Anda di halaman 1dari 16

NAMA : Muhammad Khoirun Najib

NIM : 40040317640031
PRODI : STr. TEKNOLOGI REKYASA OTOMASI
MATA KULIAH : KEWIRAUSAHAAN

TUGAS

RINGKASAN

Merintis Usaha Baru dan Model Pengembangannya

 Cara Masuk Dunia Usaha

Ada tiga cara untuk memasuki usaha baru, yaitu dengam Merintis usaha
baru (starting), Membeli perusaaan dari orang lain (buying), dan Kerja sama
manajemen (franchising). Masing- masing memiliki keuntungan dan kerugian
tersendiri.
A. Merintis usaha baru (starting).

Merintis usaha baru (starting) yaitu membentuk dan mendirikan usaha


baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi dan manajemen yang
dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis yaitu:

1. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang


dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.

2. Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau


lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.

3. Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan


atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Peggy Lambing(2000; 90),
Sekitar 43% responden (wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari
pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau
tempat-tempat profesional lainnya. Sebanyak 15% responden telah mencoba
dan mereka merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik. Sebanyak
11% dari wirausaha yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang
pasar, sedangkan 46% lagi karena hobi.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan


wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu:

1. Inside out (idea generation) adalah pendekatan berdasarkan gagasan


sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.

2. Outside in (opportunity recognition), yaitu pendekatan yang


menekankan pada basis ide bahwa kebutuhan akan berhasil apabila
menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar.

Outside in (Opportinity recognition) tak lain adalah pengamatan


lingkungan, yaitu alat pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-
peluang ekonomi. Berita peluang ekonomi tersebut dapat bersumber dari:
1. Surat kabar

2. Laporan periodik tentang perubahan ekonomi

3. Jurnal Perdagangan dan pameran dagang

4. Publikasi Pemerintah

5. Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham,


universitas dan perusahaan lainnya.

Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seseorang


calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman
Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi:
1. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.

2. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana


menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat.

3. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana


memperoleh sumber-sumber dana dalam merintis dan mengelola usaha.

4. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara


mencari, memelihara dan mengembangkan relasi, komunikasi dan
negosiasi.

Tahapan dalam merintis usaha baru diawali dengan adanya ide,


kemudian dilanjutkan dengan mencari sumber dana dan fasilitas baik berupa
barang, uang, dan orang. Sumber dana tersebut dapat berasal dari badan-
badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia
menjadi penyandang dana. Selanjutnya seorang wirausahawan perlu
mengamati dan menganalisa pangsa pasar dari obyek bisnis yang akan
dihasilkan dari usahanya. Barang atau jasa yang dihasilkannya harus benar-
benar dibutuhkan oleh masyarakat/komunitas tertentu, sehingga barang
tersebut akan laku kettika dijual di pasar. Mengamati peluang pasar
merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa
diciptakan. Apabila peluang pasar untuk produk yang akan dihasilkan ada
dan terbuka lebar, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera
mendatangkan keuntungan.

Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
A. Bidang dan Jenis usaha yang Dimasuki

Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, diantaranya:


1. Bidang usaha pertanian (agriculture) meliputi pertanian,
kehutanan, perikanan, dan
perkebunan.
2. Bidang usaha pertambangan (mining) meliputi galian pasir, galian
tanah, batu, dan bata.

3. Bidang usaha pabrikasi (manufacturing) meliputi industri


perakitan, sintesis.

4. Bidang usaha konstruksi meliputi konstruksi bangunan, jembatan,


pengairan, jalan raya.

5. Bidang usaha perdagangan (trade) meliputi retailer, grosir, agen,


dan ekspor-impor.

6. Bidang jasa keuangan (financial service) meliputi perbankan,


asuransi, dan koperasi.

7. Bidang jasa perseorangan (personal service) meliputi potong


rambut, salon, laundry, dan catering.

8. Bidang usaha jasa-jasa umum (public service) meliputi


pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.

9. Bidang usaha jasa wisata (tourism), terbagi ke dalam tiga kelompok


usaha wisata, yaitu:

a. Usaha jasa parawisata, yang antara lain meliputi jasa biro


perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa
pramuwisata, jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran,
jasa impresariat (pengurusan izin untuk suatu pertunjukan),
jasa konsultan pariwisata, dan jasa informasi pariwisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, yang meliputi


pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata budaya, serta pengusahaan obyek
dan daya tarik wisata minat khusus.
c. Usaha sarana wisata, yang antara lain berupa penyediaan
akomodasi, makanan dan minuman, angkutan wisata, sarana
pendukung di tempat wisata, dan sebagainya.

B. Bentuk Usaha dan Kepemilikan yang akan Dipilih

Ada beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya:

1. Perusahaan Perorangan (sole proprietorship), yaitu suatu


perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang.

2. Persekutuan (Partnership), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh


dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan.

3. Perseroan (Corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya


terdiri atas para pemegang saham (pesero/stockholder) yang
mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang
perusahaan sebesar modal disetor.

4. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan


dibawah nama bersama. Bila untung maka keuntungan dibagi
bersama, bila rugi maka kerugian ditanggung bersama.

C. Tempat Usaha yang akan Dipilih

Terdapat beberapa alternatif yang bisa kita pilih untuk menentukan


lokasi atau tempat memulai usaha, yaitu :

1. Membangun bila ada tempat yang strategis.

2. Membeli atau menyewakan bila lebih strategis dan


menguntungkan.

3. Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan

D. Organisasi Usaha yang Digunakan


Organisasi usaha merupakan perpaduan dari fungsi kewirausahaan
dan manajerial. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan
inovasi, sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi
manajemen. Umumnya secara hierarkis, organisasi perusahaan dalam
skala besar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu rapat umum pemegang
saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat
umum pemegang saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
yang tugasnya mengangkat dewan komisaris dan dewan direksi. Tugas
dewan komisaris adalah mengawasi dewan direksi dalam menjalankan
perusahaannya sedangkan tugas dewan direksi adalah mengangkat
beberapa orang manager.

E. Lingkungan Usaha.

Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat


jalannya perusahaan. Lingkungan usaha dibagi menjadi dua yaitu:

1. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan langsung


dengan operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan,
pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor,
pelanggan/konsumen, dan lainnya.

2. Lingkungan makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang


dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan,
meliputi :

a. Lingkungan Ekonomi (Technological Environment) Kekuatan


ekonomi lokal, regional, nasional, dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha.

b. Lingkungan Teknologi (Technological Environment) Kekuatan


teknologi dan perubahannya yang sangat dinamis cenderung
sangat berpengaruh pada perusahaan.
c. Lingkungan Sosial Politik (Socio Environment) Lingkungan
sosial dan politik, kecenderungan dan konteksnya perlu di
perhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan
tersebut berpengaruh pada tingkah laku masyarakat.

d. Lingkungan Demografis dan Gaya Hidup (Demografi and Life


Style Environment) Produk barang dan jasa yang dihasilkan
sering kali dipengaruhi oleh perubahan demografi dan gaya
hidup.

F. Hambatan – hambatan dalam Memasuki Industri

Menurut Peggi Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan bagi


seorang wirausahawan untuk memasuki industri baru, yaitu :

1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada


perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah
lebih dulu ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui
sikap dan kebiasaan pelanggannya.

2. Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang


diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan
penggantian alat serta sistem yang lama.

3. Respons dari pesaing yang telah lebih dulu ada, yang secara agresif
akan mempertahankan pangsa pasar yang ada.

G. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta

Paten, merek dagang dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan,
terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, indentitas dan nama
perusahaan, serta keorisinalan produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan. Temuan yang tidak memiliki hak paten akan bebas ditiru
dan diduplikasi bahkan menjadi produk pesaing dan mematikan
perusahaan penemu.
1. Paten

Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang


kepada seseorang atau suatu perusahaan atas penemuan produk dan
perusahaan tersebut diberi wewenang untuk membuat,
menggunakan dan menjual penemuannya selama paten tersebut
masih dalam jaminan. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan
hak paten, yaitu :

a. Tetapkan bahwa yang ditemukan betul – betul baru.

b. Dokumentasikan alat yang ditemukan tersebut.

c. Telusuri paten – paten yang telah ada.

d. Pelajari hasil telusuran.

e. Mengajukan lamaran paten.

2. Merek Dagang

Merek Dagang (brand name) merupakan istilah khusus dalam


perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya
berbentuk simbol atau nama atau logo atau slogan atau tempat
dagang yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan
keorisinilan produk atau untuk membedakannya dengan produk
lain dipasar.

3. Hak Cipta

Hak cipta (Copyright) adalah suatu hak istimewa guna melindungi


pencipta atas keorisinilan (keaslian) ciptaannya, misalnya karangan
musik, pencipta lagu, hak untuk memproduksi, memperbaiki,
mendistribusikan atau menjul.

B. Membeli perusahaan orang lain (buying).


Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang
sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain: Resiko
lebih rendah, Lebih mudah dalam memasuki dunia usaha, dan Memiliki
peluang untuk membeli dengan harga yang dapat ditawar. Meskipun
demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung
permasalahan, yaitu:

a. Masalah eksternal, yaitu lingkungan misalnya banyaknya pesaing dan


ukuran peluang pasar.

b. Masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,


misalnya citra (image) atau reputasi perusahaan.

Sebelum melakukan kontrak jual beli perusahaan yang akan dibeli, ada
beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli.
Aspek-aspek tersebut meliputi:

1. Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan


tersebut?

2. Mengapa perusahaan tersebut berhasil tetapi kritis?

3. Di mana lokasi perusahaan tersebut?

4. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih menguntungkan


ketimbang merintis

sendiri usaha baru?

Seorang wirausahawan yang telah memutuskan akan membeli sebuah


perusahaan perlu memperhatikan langkah-langkah berikut ini:

1. Yakinlah bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkanlah


alasan membeli perusahaan ketimbang merintis usaha-usaha baru atau
Franchising.
2. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu
mengelolanya? Teguhkan kekuatan, kelemahan, tujuan,dan kepribadian
anda.

3. Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan


dari perusahaan tersebut; apakah uang, kebebasan, atau fleksibilitas?

4. Pertimbangkan usaha yang diinginkan. Tempat yang bagaimana yang


anda inginkan?

5. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Mungkin anda memiliki


perusahaan ini selama-lamanya atau untuk kesenangan saja.

C. Kerja Sama Manajemen/Waralaba (Franchising).

Franchising adalah suatu kerja sama antara entrepreneur (franchise)


dengan perusahaan besar (Franchisor) dalam mengadakan persetujuan jual
beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Secara sederhana, model
usaha ini dapat digambarkan sebagai kerjasama manajemen untuk
menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah
memberi hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha dari perusahaan
induk.

Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor dan penyalur


disebut franchisee. Franchisor mengizinkan franchisee untuk menggunakan
nama, tempat/daerah, bimbingan, latihan karyawaan, periklanan, dan
perbekalan material yang berlanjut. Dukungan awal meliputi salah satu atau
keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini:

1. Pemilihan tempat.

2. Rencana bangunan.

3. Pembelian peralatan.

4. Pola arus kerja.


5. Pemilihan karyawan.

6. Periklanan.

7. Grafik.

8. Bantuan pada acara pembukaan.

Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi
faktor-faktor berikut:

1. Pencatatan dan akuntansi.

2. Konsultasi.

3. Pemeriksaan dan standardisasi.

4. Promosi.

5. Pengendalian kualitas.

6. Nasihat hukum.

7. Penelitian.

8. Material lainnya.

Dasar hukum dari penyelenggara waralaba adalah kontrak antara


perusahaan franchisor dengan franchisee. Perusahaan induk dapat saja
membtalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama
melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan.

Menurut Zimmerer (1996), keuntungan kerja sama waralaba adalah:

1. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor.

2. Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi,


sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas.
3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah
dikenal.

Di samping beberapa keuntungan di atas, kerja sama waralaba tidak


selalu menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha
dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut
Zimmerer adalah:

1. Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2. Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.

3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada


pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor
dengan harga yang sama.

o Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya

Sampai saat ini batasan usaha kecil masih berbeda-beda tergantung


pada fokus permasalahannya masing-masing. Menurut Dun Steinhoff dan
John F.Burgess Usaha kecil dapat difenisikan dengan cara yang berbeda
tergantung pada kepentingan organisasi.

Jika dilihat dari perangkat manajemennya, kontrol atau pengawasan


pada usaha kecil biasanya bersifat informal. Apabila hanya terdapat
beberapa karyawan, maka deskripsi pekerjaan dan segala aturan lebih baik
secara tidak tertulis sebab wirausaha mudah mengontrol usahanya sendiri.

Di Indonesia sendiri, belum terdapat batasan dan kriteria yang baku


mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria
menurut fokus permasalahan yang ditinjau. Dalam undang-undang No.
9/1995 Pasal 5 tentang usaha kecil, disebutkan beberapa kriteria usaha kecil
adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.00 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu


miliar rupiah).

Komisi untuk Perkembangan Ekonomi mengemukakan kriteria usaha


kecil sebagai berikut:

1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik

2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil

3. Daerah operasi bersifat lokal

4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil

Usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa


kekuatan dari usaha kecil Antara lain:

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak,

Bila ada suatu perubahan, misalnya perubaha produk, teknologi,


dan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk bisa
beradaptasi dengan keadaan yang berubah tesebut dibandingkan
perusahaan besar.

2. Fleksibel

Perusahaan kecil ini sangat luwes, sehingga dapat menyesuaikan


dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran
produk usaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber yang
bersifat lokal.

3. Tidak mudah Goncang

Hal ini disebabkan karena bahan baku dan sumber daya lainnya
kebanyakan didapatkan di dalam suatu daerah yang sifatnya lokal yang
mengakibatkan perusahaan tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku
impor.

Sedangkan kelemahan usaha kecil diantaranya yaitu:

1. Kelemahan Struktural

Yang dimaksud dengan kelemahan struktural adalah kelemahan


usaha kecil yang terletak dalam manajemen, organisasi, teknologi,
sumber daya, dan pasar. Secara struktural, salah satu kelemahan usaha
kecil yang paling menonjol adalah kurangnya permodalan. Akibatnya,
terjadi ketergantungan pada kekuatan pemilik modal.

2. kelemahan kultural

Yang dimaksud dengan kelemahan kultural adalah kelemahan


usaha kecil dalam bidang budaya perusahaan yang kurang
mencerminkan perusahaan sebagai “corporate culture”. Kelemahan
kultural ini berdampak terhadap kelemahan struktural. Kelemahan
kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya
berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan,
pemasaran, dan bahan baku.

o Kerangka Hipotesis Pengembangan usaha kecil.

Hasil studi yang di lakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy
mengidentifikasi enam tahap pengembangan bisnis yaitu tahap
konsepsi (conception) , survival , stabilitasi , orientasi pertumbuhan ,
pertumbuhan yang cepat dan kematangan. Banyak konsep yang di
kemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang
cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan
eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing
dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung
pada kemampuan internal yang meliputi kompetensi khusus.
Sementara itu Michael Porter dalam teori competitive statregy nya
mengemukakan bahwa untuk mencapai daya saing khusus, perusahan
harus menciptakan keunggulan melalui strategi generic yaitu strategi
yang menekankan pada low cost strategi differentiation dan focus.
Dengan strategi ini perusahaan akan mempunyai daya tahan hidup
secara berkelanjutan (sustainability).

Menurut pendapat Mahoney dan Pandian strategi yang


dikemukakan dan bersifat statis,menurut mereka yang lebih penting
adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Dengan demikian
perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada
pengembangan sumberdaya internal secara superior untuk menciptakan
kompetensi inti (care competency) seperti yang di syarankan oleh
Mintzberg.

Dalam praktek persaingan bebas yang semakin bebas yangdinamis


seprti sekarang ini, menurut D’Aveni perusahaan harus menekankan
pada setiap pengembangan kompetensi inti yaitu pengetahuan dan
keunikan untuk menciptakan keunggulan dimana keunggulan tersebut
dapat di ciptakan melalui “the new 7-s strategy” yaitu:

1. Superior stakeholder satisfaction (mengutamakan kepuasaan


stakeholder)

2. Strategic sooth saying (strategi yang membuat mencengangkan)

3. Position for speed (posisi mengutamakan kecepatan)

4. Position for surprise (posisi untuk membuat kejutan)

5. Shitif the role of the game (strategi mengadakan perubahan peran yang
di mainkan)

6. Signating strategic (mengindikasikan tujuan dari strategi)


7. Simultainous dan sequential strategic thrust (membuat rangkaian
penggerak atau pendorong strategi secara simultan dan berurutan)

Dari gambaran di atas jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan


kecil maupun perusahan besar,pada umumnya tergantung pada strategi
manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumberdaya manusia.

Anda mungkin juga menyukai