadi S. Karni (Ed.). (1974). The
Devious Dalang: Sukarno and the So-Called Untung-
Putsch.
 Hal Kosut (Ed.). (1976). Indonesia: The Sukarno Years.
 Franklin B. Weinstein. (1976). Indonesian Foreign Policy
and the Dilemma of Dependence: From Sukarno to
Soeharto.
 Masashi Nishihara, Dean Praty R. (Translator). (1976).
Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan Pampasan Perang:
Hubungan Indonesia-Jepang 1951–1966.
 Ganis Harsono. (1977). Recollections of an Indonesian
Diplomat in the Sukarno Era.
 Fatmawati Sukarno. (1978). Fatmawati: Catatan Kecil
Bersama Bung Karno (Book, #1).
 Guntur Sukarno. (1981). Bung Karno &
Kesayangannya.
 Rosihan Anwar. (1981). Sukarno, Tentara, PKI :
Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961–
1965.
 Ramadhan Kartahadimadja. (1981). Kuantar ke
Gerbang: Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno.
 Marshall Green. (1990). Dari Sukarno ke Soeharto: G30
S-PKI dari Kacamata Seorang Duta Besar.
 Willem Oltmans. (1995). Mijn vriend Sukarno.
 John Subritzky. (2000). Confronting Sukarno: British,
American, Australian and New Zealand Diplomacy in
the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961–65.
 Angus McIntyre, David Reeve. (2002). Sukarno in
Retrospect: Annual Indonesia Lecture Series # 24.
 Victor M. Fic. (2004). Anatomy of the Jakarata Coup:
October 1, 1965: The Collusion with China Which
Destroyed the Army Command, President Sukarno and
the Communist Party of Indonesia.
 Antonie C.A. Dake. (2005). Sukarno File: Berkas-berkas
Soekarno 1965–1967 – Kronologi Suatu Keruntuhan.
 Wijanarka. (2006). Sukarno dan Desain Rencana Ibu
Kota RI di Palangkaraya.
 Reni Nuryanti. (2007). Perempuan dalam Hidup
Sukarno: Biografi Inggit Garnasih.
 Reni Nuryanti. (2007). Istri-istri Sukarno.
 Helen-Louise Hunter. (2007). Sukarno and the
Indonesian Coup: The Untold Story.
 M. Yuanda Zara. (2008). Sakura Di Tengah Prahara:
Biografi Ratna Sari Dewi Sukarno.
 Wawan Tunggul Alam. (2008). Demi Bangsaku:
Pertentangan Sukarno vs Hatta.
 Arifin Suryo Nugroho. (2009). Srihana-Srihani:Biografi
Hartini Sukarno.
 Onghokham. (2009). Sukarno, Orang Kiri, & Revolusi
G30S 1965.
 Rushdy Hoesein. (2010). Terobosan Sukarno Dalam
Perundingan Linggarjati.
 Tim Buku TEMPO. (2010). Sukarno: Paradoks Revolusi
Indonesia.
 Arifin Surya Nugraha. (2010). Fatmawati Sukarno : The
First Lady.
 M. Ridwan Lubis (2010). Sukarno dan Modernisme
Islam.
 Books LLC. (2010). People From Blitar, East Java:
Sukarno.
 Bücher Gruppe. (2010). Nationalheld Indonesiens: Tan
Malaka, Liste Indonesischer Nationalhelden, Sukarno,
Mohammad Hatta, Abdul Muis, Diponegoro, Iskandar
Muda.
 Hong Liu. (2011). Sukarno, Tiongkok, & Pembentukan
Indonesia (1949–1965).
 Hephaestus Books. (2011). National Heroes Of
Indonesia, including: Tuanku Imam Bonjol, Sukarno,
Wage Rudolf Supratman, Diponegoro, Mohammad
Hatta, Adam Malik, Yos Sudarso, Sudirman,
Hamengkubuwono Ix, Sutan Sjahrir, Kartini, Sultan
Agung Of Mataram, Abdul Muis, Rizal Nurdin.
 Peter Kasenda. (2012). Hari – Hari Terakhir Sukarno.
 Jesse Russell (Editor), Ronald Cohn (Editor). (2012).
Rukmini Sukarno.
 Joseph H. Daves. (2013). The Indonesian Army from
Revolusi to Reformasi Volume 1: The Struggle for
Independence and the Sukarno Era.
 Joseph H Daves. (2013). The Indonesian Army from
Revolusi to Reformasi: Volume 1 – The Struggle for
Independence and the Sukarno Era.
 Stefan Seefelder. (2014). Die Bedeutung Der Fruhen
Komintern Fur Die Kommunistischen Antikolonialen
Bewegungen Asiens. Maos Und Sukarnos.
 Peter Kasenda. (2014). Sukarno, Marxisme &
Leninisme: Akar Pemikiran Kiri & Revolusi Indonesia.
 Walentina Waluyanti de Jonge. (2015). Sukarno-Hatta
Bukan Proklamator Paksaan.
 Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan Bandung,
Pemikir Islam Radikal. PT. Bina Ilmu, 1994, pp 110–
111.
 Leslie H. Palmier. Sukarno, the Nationalist. Pacific
Affairs, vol. 30, No, 2 (Jun. 1957), pp 101–119.
 Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a nation,
1901–1970, KIT Publishers Amsterdam, ISBN 90-6832-
510-8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-1
 Stefan Huebner, Pan-Asian Sports and the Emergence
of Modern Asia, 1913–1974.Singapore: NUS Press,
2016, 174-201.
Lagu

 Lagu berjudul "Untuk Paduka Jang Mulia Presiden


Soekarno" ditulis pada awal dekade 1960-an
oleh Soetedjo dan dipopulerkan oleh Lilis Suryani, solis
perempuan terkenal Indonesia era itu. Liriknya penuh
dengan puja-puji untuk Presiden seumur hidup tersebut.
Film, televisi, dan panggung pertunjukan
Artikel utama: Aktor pemeran Bung Karno
Di kancah perfilman, hiburan televisi, dan panggung teater Indonesia dan negara
lain, ada beberapa aktor yang memerankan sosok Bung Karno. Semua aktor
tersebut, tentu saja bermain dalam film dan panggung pertunjukan dan judul yang
berbeda. Kebanyakan aktor itu, ketika mendapatkan tawaran main, merasa bangga
karena memerankan tokoh besar, pahlawan proklamator, bapak pendiri bangsa,
sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.
Catatan
1. ^ Dalam autobiografi Sukarno, An Autobiography as Told to Cindy
Adams (Bobbs-Merrill Company Inc, New York, 1965) Sukarno
menyebutkan lahir di Surabaya, "Bapak dipindah ke Surabaya dan
di sanalah aku dilahirkan" (halaman 26), selanjutnya "Aku
dilahirkan pada tahun 1901... Hari lahirku ditandai oleh angka
serba enam. Tanggal 6 Juni." (halaman 21). Namun dalam
beberapa dokumen mencantumkan tanggal 6 Juni 1902 di
antaranya "Dalam Buku Induk  TH Bandoeng yang sekarang
masih tersimpan di ITB  terbaca bahwa tanggal lahir Soekarno
adalah 6 Juni 1902."[1] [2]  Pendapat lain adalah "Dari Buleleng, ia
:37 :16

mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke Surabaya tahun


1901. Dan pada 1902 Soekarno lahir. "Kalau akhirnya dibuat 1901
itu mungkin untuk memudahkan sekolahnya saja," ujar
Nurinwa."[3] Adapun kontradiksi perbedaan tahun kelahiran ini
akhirnya dapat dijelaskan dalam dialog antara Sukarno dan
ayahnya pada halaman 35 "Kalau perlu kita berbohong. Kita akan
mengurangi umurmu satu tahun. Pada tahun ajaran yang baru
engkau akan didaftarkan dengan umur tiga belas." - Oleh
karenanya dapat dipastikan bahwa tanggal kelahiran Sukarno
yang sesungguhnya adalah tanggal  6 Juni 1901.
2. ^ "Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Surabaya,
Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni
1970."[4]
3. ^ Bambang Eryudhawan, IAI: Ketika berdiri pada tahun
1920, Technische Hoogeschool te Bandoeng berisi Fakultas
Teknik saja. Bidang ilmu yang diajarkan, terutama: a) Ilmu Pasti,
b) Ilmu Alam, c) Mekanika, d) Arsitektur, e) Ilmu bahan bangunan,
f) Sipil Basah/Bangunan air, g) Jalan dan Jembatan, h) Mesin, i)
Elektro, j) Surveying and leveling , k) Geodesi, l) Hukum
pemerintahan dan perdagangan, m) Kebersihan, n) Teknik
penyehatan, o) Pertanian, p) Geologi terapan, q) Sejarah
kebudayaan
4. ^ Bambang Eryudhawan, IAI: Soekarno sebagai insinyur dianggap
menguasai soal sipil basah, jalan dan jembatan, serta arsitektur.
Di arsitektur, gurunya adalah dua bersaudara Prof. Charles
Prosper Wolff Schoemaker dan Prof. Ir. Richard Leonard Arnold
Schoemakeryang mengajar di kelas: arsitektur, sejarah arsitektur,
rencana kota, pembuatan bestek dan taksiran biaya.
5. ^ Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club
(ASC) adalah klab kuliah umum yang didirikan oleh para
intelektual nasionalis Bumiputera di Tanah Pasundan, Bandung
pada zaman Hindia Belanda tahun 1926.
Presiden Sukarno adalah salah satu anggota pendirinya. Sebagai
kelanjutan kelompok studi itu, Soekarno dengan kawan-kawan
kemudian mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang
merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada 4 Juli 1927.
Pemerintah kolonial Belanda tampak sangat khawatir melihat
kepopuleran Soekarno, bersama Maskun, Gatot Mangkupradja,
Supriadinata dan pertumbuhan pesat PNI. Dengan dalih menjaga
ketertiban dan keamanan, pemerintah kolonial menangkap dan
menahan ratusan aktivis PNI pada 29 Desember 1929. [21]

Galeri

Soekarno pada tahun 1947.


 
 Presiden Soekarno pada suatu kunjungan pameran lukisan di
Jakarta, mengamati lukisan 'Sumilah' karya Sudibjo.
 
 Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dalam upacara
pembukaan PON II/1951.
 

Potret resmi Presiden Soekarno pada era 1960-an.


 
 Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Nehru melihat Indira
Gandhi menerima bunga pada kunjungannya ke Borobudur.
 
 Letnan Vosveld melapor ke Soekarno.
 Soekarno melakukan penutupan sidang kepada Genseikan.

 
 Mobil Soekarno yang diberikan kepada Kolonel Julian.

 
 Soekarno berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Hideki
Tojo.
 
 Soekarno bertemu dengan Sutan Syahrir. Di belakang adalah
Mohammad Roem.
 
 Soekarno berterima kasih atas dilibatkannya rakyat Jawa dalam
pemerintahan.

Referensi
1. ^           (Indonesia) Goenarso (1995). Riwayat perguruan tinggi
a b c d e

teknik di Indonesia, periode 1920–1942. Bandung: Penerbit ITB.


2. ^ (Indonesia) Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB: Kenang-
kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid I: Selintas
Perkembangan. Bandung: Penerbit ITB.
3. ^ Iswidodo (ed.), Surya (Minggu, 29 Agustus 2010 20:28
WIB). "Antropolog UGM: Bung Karno Lahir di Surabaya".
tribunnews.com. Diakses tanggal 11 September 2015.
4. ^ "Soekarno – biografi". Kepustakaan Presiden-Presiden Republik
Indonesia. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s (Indonesia) Kasenda, Peter
(2010). Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926–1933. Jakarta:
Komunitas Bambu. ISBN 979-373-177-X.
6. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Warman, Asvi (2009). Membongkar
Manipulasi Sejarah. Jakarta: Kompas Media Nusantara. ISBN
979-709-404-1.
7. ^ a b c d e (Indonesia) Adams, Cindy (1984). Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung
Agung. ISBN 979-96573-2-6.
8. ^ "Soekarno tanpa achmad".
9. ^ (Inggris) Adams, Cindy (1965). Sukarno, an autobiography as
told to Cindy Adams. New York: The Bobs Merryl Company
Inc. ASIN B0007DFFFK.
10. ^ (Cindy Adams, terjemahan Syamsu Hadi. Ed. Rev. 2011.
Yogyakarta: Media Pressindo, dan Yayasan Bung Karno, ISBN
979-911-032-7-9) halaman 32
11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Kisah Istimewa Bung Karno. Kompas
Media Nusantara. 2010. ISBN 978-979-709-503-1.
12. ^ "Oost Indië". 15 Jul 1921 – via KB NBM Mfm MMK 0030
[Microfilm].
13. ^ a b c d e (Inggris) Brown, Colin (2007). Sukarno. Microsoft ®
Student 2008 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation.
14. ^ a b (Indonesia) Sakri, A. (1979b). Dari TH ke ITB: Kenang-
kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid II: Daftar lulusan
ITB. Bandung: Penerbit ITB.
15. ^ a b c "Menguak Sisi Artistik Bung Karno". Arsip Sunjayadi.com.
Diarsipkan dari versi asli tanggal March 10, 2007. Diakses
tanggal 18 September 2015.
16. ^ Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia.
Jakarta: Gema Insani Press.
17. ^ Santi Widhiasih (Senin, 11 September 2006). "Jejak Arsitektur
Sang Presiden". Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 11
September 2015. Resensi atas buku Bung Karno Sang Arsitek –
Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria,
Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato 1926 – 1965
18. ^ a b c d Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto
(1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman
Republik Indonesia. PT Balai Pustaka.
19. ^ a b c d Yuke Ardhiati, JJ. Rizal (ed.), Edi Sedyawati (pengantar)
(Juni 2005). Bung Karno Sang Arsitek - Kajian Artistik Karya
Arsitektur, Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana,
dan Teks Pidato 1926-1965. Depok: Komunitas Bambu.
20. ^ Dahm, Bernhard (1987). Soekarno dan Perjuangan
Kemerdekaan. Penerbit LP3ES Jakarta. hlm. 47–48.
21. ^ Yudi Latif (2008). "Indonesian Muslim Intelligentsia and Power".
ISEAS Publishing.
22. ^ Kasenda, Peter (2013). "SOEKARNO: Membongkar Sisi-sisi
Hidup Putra Sang Fajar". Jakarta Selatan: Jurnal Prisma. hlm. hal
2 & 3. Membaca kembali Sukarno. Sumber lain menyebut tahun
1924 dan 11 Juli 1925 sebagai hari kelahiran organisasi kuliah
umum tersebut
23. ^ a b c d e f g h Anwar Khumaini (Jumat, 1 Juni 2012 06:12). "7
Percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno". Merdeka.com.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-30. Diakses tanggal 9
September 2015.
24. ^ a b c Ramadhian Fadillah (Kamis, 11 September 2014
01:02). "CIA bikin film porno Presiden Soekarno & pramugari
cantik Rusia". www.merdeka.com. Diakses tanggal 15
September 2015.
25. ^ a b c Yudi Anugrah Nugroho. "Film Porno Mirip Sukarno".
historia.id. Diakses tanggal 15 September 2015.
26. ^ Kurnia Illahi (Minggu, 16 Agustus 2015−06:39 WIB). "Kecerdikan
Soekarno Manfaatkan Soviet dan Amerika".
Nasional.sindonews.com. Diakses tanggal 15 September 2015.
27. ^ "Ketika Alutsista Diembargo ..." (ryi/bur/fan). Kompas.com.
Diarsipkan dari versi aslitanggal Wed Oct 04 2000 – 16:46:34
EDT. Diakses tanggal 15 September 2015.
28. ^ Peter N. Nemetz (1990). The Pacific Rim: Investment,
Development and Trade: Second Revised Edition. Vancouver BC:
University of British Columbia Press. hlm. 16–20.
29. ^ Kawin Wilairat. "Singapore's Foreign Policy". Singapore: The
Institute of Southeast Asean Studies.
30. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Aji, Achmad Wisnu (2010). Kudeta
Supersemar: Penyerahan atau Perampasan Kekuasaan?. Garasi
House of Book. ISBN 978-979-25-4689-7. Halaman 36, 145.
31. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Huda M., Nurul (2010). Benarkah Soeharto
Membunuh Soekarno?. Starbooks. ISBN 978-979-25-4724-
5. Halaman 5, 57, 84-89.
32. ^ Nama Jalan Proklamasi Akan Dikembalikan
33. ^ Merrillees, Scott (2015). Jakarta: Portraits of a Capital 1950-
1980. Jakarta: Equinox Publishing.
hlm. 44. ISBN 9786028397308.
34. ^ Farrel M. Rizqy, ed. (2009). Bung Karno – Di Antara Saksi dan
Peristiwa [Bung Karno – Between Witnesses and Events]. Jakarta:
Kompas. hlm. 64. ISBN 9789797094096.
35. ^ Roy (3 Juni 2008). "Kuba Terbitkan Prangko Bung Karno dan
Fidel Castro". Kompas Cyber Media. Diakses tanggal 3 Juni 2008.
36. ^ Nurdin Saleh (15 Januari 2001). "Gelora Senayan Siap Berubah
Menjadi Gelora Bung Karno". Tempo Interaktif. Diakses tanggal 5
Juni 2010.
37. ^ Info UBK, Universitas Bung Karno. Diakses pada 5 Juni 2010.
38. ^     Profil Yayasan, Yayasan Bung Karno. Diakses pada 3
a b

Agustus 2010.
39. ^ "Satria Piningit Mengaku Temukan Harta Karun Bung Karno".
Suara Merdeka. 17 Mei 2003. Diakses tanggal 3 Agustus 2010.
40. ^ Apa dan Siapa Ir. Sukarno, Yayasan Bung Karno. Diakses pada
3 Agustus 2010.
41. ^ "Awards". kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id. Diarsipkan
dari versi asli tanggal 17 Oct 2015 02:05:58 UTC. Diakses tanggal
17 Oct 2015 02:05:58 UTC.
42. ^ Yearbook of the Great Soviet Encyclopedia. Moscow. Russian:
Sovetskaya Entsyiklopediya. 1961.
43. ^ "Briefer on the Philippine Legion of Honor". Official Gazette of
the Republic of the Philippines. Gov.ph. Diakses tanggal 2013-04-
13.

Lihat pula
 Algemeene Studie Club (ASC), (1926).
 Marhaenisme, (1926–1927).
 Perserikatan Nasional Indonesia, 4 Juli (1927).
 Fikiran Ra'jat, (1932).
 Pancasila, (1945).
 Nasonalisme, Agama, Komunisme, (1956).
 Demokrasi terpimpin (1959).
 Manifesto politik, Undang-Undang Dasar 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol-Usdek),
(1959).
 Operasi Trikora, 19 Desember 1961).
 Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan Rakyat
Kalimantan Utara, (1962–1966).
 Ganyang Malaysia, (1962–1966).
 Games of the New Emerging Forces (Ganefo), (1962).
 Sarinah, (1963)
 Unifikasi Indonesia Raya (Indonesia dengan rumpun
Melayu), 1920-1950-an.
 Unifikasi Mafilindo (Malaya, Filipina dan Indonesia) ,
1963.
 Vivere pericoloso, (1964).
 Trisakti, (1964).
 Berdikari, (1965).
 Conference of The New Emerging Forces (Conefo) , 7
Januari (1965)
 Gerakan 30 September, 1 Oktober (1965)
 Nawa Aksara, 22 Juni (1966).
 Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, 17 Agustus
(1966).
 Surat Perintah Sebelas Maret, 11 Maret (1966).
 De-Soekarnoisasi, (1967–1998).

Pranala luar
Wikimedia Commons
memiliki media
mengenai Soekarno.
Wikiquote memiliki koleksi
kutipan yang berkaitan
dengan: Soekarno.

Wikisource memiliki
naskah sumber yang
berkaitan dengan artikel
ini: Soekarno

Portal Indonesia

Portal Sejarah

Portal Politik

Portal Biografi

Portal Sosialisme

 Situs web resmi Soekarno Institut


 Bio Soekarno di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
 Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat Wanita –
Edisi Khusus Gatra Nomor 29 Beredar 4 Juni 2001 oleh
Dewi Sri Utami
 Garis Waktu Soekarno tahun 1950–1965
 Video Soekarno Ketika Berpidato di Depan Rakyat
Jakarta
 Video Pelantikan Soekarno sebagai Presiden

Jabatan politik

Jabatan baru
Kemerdekaan Indonesia Presiden Indonesia Diteruskan oleh:
Lihat: Daftar Gubernur-Jenderal 1945–1967 Soeharto
Hindia Belanda

Didahului oleh: Perdana Menteri Indonesia Diteruskan oleh:


Djuanda Kartawidjaja 1959–1966 Soeharto
sebagai Ketua Presidium Kabinet

Kembangkan
Pranala ke artikel terkait

BIBSYS: 90665252

BNF: cb12410857h (data)

CiNii: DA01996287

GND: 118619985

ISNI: 0000 0001 2126 349X


LCCN: n50010422

LNB: 000268455

NARA: 10580892

NDL: 00458043

NKC: xx0057075

ICCU: IT\ICCU\CUBV\150810

SELIBR: 405697

SNAC: w6sq91fv

SUDOC: 033220387

VIAF: 30329774

WorldCat Identities (via VIAF): 30329774


Kategori: 
 Tanggal kelahiran 6 Juni
 Kelahiran 1901
 Tanggal kematian 21 Juni
 Kematian 1970
 Meninggal usia 69
 Artikel yang tidak memiliki referensi April 2021
 Anggota BPUPKI
 PPKI
 Pahlawan nasional Indonesia
 Soekarno
 Politikus Partai Nasional Indonesia
 Presiden Indonesia
Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Lihat sumber
 Lihat riwayat
Pencarian
Cari Lanjut

 Halaman Utama
 Daftar isi
 Perubahan terbaru
 Artikel pilihan
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Kutip halaman ini
 Butir di Wikidata
 Pranala menurut ID
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Dalam proyek lain
 Wikimedia Commons
 Wikikutip
 Wikisumber
Bahasa lain
 Acèh
 Basa Bali
 Banjar
 English
 Jawa
 Madhurâ
 Minangkabau
 Bahasa Melayu
 Sunda
83 lagi
Sunting pranala
Proyek lain
 Wikiquote
 Wikisource
 Halaman ini terakhir diubah pada 30 April 2021, pukul 10.06.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Tampilan seluler

 Pengembang

 Statistik

 Pernyataan kuki

Anda mungkin juga menyukai