Anda di halaman 1dari 20

i

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA


GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI “MENOPAUSE”
DENGAN INTERVENSI SENAM BUGAR LANSIA
DI ERA PANDEMI COVID 19

Disusun oleh:

LITA ROGATA MEIANA HARIANJA


1935043

Dosen Pembimbing : Ns. Lilik Pranata, S.Kep., M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporam “Asuhan Keperawatan Lansia

dengan Gangguan Sistem Reproduksi Menopause Intervensi Senam Bugar di era Pendemi

Covid 19”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun, agar dalam penelitian berikutnya dapat lebih baik lagi.

Besar harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk menjadikan

penggunaannya sebagai tenaga keperawatan yang professional dalam melakukan asuan

keperawatan keluarga. Dalam penulisan banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik

berupa bimbingan, dorongan, serta saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada

kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Amin

Palembang, Juni 2020

Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
C. Manfaat ....................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia .................................................................................... 8
2. Batasan Lansia ........................................................................................ 8
3. Ciri-ciri Lansia ........................................................................................ 8
4. Teori Proses Menua................................................................................. 9
B. Hubungan Lansia dengan Penyakit Pandemi Covid 19 .............................. 10
C. Konsep Dasar Menopause
1. Pengertian Menopause ............................................................................ 11
2. Etiologi Menopause ................................................................................ 11
3. Periode Klimakterium dan Patofisiologi ................................................ 12
4. Tanda dan Gejala ................................................................................... 13
5. Dampak Saat Menopause ....................................................................... 14
6. Penulisan Penunjang ............................................................................... 14
7. Penatalaksanaan ..................................................................................... 14
D. Konsep Dasar Keperawatan pada Menopause
1. Pengkajian ............................................................................................. 15
2. Diagnosis ................................................................................................ 15
3. Intervensi ................................................................................................ 16
4. Evaluasi ................................................................................................. 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 18
B. Saran………………………………………………………………............ 18
DAFTAR PUSTAKA

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan individu yang menjalani proses tumbuh dan berkembang, baik
secara fisik, biologis maupun psikologis. Tahap perkembangan diawali dengan masa
bayi, perkembangan kanak-kanak, masa remaja dan masa tua, kadang kala saat masa
perkembangan sering kali terjadi hambatan terutama saat masa tua terhadap pemuasan
suatu keinginana, kebutuhan dan motif (Proverawati & Sulistyawati, 2010, p. 15)
Seseorang yang mengalami usia lanjut akan terjadi kemunduran fisik, sosial,
mental, sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melaksanakan tugas sehari-hari
dengan baik. Penuaan pada manusia dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada
kulit, otot, tulang, pembuluh darah, jantung, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Kemampuan regenertif yang terbatas tersebut pada lanjut usia lebih rentan
terkena berbagai jenis penyakit, sindroma, kesakitan dibandingkan dengan orang
dewasa lainnya (Kholifah, 2016, p. 5). Terutama penyakit yang sedang terjadi hampir
diseluruh Negara yaitu penyakit Covid 19. Penyakit Covid 19 ini,mudah menginfeksi
mereka yang daya tahan tubuhnya rendah seperti para lansia.
Pada usia lanjut akan terjadi penurunan fungsi, tanpa terkecuali wanita. Setiap
wanita yang berusia lanjut akan mengalami penurunan dan akan memasuki keadaan
menopause. Menopause dalam bahasa Yunani “ menos” artinya bulan dan “pause”
berarti berhenti, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus datang
bulan (Rosenthal, 2010, p. 23).
Selama masa menopause, perempuan akan mengalami perubahan pada tubuhnya
yang dapat membuat merasa tidak nyaman. Beberapa masalah yang muncul pada
perempuan saat masa menopause adalah bot flushes, gangguan tidur, kekeringan pada
vagina, gangguan psikologis seperti medah tersinggung, mudah marah, perasaan
tegang, lebih sensistif, susah berkonsentrasi, sering gelisah, depresi, stres (Aqila, 2010,
p. 28).
Menurut WHO jumlah perempuan menopause di Asia pada tahun 2025 terjadi
lonjakan dari 170 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa. Perkiraan tahun 2021 penduduk
Indonesia akan sampai sekitar 262,6 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup
dalam usia menopause mencapai 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata 50 tahun yang
mengalami menopause (Depkes, 2010). Menurut Kemenkes RI, tahun 2017 jumlah
perempuan menopause di Sumatera Selatan sebesar 69,43 % dan meningkat pada
tahun 2018 menjadi 69,65 %. Tahun 2017 di Sumatera Selatan jumlah wanita
menopause sebesar 196.835 orang namun hanya 39,53 % yang telah mendapat
pelayanan kesehatan.
5

Menopause bisa menimbulkan penurunan pada produksi hormon progesterone dan


estrogen, serta hormon seks lainnya. Keadaan ini dapat menyebabkan keringat dimalam
hari, penurunan daya ingat, kekeringan vagina, timbul rasa cemas berlebih, kurang
tidur (Andira, 2010, p. 60). Beberapa masalah yang biasanya dirasakan pada wanita
menopause antara lain: rasa panas (hot flush), produktifitas menurun , keringat malam
hari, merasa tidak ada daya tarik lagi dimata pasangan, merupakan akhir hasrat seksual
normal, tidak bergairah terhadap seks sehingga tidak akan mencapai kepuasaan seksual
(Proverawati & Sulistyawati, 2010, p. 32).
Pada saat menopause, perempuan dapat menyesuaikan hidupnnya yang secara
fisiologis dirangsang oleh produksi hormon progesterone dan estrogen menjadi
kehidupan yang kosong tanpa hormone tersebut. Hilangnya estrogen sering kali
menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh disertai
suatu perubahan kejiwaan yang di alami perempuan saat memasuki menopause. Pada
perempuan yang mendapat informasi baik dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan, perubahan psikologik ini sangat minim dan bahkan tak berarti, hanya
saja mengalami periode ketidakstabilan emosional yang singkat (Rijanto, Astalina, &
Rizki, 2011).
Kualitas hidup perempuan lansia yang mengalami menopause perlu diperhatikan.
Kualitas hidup memiliki arti yang berbeda tergantung dari mana konteks yang akan
digunakan dan dibicarakan. Didalam bidang kesehatan maupun aktifitas pencegahan
penyakit, kualitas hidup merupakan suatu pandangan umum yang terdiri dari beberapa
komponen dan dimensi dasar yang berhubungan terhadap kesehatan seperti keadaan
dan fungsi fisik, keadaan psikologis, fungsi sosial dan penyakit serta perawatannya
(Mulyani, 2007, p. 28).
Menurut Study of Women’s Health Across the Nation (2013) di Amerika serikat
menunjukan hasil status menopause pada tekanan psikologis dengan hasil penelitian
bahwa 28,9% mengalami stres diawal pre menopause kemudian 20,9 % ditahap pre
menopause dan di tahap post menopause 22 %. Kebanyakan wanita tidak menyadari
keadaan yang berpengaruh terhadap psikologi, mengenyampingkan stres yang timbul
mempengaruhi kesehatan lain. Stres merupakan tekanan mental atau beban kehidupan
yang kemudian direspon oleh tubuh (Hawari, 2011, p. 30). Sedangkan menurut
Prabowa (2014) bahwa stres merupakan sesuatu yang dapat dipengaruhi oleh
lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan yang mengakibatkan
gangguan tubuh dan pikiran.
Salah satu menurunkan stres yang dapat dilakukan wanita lansia adalah senam.
Senam lansia adalah bagian dari latihan fisik yang dilaksanakan bertujuan
meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik lansia yang mempunyai manfaat
dalam peningkatkan pemeliharaan tonus otot, fleksibilitas sendi, kekuatan otot,
koordinasi gerak serta keseimbangan, menciptakan perasaan senang, fungsi kognitif dan
6

kesehatan jiwa serta pemberdayaan usia lanjut dan hubungan kesetiakawanan sosial
(Kholifah, 2016, p. 24).
Penelitian yang dilakukan Strenfeld (2015) yang berjudul tentang Efficacy of
exercise for menopausal symptoms: a randomized controlled trial, penelitian ini
bertujuan untuk menentukan keefektifan latihan olahraga atau senam untuk gejala
menopause seperti gejala insomnia, gangguan suasana hati, depresi atau stres serta
gejala-gejala lain selama menopause. Hasil penelitian menunjukan latihan atau senam
bisa memberikan efek postif seperti meningkatkan pelepasan neurotransmiter,
peningkatan saraf simpatis, kesehatan mental, meningkatkan kebugaran, penurunan
berat badan, dan mengurangi gangguan dari gejala stres ataupun menurunkan depresi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Istighosah (2015) yang meneliti tentang
Kajian Asuhan pada Menopause: Sebuah strategi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Menopause, hasil penelitian menunjukan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sehingga perempuan dapat melalui masa transisi ini dengan bahagia dan
sejahtera serta tetap dapat berkarya dan dapat mempersiapkan masa usia lanjut dengan
sehat. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi, kebutuhan
yang dibutuhkan oleh menopause, tanda bahaya, makanan yang dibutuhkan, aktivitas
dan olaraga atau senam.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis membuat asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan reproduksi menopause karena dibutuhkan peran perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan maupun edukasi kesehatan kepada lansia yang
menghadapi menopause. Pentinganya edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia
dan mengurangi depresi yang dialami sehingga dapat menimbulkan penyakit lainnya
yang tidak diharapkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada Lansia dengan Gangguan Sistem Reproduksi:
Menopause
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami Konsep Dasar Lansia
b. Mahasiswa memahami Korelasi Lansia dengan Penyakit Covid 19
c. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada Lansia
dengan masalah Menopause
7

C. Manfaat
1. Bagi Perawat
Memberikan wawasan dan informasi baru terhadap peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem reproduksi:
menopause
2. Bagi Lansia
Memberikan motivasi kepada lansia dalam menjaga pola hidup sehat
dikehidupan sehari-hari dan mengurangi tingkat kecemasan lansia yang mengalami
menopause.
3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas
Palembang.
Menjadi bahan referensi dalam penerapan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami menopause.
8

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lansia


1. Pengertian
Lansia atau lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, melainkan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif. Proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Kholifah, 2016, p. 3).
Lansia adalah seseorang yang dikatakan berusia 60 tahun atau lebih, karena
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,
sosial maupun rohani (Rahayu, 2017, p. 89)
Lansia merupakan keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang dalam
memepertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis, kegagalan yang
yang berkaitan dengan penurunan daya kemapuan untuk hidup (Andira, 2010, p. 24)
2. Batasan-batasan Usia Lanjut
a. Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi:
1) Middle age atau usia pertengahan antara usia 45 sampai dengan 59 tahun
2) Elderly atau lanjut usia antara usia 60 sampai 74 tahun
3) Old atau lanjut usia tua antara usia 75 sampai dengan 90 tahun
4) Very old atau usia sangat tua diatas usia dari 90 tahun
b. Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi :
1) Virilitas (prasenium) merupakan masa saat persiapan usia lanjut yang
menunjukan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2) Usia lanjut dini (senescen) adalah suatu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia
>65 tahun)
3. Ciri-ciri Lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016, p. 4) yaitu:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran lanjut usia sebagian didapat dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi yang tinggi memiliki peranan penting dalam kemunduran lansia. Lansia
yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
9

senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi


negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain
sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran yang dialami para lansia mulai mengalami penurunan dalam
segala hal. Perubahan peran lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki
jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
4. Teori Proses Menua
Menurut Kholifah (2016, p. 8-10) teori menua antara lain:
a. Teori – teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi: adalah suatu teori mutasi dan genetik yang terjadi
akibat dari perubahan biokimia, diprogram oleh molekul – molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Contoh khas teori
biologi seperti mutasi dari sel – sel kelamin atau terjadi suatu penurunan
kemampuan fungsional sel.
2) Pemakaian dan rusak: Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel
tubuh lelah (rusak. Memberikann motivasi dan keluarga.
3) Teori immunology slow virus: merupakan sistem imun yang menjadi efektif
dengan bertambahnya umur dan masuknya suatu virus kedalam tubuh bisa
menyebabkan kerusakan organ tubuh atau penyakit tertentu.
4) Teori stres: Umur yang menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak mampu dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan internal sehingga kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
5) Teori radikal bebas: adalah radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas atau yang disebut dengan kelompok atom diakibatkan
oleh osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti protein dan karbohidrat.
Radikal bebas bisa membuat sel-sel tidak dapat regenerasi.
10

b. Teori Psikologi
1) Aktivitas (Activity Theory): merupakan seseorang saat dimasa mudanya dulu
aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah lanjut usia. Sense of integrity
dibangun dimasa-masa mudanya sampai terpelihara di masa tua. Pada lansia
yang sukses merupakan mereka yang aktif serta ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory): Tingkah laku tidak berubah pada
lansia. Identitas pada lansia yang sudah mantap mempermudah dalam
memelihara hubungan dengan masyaraka, kelurga dan hubungan
interpersonal dan melibatkan diri dengan masalah di masyarakat.
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory): merupakan teori yang dengan
bertambahnya umur seseorang lansia secara perlahan mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosial, contohnya menarik diri terhadap pergaulan sekitarnya.
B. Hubungan Lansia dengan Penyakit Covid 19
Seiring bertambahnya usia seseorang, tubuh akan terjadi berbagai macam
penurunan akibat proses menua, seperti produksi pigmen warna rambut terjadi
penurunan, penurunan masa otot, kekenyalan kulit, penurunan hormon, kekuatan gigi,
kepadatan tulang dan fungsi organ-organ tubuh yang pasti mengalami penurunan.
Penurunan yang terjadi pada Lansia terhadap sistem imun sebagai pelindung tubuh,
tidak dapat bekerja sekuat saat masih muda (Rahayu, 2017, p. 33)
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada lansia. Kemunduran
kemampuan sistem imun yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih
yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri yang
menyebkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan sebagai
sel asing dan menghancurkannya yang disebut autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh
sendiri daya pertahanannya terjadi penurunan sehingga mudah terinfeksi penyakit lain
(Kholifah, 2016, p. 15).
Pada lansia yang daya tahan imunnya rendah, dan mengalami berbagai maaslah
penyakit kerena terjadi penurunan fungsi tubuh lebih beresiko tinggi terkena penyakit
Covid 19 dengan gejala yang lebih berat. Jenis penyakit yang membuat lansia rentan
terkena virus Corona antara lain seperti gangguan pernapasan kronis yaitu asma, PPOK
beresiko tinggi mengalami gejala yang parah ketika terinfeksi virus Corona dan dapat
menyebakan gagal napas (Satgas Covid 19)
Penyakit kardivaskuler seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung hipertensi
yang umumnya memiliki kondisi jantung dalam keadaan kurang baik dan sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Para lansia yang menderita penyakit jantung rentan
terkena virus Corona dan dapat memiliki gejala yang lebih berat dibanding usia muda.
Karena virus Covid 19 dapat menyerang langsung ke arah jantung. Karena reseptor
11

ACE2 yang menjadi angkutan virus penyebab Covid-19 yakni SARS-CoV-2 juga
berada di jantung (WHO,2020)
Penyakit kanker tergolong dalam kelompok yang beresiko tinggi terinfeksi virus
Corona dengan gejala berat dan komplikasi. Sistem kekebalan tubuh pada penderita
kanker tidak kuat untuk melawan infeksi. Lemahnya kekebalan tubuh pada lansia yang
mengalami penyakit kanker bisa disebabkan berbagai gangguan seperti pada sel darah
putih atau efek samping dari kemoterapi. Selain beberapa penyakit yang sering dialami
lansia, Covid 19 juga lebih beresiko menyerang penderita penyakit autoimun pada
lansia. Karena pada lansia yang menderita penyakit tersebut umumnya akan
mendapatkan obat-obatan penekan sistem imun, sehingga daya tahan tubuh mereka
lemah dan rentan terserang infeksi (WHO,2020)
Menurut Kemenkes RI, protokol untuk pencegahan Covid 19 pada lansia antara
lain: bagi lansia memiliki kondisi penyakit kronis, diharapkan kontinuitas perawatan
dan pengobatan tetap dilakukan. Promosi dan prevensi kesehatan untuk orang sehat dan
OTG diberikan kepada lansia. Jarak fisik dan jarak sosial diterapkan secara ketat. Tidak
melakukan kontak fisik dari anggota keluarga lain kepada lansia (tidak cium tangan,
dan tidak memeluk).
C. Konsep Dasar Medis Menopause
1. Pengertian Menopause
Menopause dalam bahasa Yunani “ menos” artinya bulan dan “pause”
berarti berhenti, secara keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus
datang bulan (Rosenthal, 2010, p. 23).
Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika secara fisiologis siklus
menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan (Aqila,
2010, p.17).

2. Etiologi
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Kehidupan
seksual seorang perempuan kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi suatu
folikel vesikuler dan berevulasi sedangkan beratus ratus serta ribuan ovum
berdegenerasi. Ketika perempuan berusia 45 tahun, hanya terdapat beberapa folikel-
folikel primodial tetap tertinggal yang dirangsang oleh hormon LH dan FSH
pembentukan hormon estrogen oleh ovarium akan berkurang bila jumlah folikel
primodial mendekati nol. Pada saat pembentukan estrogen mulai turun sampai
dengan tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan LH dan
FSH yang cukup untuk siklus ovulasi (Andira, 2010, p. 60).
Akibatnya, FSH dan LH setelah itu dihasilkan dulu jumlah besar dan tetap.
Produksi estrogen dalam keadaan subkritis dalam waktu pendek setelah menopause,
Setelah beberapa tahun kemudian, waktu sisa terakhir terjadi folikel primodial
12

menjadi atretis, pembentukan estrogen oleh ovarium turun sampai dengan nol
(Aqila, 2010, p. 12).
3. Periode Klimakterium dan Patofisiologi
a. Pre menopause (klimakterium)
1) Pre menopause: merupakan masa perubahan antara pramenopause dan pasca
menopause. Fase premenopause ditandai adanya siklus haid yang tidak teratur.
Pada kebanyakan wanita siklus haidnya >38 hari dan sisanya <18 hari.
Sebanyak 40% wanita mengalami siklus haid yang anovulatorik.
2) Tanda tanda pre menopause
Wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini, pre-
menopause dan post menopause, umumnya mengalami gejala puncak
(klimakterium) dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan. Fase ini
disebut dengan periode klimakterium (climacterium= tahun perubahan,
pergantian tahun yang berbahaya). Periode klimakterium ini disebut pula
sebagai periode kritis yang ditandai dengan rasa terbakar (hot flush), haid
tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat berkemih. Hal ini disebabkan
karena keluarnya hormon dari ovarium (indung telur) berkurang, masa haid
menjadi tidak teratur dan kemudian hilang sama sekali. Perubahan-
perubahan dalam system hormonal ini mempengaruhi segenap konstitusi
psikosomatis (rohani dan jasmani),sehingga berlangsung proses
kemunduran. Banyaknya perubahan dan kemunduran tersebut menimbulkan
krisis dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan Pada umumnya,
menopause ini diawali dengan suatu proses “pengakhiran” maka munculah
tanda –tanda .antara lain: Menstruasi menjadi tidak lancar dan tidak teratur,
Kotoran haid yang keluar banyak sekali,ataupun sangat sedikit, muncul
gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada
pembuluh-pembuluh darah, merasa pusing disertai sakit kepala, berkeringat
tiada hentinya, Neuralgia atau gangguan/sakit syaraf. Semua keluhan ini
disebut fenomena klimakteris, akibat dari timbulnya modifikasi atau
perubahan fungsi kelenjar-kelenjar selain terjadi perubahan-perubahan fisik,
pada tahap pre menopause terjadi pula pergeseran atau erosi dalam
kehidupan psikis pribadi yang ersangkutan. (Proverawati, 2010, p.32).
c. Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat. Hingga pada
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang
dan haid tidak terjadi lagi. Yang berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah
memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35
mIU/ml). Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik makin menonjol. Terjadi
pada usia 56-60 tahun. Gejala fisik yangdapat terjadi seperti : ketidakteraturan
siklus haid, kekeringan vagina, gejolak panas disertai perubahan kulit, keringat
13

dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, penyakit
mulai muncul. Gejala psikologis yang timbul antara lain seperti mudah
tersinggung, ingatan menurun, kecemasan, stress, depresi. Terjadi pada usia 56-
60 tahun. Tanda terjadinya menopause antara lain rasa panas dan keringat
malam, gangguan berkemih, gejala-gejala emosional (Proverawati &
Sulistyawati, 2010, p. 33)
d. Pasca Menopause
Pasca menopause merupakan setelah menopause sampai senium yang
dimulai setelah 12 bulan amenorea. Kadar LH dan FSH yang tinggi bisa
mencapai >35mIU sedangkan kadar estradiol yang sangat rendah <30pg/ml.
Kadar estradiol yang rendah berakibat pada endometrium yang menjadi atropi
sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi (Proverawati & Sulistyawati, 2010, p.
34).
e. Senium
Meruapakan masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai
keseimbangan baru dalam kehidupan perempuan, sehingga tidak ada lagi
gangguan psikis dan vegetatif
4. Tanda dan Gejala
Tanda gejala menopause meliputi (Indarti, 2010):

a. Gejala fisik
Pada umumnya antara lain: ketidakteraturan siklus haid. Setiap wanita mulai
mengalami siklus haid yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih
pendek sampai akhirnya berhenti. Terjadi perdarahan yang datangnya tidak
teratur dalam rentang beberapa bulan kemudian berhenti sama sekali.
Gejala fisik lainnya seperti gejolak rasa panas (hot flushes), terdapat sekitar
40% perempuan mengeluh bahwa siklus haidnya tidak teratur, keadaan ini
meningkat 60% pada waktu 1-2 tahun menjelang haid berhenti total. Rasa panas
sering disertai dengan warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Gejala fisik
lain yang terjadi pada lansia yang menopause, kekeringan vagina terjadi karena
leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir
Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporoses
(kerapuhan tulang). Osteoporoses merupakan penyakit kerangka yang paling
umum dan merupakan persoalan bagi yang berumur, paling banyak menyerang
wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan 1% tulang dalam
setahun akibat proses penuaan.
b. Gejala psikologis
ditandai dengan kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya
kekawatiran pada ibu-ibu menopause yang bersifat relatif, artinya ada orang
yang kembali cemas dan dapat kembali tenang, setelah mendapat semangat atau
14

dukungan dari orang sekitarnya. Akan tetapi banyak juga wanita mengalami
menopause namun tidak mengalami perubahan yang tidak berarti dalam
kehidupannya. Sikap yang mudah tersinggung, depresi, suasana hati (mood)
yang tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi, sulit tidur
c. Gejala seksual ditandai dengan kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak
nyaman selama berhubungan seksual dan menurunnya libido.
5. Dampak Saat Menopause
Perubahan –perubahan yang terjadi akibat berhentinya haid, sebagai berikut
(Proverawati & Sulistyawati, 2010, p. 35):
a. Uterus
Uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lendir rahim
(Atrofi endometrium ) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk
jaringan ikat antar sel.
b. Tuba falopi
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut ,
endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang
c. Ovarium (indung telur)
Semakin tua jumlah folikel primodial tersebut akan makin berkurang
sehingga siklus haid menjadi anovulasi
d. Serviks
Serviks akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripea
servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Indarti, 2010):
a. Pap smear
b. Feses untuk melihat adanya darah samar
c. Pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan tingkat estrogen dengan
tes darah
d. Biopsi endomentrium: menyingkirkan dugaan hiperplasia dan kanker
endomentrium pada wanita pascamenopause yang mengalami perdarahan uterus
e. USG transvagina : mengevaluasi massa panggul dan perdarahan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan, bila mengalami keluhan saja, anatara laia
sebagai berikut (Proverawati & Sulistyawati, 2010, p. 38)
a. Sedatif, psikofarma, sesuai kebutuhan
b. Psikoterapi
c. Hormonal Sindrom Klimakterium terjadi akibat kekurangan estrogen maka
pengobatan yang tepat adalah pemberian estrogen.
15

D. Konsep Dasar Keperawatan pada Menopause


1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada lansia dengan menopause (Proverawati &
Sulistyawati, 2010, p. 36) :
Data subjektif dapat ditemukan dari:
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama: mengetahui masalah kesehatan lansia yang berkaitan dengan
menopause, hal yang dirasakan selama mengalami menopause
c. Riawayat kesehatan: Riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan riwayat keluarga
d. Riwayat Obsterti: riwayat haid: makin dini menarche terjadi, makin lambat
menarche terjadi. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
e. Riwayat perkawinan: oaring yang menikah pada umumnya terus melanjutkan
aktivitas seksual sampai masa tuanya. Bagi mereka yang tidak memiliki
pasangan atau bercerai kurang memiliki dorongan seksual yang cukup kuat.
f. Riwayat KB
g. Pola kebutuhan sehari hari, seperti: nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat, pola
seksual. Dari pola tersebut dapat mengalami masalah yang masing-masing
dialami lansia, mulai dari kurang istirahat, cemas menghadapi menopause, nutrisi
tidak terpenuhi dengan baik, eliminasi yang terganggu, aktivitas yang menurun.
h. Data Psikososial, spiritual, kultural
Data objektif dapat ditemukan dari:
a. Keadaan umum: untuk mengetahui status kesehatan pasien
b. Tingkat kesadaran dan vital sign
c. Pemeriksaan fisik: dilakuan pemeriksaan secara head to toe
Terutama bagian abdomen dikaji untuk mengetahui bentuk abdomen, adanya
retraksi, benjolan serta ketidaksimetrisan, sedangkan genetalia bertujuan untuk
mengetahui vagina akan terasa kering. Gatal, mudah luka, sering terjadi
keputihan nyeri pada senggama atau perdarahan pasca senggama.
2. Diagnosis
Diagnosis yang dapat timbul pada wanita yang menopause (PPNI, 2017, p. 158)
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis
maturasional
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur atau fungsi
c. Gangguan pola tidur berhungan dengan hambatan lingkungan (hot flash)
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang diprioritaskan penulis adalah diagnosis cemas
berhungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional,
dikarenakan di era pandemic Covid 19 ini, lansia rentan terinfeksi dan tak banyak
takut dan cemas akan penyakit tersebut. Sehingga untuk mengatasi masalah dan
16

menurunkan kecemasan yang dialami. Maka penulis memberikan intervensi sebagai


berikut: setelah dilakukan tindakan, pasien cemas berkurang atau hilang dengan
kriteria pasien merasa rileks, dapat menerima dirinya apa adanya:
Intervensi yang diberikan (PPNI, 2017)
1) Kaji tingkat ketakutan dengan cara pendekatan dan bina hubungan saling
percaya
2) Pertahankan lingkungan yang tenang dan aman
3) Libatkan lansia dengan keluarga dalam perawatan
4) Ajarkan teknik penggunaan relaksasi
5) Ajak lansia melakukan latih senam lansia untuk mengurangi tingkat
kecemasan.
Senam lansia merupakan salah satu intervensi yang dapat diberikan
pada lansia yang mengalami depresi saat menopause. Penelitian yang
dilakukan Strenfeld (2015) yang berjudul tentang Efficacy of exercise for
menopausal symptoms: a randomized controlled trial, penelitian ini bertujuan
untuk menentukan keefektifan latihan olahraga atau senam untuk gejala
menopause seperti gejala insomnia, gangguan suasana hati, depresi atau stres
serta gejala-gejala lain selama menopause. Hasil penelitian menunjukan
latihan atau senam bisa memberikan efek postif seperti meningkatkan
pelepasan neurotransmiter, peningkatan saraf simpatis, kesehatan mental,
meningkatkan kebugaran, penurunan berat badan, dan mengurangi gangguan
dari gejala stres ataupun menurunkan depresi.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Farisin (2018) terhadap Pengaruh
latihan Senam Bugar Lansia terhadap Menopause Rating Scale, hasil
penelitian yang dilakukan di Panti Werdha Surya Surabaya dapat
disimpulkan bahwa tingkat keparahan gejala menopause sebagian besar
dikategorikan menengah yaitu sebanyak 14 orang dari jumlah responden.
Rata-rata responden yang sudah mengikuti senam lansia 4 tahun ke atas
mempunyai gejala ringan dan didapati bahwa senam bugar lansia sangat
berpengaruh dalam mengurangi gejala menopause.
Senam bugar lansia dapat menurunkan depresi juga diteliti oleh
Agustin & Ulliya (2018) yang berjudul Perbedaan Tingkat Depresi pada
Lansia Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Bugar Lansia di Panti
Werdha Wening Wardoyo. Bentuk perlakukan yang dilakukan oleh peneliti
senam bugar lansia sebanyak 6 sesi. Hasil penelitian menunujukan terdapat
perbedaan tingkat depresi pada lansia antara sebelum dan sesudah dilakukan
senam dimana Z = -3,276 dengan p value 0,001. Jumlah keseluruhan lansia
yang mengalami penurunanan tingkat depresi ialah 66,7 %
Perkembangan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2019) dalam
penelitian Efektivitas Pemberian Senam Lanjut Usia Terhadap Penurunan
17

Tingkat Stres Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha menujukan hasil
Setelah dilakukan intervensi berupa senam lanjut usia nilai tingkat stres pada
responden menjadi 40,95. Artinya terjadi penurunan nilai tingkat stres pada
responden. Senam lanjut usia efektif terhadap penurunan tingkat stres usia
lanjut.
Gerakan-gerakan senam lansia dimulai dari menganggat lengan,
sebelumya berdiri tegak dengan kaki yang direntangkan sebelbar bahu, ambil
npas pelan-pelan, tarik kedua siku dan angkat beban kearah dada secara
perlahan, ulangi gerakan sebanyak 8-10 kali. Angkat kaki kebelakang
lakukan berulang, dilakukan secara bergantian. Berjalalan dari tumit ke ujung
jari kaki, meregangkan pergelangan kaki dan meregangkan leher (Menpora,
2010).
4. Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi pada lansia yang mengalami masalah terhadap
kecemasan mengalami menopause menurun dan hilang. Lansia dapat
meningkatkan kualitas hidup dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik
18

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem reproduksi menopause
dilakukan dari segala aspek, karena pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh yang
mempengaruhi status kesehatan lansia terutama penyakit pandemik Covid 19 yang
mencemaskan kaum lansia yang rentan terinfeksi. Kebanyakan wanita lansia tidak
menyadari keadaan yang berpengaruh terhadap psikologi dan mengenyampingkan
stres yang timbul sehingga mempengaruhi kesehatan lain.
Perlunya melakukan pendekatan pada lansia, hal yang dirasakan lansia selama
mengalami menopause, memberikan edukasi tentang pemeliharaan kesehatan untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia, dan memelihara kebugaran jasmani penting
dilakukan dengan senam lansia.

B. SARAN
Penulis menunjukan saran kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia termotivasi dalam menjaga pola hidup sehat dikehidupan sehari-
hari dan diharapkan dapat melakukan peningkatan kualitas hidup lebih baik dimasa-
masa tuanya.
2. Bagi perawat
Diharapakan dapat menambah pengetahuan perawat dalam menerapkan penerapan
asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami menopause.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan lebih berkembang dalam penyusunan asuhan
keperawatan gerontik, semoga dengan adanya tugas ini, dapat menambah ilmu dan
wawasan kita tentang asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan sistem
reproduksi menopause
19

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, D., & Ulliya, S. (2018). Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia Sebelum dan
Sesudah dilakukan Senam Bugar Lansia di Panti Wherdha Wening Wardoyo
Ungaran. Media Ners , 1-44.
Andira, D. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogjakarta: A Plus Books.
Aqila, S. (2010). Bahagia di Usia Menopause. Yogjakarta: A Plus Books.
Depkes RI. (2010). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I.
Jakarta
Farisin, M. S. (2018). Pengaruh Latihan Senam Bugar Lansia terhadap Menopause Rating
Scale (MRS) pada Wanita Madya Lansia Panti Werdha Surabaya. Kesehatan
Olaraga , 6-13.
Hawari, D. (2011). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Indarti. (2010). Panduan Kesehatan Wanita. Jakarta: Pustaka Pembangunan Swadaya.
Istighosah, N. (2015). Kajian Asuhan pada Menopause sebuah strategi untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup Menopause. Akademi Husada , 22-30.
Kemenkes RI. 2017. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ISSN 2442-7659.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Menpora. (2010). Senam Usia Lanjut. Jakarta: Kementrian Pendidikan Olahraga.
Mulyani, N. S. (2007). Menopause Akhir Siklus Menstruasi pada Wanita di Usia
Pertengahan. Yogjakarta: Nuha Medika.
Ningsih, R. (2019). Efektivitas Pemberian Senam Lanjut Usia Terhadap Penurunan Tingkat
Stres Usia Lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Batusangkar. Menara Ilmu , 123-
131.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa . Yogjakarta: Nuha
Medika.
Proverawati, A., & Sulistyawati, E. (2010). Menopause dan Sindrom Premanopause.
Yogjakarta: Erlangga.
Rahayu, A. (2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja dan Lansia. Surabaya:
Arilangga University Press.
Rijanto, Astalina, & Rizki, R. (2011). Gambaran Pengetahuan Ibu Menopause tentang
Potensi Seksual. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol. II No I .
Rosenthal. (2010). Terapi Sulih Hormon. Jakarta: Media Press.
Strenfeld, e. a. (2015). Efficacy of exercise for menopausal symptoms: a randomized
controlled trial . National Institute for Fitness and Sport , 1-19.
World Health Organization. 2010. WHO Global Report on Falls Prevention in Older Age.
Perancis: WHO.
20

Anda mungkin juga menyukai