Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN SIFAT TERMOFISIK MAHKOTA DEWA

(THERMAL PROPERTIES OF Phaleria macrocarpha)


1 2
Lamhot P. Manalu, Wahyu Purwanto
Pusat Teknologi Agroindustri BPPT
Gd. 2 Lt. 17 Jl. Thamrin 8 Jakarta 10340
E-mail: lpmanalu@yahoo.com

Abstract
The most important limitation in process design for agricultural products is the lack
of information on their thermal properties. Although a lot of experimental data can
be found, the variety of products and the differences in measurement method make
limitation on the value of the available data, especially for Indonesia’s products.
These data are needed to get information about temperature change when a
product was processed by heating or cooling. The data are important for optimizing
the efficiency of energy used in the process. The objective of this study is to
determine thermal diffusivity and conductivity of mahkota dewa or crown of god
(Phaleria macrocarpha). The values were determined numerically with indirect
methods. The result shows that thermal conductivity of mahkota dewa is 0.1359
o -8 2
W/m C, while its thermal diffusivity is 4.11x10 m /s.
Kata kunci : sifat panas, mahkota dewa, panas jenis, konduktivitas, difusivitas
panas

1. PENDAHULUAN pendinginan (Singh and Goswami, 2000). Dengan


mengetahui waktu optimum tersebut, selain dapat
Produk pertanian termasuk tanaman obat menghindarkan terjadinya kerusakan bahan juga
merupakan produk yang mudah rusak sehingga dapat menghemat penggunaan energi.
diperlukan cara-cara penanganan pascapanen Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dikenal
yang lebih baik untuk dapat memperpanjang umur sebagai salah satu tanaman obat Indonesia yang
simpan. Perlakuan pendinginan adalah cara yang berasal dari Papua/Irian Jaya. Tanaman atau
biasa dilakukan untuk memperpanjang umur pohon mahkota dewa ditanam sebagai tanaman
simpan sekaligus mempertahankan kualitas peneduh, ukurannya tidak terlalu besar dengan
produk dengan syarat suhu, waktu dan parameter tinggi sekitar 1,5 - 5 meter dengan batang
pendinginan lainnya sesuai dengan karakteristik berwarna cokelat kehijauan. Daunnya tunggal,
produk yang didinginkan (Rizvi, 2005). Demikian lonjong memanjang berujung lancip. Sementara
juga dengan perlakuan panas baik menggunakan buahnya berwarna merah menyala yang tumbuh
air panas, uap panas maupun kombinasi keduanya dari batang utama hingga ke ranting berbentuk
merupakan perlakuan pendahuluan dalam bulat dengan ukuran bervariasi. Buah muda
penanganan segar sayuran dan buah-buahan warnanya hijau. Sedangkan yang sudah tua
untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme berwarna merah marun. Buah mahkota dewa
seperti jamur (Mayor and Sereno, 2004). biasanya mengalami proses pengawetan dengan
Untuk merancang sistem pendinginan dan beberapa cara antara lain pendinginan,
pemanasan yang baik dan tepat untuk komoditas pengalengan, dan pengeringan untuk
pertanian, perlu diketahui karakteristik atau memperpanjang masa simpannya. (Winarto,
properti termofisik (thermal properties) masing- 2003; Dalimartha, 1999).
masing produk. Hal ini dapat dipahami mengingat Rimpang mahkota dewa segar mengandung
pendinginan dan perlakuan panas berkaitan erat beberapa zat aktif seperti flavonoid, polifenol,
dengan proses pindah panas. Sifat panas akan saponin dan alkaloid yang bersifat detoksifikasi
menentukan karakteristik perubahan suhu produk dan dapat menetralisir racun di dalam tubuh.
sehingga dapat ditentukan kebutuhan energi dan Mahkota dewa berkhasiat sebagai antitumor,
waktu perlakuan secara tepat (Weidenfellera, antikanker, antidisentri, antiinsekta, mengobati
2004). Nilai difusivitas panas bahan merupakan eksim, hepatotoksik dan antibodi antibakteria
salah satu sifat panas yang dibutuhkan untuk (Almahdy et al., 2008; Faried et al., 2007).
menduga laju perubahan suhu bahan sehingga Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai
dapat ditentukan waktu optimum yang dibutuhkan difusivitas, konduktivitas panas (k), massa jenis
dalam proses pengolahan, pengeringan atau

_______________________________________________________________________________________________________________
Penentuan Sifat Termofisik Mahkota...............(Lamhot P. Manulu, Wahyu Purwanto) 177
Diterima 1 November 2011; terima dalam revisi terakhir 6 Desember 2011; layak cetak 15 Desember 2011
(ρ), dan panas jenis (Cp) tanaman obat mahkota kedalam kalorimeter berisi air yang sudah
dewa. diketahui berat (WW) dan kapasitas panasnya
(CW). Pengukuran dengan metode campuran
2. BAHAN, ALAT DAN METODE didasarkan pada hukum keseimbangan panas
dalam kalorimeter yang secara matematis ditulis
Bahan yang digunakan adalah buah mahkota sebagai berikut (Mohsenin, 1980) :
dewa. Alat-alat yang digunakan adalah thermal
conductivity meter (Kemtherm QTM-D3), lemari CS . WS (Ta - Te) = Cw . Ww (Te - To) +
pendingin (Ebara 3848), hybrid recorder (HR- Cc . Wc (Te -To) (4)
2500E), termokopel CC, drying oven (Ikeda SS-
204D), timbangan digital (AND EK-1200A), Panas jenis dan massa kalorimeter dianggap
kalorimeter, termometer, jangka sorong, gelas konstan sehingga perkaliannya merupakan
ukur. kapasitas panas kalorimeter. Persamaan di atas
Metode yang digunakan dalam menentukan dapat ditulis sebagai berikut (Mohsenin, 1980) :
sifat-sifat panas produk yang mencakup panas
  ( −  ) +  ( −  )
 = (5)
jenis, konduktivitas panas dan difusivitas panas
adalah sebagai berikut.  ( −  )
2.1. Penentuan Panas Jenis Kapasitas panas kalorimeter (HC) dapat
ditentukan dengan mencampur sejumlah air yang
Panas jenis didefinisikan sebagai jumlah energi berbeda suhu awalnya dalam kalorimeter hingga
yang dibutuhkan oleh satu satuan berat (m) bahan dicapai suhu keseimbangan. Persamaan berikut
untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat digunakan untuk menetukan kapasitas panas
(Cengel and Boles, 2002). Besaran ini dipakai untuk kondisi tersebut (Mohsenin, 1980) :
untuk menduga jumlah energi (Q) yang diperlukan
bila suhu bahan berubah satu satuan (∆T). Panas   ( −  ) −   ( −  )
 = (6)
jenis mahkota dewa dan temu putih ditentukan ( −  )
dengan menggunakan kalorimeter yang dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut,
dimana :

Hc = kapasitas panas kalorimeter, kJ/oC
 = ∆ (1)
Wh = massa air panas, kg
 Wc = massa air dingin, kg
o
Ta = suhu awal air panas, C
o
Siebel mengembangkan suatu persamaan Te = suhu keseimbangan, C
untuk menghitung panas jenis bahan pada kondisi To = suhu awal air dingin, oC
o
di atas titik beku (Rao et al., 2005; Wirakarta- Ch = panas jenis bahan, kJ/kg C
kusumah et al., 1992) sebagai berikut, : Ws = massa bahan, kg
Cc = panas jenis kalorimeter, kJ/kg oC
Cp = 4.1868 (0.008 M + 0.20) (2)
2.2. Penentuan Konduktivitas Panas
dimana M adalah persentase kadar air (basis
basah). Konduktivitas panas adalah sifat termal suatu
Metode yang diajukan Charm dalam benda untuk merambatkan panas dalam suatu unit
menghitung panas jenis turut mempertimbangkan waktu melalui luas penampang tertentu yang
kandungan lemak bahan (Heldman and Singh, diakibatkan oleh adanya perbedaan suhu. Untuk
1981). Metode ini cukup baik terutama bagi bahan- bahan hayati, besarnya nilai konduktivitas panas
bahan yang kandungan lemaknya cukup tinggi. (k) banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti struktur sel/fisik, komposisi kimia bahan,
Cp = 4.1868 (0.5 Xf + 0.33 Xs+Xm) (3) dan kandungan air. Variasi nilai konduktivitas
panas bahan hayati lebih besar dibandingkan
dimana Xf adalah fraksi lemak, Xs adalah fraksi bahan non-hayati (Jangam and Mujumdar, 2010).
padatan dan Xm adalah fraksi air dalam bahan. Dalam percobaan ini konduktivitas panas
Selain dua metode diatas, panas jenis dapat produk diukur langsung dengan menggunakan alat
ditentukan dengan metode campuran (method of conductivity meter, sedangkan secara tidak
mixtures). Metode ini banyak dipakai karena langsung konduktivitas panasnya dihitung dengan
caranya sederhana yaitu dengan memasukkan persamaan Sweat (Phomkong et al., 2006)
bahan yang sudah diketahui masanya (WS) sebagai berikut :

________________________________________________________________________________________________________________
178 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 3, Desember 2011 Hlm.177-181
Diterima 1 November 2011; terima dalam revisi terakhir 6 Desember 2011; layak cetak 15 Desember 2011
k = 0.148 + 0.00493 M (7) Penentuan difusifitas panas secara langsung
dengan metoda numerik dilakukan dengan
dimana M adalah kadar air produk (% bb.). menggunakan data distribusi perubahan suhu
produk selama pendinginan. Data perubahan
2.3. Penentuan Difusivitas Panas suhu bahan diambil dari tiga titik pengukuran. Titik
pertama merupakan titik pusat sedangkan titik
Difusivitas panas dapat diartikan sebagai laju pada kedua dan ketiga diukur berjarak ∆r dan 2*∆r
saat panas terdifusi keluar dari bahan. Distribusi kearah radial. Pengukuran dihentikan bila suhu di
suhu pada suatu bahan dalam kondisi tidak setiap titik pengamatan sudah relatif seragam.
mantap telah dirumuskan oleh persamaan umum
Fourier (Yagua and Moreira, 2011) sebagai berikut 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
:
3.1. Panas jenis mahkota dewa
∂T/∂t = α ∇ T
2
(8)
Berdasarkan data pengukuran dan hasil
dimana T adalah suhu pada titik tertentu (pada perhitungan didapatkan massa jenis (ρ) mahkota
koordinat x, y dan z), t adalah waktu dan α adalah dewa adalah 1080 kg/m3. Dari hasil ini terlihat
koefisien difusivitas panas. bahwa massa jenis buah mahkota dewa
Dengan mengasumsikan daging buah mahkota cenderung lebih besar daripada air.
dewa berbentuk silinder dan perpindahan panas Grafik perubahan suhu untuk menentukan suhu
merata ke arah radial, suhu awal di setiap titik keseimbangan hasil campuran antara produk, air
dianggap seragam, kadar air tetap dan tidak terjadi dan kalorimeter untuk mahkota dewa dapat dilihat
penyusutan, persamaan (8) dapat ditulis sebagai pada Gambar 1 dan 2.
berikut (Jangam and Mujumdar, 2010) :

   1 
Grafik perubahan suhu mahkota dewa (1)
=   + (9) 18
    16
suhu (C)

14
Persamaan (9) di atas didiskritisasi memakai 12
metode numerik beda hingga sehingga diperoleh : 10
8

"#$% − "# = & '("$%


#
− 2"# + "*%
#
+
6
0 200 400 600 800 1000
1 #
+ ("$% − "*% +- (10)
waktu (detik)
#
, Gambar 1. Grafik perubahan suhu mahkota dewa
(percobaan 1)
Selanjutnya nilai S dihitung dengan metode
kuadrat terkecil (least square method) dan nilai
Grafik perubahan suhu mahkota dewa (2)
difusivitas panas (α) dihitung dengan persamaan 20
(11) berikut. 18
16
 ∆
suhu (C)

&= / 0.5 (11)


14

(∆)
12
10
8
Dalam hubungannya dengan sifat termofisik 6
bahan lainnya, nilai difusivitas panas berbanding 0 200 400 600 800 1000
waktu (detik)
lurus dengan konduktivitas panas (k) dan
berbanding terbalik dengan panas jenis (Cp) dan Gambar 2. Grafik perubahan suhu mahkota dewa
kerapatan bahan (ρ) tersebut. (percobaan 2)
Hubungan yang digambarkan pada persamaan
(12) dapat dipakai untuk menentukan difusivitas Panas jenis produk dihitung berdasarkan data
panas yang dikenal sebagai metode tidak pengukuran perubahan suhu dengan
langsung. menggunakan persamaan keseimbangan energi
antara produk, air dan kalorimeter (Tabel 1).
=
o
Panas jenis mahkota dewa adalah 3.060 kJ/ kg C
1
(12) pada kadar air 90 % (bb).
2 3

_______________________________________________________________________________________________________________
Penentuan Sifat Termofisik Mahkota...............(Lamhot P. Manulu, Wahyu Purwanto) 179
Diterima 1 November 2011; terima dalam revisi terakhir 6 Desember 2011; layak cetak 15 Desember 2011
Tabel 1. Penentuan Cp mahkota dewa Tetapi untuk menyederhanakan perhitungan pada
Satuan MD-1 MD-2 umumnya nilai difusivitas dianggap tetap.
Te C 16.2 16 Tabel 3. Penentuan difusivitas panas mahkota
Tw C 10.4 11.1 dewa
Mw g 101.1 100.5
Cpw J/gC 4.2 4.193 Parameter Satuan Nilai
Mp g 50.1 50.2 o
3.060
Cp kJ/kg C
Tp C 34.7 35.3 o
k W/m C 0.1359
Cpp J/gC 3.393 2.726
o massa jenis kg/m3 1080
Cp Mahkota dewa (kJ/kg C) 3.060
Difusivitas panas m2/detik 4.11E-08

Nilai Cp yang didapat dari pengukuran lebih 4. KESIMPULAN


kecil dibandingkan dengan Cp yang dihitung
menggunakan persamaan Siebel (persamaan 2). Sifat termofisik bahan sangat dipengaruhi oleh
Menurut Siebel, nilai Cp bahan sangat dipengaruhi jenis dan kandungan bahan spesifik yang ada
oleh kadar airnya. Berdasarkan Siebel nilai panas pada masing-masing jenis bahan. Penelitian ini
o
jenis mahkota dewa adalah 4.167 kJ/kg C. telah berhasil menghitung sifat termofisik (thermal
Panas jenis produk semakin tinggi bila kadar properties) buah mahkota dewa.
airnya semakin tinggi. Hal ini menunjukkan adanya Nilai panas jenis (Cp) buah mahkota dewa
korelasi positif antara panas jenis dan kadar air adalah 3.060 kJ/ kgoC.
karena panas jenis air lebih tinggi dari padatannya. Nilai konduktivitas panas (k) buah mahkota
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa metode o
dewa adalah 0.3551 W/m C dan 0.1359 W/m C.
o
Siebel cukup baik digunakan untuk bahan yang Nilai difusivitas panas (α) buah mahkota dewa
mengandung kadar air tinggi. adalah 4.11 x 10-8 m2/detik.
3.2. Konduktivitas panas mahkota dewa DAFTAR PUSTAKA
Pada Tabel 2 dapat dilihat nilai pengukuran Almahdy, A., R. Febrianti, R. Djamal. 2008. Effek
konduktivitas panas mahkota dewa yang diperoleh fetotoksisitas ekstrak biji mahkota dewa
dengan menggunakan peralatan thermal (phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl pada
conductivity meter. Konduktivitas panas rata-rata mencit. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 13:
mahkota dewa adalah 0.1359 W/moC pada kisaran 86–88.
o
suhu 32 C.
Cengel, Y.A, and M.A. Boles. 2002.
Tabel 2. Data untuk penentuan k mahkota dewa Thermodynamics: an Engineering Approach.
Satuan TL-1 TL-2 Ed ke-4. Boston: Mc-Graw Hill.
T awal C 28 29 Dalimartha S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat
T akhir C 36 38 Indonesia. PT. Niaga Swadaya, Jakarta.
T rata C 32 32
dT C 12 12 Faried, A., D. Kurnia, L.S. Faried, N. Usman, T.
Miyazaki, H. Kato, H. Kuwano. 2007.
k W/m C 0.1534 0.1183 Anticancer effects of gallic acid isolated from
k mahkota dewa (W/m C) 0.1359 Indonesian herbal medicine, Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl, on human cancer
3.3. Difusivitas panas mahkota dewa cell lines. International Journal of Oncology 30:
605–613.
Penentuan difusivitas panas mahkota dewa
dilakukan dengan cara tidak langsung (persamaan Heldman, D.R. and R.P. Singh. 1981. Food
12). Dari hasil perhitungan (Tabel 3) didapatkan Process Engineering. The AVI Pub. Co. Inc.,
nilai difusivitas panas mahkota dewa adalah 4.11 x Westport, Connecticut.
-8 2
10 m /detik.
Nilai koefisien difisivitas panas dipengaruhi oleh Jangam S.V. and A.S. Mujumdar. 2010. Basic
suhu bahan atau suhu proses dimana nilainya concepts and definitions. Di dalam: Jangam SV,
semakin kecil bila suhu bahan semakin rendah.

________________________________________________________________________________________________________________
180 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 3, Desember 2011 Hlm.177-181
Diterima 1 November 2011; terima dalam revisi terakhir 6 Desember 2011; layak cetak 15 Desember 2011
C.L. Law and A.S. Mujumdar, (Eds). Drying of Singh, K.K. and T.K. Goswami. 2000. Thermal
Foods, Vegetables and Fruits. Singapore. properties of cumin seed. Journal of Food
Engineering 45: 181-187.
Mayor L and A.M. Sereno. 2004. Modelling
shrinkage during convective drying of food Syukur C. 2003. Temu Putih. Tanaman Obat Anti
materials: a review. Journal of Food Kanker. Penebar Swadaya, Jakarta.
Engineering 61:373–386.
Weidenfellera, B., M. Hofer and F.R. Schilling.
Mohsenin, N.N. 1980. Thermal Properties of Foods 2004. Thermal conductivity, thermal diffusivity,
and Agricultural Materials. Gordon and Breach and specific heat capacity of particle filled
Science Publishers, New York. polypropylene. Composites: Part A 35 (2004):
423–429.
Phomkong. W, G. Srzednicki, and R.H. Driscoll.
2006. Thermophysical Properties of Stone Fruit. Winarto, W.P. 2003. Mahkota dewa: budi daya &
Drying Technology, 24: 195–200. pemanfaatan untuk obat. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rao M.A., S.S.H. Rizvi, and A.K. Datta. 2005.
Engineering Properties of Foods, 3rd Ed. CRC Wirakartakusumah, M.A., Kamaruddin A. dan A.M.
Press, Singapore. Syarif. 1992. Sifat Fisik Pangan, Depdikbud,
Dirjen Dikti, PAU Pangan dan Gizi, IPB-Bogor.
Rizvi S.S.H. 2005. Thermodynamic properties of
foods in dehydration. Di dalam: Rao MA, Rizvi Yagua, C.V. and R.G. Moreira. 2011. Physical and
SSH, Datta AK, (Eds). Engineering Properties thermal properties of potato chips during
rd
of Foods. 3 Ed. CRC Press, Singapore. vacuum frying. Journal of Food Engineering
Seo WG et al. 2005. Suppressive effect of 104: 272–283.
Zedoariae rhizoma on pulmonary metastasis of
B16 melanoma cells. Journal of Ethno-
pharmacology 101:249–257.

_______________________________________________________________________________________________________________
Penentuan Sifat Termofisik Mahkota...............(Lamhot P. Manulu, Wahyu Purwanto) 181
Diterima 1 November 2011; terima dalam revisi terakhir 6 Desember 2011; layak cetak 15 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai