Anda di halaman 1dari 26

DISTRIBUTED

GENERATION
DG
• Tiga komponen utama dari suatu system tenaga listrik adalah: pusat-pusat, pembangkit, transmisi dan system distribusi.
• Pusat – pusat listrik biasa juga disebut sentral listrik atau electric power stations. Pusat-pusat listrik adalah tempat
dimana energi listrik diproduksi. Energi listrik yang dihasilkan diperoleh dari pengolahan energi primer baik dari energi
terbarukan maupun dari energi tidak terbarukan.
• Pada masa sekarang, pemanfaatan energi fosil masih mendominasi energi primer dalam pengolahan menjadi energi
listrik. Energi fosil merupakan energi yang tidak terbarukan yang berarti tidak dapat diperbaharui dan akan habis bila
cadangannya sudah habis. Jenis pembangkit yang menggunakan energi fosil sebagai sumber energi primer bekerja
berdasarkan siklus thermodinamika berupa konversi energi thermal menjadi energi listrik.
• Contoh energi primer diolah menjadi energi listrik seperti energi air, energi matahari dan lain sebagainya.
Penegembangan energi terbarukan mulai dikembangkan secara lebih optimal karena melihat sifatnya yang dapat
diperbaharui.
• Ada beberapa pembangkit tenaga listrik di Indonesia dewasa ini, baik yang sudah umum terpasang
maupun yang masih dalam studi perencanaan ataupun dalam eksperimen. Oleh karena itu
pembangkit secara garis besarnya terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Pembangkit tenaga listrik konvesional, yaitu pembangkit tenaga listrik yang hasil dayanya
dikomersilkan, terdiri dari :
• · Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
• · Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
• · Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
• · Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
• · Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
• · Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
2. Pembangkit tenaga listrik non konvesional, yaitu pembangkit tenaga listrik yang
digunakan hasil dayanya dikomersilkan, terdiri dari :
• · Pembangkit Listrik Tenaga Matahari
• · Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut
• · Pembangkit Listrik Tenaga Angin
• · Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
• · Pembangkit Listrik Tenaga Gas Bio
• Pemakain nama dari suatu jenis pembangkit diperoleh dari jenis energi penggeraknya sebagai
contoh PLTU energi penggerak turbinnya adalah uap.
PENGERTIAN DISTRIBUTED
GENERATION (DG)
• Distributed Generation seringkali disebut juga dengan on-site generation, dispersed generation,
embedded generation, decentralized generation, atau distributed energy.

• Secara mendasar, DG menghasilkan energi listrik dari beberapa sumber energi yang berkapasitas kecil
dan dihubungkan langsung pada jaringan distribusi.

• CIGRE telah mendefinisikan Distributed Generation sebagai semua unit pembangkit dengan kapasitas
maksimal berkisar sampai 50 MW dan dipasangkan ke jaringan distribusi.

• IEEE mendefinisikan Distributed Generation sebagai pembangkitan yang menghasilkan energi dalam
kapasitas yang lebih kecil dibandingkan pusatpusat pembangkit konvensional dan dapat dipasangkan
hampir pada setiap titik sistem tenaga listrik.

• IEA (2002) mendefinisikan Distributed Generation sebagai unit-unit yang menghasilkan energi pada
sisi konsumen atau dalam jaringan distribusi lokal.
• Semua definisi di atas menunjukkan bahwa pembangkitan dengan skala kecil yang dihubungkan ke
jaringan distribusi dapat dianggap sebagai bagian dari DG.
• Selain itu, pembangkitan yang dipasangkan dekat dengan sisi beban atau konsumen juga dapat
dikatakan sebagai Distributed Generation.
• Gambar di bawah ini dapat dijadikan sebagai sebuah ilustrasi untuk membedakan apa itu
distributed generation dan centralized generation:
Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang definisi dari DG tidak terlihat
mudah karena:
1. DG, secara umum, tidak bergantung pada daya dan tegangan
2. Teknologi DG dapat dikategorikan sebagai renewable dan non-renewable. DG
bukanlah merupakan sinonim dari sumber energi terbarukan
3. Lokasi geografis bukanlah parameter yang relevan untuk membedakan DG dari
pembangkit yang terpusat.
4. DG dapat berdiri sendiri atau terhubung dengan grid.
5. DG dihubungkan ke grid baik secara langsung atau dengan menggunakan
transformator atau perangkat elektronika daya. Dalam hal ini, sistem proteksi
dan juga alat pengukuran dan metering juga termasuk ke dalamnya.
6. Di kebanyakan negara, DG dihubungkan ke jaringan distribusi. Akan tetapi,
dimasa yang akan datang, wind farm lepas pantai yang lebih besar dari 110 MW
dapat dihubungkan ke jaringan transmisi.
7. Keuntungan dari DG dapat dilihat dalam hal kualitas daya, proteksi lingkungan,
pengurangan investasi dan rugi-rugi transmisi dan distribusi, penggunaan
sumber bahan bakar domestik yang beragam, back-up, aplikasi CHP, suplai
energi ke daerah terpencil, dan peningkatan lapangan kerja.
Definsi dari distributed generation tersebut menurut beberapa pihak, antara lain:
DPCA (Distributed Power Coalition of America)
Distributed power generation adalah teknologi pembangkitan energi listrik berskala kecil
yang menghasilkan daya listrik di suatu tempat yang lebih dekat dengan konsumen
dibandingkan
dengan pembangkit listrik pusat. Pembangkit ini dapat dihubungkan secara langsung ke
konsumen atau ke sistem distribusi atau transmisi milik utility.
CIGRE (International Conference on High Voltage Electric System)
Distributed generation adalah:
• Tidak direncanakan secara terpusat
• Untuk saat ini tidak dikirim secara terpusat
• Biasanya terhubung dengan jaringan distribusi
• Lebih kecil dari 100 MW
IEA (International Energy Agency)
Distributed Generation adalah pembangkit listrik yang melayani konsumen di tempat (on-
site), atau untuk mendukung jaringan distribusi, dan terhubung ke jaringan pada level
tegangan distribusi. Teknologinya secara umum terdiri dari mesin, turbin kecil (termasuk
turbin mikro), fuel cell dan photovoltaic. Umumnya, tenaga angin tidak termasuk ke
dalamnya, karena sebagian besar tenaga angin diproduksi di wind-farm yang memang
dibangun khusus untuk tujuan tersebut, dan bukan untuk memenuhi kebutuhan energi di
suatu tempat yang ada didekatnya (lebih banyak terhubung ke saluran transmisi, bukan
distribusi).
Beberapa variasi definisi dari DG yang diusulkan oleh beberapa perusahaan di
berbagai negara yang berbeda di Eropa didasarkan pada parameter yang berbeda-
beda (rentang rating, lokasi, koneksi, dll). Ringkasan singkat dari definisi-definisi
tersebut diberikan di bawah ini:
• Sumber pembangkit energi modular dan terstandarisasi menggunakan sumber
energi terbarukan dengan rentang daya sampai sekian MW (Austria)
• Co-generation yang terhubung ke jaringan distribusi (Belgia)
• Sumber energi kurang dari 10 MW, yang tidak direncanakan secara terpusat
(not centrally planned), dan terhubung ke jaringan distribusi (Bulgaria)
• Sumber energi kurang dari 50 MW untuk konsumsi lokal dan/atau dijual ke
utility (Estonia)
• Sumber energi kurang dari 20 MW, yang tidak direncanakan secara terpusat dan
tidak dikirim secara terpusat, dan terhubung ke jaringan distribusi
• Pembangkit listrik yang dimiliki oleh pihak ketiga yang terhubung ke jaringan
(Prancis)
• Sumber yang tidak terhubung ke sistem transmisi (Inggris)
Dari penjelasan yang ada di atas, maka kita dapat melihat bahwa
banyak definisi yang sudah ada dan tidak ada keseragaman/
konsistensi diantara definisi-definisi tersebut. Karena banyaknya
variasi definisi yang digunakan di berbagai literatur tersebut, ada
beberapa isu yang harus didiskusikan untuk dapat mendefinisikan DG
secara lebih akurat, yaitu:
1. Tujuan
2. Lokasi
3. Rating DG
4. Daerah pengiriman daya
5. Teknologi
6. Pengaruh terhadap lingkungan
7. Mode operasi
8. Kepemilikan
9. Penetrasi DG
Sehingga Ackermann et al, mengusulkan sebuah pendekatan untuk
mendefinisikan DG secara umum dengan berdasarkan pada isu-isu
di atas, dan definisi DG yang diusulkannya adalah:
―Distributed Generation adalah sumber energi listrik yang secara
langsung terhubung ke jaringan distribusi atau ke meteran
konsumen”. Perbedaan diantara jaringan distribusi dan transmisi
didasarkan pada definisi legalnya. Di kebanyakan pasar yang
kompetitif, definisi legal untuk jaringan transmisi biasanya
merupakan bagian dari peraturan pasar kelistrikan.
Apapun yang tidak didefinisikan sebagai jaringan transmisi di
peraturan perundangan dapat dianggap sebagai jaringan distribusi.”
• Definisi DG tidak mendefinisikan rating sumber pembangkitan, karena rating maksimum
bergantung pada kondisi jaringan distribusi lokal, seperti level tegangan. Akan tetapi,
pembedaan kategori tersebut sangat berguna, sehingga Ackermann et al memberikan saran
pembagian rating tersebut menjadi:
• Micro : ~1 Watt < 5 kW
• Small : 5 kW < 5 MW
• Medium : 5 MW < 50 MW
• Large : 50 MW < 300 MW
• Lebih lanjut, definisi DG tidak mendefinisikan tentang area pengiriman daya, penetrasi,
kepemilikan maupun perlakuan di dalam operasi jaringan. Definsi mengenai DG juga tidak
mendefinisikan teknologi, karena teknologi dapat digunakan secara luas dalam aplikasinya.
Akan tetapi, kategorisasi kelompok teknologi yang berbeda mungkin dapat dilakukan,
sehingga, Ackermann et al membaginya ke dalam kategori berikut (walaupun yang lain juga
dapat digunakan):
• Renewable DG
• Modular DG
• CHP (Combined Heat and Power) DG
• Melalui PP Nomor 31/2009, Pemerintah juga mendorong penggunaan sumber energi
baru, terbarukan dan energi primer yang yang lebih efisien untuk pembangkit tenaga
listrik, dan diberikan kesempatan bagi Pembangkit Skala Kecil Swasta dan Koperasi
(PSKSK) untuk menjual tenaga listriknya kepada PLN. Harga jual tenaga listrik dari
PSKSK adalah harga pada titik interkoneksi dengan Sistem PLN dan harga jual ini
disesuaikan setiap tahunnya berdasarkan perhitungan biaya marginal Sistem PLN.
DEWASA INI, SKEMA PEMANFAATAN TEKNOLOGI DG DI INDONESIA
DIBAGI ATAS 2, YAITU :

1. Skema IPP (Independent Power Producer)


• Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG harus mengirim tenaga listriknya ke
• sistem PLN secara kontinu (24 jam). Skema ini biasanya memiliki kontrak dalam jangka
• waktu yang lama (minimal 15 tahun) dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan atas
• kesepakatan bersama.

2. Skema Pembelian Excess Power (Kelebihan Tenaga Listrik)


• Skema ini berisi perjanjian dimana teknologi DG mengirim kelebihan tenaga listriknya
• ke sistem PLN pada waktu-waktu tertentu (biasanya pada Waktu Beban Puncak). Skema
• ini biasanya memiliki kontrak jangka pendek (1 tahun) dan dapat diperpanjang sesuai
• kebutuhan atas kesepakatan bersama
• Pemanfaatan teknologi DG yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah
teknologi pembangkitan mikrohidro walaupun dewasa ini yang cukup signifikan adalah
pembelian kelebihan energi listrik (excess power) dari pihak industri-industri besar
(PLTU).
• Beberapa jenis teknologi DG yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah mikrohidro,
bahan bakar nabati, biomassa, energi angin, tenaga surya, energi hybrid (angin dan surya),
pasang surut, dan panas bumi.
Secara garis besar, interkoneksi pada DG terbagi atas tiga
komponen, yaitu :
1. Sumber Energi Utama (Prime Energy Source)
Hal ini menunjuk pada teknologi DG sebagai sumber energi
sepert i energi surya, angin, mikrohidro, pasang surut dan
biomassa.Setiap teknologi DG memiliki karakter yang
berbeda-beda dala menghasilkan energi, misalnya tipikal
energi yang dihasilkan oleh PV dan fuel cell berupa direct
current atau wind turbin yang tipikal energinya berupa energi
mekanis (dihasilkan dari putaran pada turbin).
• Power Converter
• Power converter dalam interkoneksi, berfungsi untuk mengubah energi dari sumber energi utama
(prime energy resources) menjadi energi dengan level frekuensi tertentu (50Hz - 60Hz). Secara
garis besar, ada 3 kategori power converter yang digunakan dalam interkoneksi, yaitu :
1. Generator sinkron
2. Generator induksi
3. Static power converter
Generator sinkron dan generator induksi mengkonversi putaran energi mekanis ke
dalam tenaga listrik dan sering disebut dengan routing power converter. Static power
converter (biasa dikenal dengan inverter) tersusun atas solid-device seperti transistor.
Pada inverter, transistor mengkonversi energi dari sumber menjadi energi dengan
frekuensi 50-60Hz dengan switching (switch on-off). Teknologi DG yang dijual di
pasaran, kebanyakan telah diintegrasikan dengan power converter masing-masing.
Misalnya fuel cell yang telah diintegrasikan dengan inverter. Power converter
memiliki efek yang besar terhadap DG pada sistem distribusi. Oleh sebab itu
dibutuhkan peralatan interkoneksi untuk menjamin keamanan dan kestabilan operasi.
Generator sinkron, generator induksi dan inverter memberikan respon yang sangat
berbeda terhadap variasi kondisi dari sistem tenaga
Sistem Interface dan peralatan proteksi
Peralatan ini ditempatkan sebagai penghubung antara terminal output dari power
converter dan jaringan primer. Komponen interkoneksi ini biasanya terdiri atas step-
up transformer, metering kadang ditambahkan controller dan relay proteksi. Dalam
komponen ini terkadang terdapat communication link untuk mengontrol kondisi pada
sistem.
KEUNTUNGAN DISTRIBUTED
GENERATION
• Dalam banyak penelitian, DG dapat beradaptasi dengan perubahan ekonomi dalam cara yang fleksibel karena
ukurannnya yang kecil dan konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan dengan pusat-pusat pembangkit
konvensional. Menurut IEA, penilaian ekonomi atas nilai fleksibiltas DG sangat memungkinkan dan layak
(2002). Sebagian besar DG memang sangat fleksibel dalam beberapa hal seperti operasi, ukuran, dan kemajuan
teknologi.Selain itu, DG dapat meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik.
Dalam pemasangannya di jaringan distribusi, DG ditempatkan dekat dengan daerah beban
dan beberapa keuntungan dalam pemakaian DG :
1. DG memberi keandalan yang lebih tinggi dalam pemanfaatan daya
2. DG sebagai sumer energi lokal dapat membantu untuk penghematan daya listrik pada
jaringan transmisi dan distribusi.
3. Dibandingkan dengan power plants, DG memiliki efesiensi yang lebih tinggi dalam
penyaluran daya. Selain itu, bila dikoneksikan pada jaringan, DG dapat meningkatkan
efesiensi sistem karena DG membantu mengurangi rugi-rugi pada sistem.
4. Dalam memproduksi energi listrik, DG bersifat ramah lingkungan. Emisi yang
dihasilkan dari produksi energi listrik oleh DG tergolong rendah, bahkan mendekati
nol.

Anda mungkin juga menyukai