Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM TERMODINAMIKA II

Kelas IV Reg II E TE Malam

Mata Kuliah Thermodinamika dan Penggerak Awal


Disusun Oleh :



PROGRAM STUDY TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hukum II Termodinamika”.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Thermodinamika dan Penggerak Awal.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dan tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat, dan dapat memberikan ilmu
yang baik bagi para pembaca. Terima kasih.

Medan, 5 Maret 2020

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2

Daftar Isi 3

Bab I Pendahuluan 4

Bab 2 Isi 5

A. Entalpi 5
B. Hukum Hess 6
C. Hukum II Termodinamika 7
D. Entropi
10

Referensi 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan (equilibrium), yang dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk mengubah suatu sistem
keseimbangan, tetapi tidak dapat dipakai untuk mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu
terjadi karena selama proses sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu sistem tersebut
dapat berubah akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Sementara untuk aplikasi dalam
materialnya, termodinamika membahas material yang menerima energi panas atau energi dalam
bentuk yang berbeda-beda.

Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat termodinamika. Di


dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus yang berbeda pula, sesuai dengan
permasalahan yang ada. Ada Hukum 0 Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum awal
Termodinamika, lalu ada Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan Hukum 3
Termodinamika.

Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi yang ada
dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum I Termodinamika juga menjelaskan tentang
entalpi. Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari
suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi
juga merupakan transfer panas antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi
tekanan konstan (isobarik).

Di dalam Hukum II Termodinamika, menjelaskan tentang entropi. Entropi merupakan


suatu ukuran kalor atau energi yang tidak dapat diubah. Dalam Hukum II Termodinamika,
terdapat sistem yang disebut Mesin Carnot/Kalor dan Mesin Pendingin.

4
BAB II

ISI
A. Entalpi

Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang  satu menjadi bentuk
energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah
perubahan energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita
hanya dapat mengukur perubahan entalpi (ΔH).
ΔH = Hp – Hr
dengan:
ΔH = perubahan entalpi
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi

a. Bila H produk > H reaktan, maka ΔH bertanda positif, berarti terjadi penyerapan kalor dari
lingkungan ke sistem.
b. Bila H reaktan > H produk, maka ΔH bertanda negatif, berarti terjadi pelepasan kalor dari
sistem ke lingkungan.

Gambar 1. Perubahan Entalpi pada Sistem

5
B. Hukum Hess

Dalam perubahan entalpi, terdapat hukum yang dinamakan Hukum Hess. Hukum Hess
adalah hukum yang menyatakan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi akan sama walaupun
reaksi tersebut terdiri dari satu langkah atau banyak langkah. Perubahan entalpi tidak
dipengaruhi oleh jalannya reaksi, melainkan hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir.
Hukum Hess mempunyai pemahaman yang sama dengan hukum kekekalan energi, yang
juga dipelajari di hukum pertama termodinamika. Hukum Hess dapat digunakan untuk mencari
keseluruhan energi yang dibutuhkan untuk melangsungkan reaksi kimia. Perhatikan diagram
berikut:

Gambar 2. Diagram Hukum Hess

Diagram di atas menjelaskan bahwa untuk mereaksikan A menjadi D, dapat menempuh jalur B
maupun C, dengan perubahan entalpi yang sama (ΔH1 + ΔH2 = ΔH3 + ΔH4).
Jika perubahan kimia terjadi oleh beberapa jalur yang berbeda, perubahan entalpi
keseluruhan tetaplah sama. Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi merupakan fungsi keadaan.
Dengan demikian ΔH untuk reaksi tunggal dapat dihitung dengan:
ΔHreaksi = ∑ ΔHf (produk) - ∑ ΔHf (reaktan)

Jika perubahan entalpi bersih bernilai negatif (ΔH < 0), reaksi tersebut merupakan eksoterm dan
bersifat spontan. Sedangkan jika bernilai positif (ΔH > 0), maka reaksi bersifat endoterm.
Perhatikan diagram berikut:

6
Pada diagram di atas, jelas bahwa jika C (s) + 2H2 (g) + O2 (g) direaksikan menjadi CO2 (g) +
2H2 (g) mempunyai perubahan entalpi sebesar -393,5 kJ. Walaupun terdapat reaksi dua langkah,
tetap saja perubahan entalpi akan selalu konstan (-483,6 kJ + 90,1 kJ = -393,5 kJ).

 Ketergantungan ΔH dengan temperatur


Pada umumnya entalpi reaksi tergantung pada temperatur walaupun dalam banyak reaksi
ketergantungan ini sangat kecil sehingga sering diabaikan.
∆H untuk reaksi aA + bB → cC + dD
∆H = c HC +d HD – a HA – b HB
Bila persamaan tadi didefinisikan terhadap temperatur pada tekanan tetap didapatkan :

Ingat bahwa

C. Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat
azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika
seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak
mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan
isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas
mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan,
mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan
entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan
keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.

7
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami
yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".

1. Mesin Kalor
Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat yang
menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini tidak ideal, pasti ada
kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa ciri khas yang menggambarkan
mesin kalor, yaitu :

 Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas) dengan
temperatur tinggi lalu dikirimkan ke mesin.
 Kalor yang dikirimkan ke dalam mesin sebagian besar melakukan kerja oleh zat yang
bekerja dari mesin, yaitu material yang ada di dalam mesin melakukan kerja.
 Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang disebut reservoir
dingin

Gambar 3. Skema Mesin Kalor


Mesin kalor bekerja menurut siklus carnot, siklus carnot bekerja dalam 4 tahap proses,
tetapi hanya isotermal dan adiabatik.

8
Gambar 4. Siklus Carnot

 Tahap pertama yaitu isotermal reversibel secara ekspansi atau penurunan tekanan, dengan
melakukan kerja (W) dari keadaan A sampai B

Q=W
Vb
QH = W ab = nRT H ln
Va
 Tahap kedua yaitu adiabatik reversibel secara ekspansi, dengan melakukan kerja (W) dari
keadaan B sampai C

W = Cv (T1 – T2) = Cv (TH – TC)


 Tahap ketiga yaitu isotermal reversibel secara kompresi atau penaikan tekanan, dengan
melakukan kerja (W) dari keadaan C sampai D
 Tahap keempat yaitu adiabatik reversibel secara kompresi, dengan melakukan kerja (W)
dari keadaan D kembali ke A
Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam sistem. Itu
sesuai dengan Hukum I Termodinamika

ΔU =Q−W Q=Q H +QC =|Q H|−|QC|

0=Q−W W=Q=Q H +QC


Q=W W=|QH|−|QC|

9
QH : besarnya input kalor
QC : besarnya kalor yang dibuang
W : kerja yang dilakukan
Dalam mesin carnot, ada yang dinamakan efisiensi mesin. Efisiensi dari suatu mesin
didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan (W) dengan kalor yang masuk
(QH).

W Q H −Q C QC
W =Q H −Q C → η= = =1−
QH QH QH
Atau bisa juga dalam bentuk

D. Entropi
Entropi merupakan sifat keadaan suatu sistem yang menyatakan tingkat ketidakteraturan,
berkaitan dengan jumlah keadaan mikro yang tersedia bagi molekul sistem tersebut. entropi juga
dapat didefinisikan sebagai kecenderungan sistem untuk berproses ke arah tertentu. Entropi dapat
dihasilkan, tetapi tidak dapat dimusnahkan.
Entalpi tidak dapat memprediksi apakah reaksi spontan atau tidak. Tetapi Hukum II
Termodinamika menyatakan bahwa total entropi sistem dan lingkungannya selalu bertambah
untuk proses spontan. Entropi meningkat seiring dengan kebebasan dari molekul untuk
bergerak.entropi dilambangkan dengan huruf (S)

S(g) > S(l) > S(s)

Gambar 5. Besar Entropi pada Padat, Cair, dan Gas

10
1. Entropi dan Hukum II Termodinamika
Hukum II termodinamika kedua:
Entropi semesta (sistem + lingkungan) selalu naik pada proses spontan dan tidak berubah
pada proses kesetimbangan. Untuk proses spontan,perubahan entropi (dS) dari suatu sistem
adalah lebih besar dibanding panas dibagi temp mutlak
dQ
dS ¿ ¿
T
DSsemesta = DSsis + DSling > 0 proses spontan

Sementara untuk proses reversibel, yaitu :


dQ rev
dS =
T

DSsemesta = DSsis + DSling = 0 proses kesetimbangan

 Proses pada tekanan tetap


Panas yang mengalir ke benda QP = CP dT
'
dq
dS ≥
T
T2
dT T2
ΔS benda = ∫ C P = C P ln
T1 T T1
Sehingga pada tekanan tetap, perubahan entropi akan naik

 Reservoir, pada suhu tetap T2

Q T 2 − T1
ΔS reservoir = − = − CP
T2 T2
T2 T − T1
ΔS total = ΔS benda + ΔS reservoir = C P ln
[ ( )]
T1
− 2
T2

11
Perubahan entropi pada saat suhu tetap T2 menjadi semakin kecil, tetapi perubahan entropinya
tetap positif.
Hubungan antara hukum I Termodinamika dengan Hukum II Termodinamika yaitu
Hukum I : dQ = dU + dW dW = PdV
Hukum II : dQRev = TdS
Sehingga TdS = dU + PdV

 Hubungan energi dalam (U) dengan entropi (S) dan volume (V)

∂U ∂U
dU = )v dS + ) s dV
∂S ∂V
dU = TdS – PdV
dU = TdS – PdV didiferensial dengan volume konstan terhadap suhu (T)
∂U ∂S ∂V
)v = T )v − P )v
∂T ∂T ∂T
∂U ∂S
)v = T ) v
∂T ∂T
∂U ∂S
)v = T )v = C v
∂T ∂T

 Sementara itu, entalpi juga dapat dihubungkan dengan entropi, yaitu :


H = U + PV
dH = dU + PdV + VdP……. TdS = dU + PdV
dH = TdS - PdV + PdV + VdP
dH = TdS + VdP
lalu didiferensialkan dengan tekanan tetap terhadap suhu (T)
∂H ∂S ∂P
)p = T )p − V )p
∂T ∂T ∂T
∂H ∂S
)P = T )P = C P
∂T ∂T

12
 Entropi pada gas ideal
dU = TdS – PdV
dS = dU/T + PdV/T
dS = CvdT/T+ nRdV/V
dS = Cv d lnT + nR d lnV
T V
ΔS = C v ln 2 + nR ln 2
T1 V1
T2 P2
ΔS = C p ln − nR ln
T1 P1
 Pada proses adiabatik reversibel
dQ rev
dS =
T ∆Q =0
∆S = 0
 Perubahan entropi dengan gas ideal pada proses isotermal
△T = 0 ; △U = 0
dQ = dW = PdV
dS = dQ/T
PdV dV
dS = = nR
T V
V2
ΔS = nR ln
V1
 Standard molar entropi
Standar molar entropi adalah entropi dari 1 mol zat murni pada tekanan 1 atm dan pada
suhu 25°C. reaksi entropi standar yaitu :

∆S° = ∑nS°(products) – ∑nS°(reactants)


 Entropi dalam reaksi kimia
Jika ada reaksi aA + bB  cC + dD (25oC)
S0t = S0produk - S0reaktan
= (cS0C + d S0D) – (aS0A + b S0B)

13
Referensi

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-2/entalpi-dan-perubahan-entalpi-%CE
%B4h/

http://www.ilmukimia.org/2014/08/hukum-hess.html

http://www.ilmukimia.org/2013/02/entropi.html

http://ppmplp.files.wordpress.com/2010/10/4-entropi-spontanitas-reaksi.ppt
http://hikam.freevar.com/kuliah/termo/pdf_bab/thmd04.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai